NovelToon NovelToon

Kings And Queens

Alisha Maliqa Schumacher Léopold

Istana Brussels Belgia

Hari ini adalah acara aqiqah pangeran dan putri kembar keluarga kerajaan Belgia, membuat keadaan istana semakin semarak dengan kehadiran keluarga besar Ratu Zinnia yang memang bukan kaleng-kaleng.

Selain keluarga klan Pratomo, para anggota kerajaan sahabat lainnya seperti kerajaan Inggris, kerajaan Spanyol, kerajaan Belanda, kerajaan Brunei Darussalam, Thailand dan banyak lagi, juga hadir disana.

Pangeran Richard Carrington dari Inggris pun ikut bersama dengan ayah dan ibunya, Raja Henry dan Ratu Medeline. Pangeran itu tampak celingukan mencari Arsyanendra, teman sebayanya.

"Kamu cari Arsya?" tanya Medeline yang tahu putranya bosan dan mencari temannya. Richard mengangguk. "Tuh ada Jasmine. Kamu tanya saja sama Jasmine." Medeline menunjuk pengawal setia Zinnia ke putranya.

Richard lalu berjalan menghampiri Jasmine. "Bibi Jasmine" panggilnya.

"Pangeran Richard? Cari pangeran Arsya?" Jasmine membungkuk hormat ke Richard.

"Iya. Memang si celad dimana?"

Jasmine tersenyum simpul mendengar panggilan pangeran Inggris itu ke pangeran mudanya. "Mari ikut saya, pangeran."

Richard mengikuti langkah pengawal Tante Zinnia ke sebuah ruangan dan disana memang sudah disiapkan kamar khusus anak-anak. Tampak Arsya sedang asyik bersama dengan dua gadis cilik dan seorang pemuda cilik. Dari usianya tampak ketiga balita itu tidak berbeda jauh usianya.

"Richard! Ayo main sini! Ini adik-adik aku. Ini Biana, ini Rania dan itu Vicenzo. Adik-adik, kenalkan ini kak Richard" ucap Arsyanendra sok dewasa membuat Richard geli dengan gaya temannya itu.

Tapi ketiga balita itu hanya menatap bengong ke Richard lalu mengacuhkan pangeran dari Inggris itu.

Seriously? Aku hanya tidak dihormati oleh balita.

"Richard sudah lihat adikku?" tanya Arsyanendra.

"Bukankah ini adik-adik mu?" balas Richard.

"Bukan, Richard" kekeh Arsya. "Tapi lagi pada bobok. Sini!" Arsya berjalan menuju box bayi dan Richard melihat ada sekitar enam pengawal merangkap baby sitter disana.

Pangeran bermata biru dan sama dengan Arsya itu lalu melihat box bayi yang terdapat Avaro dan Alisha disana. Richard melihat wajah Alisha yang menggemaskan lalu mengusap pipi gembul bayi berusia empat bulan itu.

Kamu gemesin, Alisha.

***

17 tahun kemudian... Istana Buckingham Inggris

Hari ini adalah pertemuan bilateral antara kerajaan Belgia dan kerajaan Inggris yang mempertemukan dua keluarga bersahabat erat. Sean dan Zinnia memang memiliki hubungan spesial dengan Henry dan Medeline bahkan sejak awal pernikahan mereka.

The Léopolds datang dengan semua anggota keluarganya termasuk si kembar pangeran Avaro dan putri Alisha yang menjadi remaja kembar terkenal seantero dunia bersama dengan pangeran Louis, bungsu dari kerajaan Inggris yang juga bersahabat dengan si kembar.

Richard yang berkuliah di Oxford sembari mengikuti pelatihan militernya untuk British Navy, memutuskan untuk mengambil cuti tiga hari demi ikut menyambut kedatangan keluarga dari Belgia.

