❤️ Happy Reading ❤️
''Hah...apa-apaan ini?'' tanya Ivana yang baru saja masuk dan langsung syok melihat dua orang yang sangat dia kenal sedang berdiri di altar seusai mengucap janji suci pernikahan.
Semua orang langsung menatap ke arah pintu masuk yang di mana ada sosok Ivana Faderica di sana dengan mengenakan pakaian pengantinnya.
''Ya seperti yang kamu lihat...kami baru saja menikah.'' sahut Lucy dengan entengnya.
''Apa maksud semua ini...?'' tanya Ivana yang kali ini tatapan matanya mengarah ke arah mempelai pria yang seharusnya sebanyak lagi menjadi suaminya.
''Apa masih kurang jelas yang aku katakan!'' seru Lucy.
''Tapi kenapa Andrew...bukannya kita saling mencintai dan kita akan menikah hari ini?'' tanya Ivana dengan suara yang bergetar. ''Tapi apa ini...'' kata Ivana lagi.
''Aku tidak mencintaimu, aku mencintai Lucyana dan asal kamu tau aku mendekatimu hanya semata-mata agar aku bisa lebih dekat dengan Lucy.'' jawab Andrew dengan mata yang menatap ke arah Lucy.
''Enggak...kamu pasti bohong.'' sahut Ivana sambil menggelengkan kepalanya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
''Tapi itu kenyataannya.'' tandas Andrew.
''Tapi kenapa...kenapa tepat di hari dimana kita akan melangsungkan pernikahan?'' tanya Ivana. ''Kenapa Andrew!'' bentak Ivana.
''Sudahlah Ivana...lebih baik kamu diam dan jangan buat keributan di sini.'' kata Mery ibu dari Lucy.
''Bisanya cuma bikin masalah dan buat malu saja.'' timpal Thomas yang merupakan ayah dari Lucy dan juga adik dari mendiang ayah Ivana.
Sedikit cerita Ivana adalah seorang gadis yatim piatu yang dimana kedua orangtuanya meninggal akibat sebuah kecelakaan.
Dan semenjak saat itu Ivana kecil harus tinggal bersama adik angkat dari ayahnya yaitu Thomas karena hanya dia kerabat satu-satunya yang dimiliki oleh keluarga Ivana.
''Kamu itu gak pantas bersanding dengan putraku...dasar gadis yatim piatu.'' tandas Rita ibu dari Andrew.
''Kalau kamu masih buat keributan pergi dari sini dan satu lagi...jangan pernah injakkan kakimu di rumah kami lagi setelah kamu membuat malu seperti ini.'' kata Mery.
''Huh baiklah...tapi ingat satu hal...aku akan membalas semua ini... membalas semua rasa sakitku pada kalian semua.'' kata ivana penuh dengan kebencian. ''Ingat itu!'' peringatnya.
''Ya...ya...ya...ya...'' sahut Mery dengan tangan yang mengibas-ngibas seolah meminta Ivana segera pergi.
Setelah mengatakan hal itu, Ivana pun langsung berlari menjauh dari sana.
Dadanya terasa sangat sesak..dia ingin segera menumpahkan semua yang dia rasakan.
Ivana berusaha sekuat mungkin untuk tegar dan tak terlalu menangis di sana tadi...tapi nyatanya semua itu tak sanggup di tahannya lebih lama lagi.
❤️
Brak
''Apa-apaan ini!'' seru seorang pemuda yang bernama Gevariel Marcio sambil melemparkan ponselnya.
Membaca pesan yang di kirimkan seseorang di nomornya membuat dirinya sangat kecewa.
Ya yang mengirimkan pesan adalah sang kekasih.
Kekasih yang akan di nikahinya pada hari ini, kekasih yang telah di perjuangkannya selama ini.
Geva merasa sangat marah dan geram karena biasa-bisanya kekasihnya pergi meninggalkannya tepat sebelum dua jam mereka menikah.
''Apa kariernya lebih penting dari pernikahan kami...'' gumamnya dengan kesal, terbukti bahwa saat ini tangannya sedang terkepal dengan kuat sampai menampilkan buku-buku tangannya.
''Kalau memang tak bisa menikah hari ini, kenapa kemarin tak mengelak.'' kesal Geva. ''Kenapa harus pergi sekarang...kenapa...kenapa...'' seru Geva dengan nafas yang memburu.
