NovelToon NovelToon

Happy Ending

1

"Didunia ini tidak ada yang lebih indah dari akhir cerita yang bahagia"

~Shanaya~

18 September xxxx

11:45

"Hiks...hiks..."

Shanaya melihat bingung teman masa kecilnya yang sedang menangis tersedu-sedu dihadapan nya dengan raut wajah bingung

"Lo?? kenapa??" Tanya shanaya sembari mengunyah permen karet yang ada di mulut nya.

"Hiks....g-gue barusan hiks...pu-putusss!!!!hwaaaa!!!!!" Jawabannya dengan diiringi tangisan yang semakin kencang dan mengundang perhatian orang-orang disekitar mereka.

Shanaya melihat ke kanan dan ke kiri dimana seluruh orang menatapnya dan ia merasa malu ketika semua mata tertuju pada mereka, "eh eh udah udah, malu tau dilihatin orang-orang" ucapnya sembari memberikan selembar tissue.

"Hiks..lo nggak tau kan? gimana rasanya diputusin....hiks," ucapnya dengan suara sengau khas orang habis menangis, sambil berusaha membuang ingus yang mengganggu pernapasannya pada selembar tissue.

Shanaya menaikkan sebelah alisnya,"Nggak!!" ucapnya dengan santai.

"Huaaaaaaa!!!!!!!" Suara tangisannya semakin mengencang dan membuat shanaya kelimpungan.

Shanaya POV

Oke, lupakan masalah tangisan nya sekarang kenalin gue Shanaya Miller gue anak tunggal di keluarga Miller sedangkan yang sekarang lagi nangis di depan gue adalah Alincia Sahara temen kecil gue yang kelakuannya kurang lebih sama kek gue, tapi kalau sifat nya kita beda jauh.Papa Alin seorang arsitektur terkenal di negara kami sedangkan ibunya seorang ibu-ibu sosialita. Dan anaknya hobi nge ghosting, gue nggak tau darimana sifat kadal betina dia, cuman setiap dia nangis kayak gini pasti masalahnya cuman ada dua, yang pertama drama yang dia tonton sad ending dan yang kedua karena dia mutusin cowok. Aneh? Iya itu dia.

Shanaya POV end

"Udah deh Lin mendingan nih! Lo minum cappuccino coffee" ucap Shanaya sembari memberikan kopi pesanan nya kepada Alin.

Alin menghentikan tangisnya, lalu mengusap air mata di pipinya dan membuang ingus yang keluar dari hidung nya. "Terimakasihhh...hiks," ucapnya sembari meminum kopi tersebut.

"150 ribu sekali minum," ucap Shanaya dengan ringan. "Uhuk..uhuk uhukk," yang membuat Alin tersedak kopi tersebut.

"Gue bercanda anjir, gitu banget muka Lo," ucap Shanaya sembari terkekeh.

Alin menatap Shanaya dengan tatapan permusuhan,"lama-lama nih cafe gue beli sekalian biar lo kagak ada penghasilan."

Shanaya tersenyum smirk, "yakin? Harga cafe gue nggak mahal kok, cuman 250 per meter aja," ucapnya.

"250 per meter?," Berusaha menyakinkan Shanaya bahwa dia tidak salah mendengar, Shanaya mengangguk sembari tersenyum.

"250 Dollar," ucap Shanaya yang membuat alin mengentikan gerakannya dalam menghitung uang.

"Anjingg!!!!," Pekik Alin yang membuat shanaya tersenyum smirk. "Berani beli?," Tantangnya. "Ngga!!! sekian terimakasih" jawab Alin dengan perasaan yang dongkol dan sembari meminum kopi nya lagi.

"Bercanda babi," ucap Shanaya. "Bircindi bibi, wlek," ucap alin mengikuti ucapan Shanaya dengan menampilkan raut wajah kesal.

22 September xxxx

20:38

Kringgg!!! Kringgg!!

Terdengar suara ponsel yang berbunyi menandakan bahwa ada seseorang yang menelpon.

Dengan tangan yang di penuhi tepung perempuan cantik itu menekan tombol berwarna hijau dan mengaktifkan mode speaker nya.

"Shanaya disini," ungkapnya sembari menuangkan tepung kedalam adonan kue nya.

"Shanaya!!!!,omaigat lo tau ngga?".

Huft!!

Shanaya memejamkan mata untuk meredam amarahnya sebelum menjawab pertanyaan tersebut.

