Tak… tak…
Suara hentakan kaki yang bergesekan dengan lantai keramik yang cukup mengkilap dan bersih, terkena sinar pantulan cahaya lampu di malam hari itu.
Seorang perempuan dengan tubuh cukup tinggi dan ideal dengan mengingat ekor kuda rambutnya bergoyang seirama dengan langkah kakinya. Perempuan itu segera menuju lobi rumah sakit. Ia terus berlari sekuat tenaga menuju tempat resepsionis rs.
Dia adalah Pinkan Angelina, perempuan berusia 26 tahun itu nampak panik dan raut wajahnya sangat pucat dan menyiratkan ketakutan yang sangat.
Pinkan menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memulai bertanya kepada perempuan yang bertugas di bagian informasi rs itu, "Maaf pasien yang bernama Lila Oktavia di rawat di ruangan mana?" Tanyanya Pinkan yang berhenti menenangkan dirinya sendiri.
Perempuan itu menjawab pertanyaan dari Pinkan," maaf tunggu aku cek dulu yah Mbak," imbuhnya pegawai itu.
Mbak resepsionis segera mengarahkan mouse komputernya lalu segera mencari nama tersebut. Pinkan mengetuk-ngetuk meja resepsionis tersebut saking tidak sabarnya menunggu perempuan itu untuk berbicara.
"Pasien yang bernama Lila Nanda Oktavia masih berada di dalam kamar ICU ibu," jelasnya Perempuan itu.
"Makasih banyak," timpalnya Lusiana lalu segera berlari tanpa bertanya langsung kepada resepsionis tersebut letak dimana berada ruangan ICU itu karena tidak jauh dari tempat mereka sudah kelihatan dengan jelas tulisannya.
Pinkan berjalan perlahan menuju salah satu bangkar rumah sakit setelah bertanya kepada salah satu perawat yang sedang berjaga tentang keberadaan putrinya itu.
Lila Patricia Oktavia adalah putri semata wayangnya Pinkan Angelina. Sudah sekitar setahun ini, putrinya keluar masuk rumah sakit, akibat penyakit yang dideritanya itu. Lila divonis oleh dokter menderita penyakit leukimia diusianya yang baru menginjak lima tahun itu.
Pinkan memakai pakaian yang diberikan oleh perawat khusus penunggu pasien. Dia berusaha untuk selalu kuat dan tegar. Air matanya kembali menetes membasahi pipinya melihat putrinya yang tidak berdaya. Ia sudah tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi untuk mencari biaya perawatan anaknya.
Selang infus terpasang di lengan kiri anaknya. Suara alat-alat kedokteran yang membantu kehidupan putrinya terdengar jelas di telinganya. Tangannya mengelus puncak rambut putrinya itu.
"Lila, putrinya Mama cepatlah sadar Nak, apa kamu tidak ingin kembali sekolah dan bermain dengan teman kamu," lirihnya Pinkan yang berusaha untuk selalu tersenyum walupun air matanya menetes tanpa aba-aba itu.
Keesokan harinya, seorang perawat menghampirinya yang sedang duduk di kursi tunggu pasien.
"Maaf apa Ibu adalah mamanya pasien yang bernama Lila?" tanyanya perawat itu.
Pinkan berdiri dari duduknya sambil tersenyum tipis," iya saya sendiri, kalau boleh tahu ada apa yah?' tanyanya balik Pinkan.
"Kondisi putri Anda semakin parah sehingga harus secepatnya dioperasi, tapi harus dibayar lunas terlebih dahulu biayanya yang totalnya satu milliar lebih," jelas perawat itu.
Betapa terkejutnya dan shock mendengar berapa jumlah nominal uang yang harus dia bayar.
"Aku harus cari uang dimana sebanyaknya itu dalam waktu secepatnya, aku hanya punya uang lima ratus ribu saja di dalam dompetku, sedangkan hutang aku sama Tuan Salim sudah banyak," batinnya Pinkan.
"Tolong diusahakan secepatnya dan pihak rumah sakit memberikan waktu tiga hari untuk melunasinya, jika tidak maka putri Anda akan dikeluarkan dari rumah sakit secara paksa!" Ujarnya Perawat itu dengan tegas.
