Menandai sebuah koran di halaman lowongan pekerjaan, mencari cari lowongan pekerjaan di internet serta bermalas malasan seharian dirumah. Itulah hal yang dilakukan Kiko setiap harinya pasalnya dia hanya seorang pengangguran.
Walaupun dia lulus sebagai mahasiswi bahkan lulus dari universitas ternama, mencari pekerjaan tetap bukanlah perkara yang mudah.
Belum lagi, dia harus mengurus rumah cukup besar, peninggalan satu satu nya dari kedua orangtua nya.
Saat ini Kiko sedang berniat membersihkan diri dikamar mandi, mulai memakai sabun yang terdapat banyak busa sampai menghalangi penglihatannya. Ketika ia hendak membersihkan busa di wajahnya tiba tiba air dari pancuran shower berhenti mengalir.
"Loh kok mati?" Kiko mencoba meraba pengaturan shower, memencetnya berulang tapi tak kunjung hidup kembali. "Huuaa kenapa saat seperti ini sih." gumamnya kesal dan merengek.
"Astaga, aku lupa belum membayar listrik bulan ini."
Kiko tak kehilangan akal karena Ia mencoba membersihkan wajahnya terlebih dahulu menggunakan air dingin yang berada di dalam lemari pendingannya, itu adalah jalan keluar satu-satu nya.
Ia pun bergegas keluar kamar mandi, meraba dan meraih handuk yang ada didekatnya kemudian melilitkannya di tubuh.
Kiko kemudian berjalan meraba-raba dengan mata tertutup, karena penglihatannya tertutup busa, maka saat dibuka akan terasa perih sehingga ia terpaksa memejamkan matanya sambil berjalan menuju ke arah dapur.
BRAKK!!
Karena kondisi matanya tertutup, tak sengaja Ia berakhir dengan menabrak kan kepalanya ke sisi pintu.
"Awww sakit." tak berhenti disitu, Ia pun spontan membuka matanya. "Perihhhh."
"Arghhhhh sial. Sudah jatuh, ketimpa tangga pula."
"Aaaaaa." lagi-lagi ia menjerit frustasi
Bukan hanya seorang pengangguran, ia juga adalah seorang gadis yang ceroboh tapi ceria.
****
Berbeda dengan Kiko yang hanya seorang wanita pengangguran.
Dion adalah seorang pria kaya raya, tampan, bertubuh tinggi, bahkan banyak para gadis yang memujanya tetapi tak satupun yang berhasil menarik perhatiannya.
Bahkan menyentuh tangannya saja, itu adalah suatu kehormatan besar.
Dion terkenal sebagai seorang pria yang dingin, sombong dan angkuh. Dia bisa melakukan apa saja yang dia mau.
Dion sangat menggilai pekerjaannya, bahkan bisa dikatakan, dia menikah dengan perusahaannya. Karena itulah dia harus dan selalu menjadi nomor satu dalam bisnis apapun itu. Selain memiliki perusahaan sendiri, ia juga memiliki sejumlah saham besar yang ditanam di berbagai bisnis, dan selalu memenangkan tender dan proyek.
Jelas saja, banyak musuh yang ingin menghancurkannya.
****
Suatu hari Dion sedang berada di perjalanan menuju ke kantornya, menggunakan mobil pribadinya jenis sport yang hanya memiliki dua kursi mobil di dalamnya.
Saat perjalanan tiba-tiba ada sebuah mobil putih, bergerak di belakangnya.
"Sial, ada yang mengikutiku." gumam Dion sambil melirik kaca spion mobilnya
Dion kemudian beralih jalur karena takut menyebabkan kecelakaan lalu lintas jika mengebut di tengah keramaian.
Tanpa di duga, jalur tersebut terlahang oleh Bus mini berisi anak sekolah. Karena jalannya yang sempit, Dion tidak punya pilihan lain selain mengendalikan mobilnya di belakang Bus mini tersebut.
"Sial, mereka semakin mendekat."
Mobil penguntit itu tanpa di duga semakin mendekat, lalu menabrakkan diri ke mobil sport milik Dion, hingga yang empunya mobil hilang kendali dan terjatuh ke dalam sebuah danau.
"Kami sudah membereskannya Bos." ucap penguntit itu kepada tuan yang menyuruhnya diseberang.
****
Disisi lain ada seorang wanita sedang frustasi, berteriak dengan sangat lantang di tepi danau.
"Aaaaaaa."
"Dasar Pengangguran."
"Pemalas."
"Tidak Berguna."