Dan kini usai acara makan malam tampak Sean dan Henry asyik berdiskusi sembari menikmati minum kopi sedangkan Zinnia dan Medeline juga tampak seru mengobrol berbagai hal.

Kelima pangeran dan putri pun tidak kalah dengan memilih berada di balkon sambil menikmati cemilan.

"Varo, perasaan Arsya dan Alisha memanggil Tante Zee 'Mommy' tapi kamu kok 'Mama' sendiri?" tanya Louis ke Avaro dan Alisha.

"Suara aku dan mas Arsya itu hampir mirip apalagi setelah suaraku pecah jadi sama mama dibuat berbeda supaya kalau manggil tahu siapa soalnya aku dan mas Arsya pernah usilin mama... Ngamuk deh!" kekeh Avaro.

"Kamu dihukum apa sama Tante Zee?" kekeh Louis yang tahu sahabat mummynya itu suka memberikan hukuman aneh-aneh ke kedua pangeran tampan itu.

"Motong rumput di halaman belakang rumah plus membersihkan kamar mandi" jawab Avaro sambil manyun membuat Alisha cekikikan mengingat kembaran dan kakak nya harus melakukan hal itu.

Richard melirik sekilas ke arah Alisha yang tertawa. Wajah gadis yang mirip dengan sang Mommynya itu tampak menggemaskan membuat jantungnya berdesir.

"Rich, kamu jadi berlayar ke Australia?" tanya Arsyanendra membuat Richard menoleh ke sahabatnya.

"Jadi Sya. Kenapa?"

"Duh aku kangen Aussie. Kamu tahu sendiri kan aku punya Opa dan Oom yang memiliki Ranch di Queensland. Waktu aku elementary school, pernah ke sana pas liburan. Duh menyenangkan apalagi membantu Oom Pahlevi dan Tante Gemintang mengeluarkan anak kambing dan sapi yang susah lahirannya."

"Tapi aku kan ke Melbourne Sya, nggak ke Brisbane."

"Iya sih."

"Adikmu jadi kuliah di Jerman?" tanya Richard sambil menoleh ke arah tiga orang yang asyik bercanda.

"Yang mana? Avaro atau Alisha?"

"Dua-duanya lah!"

"Dua-duanya sudah kuliah malah Rich. Alisha mengambil psikologi dan filsafat di Freie University of Berlin sedangkan Avaro di fakultas matematika Humboldt University of Berlin."

Richard menatap Arsyanendra. "Alisha ambil double major?"

"Yup. Anak itu katanya galau pilih yang mana terus Daddy dan mommy bilang kalau mampu dua-duanya kenapa nggak diambil saja toh dia juga senang dua bidang itu. Ya sudah, ambil double major lah."

"Psikologi dan filsafat?"

"Yup. Kamu tahu sendiri kan mommy lulusan psikologi, terus Tante Nadira dosen filsafat di University of Maryland. Jadi bukan bidang yang aneh lagi kalau Alisha ambil itu." Arsyanendra membaca pesan di ponselnya. "Rich, Vio minta ketemuan di Soho."

Vio atau Violeta adalah putri dari kerajaan Belanda yang sepantaran dengan Arsyanendra dan Richard. Gadis bermata ungu itu sudah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge University dan sekarang memilih bekerja di sebuah perusahaan finance di London. ( Baca The Prince and I chapter Ketika pangeran dan putri cilik berkumpul ).

"Ya sudah besok ketemuan di Soho" jawab Richard yang tahun ini berusia 23 tahun. "Anak itu masih senang jadi pegawai? Nggak pulang dia ke Amsterdam?"

"Katanya masih senang bebas dari urusan protokoler" senyum Arsyanendra yang tahu sahabatnya itu sama pemberontaknya dengan adiknya Alisha.

"Kamu jadi latihan gabungan dengan Angkatan Udara Amerika?" tanya Richard yang tahu Arsyanendra terjun di dunia militer Belgia mengambil angkatan udara dan sekarang menjadi pilot militer berlisensi.