''Terus bagaimana ini tuan?'' tanya Antoni sang asisten setia, walaupun takut karena emosi sang tuan muda tak stabil...tapi ia harus tetap menanyakan hal ini.
''Pikir nanti...kepalaku pusing hingga terasa mau pecah.'' sahut Geva dengan menarik rambutnya. ''Aku mau kamu mengirim orang untuk memantau Rosa...'' perintah Geva.
''Baik tuan...perintah di laksanakan.'' jawab Antoni dan langsung dengan sigap menghubungi seseorang seperti apa yang di perintahkan sang atasan.
Geva masih tak habis pikir dengan semua yang di lakukan kekasihnya ini.
Mau di taruh dimana mukanya jika pernikahan ini batal secara mendadak dan bisa di pastikan reputasi keluarga besarnya pun akan ikut hancur...enggak...Geva gak mau semua itu terjadi...Geva gak mau membuat seluruh keluarganya kecewa terutama kedua orangtuanya.
''Ke danau sebentar An, aku butuh memenangkan pikiran sejenak.'' kata Geva. ''Dan jangan katakan apapun mengenai hal ini pada keluargaku tanpa terkecuali.'' tegasnya.
''Baik tuan.'' jawab Antoni.
''Keluargaku sudah tak menyukaimu...tapi aku tetap bertahan sampai di tahap ini...kenapa kamu malah menghancurkannya dan itu akan membuat keluargaku semakin membencimu.'' kata Geva dalam pikirannya.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan...akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan...danau buatan yang terletak di pusat kota, namun akan sepi jika bukan di akhir pekan seperti sekarang ini.
''Kita sudah sampai tuan.'' kata Antoni yang memberi tahu tuan mudanya yang sepertinya sedangan melamun hingga tak sadar jika mereka sudah sampai.
''Hem...tunggu sebentar aku di sini, aku hanya ingin menyendiri sejenak.'' kata Geva lalu keluar dari dalam mobilnya.
❤️
''Argh...kenapa kalian semua jahat!'' seru Ivana.
''Bengsek...brengsek...brengsek.'' serunya lagi.
''Hiks...hiks...hiks...ayah ibu kenapa kalian meninggalkanku sendiri di sini...kenapa kalian tak mengajakku pergi bersama kalian.'' lirih Ivana. ''Kenapa!'' teriak Ivana.
Geva yang baru datang pun tersentak kaget mendengar suara seorang wanita...teriakkan yang menyimpan sebuah kesedihan di dalamnya.
Geva semakin berjalan mendekat...dari arah pandanganya saat ini dirinya bisa melihat seorang wanita sedang memakai pakaian pengantin meski dari belakang.
''Apakah wanita ini mengalami hal yang sama seperti yang aku alami?'' gumam Geva. ''Hah ternyata tak hanya aku yang terlihat menyedihkan.'' gumamnya lagi.
''Khem.'' dehem Geva. ''Kamu mengganggu indra pendengaranku.'' katanya lagi seraya berjalan mendekat ke arah Ivana.
Ivana yang mendengar suara orang lain sontak saja langsung membalikkan tubuhnya.
''Kamu...sejak kapan kamu di situ?'' tanya Ivana. '' Dan untuk apa kamu di sini?'' tanyanya lagi.
''Bukannya ini tempat umum.'' sahut Geva. ''Dan aku di sini sejak seseorang berteriak-teriak sepeti orang gila...'' sambungannya yang membuat Ivana langsung melebarkan kedua matanya karena tak terima di sebut gila.
''Kamu...'' geram Ivana dengan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Geva.
''Turunkan jarimu nona...karena aku paling tidak suka di tunjuk...tidak sopan.'' kata Geva dengan dingin.
''Huh...'' Ivana tanpa menanggapi dan langsung saja mengalihkan pandangannya ke arah danau.
''Sepertinya kamu sedang kecewa.'' kata Geva yang sudah berdiri sejajar dengan Ivana. ''Pernikahan yang gagal.'' tebaknya.
''Bukan urusanmu.'' ketus Ivana. ''Dan jangan sok akrab karena kita tak saling kenal.'' imbuhnya.
''Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan?'' tanya Geva.
Pemuda yang dingin tiba-tiba bersikap ramah seperti itu...hal yang sangat aneh dan langka.