"Kecoa Bus*k."
"Aaaaa."
Segala sumpah serapah di tunjukkan pada dirinya sendiri, yang mulai menangisi hidupnya yang di rasa menderita. Ia bahkan tidak sanggup untuk membayar tagihan listrik dan air, karena ia hanyalah seorang pengangguran tak memiliki pekerjaan tetap.
Bahkan di toko tempat ia bekerja pun, gajinya sangat kecil sekali, hanya cukup untuk makan dengan penuh pengiritan setiap harinya.
BRUKK!
Lalu tidak sengaja Kiko mengalihkan pandangannya pada sesuatu yang terhantam keras kedalam danau.
Sebuah kecelakaan.
Sebuah mobil sport terjatuh dari tebing dan tenggelam ke tengah danau.
"Ya Tuhan, pasti didalamnya ada seseorang, bagaimana ini?"
Kiko pun melihat sekitar tetapi tak ada satupun orang, ia pun mulai gemetar menghentakkan kakinya berulang ke tanah.
"Kalau di dalam adalah seorang pria, bagaimana?" Kiko memutar otaknya.
Antara menolong nyawa seseorang atau traumanya terhadap laki-laki.
Kiko pun mencoba mengernyitkan matanya sejenak untuk berpikir, tapi kemudian..
"Sial, sekarang bukan saatnya untuk berpikir."
Dan akhirnya ia memutuskan untuk mengambil ancang-ancang lalu berlari menceburkan diri ke dalam danau.
"Sial, kenapa harus aku sih?!" teriaknya kesal sebelum menenggelamkan diri.
Untung saja danau nya tidak begitu dalam, sehingga Kiko dengan mudahnya meraih pintu mobil yang penyok, sehingga bisa terbuka tanpa membuka kuncinya. Lalu tanpa ragu berenang sambil menarik pria tersebut hingga ke tepi danau.
Hah hah hah.
"Kenapa nasibku selalu sial begini sih."
Lagi-lagi Kiko bergumam kesal karena harus memberi pertolongan pertama kepada pria yang tenggelam. Jika tidak, maka usahanya akan percuma.
Kiko membaringkan pria tersebut, menekan nekan dadanya, lalu dengan gemetar ia mencoba memberi nafas buatan berulang ulang sampai pria itu tersadar.
"Uhuk, uhuk." air pun muncrat dari mulutnya pertanda dia berhasil di selamatkan.
Akhirnya Kiko mulai bernafas lega.
Kiko pun menepuk nepuk wajah pria asing tersebut agar tersadar penuh. "Bangun, bangun!."
Wahhh dia tampan juga ternyata, eh kenapa sih pikiranku.
Mata pria itupun membelalak, tersadar penuh hingga membuat Kiko kaget dan menjerit.
"Aaaaa." teriak Kiko sambil memundurkan badannya.
samar samar pria itu menggerakkan tangannya kepada Kiko, berniat meminta pertolongan lebih karena kondisi tubuhnya yang lemah tidak bisa membangunkan tubuhnya sendiri, tapi karena Kiko sangat takut disentuh seorang pria. Ia pun berlari terbirit birit.
Kiko pun berlari ketakutan meninggalkan pria tersebut dalam kondisi lemah, walaupun lemah tapi ia tertolong.
Kenapa wanita itu berlari ketakutan? Padahal aku belum sempat mengucapkan terimaksih padanya.
Wanita yang aneh.
****
Yuhuuu kali ini Author membuat cerita baru ber genre Romance Komedi
yang pasti nya bakal S E R U abisss
baca juga Novel lainnya berjudul " AKU TULI, BUTA MATA DAN JUGA HATI ", " KAU BUTA, BABY ", " WINTER BEAR "
Salam hangat dari Author P R I M A D O N A _ I N D O N E S I A
ha ha ha
Kalau misal ada typo, maaf ya. pasti di revisi tapi kalau udah tamat aja ya.
****
Jangan lupa dukungannya dengan cara like komen rating favorite agar Author cepet ngasih UP novel ini.
kalau banyak dukungan, pasti Crazy Up kok.
salam hangat dan miss you :*
"Kyaa, mati aku, mati aku, mampus!" Kiko berteriak, membantingkan diri dengan gusar di atas kasur sambil menutupi wajahnya yang memerah dengan bantal.
"Huss, apaan sih? Kamu dari tadi aneh banget gak jelas, mirip orang sinting, tau gak." cetus Nina, teman setia senasib seperjuangan, yang sekarang tepat berada di sebelahnya, dan menatap komputer yang menjadi satu satunya harta paling berharganya.