Pinkan terduduk kembali ke atas kursi panjang rumah sakit. Dia tidak kuasa menahan begitu besar cobaan dan masalah yang dihadapinya. Ia tergugu dalam tangisnya saking bingungnya dan terpuruknya dengan himpitan masalah yang dihadapinya itu hingga kedua lutut dan kakinya tak mampu menopang berat tubuhnya itu.
"Aku harus gimana lagi, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, aku hanya memiliki putriku saja, aku tidak akan sanggup untuk hidup tanpa anakku itu," cicitnya Pinkan seraya menutup mulutnya menutupi suara isak tangisnya agar tidak kedengaran hingga ke telinga orang lain yang berlalu lalang di depannya.
Tepukan di pundaknya membuatnya tersentak kaget dan ia buru-buru untuk menyeka air matanya. Pinkan segera menolehkan kepalanya ke arah orang yang menepuknya itu ketika perasaan terkejutnya berhenti.
Pinkan kembali terkejut dan hampir saja jantungan melihat seorang wanita yang memakai kacamata hitam lalu membukanya dan juga maskernya di depan matanya Pinkan. Matanya membelalak dan melotot saking tidak percayanya dengan apa yang dilihatnya itu.
"Kamu!!" Pinkan hampir saja terjungkal ke belakang setelah wanita itu membuka kacamatanya yang sedari tadi dipakainya.
Wanita itu hanya tersenyum penuh arti melihat reaksi Pinkan," aku bisa mengatasi masalahmu itu hanya dalam jentikan jariku saja, asalkan kamu mau bekerja sama denganku," terangnya perempuan yang berambut sebahu itu.
"Mak-sud-nya!?" Beo Pinkan yang masih belum bisa menetralkan perasaannya yang kaget melihat wajah dari orang itu yang sedari tadi memperlihatkan wajah angkuhnya.
Wanita itu kembali memakai kacamatanya dan juga maskernya dibarengi dengan senyuman yang penuh arti.
"Jika kamu setuju dengan persyaratan aku maka aku akan membayar semua biaya perawatan anakmu hingga ia sembuh dan juga biaya sekolahnya hingga ke perguruan tinggi kamu tidak perlu repot-repot untuk bekerja di kafe lagi sebagai officer girl seumur hidup kamu," ungkap wanita yang memakai masker biru langit itu.
Pinkan tidak mungkin punya pilihan lain lagi, hanya itu jalan satu-satunya yang bisa Ia tempuh dan tidak mungkin untuk berpikir panjang lagi.
Pinkan menatap intens ke arah wanita itu," aku setuju tapi, tidak mau bekerja sama dengan cara yang tidak baik walaupun aku sangat butuh uang," pungkasnya Pinkan.
Wanita itu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Pinkan," kamu tidak perlu khawatir masalah itu, kamu cukup ikuti petunjuk dan arahan dariku yang paling penting dua hari lagi kamu harus berangkat ke Indonesia tepatnya di Ibu kota Jakarta," terangnya wanita itu.
Pinkan kembali terkejut karena ia harus kembali ke Indonesia negara asalnya yang sudah hampir delapan tahun ia tinggalkan.
"Apa aku harus kembali lagi setelah aku diusir dari sana karena aku hamil di luar nikah, ya Tuhan sanggupkah aku kembali ke kota yang pernah menorehkan luka di kehidupanku ini," Pinkan membatin.
"Kamu tidak perlu menjawab sekarang, aku tunggu jawaban kamu sampai besok,kalau kamu sudah punya jawaban datanglah besok pagi ke alamat ini," tutur wanita itu dengan menyodorkan sebuah kartu nama berwarna gold ke dalam tangannya Pinkan.
"Jalan Datuk Kahfi," lirih Pinkan saat membaca nama alamat jalan rumah sang pemilik kartu nama.
"Aku pulang dulu, semoga jawaban kamu memuaskan dan sesuai dengan apa yang aku harapkan, semoga putrimu lekas dioperasi," ucap perempuan itu sebelum meninggalkan Pinkan seorang diri.