Entah kenapa menurut Geva ada sesuatu hal yang menarik dari seorang gadis yang sedang begitu frustasi di sebelahnya itu.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Geva...Ivana lebih memilih pergi dari sana.
Niat hati ingin menenangkan pikirannya malah semakin di buat sebal oleh pemuda yang tak di kenalnya itu.
''Hey...aku bertanya padamu.'' seru Geva menyusul Ivana...namun lagi-lagi gadis itu tak menggubrisnya. ''Bisakah kamu membantuku?'' serunya lagi.
''Kita tidak saling kenal dan tak seakrab itu tuan sehingga bisa saling membantu.'' kata Ivana kesal dan menghentikan langkahnya.
''Aku rasa nasib kita sama...sama-sama gagal menikah dan tepat di hari yang sama.'' kata Geva. ''Bagaimana kalau kita menikah saja?'' tawarnya.
''Hah...kamu sudah gila ya...jangan-jangan gara-gara gagal menikah otak kamu jadi gak waras.'' kata Ivana yang masih belum percaya dengan ucapan Geva.
''Aku gak gila dan aku serius.'' kata Geva dengan sungguh-sungguh. ''Aku butuh menyelamatkan reputasi serta nama baik keluargaku...aku tak ingin membuat kedua orangtuaku malu serta kecewa.'' kata Geva yang entah kenapa bisa seterbuka ini. ''Tolonglah...bantu aku.'' bujuknya. ''Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, asal kamu mau membantuku.'' bujuknya lagi. ''Bagaimana?'' tanyanya.
''Tawaran yang menarik, tapi sayang aku sama sekali tak tertarik dengan semua itu.'' kata Ivana lalu melanjutkan langkahnya.
''Hey, ayolah pikirkan sekali lagi...'' kata Geva yang menyusul Ivana berjalan.
''Huft...Apa kita akan menikah kontak seperti yang ada di novel-novel?'' tanya Ivana setelah membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Geva.
Cetak
''Hei tuan belum apa-apa tapi kamu sudah melakukan kdrt.'' seru Ivana sambil mengelus keningnya yang terasa sedikit panas karena di sentil oleh Geva.
''Ini dunia nyata dan bukan dunia novel.'' kata Geva. ''Jadi gimana?'' tanyanya lagi.
''Apa kamu bisa membantuku untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah menyakitiku?'' tanya Ivana dengan serius, jika menelisik dari pakaian serta barang-barang yang di kenakan Geva...sudah dapat di pastikan bahwa pemuda yang ada di hadapannya itu bukan dari keluarga sembarangan.
''Tentu dan aku berjanji untuk hal itu.'' jawab Geva.
''Apa semua kata-katamu bisa aku pegang?'' tanya Ivana lagi, bagaimanapun dia harus bersikap waspada...mengingat Geva adalah orang baru yang di kenalnya.
''Tentu...aku seorang pria sejati, jadi kamu bisa pegang omonganku.'' jawab Geva meyakinkan.
''Baik aku setuju menikah denganmu.'' jawab Ivana.
''Kamu serius?'' tanya Geva yang merasa belum yakin akan apa yang di dengarnya.
''He'em.'' sahut Ivana dengan menganggukkan kepalanya.
''Kalau begitu ayo...karena sebentar lagi aku harus segera sampai di gereja tempat aku akan menikah dan sebelum itu kita harus mampir dulu ke salon kecantikan untuk memperbaiki riasan wajahmu yang sudah sangat berantakan itu.'' kata Geva dengan tangan yang sudah siap menyeret Ivana ke mobilnya.
''Tapi tunggu dulu...kita belum saling memperkenalkan diri.'' kata Ivana.
''Kalau begitu perkenalkan namaku Geva...Gevariel Marcio.'' kata Geva sambil mengulurkan tangannya.
''Ivana Federica.'' kata Ivana menyambut uluran tangan Geva. ''Panggil saja Ivi.'' kata Ivana.
''Baiklah...ayo Ivi, karena waktu kita tak banyak.'' ajak Geva.
❤️ Happy Reading ❤️
Geva mengajak Ivana pergi dari danau menuju di mana mobil mewah miliknya terparkir.
Antoni yang melihat atasannya kembali namun dengan seseorang yang bersamanya membuatnya sedikit mengernyitkan keningnya.