Nina bisa dikatakan seorang pengangguran, bisa juga tidak. Yaa, masih fiktif lah. Karena dia hanya sebagai penulis novel kisah drama melow, bahkan erotis, padahal dia sendiri sama cupunya dengan Kiko.
"Kau pasti tidak menyangka." ucap Kiko, kemudian memandangi kedua telapak tangannya. "Tangan ini, baru saja menyentuh seorang pria." ucap Kiko sambil membulatkan matanya. Saking senangnya, ia malah sambil bersalto diatas kasur.
Nina hanya menanggapi dengan sinis, memutar bola matanya bosan, karena tingkah aneh Kiko. Pasalnya, Kiko memang wanita yang aneh, ceroboh meski periang.
Kemudian Kiko menghentikan aksinya yang tengah asyik sendiri, dan sedikit menggigit bibirnya sendiri. "Aku bahkan mencium seorang pria."
"Apa?" sontak Nina kaget, dan tak sengaja memencet mouse komputer yang sedari tadi dia pegang. "Ah sial, file berhargaku." Nina pun merengek sekejab, tapi dia lebih memilih mengetahui tentang sahabatnya karena itu jauh lebih penting baginya.
Nina pun beralih mendekati Kiko yang senyam senyum sendiri beserta ke haluannya.
"Gimana kejadiannya? Ceritakan padaku!" tanya Nina penasaran.
Dengan semangat Kiko menceritakannya, Nina pun menanggapinya dengan senang perihal Kiko mengatakan bahwa pria yang di ciumnya adalah pria yang sangat tampan.
Tetapi saat di akhir cerita, Nina merasa emosi pada sahabatnya itu. "Apa! Kau meninggalkan nya?" tanya Nina tak percaya.
Kiko hanya mengangguk saja dengan ekspresi sedih. "Karena aku takut, jadi.. jadi aku meninggalkannya." Kiko sedikit menebalkan bibir bawahnya. "Tapi, yang terpenting, dia tidak mati kan?"
"Dasar kau memang bodoh!" sahut Nina membentak, membuat Kiko takut. Pasti Nina akan memarahinya karena tidak menolong pria itu sampai kerumah sakit. Tapi perkataan Nina kali ini membuatnya tercengang. "Seharusnya kau mengambil kesempatan lebih jika pria itu seorang pria yang tampan. Kau kan bisa menciumnya dengan lembut, melumat bibirnya yang kenyal kemudian mengatakan, oh, Pangeranku, Aku lah puteri yang sudah menolongmu. Lalu pria tampan itu menjawab, oh, puteri cantikku, terimakasih atas pertolonganmu. Maka maukah kau menikah denganku?" ucap Nina, sambil meragakan tangannya seperti cerita dongeng.
Astaga, aku lupa bahwa dia sinting, hiikkss.
Kiko hanya bisa melongo, tidak ikut G I L A pun sudah untung.
****
Beberapa hari kemudian
tok tok tok
"Ya, silahkan masuk." jawab Dion yang tengah duduk di atas kursi kerjanya.
Pria berkacamata itu pun masuk bersama dengan bawahannya, menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Apa kau sudah tahu ke beradaan gadis itu?" tanya Dion pada anak buahnya
"Maaf Tuan, sampai sekarang kami belum menemukannya perihal pada kejadian itu. Danau tersebut kosong dan tak ada satupun pengunjung yang datang maka.."
"Keluarlah! Kalian memang tidak becus." sahut Dion memotong tanpa kompromi.
Sekretaris pribadi yang mendampinginya mengerti akan kemarahan Bos nya. Tanpa bisa menjawab, Gogo langsung mengarahkan anak buahnya agar langsung undur diri agar tak berimbas pada dirinya. Anak buah itu pun langsung melangkah pergi dengan posisi kepala masih menunduk tak berani menatap Tuannya yang tengah marah besar.
"Go, pecat mereka semua yang tidak becus bekerja!" perintah Dion pada sekretaris pribadi yang berdiri disampingnya.
"Baik Tuan." jawab Gogo pria berkacamata.
****
Di sisi lain Kiko menatap buku tabungannya yang sangat menipis, bahkan Ia hanya sarapan semangkuk mie untuk menghemat pengeluarannya setiap hari.
"Argghh, aku harus mencari uang kemana lagi? Sedangkan aku sudah berusaha mencari pekerjaan yang layak tapi aku belum mendapatkan nya, hikss."