Berselang beberapa menit kemudian, Pinkan masih terduduk di tempatnya semula. Ia tidak tahu harus bagaimana apa kembali ke tanah negara asalnya sesuai dengan persyaratan dari wanita misterius itu dan anaknya bisa segera diselamatkan ataukah melihat putrinya tersiksa dengan penyakitnya itu.
Air matanya kembali menetes membasahi pipinya, ia tidak menyangka jika harus kembali dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit.
"Kenapa wajah kami begitu mirip, sebenarnya dia siapa atau apakah di dunia ini memang benar ada yang namanya kebetulan saja," gumamnya yang sangat kebingungan dengan situasi yang terjadi.
"Kenapa di dunia ini ada orang yang mempermainkan suatu hubungan pernikahan yang suci sedangkan saya yang mendambakan pria yang telah merenggut kesucianku datang untuk menikahiku dan mengakui darah dagingnya," lirihnya Pinkan sembari menyeka air matanya itu.
Berselang beberapa menit kemudian, Pinkan masih terduduk di tempatnya semula. Ia tidak tahu harus bagaimana apa kembali ke tanah negara asalnya sesuai dengan persyaratan dari wanita misterius itu dan anaknya bisa segera diselamatkan ataukah melihat putrinya tersiksa dengan penyakitnya itu.
Pinkan Angelina sudah berada di depan alamat rumah perempuan yang ingin membantunya untuk membiayai semua pengobatan putri tunggalnya itu. Lila Patricia Oktavia divonis oleh dokter jika mengidap penyakit yang cukup sangat berbahaya dan mematikan itu.
"Ini jalan-jalan satunya yang harus aku lakukan, walaupun aku harus menyerahkan segala hidup dan kebebasanku ke dalam genggaman tangan perempuan itu yang paling penting bagiku keselamatan, kehidupan dan nyawanya putriku, karena aku sebagai seorang Ibu akan melakukan apapun demi kehidupan anaknya. Mungkin semua orang yang bernama mama berada di posisiku akan melakukan hal tersebut," gumamnya Pinkan.
Pinkan mengamati bentuk bangunan yang begitu megah berdiri kokoh di depannya itu. Walaupun terhalangi tembok nan kokoh dan juga pagar besi yang begitu menjulang tingginya itu.
"Ini rumah apa istana merdeka yah!?" Cicitnya Pinkan yang begitu mengagumi keindahan dan kemewahan rumah wanita yang bernama Natalie Naomi Hawkins.
Beberapa security memperhatikan dengan seksama gerak geriknya Pinkan yang menurut mereka mencurigakan.
"Maaf, kalau boleh tahu apa yang Anda cari di sini?" Tanyanya seorang security yang bertugas berjaga di rumah megah itu.
Pinkan yang sedang memikirkan sesuatu hingga ia mendengar suara sapaan dari seseorang yang bernada menginterogasinya yang seolah dia adalah seseorang yang sengaja datang untuk mengintai rumah itu karena, menginginkan dan berniat melakukan sesuatu.
Pinkan tersentak terkejut kaget sekaligus gugup karena ia merasa seperti seorang maling saja yang kedapatan sedang ingin mencuri hal itu terlihat dari tatapan beberapa security yang berada di depannya.
"Eh.. eh.. bapak maaf Pak saya kesini sedang mencari seseorang yang bernama Nyonya Natalie Naomi Hawkins?" Tanyanya Pinkan sambil membaca nama yang tertera di atas sebuah kartu nama berwarna gold yang sedang dipegangnya itu.
"Maaf kalau boleh tahu nama Anda siapa?" Tanyanya Pak security itu lagi dengan tatapan penuh selidik dari ujung rambut hingga ujung kakinya Pinkan.
Sedangkan Pinkan yang ditatap seperti itu merasa tidak enak hati, gugup dan panik. Tapi, mengingat nyawa putrinya yang sedang dipertaruhkan,ia harus menguatkan hati dan perasaannya.
"Nama saya Pinkan Pak security," jawabnya Pinkan yang sedikit ketakutan karena takut jika dicurigai akan maling apa lagi dirinya sangat membutuhkan sejumlah uang yang sangat besar untuk biaya hidup anak semata wayangnya.
"Anda sudah lama ditunggu di dalam, silahkan ikuti saya!" Perintahnya seorang pria yang tiba-tiba muncul dari arah belakang ketiga security yang sempat bertanya pada Pinkan yang membuatnya Pinkan ketakutan.