Apalagi dengan tampilan Ivana yang mengenakan pakaian pengantin semakin membuat tanda tanya besar di benaknya.
''Tuan muda...'' sapa Antoni. ''Si...''
''Nanti aku jelaskan.'' potong Geva. ''Sekarang antar kami ke butik.'' katanya lagi yang langsung membukakan pintu untuk Ivana.
''Baik tuan muda.'' sahut Antoni.
''Cari butik lain An.'' kata Geva dan angguki oleh Antoni yang saat ini sudah siap di balik kemudi.
Cari butik lain, itu artinya tuan mudanya ini tak mau ke butik langganan keluarga Marcio.
Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah butik yang menjadi pilihan Antoni.
''Turun.'' kata Geva mengintrupsi Ivana untuk turun bersamanya.
''Selamat datang tuan..nona...'' sapa salah satu karyawan toko menyambut kedatangan mereka.
''Kami mau cari gaun pengantin.'' kata Geva.
Sejenak karyawan toko menelisik penampilan keduanya yang sudah memakai pakaian pengantin meskipun sudah terlihat sedikit berantakan.
''Apa kamu tak dengar!'' kata Geva meninggikan suaranya.
''Ba...baik tuan.'' kata sang karyawan yang kaget dan sekaligus takut mendengar bentakan dari calon pembelinya. ''Ma...mari...''
Mereka bertiga berjalan mengekor di belakang sang karyawan.
''Ini adalah koleksi yang butik kami miliki.'' katanya sambil memperhatikan beberapa koleksi gaun pengantin di yang ada di sana.
''Aku mau yang terbaik.'' kata Geva.
''Maaf...ada apa tuan?'' tanya seorang wanita dewasa.
''Kami mencari pakaian pengantin yang paling terbaik di butik ini.'' jawab Antoni mewakili tuannya.
''Oh kalau begitu mari...keruangan saya.'' ajaknya. ''Kebetulan butik ini adalah milik saya.'' sambungnya lagi.
Satu persatu gaun pengantin telah di coba oleh Ivana dan pilihan pun sudah di jatuhkan oleh tuan muda Gevariel.
Saat ini kedua orang itu telah keluar menggunakan pakaian pengantin mereka.
''Ke salon An.'' kata Geva menyebutkan tujuan mereka selanjutkan.
''Untuk apa?'' tanya Ivana.
''Apa kamu akan menikah dengan tampilan acak-acakan seperti itu?'' tanya Geva yang membuat Ivana menelisik penampilannya. ''Kamu tak apa tak memperdulikan penampilanmu itu tapi pikirkan reputasiku.'' sambungnya lagi.
Mendengar perkataan Geva membuat Ivana mendengus walau dia akui perkataan Geva memang ada benarnya...penampilannya memang acak-acakan saat ini dan bukan hanya reputasi pemuda itu yang rusak melainkan hal itu juga akan mempermalukan dirinya sendiri.
''Kamu bakar saja pakaian ini An.'' perintah Geva menunjuk pakaiannya dan gaun Ivana yang lama.
''Baik tuan muda.'' sahut Antoni.
❤️
Setengah jam sudah berlalu namun Ivana belum juga keluar dari ruang rias.
Hal ini membuat Geva menjadi sedikit gusar, karena pasalnya waktu pernikahannya sudah sangat mepet saat ini.
''Huh.'' Geva menahan kesalnya dengan menghembuskan nafasnya secara kasar.
Tak
Tak
Tak
Ivana keluar dengan begitu cantiknya, riasan yang begitu natural namun malah membuat kadar kecantikannya bertambah sehingga membuat seorang Gevariel Marcio terpana sampai termangu di tempatnya.
Sebegitu menikmati maha karya terindah ciptaan Tuhan yang ada di depannya sampai membuat Geva sama sekali tak bergeming saat Ivana berulang kali memanggilnya.
Ctik
Ctik
Ctik
Tiga kali Ivana menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Geva, baru membuat pemuda itu tersadar.
''Hah...'' beo Geva. ''Khem...ayo kita berangkat.'' ajak Geva kemudian. ''Dan kamu An, hubungi yang di sana kalau kita datang terlambat.'' titah Geva yang di angguki oleh Antoni.
Geva tak mau keluarganya merasa cemas karena mereka belum sampai sebab waktu pernikahannya hanya tinggal lima menit lagi dari yang telah di tentukan sebelumnya.