Kiko mulai menjambak rambutnya karena kepalanya mulai panas, ia sudah menaruh beberapa lamaran pekerjaan di setiap perusahaan tetapi tak kunjung mendapat tanggapan.
"Aaaaa."
Lagi-lagi dia menjerit kesetanan karena nasibnya, tapi kali ini tak berlangsung lama.
"Oh iya, aku kan bisa memanfaatkan rumah ini, ah, aku memang cerdas."
Kiko pun langsung mengambil sebuah kertas kosong besar, menulisnya menggunakan spidol dan menempelkannya di tembok pagar rumah nya.
Ia pun mulai membaca dengan lantang, "TERIMA KOS KHUSUS WANITA."
"sudah beres, saatnya aku bekerja. S E M A N G A T !"
Kiko bekerja paruh waktu di sebuah toko swalayan yang tak jauh dari tempat tinggalnya, karena hari sudah pagi maka sift paginya di mulai.
****
"Selamat datang, selamat berbelanja." sapa Kiko pada pria berkacamata yang baru saja masuk ke dalam toko nya.
"Iya." angguk pria berkacamata itu dengan senyum serta sopan santun.
Wahh dia tampan sekali, pekaiannya pun rapi. pasti dia pekerja kantoran, aku sangat iri. Hikkss.
Kiko tak menjauhkan pandangannya pada pria tersebut, yang tak lain adalah Gogo sekretaris pribadi Dion.
Kiko mengambil sebotol minuman dingin yang disodorkan oleh Gogo lalu membungkusnya. "Semuanya tiga puluh lima ribu Tuan." sambil memberi minumannya kembali yang sudah terbungkus
Gogo tidak begitu memperhatikan Kiko karena dia sedang bercakap dengan Bos nya di telefon.
Karena sedang buru-buru, Gogo langsung saja mengambil uang kertas berwarna merah seratus ribu di sakunya, lalu langsung pergi begitu saja.
"Maaf Tuan, kembalian nya, Tuan?" Kiko mencoba mengejar pria yang tengah asik menelepon dengan genting tersebut, tapi tak berhasil karena pria tersebut langsung masuk ke dalam mobilnya lalu langsung melaju pergi begitu saja.
Eh, ini apa?
Kiko merasakan sesuatu yang mengganjal di kakinya, ternyata sebuah dompet.
Dengan ragu Kiko mengambil dompet tersebut lalu membukanya, jelas tertera kartu nama pemilik dompet tersebut.
"G I O FERNANDEZ." lalu mulai membaca nama perusahaan tempat Ia bekerja. "T H O R Y GROUP."
"Astaga, inikan perusahaan terbesar di negara ini. Aku akan kesana untuk mengembalikan dompet ini, pria tampan itu pasti sangat membutuhkan nya."
****
hai hai readers semua
m o h o n dukungan nya dengan cara :
klik f a v o r i t e
klik l i k e
k o m e n t a r
k o i n se iklas nya
kalau banyak yang suka, pasti bakal crazy Up.
dan mohon pendapat kalian untuk mendukung alur cerita Novel ini, karena Novel ini di buat fresh. ketik langsung upload.
kalau misal ada typo maapin yak, nanti bakal di revisi di akhir cerita saja.
baca juga N O V E L yang lainnya, " BUTA MATA DAN JUGA HATI ", " KAU BUTA, BABY ", " W I N T E R B E A R "
Terimakasih Banyak
"Astaga, inikan perusahaan terbesar di negara ini. Aku akan kesana untuk mengembalikan dompet ini, pria tampan itu pasti sangat membutuhkannya."
Dan kebetulan, Fredy anak pemilik toko swalayan datang lebih pagi dari biasanya untuk membantu Kiko mengecek sejumlah barang baru yang datang.
"Fred, aku ijin dulu untuk mengembalikan dompet yang aku temukan ini, aku khawatir orangnya akan sangat membutuhkannya."
"Dimana kakak menemukannya?"
"Di depan toko, baru saja aku menemukannya."
"Oh oke, tapi jangan lama lama ya kak!"
"oke siap."
Kiko pun bergegas keluar, menaiki bus yang berhenti di halte dekat toko.
****
Kiko memasuki perusahaan yang sudah lama di impikannya, menjadi wanita kantoran, berdandan rapi dan modis.
Wah keren sekali, ya Tuhan.
Kiko selalu berpusat pada penampilan setiap orang yang berjalan mondar-mandir memasuki perusahaan, mereka terlihat sangat rapi dan berkelas.