"Jadi. Bulan depan aku berangkat ke Washington DC."

"Kamu akan menggantikan Oom Sean kah suatu saat nanti?" Richard menoleh lagi ke arah adiknya dan dua sahabatnya yang tertawa bersama entah membahas apa tapi sepertinya hal yang lucu.

"Mungkin. Aku tidak memikirkan hal itu sekarang Rich. Kamu tahu sendiri kan aku lebih berambisi untuk memajukan keamanan Belgia lebih ketat lagi."

Richard mengangguk karena beberapa waktu lalu, kerajaan Belgia sempat terkena imbas gegeran perang narkoba di Eropa membuat Raja Sean semakin memperketat semua akses masuk ke negaranya.

"Inggris juga iya Sya, meskipun kita tahu soal seperti itu sudah lama tapi rupanya kartel semakin nekad" ucap Richard.

"Amit-amit deh Rich. Jangan sampai kita terjerumus di barang maksiat itu."

Richard mengangguk sambil melirik ke arah Alisha yang sedang tersenyum ke arah Louis.

Kamu makin cantik saja, Alisha.

***

Yuhuuuu Launching Yaaaa generasi ketujuh

Generasi keempat sudah tidak ada jadi jangan pada nyariin.

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Richard Carrington

Buckingham Palace taman belakang

Alisha berjalan bersama dengan bibi Jasmine, pengawal sang mommy yang masih setia mengawal Zinnia dan sekarang dirinya. Meskipun sudah tidak sesigap dulu dan digantikan oleh pengawal yang lebih muda dan cakap, tetap saja Alisha merasa nyaman bersama dengan wanita berusia 50 tahun itu.

"Princess, yakin anda ingin berjalan - jalan di taman ini sebelum tidur?" tanya Jasmine.

"Iya bibi Jaz. Taman disini kan berbeda dengan di Brussels." Alisha melirik jam Baby G nya yang menunjukkan pukul sepuluh malam waktu London. Kebiasaan Alisha jika mengalami jetlag, dia memilih jalan-jalan ke taman sampai ngantuk.

"Princess itu berbeda sendiri dengan prince Arsya dan prince Avaro."

"Kenapa bibi Jaz?"

"Prince Arsya kalau tidak bisa tidur..."

"Main game dengan Oom Shinichi" kekeh Alisha yang tidak habis pikir dengan Oomnya yang selalu masih merasa paling imut di generasinya.

"Hahahaha, tuan Park memang kesayangan prince Arsya. Kalau prince Avaro..."

"Tidur di ruang tengah sambil menonton tv dan endingnya..."

"TV nonton Avaro!" seru Alisha dan Jasmine bersamaan lalu keduanya tertawa. Jasmine selalu dianggap Alisha sebagai ibu kedua selain Sarah karena disaat Zinnia sibuk, Jasmine atau Sarah yang menjaganya sedangkan Avaro dikawal oleh Gustavo dan Arsya oleh Robert.

"Princess?"

Kedua wanita beda usia itu menoleh dan tampak Prince Richard berdiri disana mengenakan kaus hitam turtle neck dan celana coklat. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku dan wajahnya menatap ke arah Alisha dengan ekspresi bertanya.

"Ternyata benar kata Arsya, kamu kalau tidak bisa tidur, jalan-jalan ke taman" kekeh Richard.

"My prince" Jasmine membungkuk hormat.

"Bibi Jaz, tidak usalah formal" senyum Richard sambil menghampiri kedua wanita itu. Alisha melihat para pengawal kerajaan tampak berjaga disana saat putra mahkota berjalan ke arahnya.

"My Prince, anda belum tidur?" tanya Jasmine.

"Sama dengan Alisha, aku tidak bisa tidur."

"Kenapa?" tanya Alisha.

"Well, kalau kalian kena jetlag, aku kena sea lag" senyum Richard membuat Jasmine dan Alisha terkekeh pelan.