''Siapa yang akan membawaku ke altar?'' tanya Ivana.
Kerena seharusnya yang melakukan hal itu adalah ayahnya ataupun kerabatnya.
''Kalau boleh...saya saja tuan.'' sahut Antoni dari balik kemudi.
''Hem, baiklah...dengan Antoni.'' kata Geva.
''Aku rasa itu lebih baik, karena paling tidak kita sudah saling tau nama.'' sahut Ivana.
Mau bilang saling kenal, tapi nyatanya mereka sama sekali belum pernah berkomunikasi dan hanya tau nama saja.
❤️
''Mana ini Geva.'' kata mama Cecilia sambil berjalan mondar mandir.
''Tenang ma...Antoni baru saja memberi kabar kalau mereka sedikit terlambat.'' kata papa Geri. ''Dan itu Gabriel sedang ke dalam untuk mengatakan pada semua tamu yang hadir.'' sambungnya.
''Kakak pasti datang ma...bukaannya ini yang dia inginkan.'' kata Ica istri dari Gabriel. ''Menikah dengan wanita itu.'' sambungnya lagi.
''Ma...pa, ayo sebaiknya kita tunggu di dalam saja.'' ajak Gabriel yang baru saja datang dari dalam.
Nyatanya walau sudah ada pemberitahuan kalau pengantin datang terlambat, keluarga terutama sang mama tetap tak merasa tenang.
''Awas saja kalau wanita itu membuat ulah dan bikin malu keluarga kita.'' geram mama Cecilia yang memang tak suka dengan calon istri dari putra sulungnya itu.
❤️
Semua yang ada di sana merasa lega saat Gevariel telah masuk ke dalam gereja.
''Ma...pa...maaf ada sedikit insiden tadi.'' kata Geva yang langsung menghampiri kedua orangtuanya.
''Ya sudah sana kamu ke altar.'' kata sang papa. ''Kasihan semua sudah menunggu dari tadi.'' sambungnya lagi dan di angguki oleh Geva.
Kini telah tiba saatnya mempelai wanita di minta untuk masuk.
Tak
Tak
Tak
Ivana masuk dengan mengandeng tangan Antonio.
Semuanya biasa saja, karena wajah Ivana tertutup oleh veil atau kerudung pengantin.
Keluarga Geva pun tak menaruh rasa curiga saat Antoni yang mengandeng mempelai wanita, sebab mereka tau kalau kekasih putranya itu memang sudah tak memiliki orang tua.
Sesampainya di depan altar, Antoni langsung menyerah tangan Ivana yang melingkar di lengannya kepada Geva yang sudah mengulurkan tangannya.
Janji suci serta pemberkatan pun telah di lakukan kepada pasangan yang baru bertemu dan menikah karena kesepakatan itu.
Semua orang tak terkecuali keluarga Geva pun kaget mendengar nama wanita yang di nikahi oleh pewaris keluarga Marcio itu.
Sedangkan Geva dan Ivana tak memperdulikan kericuhan yang ada di sana dan tetap melanjutkan prosesi selanjutnya, mereka saling bertukar cincin dan Geva di minta untuk membuat veil istrinya.
Cup
Bukannya mencium bibir tapi Geva mencium kening Ivana dalam dan lama.
''Sudah dong ma...bukan wanita itu yang di nikahi oleh Geva, bukannya mama dengar kalau nama mereka saja beda ma.'' kata papa Geri agar istrinya itu berhenti menangis.
''Halah bisa saja memang itu nama asli wanita itu, kan profesi dia memang banyak yang gak pakek nama asli.'' sahut mama Cecil.
''Ma...lihat memang bukan dia.'' kata Ica setelah melihat wajah mempelai wanita kakak iparnya.
''Hah...'' kata mama Cecil yang langsung melihat kearah sepasang pengantin yang meraih berdiri di depan.
Dengan tak sabar, mama Cecil melangkah ke arah Geva dan sang istri.
''Ma.'' sapa Geva.
''Nama kamu siapa?'' tanya mama Cecil.
''Ivana tante.'' jawab Ivana dengan sedikit menunjukkan kepalanya sebagai tanda hormat.
''Kok tante, panggil mama dong sayang.'' kata mama Cecil yang langsung memeluk Ivana.