Seorang pria yang memakai pakaian seragam kerja khusus dengan gayanya yang sedikit lemah gemulai ketika berjalan maupun berbicara.
Pinkan merasa was-was jika memperhatikan raut wajahnya pria itu yang menimbulkan aura dingin dan mencekam.
Pria yang bernama Tengku Muhammad Iqbal itu segera memprediksikan Pinkan untuk segera masuk ke dalam sebuah ruangan khusus yang berdaun pintu dua itu.
"Silahkan masuk,kamu sedari tadi ditungguin oleh Nona Muda Natalie," imbuhnya Pak Tengku Muhammad Iqbal itu.
Pinkan hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan dari Pak Tengku," makasih banyak Pak," ujarnya Pinkan sembari menundukkan sedikit kepalanya itu di hadapan Pak Tengku Muhammad.
Pinkan dengan keyakinan yang teguh dan membayangkan bagaimana kondisi kesehatan putri tunggalnya itu.
"Saya harus kuat dan pasti bisa melakukan apapun yang menjadi persyaratan Nona Natalie yang paling penting demi nyawanya putriku itu," lirihnya Pinkan.
Natalie yang duduk di depan meja kerjanya segera berdiri menyambut kedatangan seorang perempuan yang sangat mirip dengannya. Hanya saja model rambut mereka serta warna kulitnya Pinkan yang sedikit gelap.
Pinkan kembali dibuat terkejut melihat wajahnya Natalie yang sangat mirip dengannya,"kenapa bisa ada orang yang sangat mirip denganku padahal kami sama sekali tidak ada hubungan darah apapun," batinnya Pinkan.
Natalie berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah Pinkan dengan mengitari seluruh tubuhnya Pinkan dengan senyuman yang penuh maksud.
"Aku sangat yakin jika kamu akan datang hari ini, semoga kamu sudah memutuskan untuk memberikan aku jawaban yang aku inginkan," imbuhnya Natalie seraya memainkan ujung rambutnya Pinkan.
"Aku setuju dengan permintaan Nona, tapi bagaimana dengan putriku apa Nona akan membayar semua biaya perawatan putriku hingga ia sembuh?" Pinkan masih sedikit menundukkan kepalanya karena merasa malu.
Natalie memandang ke arah Pak Tengku Muhammad untuk segera mengambil apa yang ia inginkan di dalam lemarinya dengan patuh.
"Ini surat-surat yang Anda minta Nona!" Tutur nya Pak Tengku Muhammad dengan merendahkan pandangannya.
Natalie mempersilahkan Pinkan untuk duduk di hadapannya," tolong baca baik-baik sebelum kamu bubuhkan tanda tanganmu, apabila ada yang kamu tidak setuju dengan isinya maka segera informasikan kepadaku," pintanya Natalie yang semakin tersenyum penuh arti.
Pinkan hanya cukup sekali membacanya dan ia mulai ragu karena di dalam surat perjanjian itu, dia harus menggantikan nona besar yang ada di hadapannya itu untuk menikahi pria yang sudah menjadi tunangannya selama ini satu minggu lagi di Jakarta.
"Maaf, tapi bagaimana caranya saya bisa menggantikan Nona sedangkan saya ini hanya tamatan sekolah menengah atas saja Nona apa yang ada pada diriku sendiri sangat jauh berbeda dengan Nona," pungkasnya Pinkan yang sedikit keberatan dengan permintaan dari Natalie.
"Kamu hanya cukup berpura-pura menikahinya, kamu tidak akan pernah melakukan kontak fisik dengan dia kamu cukup cari alasan yang cukup masuk akal untuk menolak semua keinginannya dan caranya aku akan infokan dan ajarkan padamu jadi kamu tidak perlu khawatirkan masalah itu, masalah pendidikan selama satu minggu ke depan kamu akan aku berikan guru khusus untuk melatih kamu agar kamu bisa seperti saya dan keyakinan saya itu sangat yakin jika kamu itu mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab yang aku berikan dan kedua jika aku kembali ke Jakarta kamu harus pergi dari sana dengan diam-diam dan aku akan pergi pasti aku akan mengabari kamu juga, semuanya hanya gampang saja," jelasnya Natalie panjang lebar.
