NovelToon NovelToon

My Cold Boss

Bab 1

"Menikahlah denganku." Pemuda tampan berusia 25 tahun itu berlutut sambil memberikan sebuah cincin untuk melamar kekasihnya yang sudah dia pacari sejak 2 tahun terakhir. Dia adalah Aresh Adiyaksa, calon penerus perusahaan Adiyaksa Holding.

Wanita cantik yang berprofesi sebagai model tersebut hanya diam terpaku saat sang kekasih melamarnya. Dia tidak menyangka kalau ternyata pemuda itu serius ingin menjalin hubungan dengannya, bahkan sampai ingin menikahinya. Padahal, usianya 4 tahun lebih tua dari Aresh.

Melihat wanita pujaan hatinya yang bernama Regina itu terdiam, Aresh lantas kembali mengulangi pertanyaannya. Dia bisa mengerti kalau Regina pasti sangat terkejut dengan lamarannya yang begitu tiba-tiba, jadi wanita itu tidak bisa langsung menjawab. Dan memang, sudah jauh-jauh hari Aresh mempersiapkan moment spesial dan romantis tersebut dengan sangat matang demi memberikan surprise yang berkesan pada sang kekasih sepulang wanita itu dari Singapore.

"Regina, bersediakah kau menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku?" tanya Aresh, sembari menatap wanita yang dicintainya itu dengan penuh harap dan penuh cinta.

Regina masih saja bungkam. Kalau boleh jujur, dia sebenarnya tidak serius menjalin hubungan dengan pemuda itu, berpacaran dengan laki-laki yang lebih muda hanya untuk menghibur diri dan menghilangkan segala rasa jenuh serta rasa bosan setelah melewati hari-hari yang berat karena padatnya jadwal pemotretan.

Perasaan Aresh mulai tidak enak saat melihat Regina masih memilih diam disertai ekspresi wajah yang tertekan. Tidakkah wanita itu juga mencintainya sama seperti Aresh mencintai kekasihnya itu. Bagi Aresh, tak masalah jika Regina lebih tua darinya, pokoknya dia mencintai wanita itu dan ingin segera menikahinya secepat mungkin. Lebih tepatnya sebelum dia dinobatkan sebagai pemimpin baru perusahaan milik sang papa, dan Regina sama sekali belum mengetahui hal tersebut beserta latar belakang keluarga Aresh yang sebenarnya. Yang Regina ketahui, Aresh hanyalah seorang pemuda biasa yang bekerja di sebuah perusahaan investasi. Awalnya dia tertarik pada Aresh karena ketampanan paras pemuda itu.

"Regina, kenapa kamu-"

"Aresh, maafkan aku. Aku harus pergi, aku lupa kalau sebentar lagi aku ada jadwal pemotretan." Setelah mengucapkan kalimat itu, Regina segera menyambar tasnya dan pergi dari sana. Sementara Aresh yang menyaksikan hal tersebut tentu saja merasa sangat sedih dan kecewa. Dia berusaha mencegah Regina pergi sebelum wanita itu memberinya jawaban, tapi sayangnya, Regina sudah terlanjur pergi.

Semenjak saat itu, Aresh tidak pernah lagi bertemu dengan Regina, dia bahkan tidak bisa bertemu dengan wanita itu dan tidak tahu bagaimana cara menemuinya. Disaat itulah Aresh mulai sadar, bahwa Regina sebenarnya menolak lamarannya dan tidak ingin menikah dengannya. Selama ini wanita itu hanya mempermainkannya dan membuang-buang waktunya, sama seperti mantan kekasihnya yang sebelumnya, dan hal itu tentu saja sukses membuat Aresh kembali patah hati untuk yang kedua kalinya, sehingga mampu mengubahnya menajadi sosok pria yang dingin dan angkuh yang tidak bisa menerima dan menghargai wanita yang berusaha mendekatinya. Di mata Aresh, wanita hanyalah sosok pengkhianat, sama seperti kedua mantan kekasih beserta ibu kandungnya. Dia membenci semua wanita yang mencoba mendekatinya. Namun kendati demikian, mommy dan adik perempuannya masuk dalam kategori pengecualian.

*

*

2 Tahun kemudian.

Aresh akhirnya resmi diangkat sebagai pimpinan baru di perusahaan milik Yuda, papa kandungnya sendiri, dan sekarang mereka sekeluarga tengah mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan hal tersebut di sebuah hotel milik Mahendra dan Naura, orang tua angkat yang merawat Aresh sejak Aresh masih bayi, yang mana merupakan sahabat baik papa kandung Aresh sendiri.