Kesan pertama membuat mama Cecil yakin bahwa Ivana gadis yang sopan dan gadis baik-baik.
''O iya ini papa Geri, papanya Geva yang berarti papa mertua kamu.'' kata mama Cecil begitu suaminya ada di sana. ''Dan itu Gabriel adik Geva, juga Ica istri Gabriel dan Gisela putri mereka.'' terang mama Cecil.
''Salam kenal kakak ipar.'' sapa Ica juga Gabriel.
''Salam kenal.'' balas Ivana.
''Oh putra mama...mama senang kamu tak jadi menikahi wanita ulat bulu itu.'' kata mama Cecil.
Setelah semuanya selesai...Ivana di boyong ke kediaman keluarga Marcio sebelum nanti malam mereka melakukan resepsi di salah satu hotel.
Mama Cecil langsung menggandeng tangan Ivana untuk berjalan keluar bersamanya.
''Papa butuh penjelasanmu son.'' kata papa Geri yang mengekor di belakang kedua wanita itu bersama dengan Geva.
Geva hanya bisa menghela nafasnya, dia sudah bisa menebak...pasti papanya itu akan meminta klarifikasi darinya.
Tak seperti mamanya yang seolah tak perduli kenapa mempelainya ganti, yang terpenting bukan Rosalin yang menjadi istrinya...itu sudah lebih dari cukup untuk sang mama yang memang tak menyukai serta selalu menentang hubungannya dengan wanita itu.
Wanita yang telah di belanya selama ini namun nyatanya malah mengecewakannya tepat di mana hari pernikahan mereka akan di langsungkan.
❤️ Happy Reading ❤️
Sepanjang perjalanan mama Cecilia terus saja mengajak Ivana berbincang.
Bahkan papa Geri dan Geva serasa menjadi orang asing di dalam mobil tersebut.
Pembawaan Ivana yang supel juga sopan nyatanya bisa membuatnya cepat beradaptasi.
Mengobrol dengan mama Cecil membuat Ivana seperti memiliki seorang ibu kembali.
Dimana dia selalu memimpikan bisa seperti layaknya teman-temannya yang lain, yang bisa saling bertukar cerita...keluh kesah serta rasa bahagianya dengan keluarga terutama seorang ibu.
''Hem...ma...apa boleh aku peluk mama lagi?'' tanya Ivana dengan ragu.
''Oh tentu saja sayang.''jawab mama Cecil yang langsung merentangkan kedua tangannya agar mereka bisa saling berpelukan.
''Terimakasih ya ma...Ivi serasa merasakan pelukan seorang ibu.'' ucap Ivana sejujurnya.
''Khem memang orangtua kamu di mana sayang?'' tanya mama Cecil. ''Kenapa gak datang saat pernikahan kalian? Apa mereka tidak tau kalau kamu menikah dengan Geva sama sepeti kami yang tak tau kalau kamu menikah dengan putra kami?'' cecar mama Cecil yang ingin tau lebih dalam tentang wanita yang saat ini sudah menjadi istri dari putra tertuanya.
''Orangtua Ivi pasti tau ma dan mereka juga pasti melihatnya.'' jawab Ivana. ''Dari surga...'' lirihnya dengan mata yang sudah mengembun.
''Oh sayang maafkan mama ya...mama gak bermaksud membuatmu sedih.'' kata mama Cecil dan langsung memeluk kembali Ivana. ''Kamu jangan sedih lagi karena mulai hari ini ada mama dan papa sebagai orangtua kamu.'' sambungnya lagi.
Perlakukan hangat mama Cecil pada Ivana membuat dia orang yang duduk di kursi depan saling lirik, siapa lagi kalau bukan suami dari kedua wanita yang tengah berpelukan itu...papa Geri dan juga Geva.
Geva memutuskan untuk mengendarai mobilnya sendiri, karena dirinya punya pekerjaan penting untuk Antonio.
Antonio di minta untuk mendekor ulang ballroom hotel tersebut, dia tak ingin pesta resepsi pernikahannya menggunakan konsep yang di minta oleh Rosa.
Dia ingin konsep yang berbeda, dan untungnya dia banyak uang jadi semua item langsung bisa terlaksana.
❤️
''Selamat datang di kediaman keluarga Marcio sayang...'' ucap mama Cecil dengan menggandeng tangan Ivana untuk masuk ke dalam rumah.