"Jadi tugasku hanya sebagai istri pengganti saja yah, kalau gitu aku siap!" tuturnya Pinkan dengan penuh keyakinan.
"Pak Tengku, cepat telpon pihak rumah sakit untuk secepatnya melakukan operasi pada Lila Patricia Oktavia dan ingat berikan pelayanan yang terbaik untuknya, saya tidak ingin mendengar kesalahan ataupun ada kekurangan dalam pelayanan kesehatannya," perintahnya Natalie.
Pak Tengku hanya menundukkan kepalanya lalu pergi dari ruangan itu segera.
"Mulai hari ini kamu harus tinggal di paviliun belakang untuk menunggu kedatangan orang-orang yang akan melatihmu secara khusus dan hari dimana putrimu akan dioperasi kamu boleh pergi melihatnya," ujarnya Natalie.
Natalie hanya tersenyum bahagia dan bersyukur karena ada orang yang berbaik hati untuk membantunya itu. Pingkan segera diantar ke arah belakang dengan dituntun oleh salah satu maid di rumah besar itu.
"Permainan segera di mulai, maafkan Mama, Papa saya harus seperti ini karena aku menginginkan kehidupan yang bebas, saya tidak ingin terikat dengan hubungan yang akan mengekang kebebasanku,"
Suara tawa menggema dan membahana di dalam ruangan itu.
Tatapannya tajam ke depan dengan angkuh dan penuh arogan," William Henry Ford bersiaplah kamu menjalani kehidupan yang kamu inginkan dengan wanita lain," gumam Natalie dengan menenggak habis minuman beralkoholnya hingga habis.
Kehidupan in bukan untuk menemukan cinta, tapi untuk membangun cinta. Cinta yang indah tidak mungkin hanya ditemukan. Cinta yang indah menuntut pengorbanan yang tidak sederhana.
Hanya dibutuhkan beberapa detik untuk jatuh cinta, tapi seumur hidup untuk membuktikannya.
"Menunggumu dalam kesabaran lebih indah bagiku dari pada mengungkapkannya. Menantimu dalam doa lebih bermakna dari pada menjelaskannya."
"Kalau ini yang terbaik,maka aku harus berjuang keras untuk menjalankan pekerjaan ini demi putriku,"
"
"Permainan segera di mulai, maafkan Mama, Papa saya harus seperti ini karena aku menginginkan kehidupan yang bebas, William Henry Ford bersiaplah kamu menjalani kehidupan yang kamu inginkan dengan wanita lain," gumam Natalie dengan menenggak habis minuman beralkoholnya hingga habis.
Setelah menandatangani kontrak perjanjian mereka berdua. Pinkan segera menuju rumah sakit. Karena hari ini ia mendapatkan kabar jika, pihak rumah sakit sudah menemukan pendonor sumsum tulang belakang untuk Lila Patricia Oktavia putri tunggalnya itu yang menderita penyakit leukimia.
Pinkan menunggu proses operasi itu hingga selesai,"putriku mungkin hari ini untuk sementara waktu kita tidak akan bertemu lagi, tapi Mama janji jika Nona Natalie kembali ke rumahnya, Mama akan datang menjengukmu,"
Proses operasi berjalan lancar sesuai dengan harapan mereka. Proses operasinya berjalan lancar dan kondisinya Lila sudah stabil walaupun masih dalam keadaan yang tidak sadarkan diri.
Seorang pria yang memakai setelan jas lengkap berjalan mendekati Pinkan yang baru saja keluar dari ruangan tempat perawatan khusus putrinya itu.
Pria itu menundukkan sedikit kepalanya di hadapan Pinkan," Maaf Nona sudah saatnya mengikuti berbagai pelatihan yang akan Nona ikuti sesuai petunjuk dari Nona Besar Natalie!" Perintah Pria itu yang bernama Edward Liem.
Pinkan tanpa sepatah katapun hanya tersenyum menanggapi perkataan dari pria itu. Lalu ia mengikuti langkah kakinya menuju tempat parkiran mobil. Di sana Pinkan sudah ditunggu sedari tadi oleh beberapa body guard milik Natalie.