Dan akhirnya, Kiko menemukan pria berkacamata itu sedang berdiri membelakanginya dengan seorang Pria yang bertubuh atletis, berkulit putih yang tak asing baginya, tapi ia tak yakin akan hal itu.
"Hmm dimana ya aku melihatnya?"
Segera Kiko mengejarnya yang tengah berjalan memasuki sebuah lift.
"Tunggu, Tuan!" Kiko tak terkejar, dua pria itu sudah memasuki lift.
Kemudian Kiko melihat di layar menunjukkan bahwa mereka berjalan menuju lantai 3, segera Kiko berlari menaiki tangga alternatif dengan kekuatan super cepat, mengingat bahwa dia dulu adalah seorang atlit waktu masih sekolah.
Hah hah hah. Kiko terengah engah sesak nafas, dia berhasil tiba terlebih dahulu tepat di depan lift sambil memegangi dompet yang baru saja ia temukan.
Aduh rasanya aku mau mati.
Disisi lain, kedua pria tersebut tak lain adalah Dion dengan Gogo sekretaris pribadi atau tangan kanannya.
"Aduh." dengus Gogo karena kesusahan pada saat membenarkan retsletingnya.
Melihat sekretarisnya kesusahan, lantas Dion tak bisa hanya berdiam diri saja. "Mari ku bantu."
"Ah ti..tidak usah, Tuan." sahut Gogo gugup menolak karena rasa sungkannya.
Karena Dion tak ingin pusing pusing jika sektretarisnya tak bisa membetulkan retsletingnya, yang nanti akan berakibat memalukan juga jika dilihat. Dion pun bergegas menundukkan kepalanya melihat dengan teliti pada kain yang menghalangi jalannya retsleting tersebut.
Pada saat yang bersamaan pintu lift terbuka, mereka berdua tidak menyadari bahwa ada Kiko yang tengah berdiri menatap sambil menurunkan rahangnya, ternga-nga, kemudian menutup mulutnya yang sudah terbuka lebar ketika Dion dan Gogo sudah berdiri tegap.
Ya ampun, mereka saling intim di depan umum.
Karena canggung, tengah merasa menangkap basah kedua sejoli yang sedang bercinta, Kiko memilih menunduk menutup wajahnya dengan dompet yang ia pegang.
Karena sikap acuhnya, Dion tak memperhatikan wanita yang berdiri di depan lift dan melangkah pergi begitu saja.
Eh, aku kan mau mengembalikan ini kepadanya.
Kiko lantas mengejar lagi dan akhirnya di cegat masuk oleh penjaga keamanan. "maaf Nona tidak boleh sembarang masuk!"
"Tapi pak, saya hanya ingin mengembalikan dompet ini kepada.." seketika Kiko membelalak kaget lagi, pasalnya pria yang bersama Gogo sudah terlihat jelas wajahnya dari kejauhan.
Kiko begong sambil membuka mulutnya lebar lebar. "Astaga." gumamnya tak percaya.
"Nona, Nona." petugas ke amanan melambaikan tangan depan mata, guna Kiko tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya pak? Tolong berikan ini kepadanya pria yang berkecamata disana." Kiko menunjuk.
"Oh, Tuan Gogo. Iya, baik Nona."
Oh, jadi panggilannya Gogo.
"Baik pak, terimakasih."
Kikopun berlalu pergi, melangkah pelan sambil memandangi suasana kantor yang ia impikan.
Disisi lain.
Tok tok tok.
"Ya, masuk!" jawab Dion mempersilahkan masuk.
"Mohon maaf mengganggu, ini dompet milik Tuan Gogo bukan?" tanya petugas keamanan.
Dion menyipitkan matanya, heran, bagaimana sekretarisnya seceroboh itu.
Sedangkan Gogo mencoba meraba sakunya yang sudah rata, dan benar, dompetnya sudah tak ada.
"Iya benar pak, itu dompet milik saya. Anda menemukannya dimana?" tanya Gogo.
"Maaf Tuan, tadi ada seorang gadis datang kesini memberikan dompet ini kepada saya dan memberitahu bahwa ini dompet milik Tuan Gogo."
"Kemana dia sekarang, pak?" tanya Gogo ingin berterimakasih.
"Maaf, Nona itu langsung undur diri begitu saja setelah memberikan dompet ini kepada saya."
Dion pun penasaran, pasalnya dia juga ingin berterimakasih sebelumnya atas kejadian yang hampir merenggut nyawanya, tapi sayangnya, wanita itu berlari ketakutan terlebih dahulu.