Bahkan mami Cecilia pun mengumpulkan para pekerja untuk mengenalkan Ivana sebagai istri Geva yang berarti nyonya muda di sana.
''Daddy...Gisel minta gendong.'' kata Gisel merentangkan kedua tangannya tepat di hadapan sang paman.
Sedari tadi bocah kecil nan cantik itu sudah ingin berlari ke arah pamannya dan meminta gendong, namun ditahan oleh sang papi.
Hap
''Cantiknya daddy...uh semakin berat ya sekarang...'' kata Geva dengan menggesekkan hidungnya di hidung Gisel.
''Kata mami, Gisel sudah semakin besar jadi wajar saja kalau berat.'' jawab Gisel. ''Daddy...apa bener itu mommynya Gisel?'' tanyanya sambil menunjuk kearah Ivana.
''Yap itu mommy Ivi.'' jawab Geva. ''Kasih salam sama mommy Ivi...'' perintah Geva.
''Halo mommy Ivi...aku Gisel.'' kata Gisel mengulurkan tangannya yang mungil pada Ivana.
''Hai sayang...'' kata Ivana dengan membalas uluran tangan Gisel.
''Gisel...mommy Ivi cantik gak?'' tanya Ica.
''Mommy Ivi cantik.'' jawab Gisel.
''Gisel juga sangat cantik.'' puji Ivana.
''Sudah...sudah lebih baik kita istirahat sekarang.'' kata mama Cecil. ''Geva...ajak istrimu ke kamar dan Ica bawa Gisel istirahat.'' kata mama Cecil lagi.
''Baik ma.'' jawab Ica. ''Ayo sayang...kamu harus tidur agar nanti gak rewel saat di acara resepsi daddy Geva.'' ajak Ica sambil mengambil alih tubuh Gisel dari gendongan Geva.
❤️
Cklek
Saat pertama masuk tentu saja sudah tercium wangi maskulin yang mengoar di sana.
Warna cat yang dominan warna putih serta penampakan kamar yang cukup luas.
''Kamu bisa mandi terlebih dahulu.'' kata Geva mengalihkan atensi Ivi yang semula menelisik keseluruhan kamar hingga ke sudut.
''Tapi aku gak ada pakaian ganti.'' kata Ivi.
''Tunggu sebentar di sini.'' kata Geva dan berjalan menuju salah satu pintu yang ada di dalam kamar.
Setelah beberapa saat Geva kembali lagi dengan membawa satu kaos miliknya.
''Ini...kamu bisa pakai ini sementara waktu.'' kata Geva dengan tangan yang menyodorkan kaos yang telah di bawanya tadi.
''Hem...terimakasih.'' jawab Ivi.
Ivi langsung saja masuk ke dalam kamar mandi...karena jujur saja tubuhnya sudah sangat gerah dan lelah sama seperti otak serta perasaannya saat ini.
Entah apa yang akan terjadi di kemudian hari dengan hubungan yang baru di jalaninya ini.
Sesekali dalam pikirannya, gadis itu merutuki kebodohannya karena sangat mudah sekali menerima kesepakatan yang di tawarkan oleh Geva hanya demi tergiur dengan rasa sakit hati yang menimbulkan dendam di hatinya.
Huh tapi mau bagaimana lagi...semuanya sudah terlanjur basah...jadi mending nyebur aja sekalian...pikirnya, lagian dia juga tak rela jika orang-orang yang sudah membuatnya sakit seperti ini merasa bahagia terlalu lama dan ya dia memang butuh seseorang untuk membantunya.
Sementara Ivana berada di kamar mandi, Geva lebih memilih keluar menuju ke kamar adik dan adik iparnya.
Tok
Tok
Tok
Cklek
''Iya, ada apa kak?'' tanya Gabriel pada sang kakak yang sudah ada di depan kamarnya.
''Ica mana?'' tanya Gevariel.
''Ada apa kak?'' tanya Ica yang langsung mendekat begitu namanya di sebut.
''Ca, pesenin beberapa pakaian buat Ivana.'' kata Geva yang membuat kedua orang di depannya itu sedikit memincingkan matanya. ''Koper miliknya terbawa sama Antoni.'' kata Geva lagi memberi alasan agar adik serta adik iparnya itu tak curiga.