"Silahkan Nona!"
"Makasih banyak."
Kedatangan Pinkan di rumah itu disambut baik. Mulai hari itu juga Pinkan mendapatkan berbagai macam pelatihan terutama dalam hal bersikap dan bertutur kata seperti Natalie. Pinkan menjalani dengan sungguh-sungguh apa yang diajarkan oleh semua guru khusus yang didatangkan oleh Natalie untuknya. Natalie cukup terkejut melihat progres yang ditujukkan oleh Pinkan.
"Nona Muda, perempuan itu cukup pintar dan bisa kita andalkan karena hanya butuh waktu yang singkat dia sudah hampir 100% menguasai semua yang kita ajarkan dan kemampuan serta skillnya dalam menguasai beberapa bahasa cukup bisa diacungi jempol," jelasnya Edward Liem assiten pribadinya Natalie.
Natalie tersenyum penuh kemenangan karena apa yang diinginkannya segera terkabul, yaitu terbebas dari pernikahan yang menurutnya adalah belenggu yang akan mengikatnya dan membatasi ruang geraknya itu. Natalie menenggak habis hingga isinya tandas dalam gelasnya.
"Apa besok dia sudah bisa kita bawa pulang ke Jakarta?" Tanyanya lalu berbalik badan menghadap ke arah Edward Liem yang sedari tadi berdiri di depannya itu.
"Kalau menurut saya secepatnya saja Nona, karena dua hari lagi acara pernikahan Nona dengan Tuan Candra Malik Taison," tampiknya Pak Edward.
"Oke,kalau seperti itu persiapkan keberangkatan kita sore ini juga ke Indonesia dan jangan lupa kabarkan kepadanya untuk mempersiapkan dirinya dengan matang,"
"Baik Nona! Saya akan segera menginformasikan kepadanya untuk segera bersiap," balasnya Pak Edward.
Setelah semua persiapan telah rampung dan selesai. Mereka akan pulang ke tanah air Indonesia tercinta. Dengan penuh perencanaan yang matang. Pinkan sudah dibekali dengan berbagai keterampilan dan skill yang memumpuni hanya dalam waktu kurang lebih satu minggu.
Tetapi, satu hal yang belum diperlihatkan oleh Natalie kepada Pinkan siapa sosok pria yang nantinya akan digantikan posisinya oleh Pinkan setelah mereka menikah nanti. Rencana pertukaran mereka akan berlangsung ketika Natalie sudah resmi menjadi istri sahnya Candra.
Pinkan sedikit gugup dan bimbang untuk melangkahkan kembali kakinya di tanah kelahirannya,negara yang telah membesarkannya selama hampir delapan belas tahun ia hidup di tanah negeri kelahirannya, tapi sejak peristiwa semalam yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika, dia harus menyerahkan kegadisannya di tangan pria mabuk di bar waktu itu membuatnya harus hamil di luar nikah.
Karena alasan itulah dia terpaksa menjadi TKI di Malaysia sambil membesarkan anaknya tanpa suami dan anggota keluarganya karena Pinkan memang sedari umur lima belas tahun sudah menjadi anak yatim-piatu hingga detik ini.
Kedua orang tuanya hanya pekerja semrawut di Ibu kota Jakarta. Ia memang sedari kecil sudah dibesarkan dengan kemiskinan,tapi dia tidak pernah merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita, walaupun bekerja di salah satu club malam sebagai cleaning servis.
Pinkan boleh terlahir dari keluarga kurang mampu, tapi kemampuan otaknya diacungi jempol di sekolahnya hingga ia menamatkan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas dengan bantuan bea siswa.
"Setelah hampir delapan tahun aku meninggalkan Indonesia dan hari ini aku kembali dengan status sebagai Nona Besar Natalie, semoga aku sanggup menjalani sebagai istri palsu dari Tuan Muda Candra demi putriku Lila aku ikhlas melakukan semua ini karena tidak bakalan ada kontak fisik dan tidak boleh mencampur adukkan urusan perasaan dan hati di dalamnya,"
Mereka meninggalkan bandara dengan perasaan yang berbeda-beda berkecamuk di dalamnya. Pinkan dengan kenangan pahit yang sudah ia lupakan harus kembali mengingat kejadian yang seharusnya sudah ia lupakan.