"Nggak," jawabannya sembari mengocok adonan kuenya.

Sudah bisa ia tebak siapa sang penelepon itu, ya! bener! ALINCIA SAHARA.

Terdengar suara decakan dari sang penelepon, "ck, lo mah gitu nay, harusnya lo tanya "kenapa Alin" gitu bukan malah jawab "ngga", nggak asik lo".

Tanpa Alin ketahui saat ini Shanaya sedang mengikuti ucapannya tanpa ada suara.

"Naya!!! Lo denger gue kan?," Tanya Alin.

"Hm gue denger kok," jawab nya dengan mencicipi adonan yang ia buat.

Guk!! guk!! guk!!

"Kemari Moli," ucap Shanaya sembari mengangkat Moli anjing kesayangan dan memberikan adonan kue nya untuk Moli cicipi.

Sedangkan Alin, gadis itu mengganti posisi nya yang semula tengkurap menjadi duduk bersilang dan berdecak kesal.

"Shanaya Miller!! Omaigat gue di anggurin dong!!!!!," ucapnya sembari sedikit berteriak.

"Berisik Lin," ucap Shanaya tanpa memperdulikan kekesalan Alin.

"Sumpah ya Shanaya lo kejam banget sama temen sendiri, ini temen lo mau curhat loh Shanaya," ucap Alin dengan nada yang ia buat sedih.

Shanaya yang berada di seberang sana menaikkan salah satu alisnya, "cowok?".

Alin yang mendengar ucapan Shanaya dengan cepat menjawabnya sembari berteriak, "KYAKKK!!!!! SHANAYA!!! IH LO TAU AJA SIH KALAU GUE MAU CURHAT MASALAH COWOK!!!!!!!!".

"Basi Lin," jawab Shanaya.

Curhatan Alin pun dimulai dan Shanaya dengan senang mendengarkannya sembari memasukkan adonan kue nya kedalam oven dan mulai membersihkan barang-barang yang ia gunakan tadi.

Tak terasa 120 menit berlalu dan 100 menit yang lalu kue nya sudah matang dan sekarang Shanaya sedang menikmati kue buatannya itu sembari mendengarkan curhatan Alin yang entah sampai kapan akan berakhir.

"Gitu ceritanya Lin," ucap alin yang dengan lesu.

Akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya kalimat terakhir itu terdengar dan senyum Shanaya pun mengembang mengembang.

"Ya terus? Ngapain lo pusing, balikan aja udah sana, gue dukung 100%," ucap Shanaya.

"Lo serius dukung gue balikan nay," tanya Alin tak percaya bahwa temannya mendukung ia balikan dengan sang mantan kekasih.

"Heem, tapi kalau dibuat nangis lagi sama dia gue ngga ikut-ikutan," ucap Shanaya yang membuat raut wajah Alin berubah.

"Lo mah ah nay," jawab Alin.

Andai Alin tau mungkin ia akan menjambak rambut Shanaya saat ini karena sekarang Shanaya sedang menertawakan Alin yang dari suaranya terlihat kecewa.

"Dah lah Lin, terserah lo, mau balikan sama dia gue dukung tapi dengan resiko ya Lo tau sendiri, kalau ngga ya gue bersyukur," ungkap Shanaya yang membuat Alin semakin bingung.

"Oke deh," jawab Alin dengan cepat.

Shanaya mengkerutkan keningnya,"Lo udah buat keputusan?," Tanya nya.

Alin tersenyum malu-malu, "udah." Ucapnya tanpa ada ragu.

"So??"

"Gue bakal balikan, bye nay thanks ya udah mau dengerin curhatan gue, love you, much," ungkap Alin yang berhasil membuat shanaya ingin muntah dan setelah itu tidak terdengar lagi suara Alin yang artinya dia sudah menutup panggilan telponnya.

"Alin alin," ucap Shanaya sembari berdiri dan berjalan kearah jendela besar yang menampilkan suasana malam di kotanya dari lantai 16 apartment nya.

Dengan cahaya bulan yang menemani nya Shanaya termenung sejenak dan tidak lama salah satu sudut bibirnya terangkat.

"Cinta? Ck merepotkan," ujarnya yang kemudian menekan tombol yang berada di atas meja disampingnya dan tidak lama jendela besar tersebut mulai tertutup dengan tirai.