"Anda akan berlayar lagi, my prince?"

"Lusa aku akan berlayar ke Australia" jawab Richard sambil menatap Alisha.

"Wah bibi Jaz, kita sudah lama tidak ke Aussie ya? Kangen Oom Pahlevi dan Tante Mintang." Alisha menatap Jasmine penuh semangat.

"Bibi Jasmine, biar aku temani Alisha jalan-jalan." Richard menatap lembut ke Jasmine.

"Tapi my prince.."

"Tidak apa-apa Bibi. Richard juga mencari kantuk. Iya kan?" Alisha menatap Richard sambil tersenyum.

Richard mengangguk.

"Baiklah. Bibi tunggu di kursi sana, my princess." Jasmine pun berjalan menuju kursi taman.

Richard mempersilahkan Alisha untuk berjalan duluan dan gadis itu melangkah dengan anggun.

"Kamu jadi ambil kuliah di Jerman?" tanya Richard sambil berjalan berdampingan dengan Alisha.

"Iya. Aku dan Avaro memang ingin kuliah di Jerman. Alhamdulillah terkabul."

"Apakah sulit? Maksud aku, kata Arsya kamu mengambil double major. Apa kamu tidak bingung?" Richard menoleh ke arah gadis yang termasuk mungil itu, mirip dengan sang mommy yang tidak terlalu tinggi.

"Bingung awalnya tapi karena aku suka, jadi enjoy saja lah" senyum Alisha yang sudah masuk kuliah sejak usia 16 tahun. "Berapa lama kamu berlayar besok?"

"Bisa jadi lebih dari empat bulan karena kami juga akan mengadakan latihan gabungan dengan beberapa anggota persemakmuran."

"Apa tidak bosan di laut?"

"Bosan sih tapi aku memang memilih menjadi terjun di angkatan laut jadi ya dinikmati saja lah."

Alisha mengangguk dan tak lama dirinya menguap. "Maaf Richard, sepertinya aku sudah mulai mengantuk."

Richard tersenyum. "Ayo, kembali ke kamarmu, aku antar."

***

Istana Brussels Belgia, tiga tahun kemudian ( present day )...

"Alishaaaa!" teriak Ratu Zinnia yang merasa kesal putrinya semakin hari semakin pemberontak dan menolak hadir di acara pertemuan bilateral non formal dengan keluarga kerajaan Inggris.

"Yang Mulia Ratu, tampaknya princess Alisha memilih berkuda" lapor salah seorang pengawal.

"Astagaaa! Anak itu!" Zinnia tampak kesal sambil menghentakkan kakinya pertanda kesal.

***

Arena Berkuda Istana Brussels Belgia

Alisha memacu kudanya yang bernama Joy dengan kecepatan sedang. Gadis berambut hitam itu memilih kabur dari istana karena dirinya merasa bosan dan lelah dengan protokoler istana setiap ada tamu yang datang.

Karena merasa hanya keluarga Oom Henry dan Tante Medeline yang datang, dirinya tidak datang pun sebenarnya bukan masalah. Paling dijewer mommy nanti sama disuruh bersihkan kamar mandi.

Zinnia sendiri tidak pernah memanjakan ketiga anaknya bahkan terkadang memberikan hukuman yang aneh-aneh disaat ketiganya nakal.

Arsyanendra, Avaro dan Alisha pernah terlibat perkelahian hanya gara-gara berebut jadwal berkuda. Akibatnya Zinnia menjewer ketiga anaknya dan menghukum dengan membuat para pelayan, pengawal dan sekretaris kerajaan menggelengkan kepalanya. Bagaimana tidak, ketiga pangeran dan putri itu dihukum membersihkan kamar mandi, menyapu taman dan mencuci piring di dapur istana.