''Oh begitu, iya nanti aku pesenin.'' sahut Ica.
''Kirim saja notanya ke aku, nanti aku transfer.'' kata Geva lalu melenggang pergi begitu saja.
''Ck, kakak kamu itu...semoga saja kak Ivana tahan dengan sikapnya yang seperti itu.'' decak Ica.
❤️
''Dari mana?'' tanya Ivana yang sudah selesai dengan ritual mandinya saat Geva kembali kedalam kamar.
''Cuma dari luar.'' sahut Geva yang terlihat begitu enggan menatap ke arah Ivana, Geva yang notabene adalah laki-laki normal...pasti akan merasakan gejolak saat melihat penampilan Ivana seperti ini.
Rambut basah yang di tutup dengan handuk kecil, kaos Geva yang kedodoran bak menyerupai dress dengan panjang hanya hingga sampai di atas lutut saja.
''Oya nanti kalau ada yang mengetuk pintu kamu buka saja...mengantar pakaian untuk kamu.'' kata Geva sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
Dan benar saja, setelah Geva masuk keruang ganti...pintu kamar mereka ada yang mengetuk.
Seperti yang di katakan sang suami, Ivana yang tadinya berdiri di balkon kamar langsung masuk kedalam dan membukakan pintu.
''Kamu istirahat saja, aku mau keluar sebentar.'' kata Geva seusai mereka selesai dengan urusan masing-masing.
''Hem baiklah dan terimakasih untuk pakainnya.'' ucap Ivana.
''Hem.'' sahut Geva dan pergi keluar kamar.
❤️
Tok
Tok
''Masuk.''
Cklek
''Duduklah.'' kata sang papa yang sudah menunggu Geva di ruang kerjanya.
''Ada apa pa?'' tanya Geva begitu telah mendudukkan bokongnya dengan rasa penasaran di dalam pikirannya.
Sebab tak biasanya papanya seperti ini bila tak ada sesuatu hal yang sangat penting.
''Seperti yang papa katakan sebelumnya...papa butuh penjelasan darimu Gevariel Marcio.'' kata sang papa. ''Siapa Ivana dan kenapa kamu bisa menikah dengannya? bukanya kamu akan menikah dengan kekasihmu yang model itu?'' cecar papa Geri. ''Katakan atau papa cari tau sendiri.'' sambungnya.
Sebelum memulai cerita, Geva menghirup nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
Baru setelahnya Geva menceritakan segalanya, sebab mau di tutupi seperti apapun tak mungkin...karena Geva tau seperti apa papanya.
''Huft...terlepas dari semuanya, papa harap kamu tak main-main dalam pernikahan ini.'' kata papa Geri begitu mendengar cerita Geva. ''Papa tak mau putra papa menjadi laki-laki pengecut yang hanya bisa memanfaatkan seorang wanita terlebih menyakitinya.'' sambungnya. ''Ingatlah Gev, pernikahan adalah sesuatu hal yang sakral dan jika kamu menyakiti hati wanita yang saat ini jadi istrinya maka ingatkan dirimu bahwa mama serta keponakanmu juga seorang wanita.'' sambungnya lagi memberi wejangan.
''Iya pa Geva ngerti dan Geva juga gak ada niat untuk mempermainkan pernikahan ini.'' sahut Geva.
''Cobalah buka hati kamu untuknya dan lupakan wanita itu.'' kata papa Geri. ''Dia tak benar-benar mencintaimu Geva, karena kalau dia benar mencintaimu maka dia akan lebih mengutamakan dirimu dari apa pun bahkan lebih dari hanya sekedar kariernya saja.'' sambungnya.
''Iya pa akan Geva coba.'' sahut Geva.
''Jangan hanya di coba tapi memang harus.'' tegas papa Geri. ''Dia bukan wanita yang baik untuk kamu, karena nyatanya dia bisa meninggalkan dirimu tepat di hari pernikahan kalian, tidakkah dia berpikir bagaimana perasan kamu, perasaan keluarga kamu juga reputasi kamu dan keluarga kita akibat ulahnya!'' kata papa Geri dengan sedikit menggebu karena amarahnya. ''Pergilah...kembalilah ke kamarmu dan renungkan pembicaraan kita ini.'' kata papa Geri.
''Baik pa.'' jawab Geva Lalau pergi keluar dari ruang kerja sang papa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!