2

16 November xxxx

Sunshine Cafe

Suasana cafe yang nampak dipenuhi oleh pengunjung membuat seluruh karyawan cafe berlalu lalang melayani para pengunjung yang berdatangan.

"Terimakasih atas kunjungan nya" ucap pelayan kasir sembari tersenyum kepada salah satu pengunjung.

"Selamat datang di Sunshine Cafe ada yang bisa saya bantu," sapa nya ketika melihat pengunjung sembari tersenyum.

Pengunjung tersebut nampak melihat - melihat daftar menu yang letaknya berada di belakang kasir,"Hm...kak aku mau pesen coffee late nya satu sama red Velvet cake nya satu," ucapnya pengunjung tersebut.

"Mau dibawa pulang atau mau makan disini kak?," Tanya pelayan kasir tersebut.

"Disini aja".

"Oke, totalnya 136.000 ribu," Ucap pelayanan tersebut setelah menghitung total pesannya.

Brakk!!!

Suara pintu yang terbuka dengan keras membuat seluruh mata pengunjung dan karyawan disana memandang kearah pintu yang terdapat seorang wanita dengan keadaan sedang menangis.

Salah satu pelayan yang membawa nampan menghampiri temannya yang berada tidak jauh dari pintu tersebut, "Itu bukannya nona alin?," tanyanya sembari mencolek lengan teman nya.

Sedangkan Alin yang masih berdiri di pintu dengan keadaan yang bisa dibilang kacau mendekati salah satu pelayan dengan nametag Vita. "Hiks.....di-dimana Naya?," tanya nya dengan suara sangau.

Sedangkan pelayan tersebut menatapnya dengan bingung pasal nya Shanaya sempat berpesan kepada para karyawan nya agar tidak menganggu nya sementara waktu. Sedangkan Alin yang terlihat kacau bertanya kembali dengan nada yang meninggi dan terkesan membentak. "Hiks hiks jawab!!! Dimana Naya!!".

"I-itu non Bu boss ada di dalam," ucap pelayan tersebut dengan terbata-bata.

Alin yang mendengar jawaban dari Vita segera menghampiri ruangan Shanaya sembari menangis dan berteriak layaknya seorang anak kecil yang kehilangan balon nya. "Hiks hiks Naya!!!!!".

Sedangkan pelayan yang membawa nampan itu kembali bergumam, "cantik cantik kok gitu ya?".

Temannya yang mendengar gumamnya melirik dan menggelengkan kepalanya pelan memaklumi temannya yang memang sedikit nyinyir dan kemudian meninggalkannya tanpa berpamitan.

"Maaf semuanya silahkan dilanjutkan kembali" ucap Vita memberi penjelasan kepada pengunjung bahwa semuanya baik-baik saja.

Brakkk!!!!

Shanaya terkejut ketika mendengar pintu ruangan di dobrak seseorang dari luar, "Astaga!!!".

Shanaya yang merasa kesal ingin memarahi orang yang sudah lancang membuka pintu ruangannya, "Naya!!!! Hiks ...hiks....hiks".

Shanaya memejamkan matanya guna meredakan emosi yang sempat muncul namun ketika mengenal suara itu Shanaya menatap wanita yang berada berdiri tepat didepannya.

"Kenapa?," tanya Shanaya dengan tatapan datarnya.

"Nay hiks hiks gue putus!!!!!"

Lagi? Batin Shanaya yang sepertinya sudah tertekan dengan cerita tangisan Alin.

"Putus karena?" Tanya Shanaya sembari menutup laporan keuangan yang baru saja ia lihat dan ia tanda tangani. 

Alin yang mendengar pertanyaan dari Shanaya hanya bisa menundukkan kepalanya sembari memilin ujung baju yang ia gunakan. 

Shanaya yang melihat gelagat Alin mengkerutkan dahinya bingung, "Lin?"

Alin menatap Shanaya dengan mata yang kembali berkaca-kaca,"Hiks...hiks...hiks g-gue ngga bisa k-kas-sih tau lo!!!!!!!," Jawab nya dengan diiringi tangisan yang kencang. 

Shanaya yang mendengar ucapan Alin mengkerutkan keningnya dengan bingung, "kenapa?," tanyanya.

Dengan suara sengau khas orang habis menangis, Alin menjawabnya dengan terbata-bata, "i-ini m-masalah personal hiks...hiks!". 

"Okey, terus?" 

"nggak tau!!!!!!! hiks hiks hiks!!!"