Raja Sean sendiri tidak pernah membela ketiga anaknya kalau memang benar-benar salah dan Sean tahu jika Zinnia sudah marah besar berarti ketiga anaknya sudah keterlaluan nakalnya.

Dan kini Alisha ingin menikmati harinya sendirian, sendirian, tanpa pengawalan tanpa pengawasan, hanya dirinya dan Joy. Alisha akhirnya tiba di sebuah danau dengan banyak pohon willows disana. Alisha pun turun lalu menuntun Joy sampai di sebuah pohon willows dengan banyak rumput disana agar kudanya bisa beristirahat dan makan rumput.

Alisha sendiri memilih untuk ke pohon willow favorit nya dan menyandarkan punggungnya di batang pohon besar itu. Matanya yang bewarna coklat pun terpejam menikmati semilir angin musim panas.

Suara gemerisik membuatnya membuka matanya dan dilihat nya Joy masih anteng makan rumput. Alisha pun menajamkan pendengarannya dan terdengar suara itu lagi. Gadis itu mengambil pisau yang disimpannya di dalam sepatu bootnya.

"Siapa disitu?" teriaknya ke arah pohon willow yang berada di sebelahnya.

Tak lama tampak sosok yang sangat dikenalnya.

"Hello princess."

"Richard?" Alisha melongo tidak percaya melihat pria jangkung itu berada di tempat dirinya biasa berkuda. "Ngapain kamu disini?"

"Samalah dengan kamu. Kabur!" Richard lalu duduk di sebelah Alisha. Pria itu tersenyum geli melihat Alisha memasukkan pisaunya lagi. "Masih membawa pisau kemana-mana?"

"Pisau itu deadly silent weapon. Kalau aku membawa Glock atau PPK harus pakai peredam dan itu merepotkan."

"Kamu kabur juga?" Richard menatap adik Arsyanendra yang hampir tiga tahun ini tidak dilihatnya karena sama-sama sibuk.

"Kamu tahu, aku sudah selesai kuliah dan maksudnya hendak beristirahat di rumah tapi harus menyambut tamu mommy dan Daddy. Capek! Rasanya aku ingin seperti sepupu - sepupuku yang bisa bebas ..." curhat Alisha.

"Sayangnya, kamu dan aku lahir di keluarga yang penuh dengan protokoler."

"Haaaaahhh... menyebalkan. Kalau saja aku boleh memilih, aku ingin lahir seperti Mbak Rania. Bisa kemana-mana tanpa beban..." Alisha menatap langit biru yang tampak cerah.

Richard hanya mengelus kepala adik sahabatnya itu.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Tiga Phase

Arena Berkuda Istana Brussels Belgia

Richard menatap gadis cantik di sebelahnya yang masih menatap danau yang tampak semakin biru airnya di musim panas ini. Richard sendiri awalnya menganggap Alisha sama seperti Arsyanendra, sebagai adiknya macam Louis maupun Alvaro.

Seiring berjalannya waktu, hampir setiap tahun mereka bertemu atas nama pertemuan bilateral atau terkadang keluarga Léopold ke London untuk acara keluarga dan menyempatkan bertemu, membuat perasaan Richard bergeser.

Rasa sayangnya yang awalnya suka memiliki adik perempuan, berubah menjadi rasa suka pria ke wanita secara dewasa apalagi usia mereka yang berbeda enam tahun, ada gap tersendiri.

Richard belum berani mengungkapkan perasaannya ke Alisha karena tahu gadis itu hanya menganggap dirinya sama dengan Arsya, sebagai kakak tidak lebih dari itu. Untuk itu Richard harus bersabar untuk membuka hati Alisha yang terkadang masih semaunya sendiri.

"Kamu kesini naik apa?" tanya Alisha membuyarkan lamunan Richard.

"Pinjam Thunder. Kamu tahu kan Thunder cuma mau sama Arsya dan aku." Thunder adalah seekor kuda Arab bewarna hitam kesayangan Arsya yang merupakan keturunan dari kuda Arab milik Elang dan Rain dulu yang dibreed oleh Arjuna hingga ke Damian Blair. Sean dan Zinnia lalu membiakkan dari pejantan yang didapatkan dari Damian.