Natalie tersenyum bahagia karena kekasihnya telah bebas dari penjara. Pria yang sudah hampir lima tahun itu menjadi kekasihnya, tapi karena masalah berbuat onar dan ricuh sehingga dia harus mendekam di dalam rutan.
Dua hari kemudian, Natalie sudah berpakaian dan pengantin dan menunggu pengantin kecil yang akan menjemputnya di dalam ruangan khusus pengantin.
"Edward apa Kamu Pinkan sudah memakai gaun pengantinnya?" Natalie duduk di depan cermin besar sambil memeriksa make up yang dipakainya itu.
"Dia sudah siap Nona dan ruangan itu selalu dipantau agar jangan sampai ada yang datang ke sana," jelas Pak Edward.
"Atur semuanya dengan baik dan jangan biarkan terjadi kesalahan sedikit pun," pintanya Natalie yang sudah bersiap untuk berjalan ke arah altar pernikahan.
Beberapa saat kemudian, Candra dan Natalie sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Tepuk tangan dari semua tamu undangan menggema di dalam ruangan itu.
"Cium!! Cium!" Teriak dari beberapa orang.
Natalie terkejut mendengar perkataan dan teriakan dari banyaknya orang yang menginginkan mereka berciuman. Natalie tampak gugup karena pacarnya Richard berada tidak jauh dari tempat mereka berada yang menjadi saksi pernikahannya.
Richardson dari jauh memberikan kodenya dengan menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan permintaan semua orang. Natalie dan Candra untuk pertama kalinya berciuman dalam ikatan pernikahannya.
"Tidak masalah, aku memberikan ciumanku ini lagian ini yang terakhir kalinya aku membiarkan bibirku di sentuh olehnya sisanya biarkan Pinkan yang menjalankan semuanya aku berikan ia kebebasan untuk apapun yang ingin ia lakukan bersama suami bodohku ini, yang paling penting aku bebas pergi keliling dunia bersama pujaan hatiku," batinnya Natalie yang segera mengakhiri ciumannya.
Resepsi pernikahan mereka akan dilangsungkan pada malam harinya. Jadi Pinkan lah yang akan menjadi Natalie sejak Natalia pergi dari Jakarta menuju Eropa.
Natalie segera masuk ke dalam ruangan khusus untuk berganti pakaian dan memberitahukan kepada Pinkan agar masuk kedalam kamar pengantinnya.
"Edward ingat, perhatikan dan terus jaga Pinkan baik-baik selama aku pergi, jangan biarkan dia melakukan kesalahan sedikit pun selama aku pergi dari sini,"ujarnya Natali seraya memakai wignya dan juga kacamata hitamnya.
Pinkan sudah dibawah oleh kedua iparnya menuju kamar pengantin yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh keluarga besarnya. Pinkan berjalan perlahan masuk kedalam kamar, kedua pengiring dan juga pengantarnya sudah menutup pintu dengan rapat. Pinkan masih memakai tudung yang menutup seluruh wajahnya.
William Chandra Herry Ford yang melihat kedatangan istrinya segera berdiri untuk menyambut wanita yang sejak dulu ia ingin nikahi. Dengan senyuman smirknya, William menyambut hangat istrinya itu. Dia perlahan menaikkan kain tipis yang menutupi wajahnya Pinkan atau Natalie.
Betapa terkejutnya Pinkan setelah melihat dengan jelas siapa pria yang menjadi suami palsunya itu. Tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang saking shock dan terkejutnya melihat pria itu.
Kedua pasang matanya membelalak saking tidak percayanya hingga ia berdiri kaku di tempatnya, "ini tidak mungkin! Kenapa pria itu yang harus menjadi suami bohonganku, pria yang telah merenggut mahkotaku malam itu, pria yang telah memberikan aku seorang putri yang sangat cantik, kenapa!?" Tatapan matanya Pinkan sulit untuk diartikan.
Jangan lupa untuk memberikan dukungannya yah! mampir juga dinovel aku yang judulnya:
Majikan Ayah Dari Anakku
Rindu Bintang Kejora
Garis Tanganku
Makasih banyak all readers..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!