Huft!!

3

5 Desember xxxx

Dering ponsel terdengar menggema di seluruh ruangan yang didominasi oleh warna putih tulang tersebut. Dengan perasaan kesal ia meraba kecil yang berada tepat di samping ranjang nya itu,dengan kesadaran yang belum sepenuhnya sadar ia menekan tombol hijau tersebut dan menempelkan ke telinga nya.

"Halo?,"ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur dan setengah sadar.

"Shanaya!!,astaga terimakasih nak!'

Shanaya mengerutkan keningnya ketika mendengar suara penelpon tersebut dan ia melihat kembali siapa yang meneleponnya, alangkah terkejutnya Shanaya ketika ia tau siapa penelpon itu

"Aunty Ryn?" gumamnya, seketika ia merubah posisinya menjadi duduk dan berusaha mengumpulkan kesadaran nya.

"Halo Shanaya, nak!! Kau masih disana kan?"

Bodoh nay, gerutunya ketika ia lupa bahwa telpon nya masih menyala,"Ah iya aunty maaf, ada apa aunty?."

"Nak apa kau bersama alin?"

Shanaya mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan tersebut,"Alin? Aunty Shanaya lagi ngga sama Alin" ucapnya tanpa menambah-nambahkan. Memang benar bahwa beberapa hari ini Alin tidak datang ke apartemen nya maupun cafe miliknya.

"Oh astaga anak itu benar-benar" suara aunty Ryn terdengar sangat kecewa.

"Aunty ada apa?"

"Alin pergi dari rumah Shanaya" ucap auty Ryn yang membuat Shanaya sangat terkejut

"Kemana aunty?"tanyanya dengan polos

"Itu alin nggak bilanh sama aunty dan uncle dia cuman ijin liburan tapi udah 3 hari ngga kasih kabar"

"3 hari aunty?"ucapnya dengan nada sedikit tidak percaya pasal nya Alin bukan tipe perempuan yang akan pergi tanpa menyebutkan tujuannya.

"Iya nak, aunty dan Uncle berpikir kamu sama alin, ternyata nggak".

"Heem nanti biar Shanaya coba telp alin ya aunty" ucap Shanaya berusaha membuat agar aunty Ryn tidak terlalu cemas

"Iya nak tolong ya, kalau dia nggak angkat telpon mu aunty dan uncle akan suruh beberapa orang mencarinya" ucap aunty Ryn dengan menaruh banyak harapan kepada Shanaya

"Iya aunty nanti Shanaya kabari ya aunty"

"Terimakasih nak"

"Sama sama aunty"

"Nih anak ilang kemana lagi?,"batin Shanaya.

Tut..... Tut..... Tut......

"Angkat dong lin"

"Nomer yang anda tuju..."ucap operator seluler tersebut dan dengan kesal ia mematikan sambungan tersebut dan berusaha menghubungi alin kembali.

"Ish kemana sih ni anak?" decak Shanaya dengan kesal.

5 Desember xxxx

Korea Selatan

"Nona!! tunggu nona!!". Teriak seorang laki-laki menggunakan bahasa korea

Wanita yang di panggil tersebut menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya melihat seorang laki-laki sedang mengejarnya. Wanita tersebut menurunkan kacamata yang ia gunakan.

Ya wanita tersebut adalah Alin,yang menghilang beberapa hari yang lalu, ternyata ia pergi ke Korea Selatan.

"Maaf,anda memanggil saya?,"tanya Alin memastikan panggilan tersebut.

Laki-laki tersebut yang berada tepat di depan di depannya sedang berusaha mengendalikan nafasnya akibat berlari.

"Nona,ini milik anda bukan?" tanya laki-laki tersebut sembari menyerahkan dompet berwarna coklat yang ia temukan.

Alin mengkerutkan keningnya sembari menatap benda tersebut,"darimana anda tau kalau itu milik saya?".

Alin heran sebab seingatnya ia sudah memasukkan dompet tersebut kedalam tas nya.

Lelaki tersebut sudah menduganya bahwa perempuan dihadapannya ini akan mempertanyakan seperti itu.

"Nona,aku tadi tidak sengaja melihat dompet anda terjatuh ketika keluar dari cafe di ujung jalan itu." Laki-laki tersebut menjelaskan secara singkat agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Benarkah?," ucap Alin sembari menaikkan sebelah alisnya.

Huft!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!