"Thunder memang picky ( pemilih ). Alvaro mau naik saja sudah ngamuk si Thunder."

"Kabarnya kalian lagi menunggu anaknya Thunder?" Richard menatap Alisha yang masih senang memandangi alam sekitarnya.

"Iya. Kemarin Robert cerita kalau dua ekor kuda Arab kami, Pinky dan Cloud sedang hamil. Lumayan Thunder ada keturunannya lagi."

Keduanya terdiam lagi. "Sha, setelah wisuda, rencana kamu mau apa?"

"Kerja di rumah sakit."

Richard terkejut. "Rumah sakit?"

Alisha mengangguk. "Aku ingin bekerja di rumah sakit anak-anak sebagai konselor disana. Inginnya aku kuliah lagi ambil gelar master di Berlin tapi aku pikir lagi kenapa tidak aku kerja disini sambil kuliah?"

"Kamu sangat suka anak-anak ya?"

"Hu um. Mungkin karena mommy seorang psikolog anak dan aku sejak kecil selalu ikut acara kerajaan apalagi yang berhubungan dengan anak-anak di rumah sakit, membuat aku ingin seperti mommy."

"Jadi kamu di Berlin ambil psikologi anak dan filsafat?"

"Basicnya iya dan aku sedang mencari progam master psikologi anak di Brussels yang bagus supaya aku tetap bisa belajar dan bekerja." Alisha menoleh ke arah Richard. "Kamu berlayar lagi nanti?"

Richard menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sudah harus menjadi putra mahkota dengan banyak pekerjaan yang sudah terjadwal rapi hingga mungkin aku akan jarang bertemu dengan... Arsya." Dan kamu.

"Kasihan... Mbak Vio juga katanya malas jadi putri mahkota, mending jadi orang bank katanya" kekeh Alisha.

"Vio? Violet?"

"Iya. Mas Arsya dan mbak Vio kan pacaran" kekeh Alisha. "Isinya kalau telpon mas Arsya, ngedumel harus pakai gaun lah, nggak bisa makan seenaknya."

"Aku tidak tahu kalau Arsya jadinya dengan Vio..." gumam Richard.

"Kan kamu berlayar terus. Jadi lebaran tahun kemarin kan sengaja nih kita ambil cuti seminggu buat ke Jakarta. Ternyata di bandara Changi saat transit ketemu dengan mbak Vio yang datang sendirian dengan menyamar biar tidak ketahuan putri Belanda datang ke Indonesia. Akhirnya sama mommy..."

"Tunggu. Kalau Vio menyamar, kenapa kalian bisa tahu?" potong Richard.

"Karena kita juga menyamar jadi turis."

"Naik pesawat komersial?"

"Iya" jawab Alisha sambil mengangguk.

"Terus kalian berangkat bareng ke Jakarta?"

"Hu um. Mbak Vio juga antik. Main liburan tapi nggak tahu mau kemana. Katanya pesan tiket sampai Singapura habis itu pikir nanti."

Richard tertawa. "Sangat khas Vio. Suka seenaknya, pokoknya jalan dulu, lainnya pikir belakangan. Jadi Vio menghabiskan liburan bersama kalian di Jakarta?"

"Iya. Dan setelah itu hubungan mas Arsya dan mbak Vio makin dekat dari biasanya dan valentine kemarin resmi pacaran."

"Putra mahkota kerajaan Belgia dan putri mahkota kerajaan Belanda. Benar-benar deh..." gumam Richard. Apa nantinya putra mahkota kerajaan Inggris akan bersama dengan putri kerajaan Belgia?

"Oom Sean dan Tante Zee bagaimana tanggapan nya saat mendengar Arsya akhirnya pacaran dengan Vio?"