Lalu Dion membuka tirai anti debu yang berada di dekatnya, guna melihat ke arah perempuan itu beranjak pergi, karena jendela ruangannya langsung condong ke arah pintu masuk di lantai bawah.
Samar-samar Dion memperhatikan wanita itu dari arah pinggir, menajamkan penglihatan guna lebih mendetail karena cukup jauh.
Saat wanita itu menoleh, sontak Dion melebarkan matanya, "Wanita itu, wanita yang aku cari selama ini."
"Apa Tuan?" tanya Gogo mendengar gumam Dion.
Tanpa menjawab, Dion langsung berlari mengejar wanita tersebut, membuat Gogo kaget bukan main.
Kenapa Tuan Dion tiba tiba berlari? siapa yang ia kejar?
Dion pun dengan tergesa gesa berlari mengejar wanita tersebut hingga tak sengaja menabrak salah satu karyawannya. "Maaf, maaf." ucap Dion lalu pergi lagi mengejar
Perkataan maaf dari Dion pun membuat karyawan yang di tabraknya tercengang, dan ingin mati mendadak rasanya, karena jantungnya serasa copot. Pasalnya Dion terkenal sebagai Bos yang sangat angkuh, sombong dan tanpa pengampunan tapi kali ini dia spontan mengatakan, "Maaf?"
"Sial, aku tidak menemukannya." gumam Dion frustasi.
Gogo pun menyesulnya, berlari sampai terengah engah. Hah hah hah.
"Go." kata Dion, sambil menepuk bahu Gogo yang tengah menunduk mengambil nafas karena berlarian.
"Iya, Tuan, ada apa?"
"Kau tahu siapa wanita yang menemukan dompet ini?"
"Maaf Tuan, saya tidak bisa memastikannya karena belum sempat melihat wajahnya."
"Oke, ikut aku sekarang! Kita lihat rekaman CCTV dan kau harus m e n a j a m kan mata serta otakmu itu!"
"Ba...baik Tuan."
****
Kiko kini kembali bekerja memenuhi shift nya yang belum usai, kali ini ia bagaikan orang kehilangan arah.
Tak memperhatikan pengunjung yang datang, bahkan begong sendiri, berdiri melongo bak orang kehilangan kesadaran tapi matanya terjaga penuh.
Pantas saja aku tidak gemetar saat menyentuh tubuhnya yang menggoda.
Pantas saja aku tidak mual saat menyentuh bibirnya dengan bibir merahku.
Ternyata dia bukan seorang pria yang Normal. Hiiksss.
Hancur sudah harapanku keluar dari trauma hidupku. bantu aku Tuhan agar bisa hidup lebih layak, Hiiiksss.
Kejadian salah paham tadi, terus berputar di kepala Kiko, menangisi dirinya sendiri yang sempat bahagia bahwa dia sudah dapat bersentuhan dengan seorang Pria, tapi ketika melihat kejadian tadi, seketika harapan untuk keluar dari Traumanya pun musnah sudah.
"Hiikkss." kali ini rengekan kecil keluar dari mulut Kiko.
Tanpa sadar Bos pemilik toko tempat ia bekerja memperhatikannya, "Kiko." ia mencoba melambaikan tangannya tapi Kiko tetap pada lamunanya.
"Kiko." Bos nya mencoba memanggilnya sekali lagi, tapi Kiko malah beralih menggerakkan tangannya kepada kas kasir, lalu mengambil uang receh di dalamnya dan memberikannya kepada Bosnya tersebut bak seorang pengemis yang datang meminta minta.
BRAKK!!
Bosnya menghentakkan tangannya di meja membuat Kiko kaget seketika. "KIKO, KAMU SAYA P E C A T."
****
"Aaaaaaaaaaaa." lagi-lagi menjerit karena kebodohannya sendiri menjadi pengangguran sepenuhnya sekarang.
"Dasar bodoh, sial." jeritnya merengek ditengah keramaian jalan pulang.
Kiko meratapi nasibnya, berjongkok di tengah pejalan kaki, sehingga orang-orang pun melirik kearahnya yang sedang menangis frustasi.
Kenapa wanita itu.
Apa dia di putusi kekasihnya.
Dia gila ya.
Duh kasihan sekali.
Orang-orang pun bergosip melihatnya, sedangkan Kiko tetap pada rengekannya.
"Tuan, bukankah itu wanita yang Anda cari?"
****
thanks udah baca, semoga suka. like komen juga ya jangan pelit pelit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!