"Cuma geli saja. Kan kalian sudah bersahabat dari kecil tho? Kamu, Mas Arsya, mbak Vio dan putri Adonia kan memang berteman. Jadi kalau malah jatuhnya ada yang pacaran, nggak heran kan?" Alisha tersenyum manis.

Suara langkah kuda terdengar membuat Richard dan Alisha menoleh ke arah suara. Tampak Thunder mengetukkan kakinya tanda dia sudah bosan.

"Sha, kita pulang yuk. Lihat si Thunder sudah bete. Kangen Robert tukang kasih wortel dan apel" ajak Richard. Robert adalah petugas istal yang memegang Joy kuda milik Alisha, Thunder kuda milik Arsyanendra dan Songoku kuda milik Alvaro.

"Ayo pulang. Paling telingaku tidak selamat dari jeweran mommy" ucap Alisha sambil manyun.

Richard pun berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangannya ke Alisha untuk membantunya berdiri. Gadis itu pun menerima uluran tangan Richard dan berdiri di hadapan pria tinggi itu.

"Thanks Richard." Alisha pun berjalan menuju tempat kudanya Joy diikat.

Richard hanya terbengong melihat reaksi Alisha yang biasa saja. Beneran aku hanya dianggap kakak oleh Alisha? Pria bermata biru itu lalu berjalan menuju Thunder dan naik ke pelana nya. Alisha yang sudah ada Diatas Joy, menghela kudanya untuk berjalan dan Richard pun menyusul gadis itu.

***

Istana Brussels Belgia

Zinnia menatap Alisha sambil berkacak pinggang saat melihat putrinya masuk ke dalam istana melalui pintu belakang.

"Bagus ya Sha! Main kabur saja!" omel Zinnia yang dimata Alisha, mommynya makin menggemaskan kalau marah.

Ingat pesan Oom Shin, memelas lah karena dijamin mommy tidak akan tega. Kalau perlu, menangis lah dengan elegan.

"Mommy... Maaf..." jawab Alisha dengan wajah dibuat super memelas dan sedikit menunduk.

"Kalau kamu mencoba cara Oom kamu itu, tidak akan mempan Alisha!" ucap Zinnia dingin. Benar-benar deh trio Kampret itu yaaa!

Alisha hanya manyun. Phase dua. Ingat kata Oom Arka. Carilah alasannya yang masuk akal! Jangan ngadi-ngadi ataupun unfaedah tapi tetap memasang wajah sok bersalah meskipun kamu tidak merasa bersalah sama sekali.

"Maaf mommy, Alisha salah. Tapi Alisha ingin refreshing. Capek lah harus menemui tamu terus."

Zinnia menghela nafas panjang karena tahu putrinya sudah terkena jadwal padat sejak tiba dari Berlin dan belum ada istirahat sama sekali.

"Kamu kan bisa bilang baik-baik sama Mommy bukan main kabur saja bikin mommy bingung cariin kamu. Kalau kamu bilang, mommy bisa minta sama Sarah yang jadwalmu dihilangkan."

Alisha mengangguk. Phase tiga. Kata Oom V, setelah melihat mommymu melunak, kasih peluk cium dan dijamin kamu akan selamat dunia akhirat!

"Iya mommy. Alisha salah." Gadis itu langsung memeluk dan mencium pipi Zinnia tapi tiba-tiba telinganya sakit terkena jeweran mommynya.

"Memangnya mommy tidak tahu tiga phase ajaran oom kamu yang trio kwek-kwek?" hardik Zinnia membuat Alisha meringis.

"Kok mommy tahu sih?" rengek Alisha sambil mengusap telinganya.

"Ya jelas tahu! Mommy hapal ajaran oom kamu, tahu nggak!"

Alisha cemberut. Tampaknya ketiga Oom aku harus merubah ajarannya.

***

Yuhuuuu Up Sore Yaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!