Dulu saat Aresh masih bayi, ibu kandungnya meninggalkan dirinya bersama sang papa begitu saja, karena Yuda tidak bisa merawat Aresh seorang diri dikarenakan dia sangat sibuk dengan perusahaannya yang hampir bangkrut, Naura dan Mahendra pun akhirnya memutuskan untuk merawat Aresh seperti anak mereka sendiri.

Malam itu di pelataran sebuah hotel, Aresh dengan terburu-buru turun dari mobil karena sejak tadi Naura, sang mommy terus saja meneleponnya. Acara sebentar lagi dimulai dan dirinya yang sebagai bintang utama pesta malam ini malah datang terlambat.

"Iya Mommy-ku sayang, sabar, Aresh sudah sampai di lobi kok," ucap Aresh saat Naura terus saja mengomelinya melalui telepon karena dirinya sudah sangat terlambat.

Saat Aresh terburu-buru masuk ke dalam lift, dia malah tanpa sengaja menabrak bahu seorang gadis yang juga ingin masuk ke dalam lift sama seperti dirinya.

"Aduh." Gadis bergaun merah muda itu memegangi bahu kirinya yang terasa sedikit sakit. Sementara Aresh yang jelas-jelas sudah bersalah malah tidak meminta maaf sama sekali, hal itu tentu saja membuat gadis tersebut merasa kesal padanya.

"Eh, kalau jalan lihat-lihat dong!" kesal gadis itu sembari masuk ke dalam lift, sementara Aresh sama sekali tidak peduli padanya. Jangankan meminta maaf, menatap gadis itu saja dia merasa enggan, seolah-olah tidak terjadi apapun dan yang baru saja dia tabrak hanyalah roh halus yang tidak kasat mata.

'Ish, laki-laki ini sangat sombong dan angkuh, jelas-jelas dia sudah salah, tapi meminta maaf padaku pun tidak. Dasar menyebalkan.' Batin gadis itu.

Saat gadis itu ingin memencet angka pada tombol lift, rupanya Aresh sudah menekannya duluan, dan secara kebetulan lantai tujuan mereka ternyata sama. Entah mengapa hal itu seketika membuat gadis tersebut merasa sedikit canggung.

Sementara itu, Aresh diam-diam melirik wanita yang tingginya hanya sampai dagunya tersebut dan menatapnya dengan tatapan curiga. Setahunya di lantai sekian yang sama-sama menjadi tempat tujuan mereka saat ini sedang diadakan pesta kecil-kecilan untuk dirinya yang hanya dihadiri oleh keluarga dan orang terdekat, Aresh sama sekali tidak mengenal gadis itu, tapi kenapa gadis itu juga ingin ke sana. Ah, atau jangan-jangan gadis tersebut merupakan salah satu penguntit yang mencoba untuk mengikuti dirinya, sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya. Karena ketampanannya, banyak sekali gadis yang berusaha menggodanya dengan berbagai cara, tapi Aresh tidak peduli dan menganggap wanita yang tengah mendekatinya hanyalah penipu.

Selang beberapa saat kemudian, pintu lift akhirnya terbuka, Aresh keluar lebih dulu dari sana disusul oleh gadis tadi. Kecurigaan Aresh pun kian membesar, dan secara mendadak pemuda itu langsung menghentikan langkah kemudian berbalik menatap gadis tersebut sambil berkacak pinggang.

"Kamu sengaja membuntutiku, ya?" tanyanya disertai tatapan tajam.

Karena terkejut dengan sikap Aresh yang tiba-tiba, gadis itu juga sontak ikut menghentikan langkah kemudian menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa, lalu pria asing yang sombong dan angkuh itu sedang berbicara dengan siapa, pikirnya.

"Ka-mu ... sedang berbicara dengan siapa?" tanya gadis berambut coklat panjang dan ikal tersebut dengan ragu dan kebingungan.

Aresh tersenyum miring sembari mengalihkan pandangan dari gadis itu selama beberapa detik. "Cih, pura-pura tidak tahu lagi. Tentu saja aku berbicara denganmu, siapa lagi? Memangnya di sini ada orang lain selain kita berdua, hm?"

"Aku? Membuntutimu?" Gadis itu menunjuk dirinya sendiri tidak percaya dengan tuduhan pria asing yang menyebalkan tersebut. "Jangan asal menuduh. Memangnya kenapa aku harus membuntutimu? Apa aku sebegitu kurang kerjaannya sehingga harus menjadi penguntit? Dasar pria aneh, menyebalkan, kenal saja tidak. Bilang saja kalau kamu modus ingin mengajakku berkenalan."

'Cih, percaya diri sekali.' Gumam Aresh dalam hati.

Gadis itu kembali melangkah, dia malas meladeni pria angkuh dan sombong dengan tingkat kepercayaan diri yang berlebihan seperti laki-laki yang baru saja dia temui tersebut. Karena kesal dengan sikap Aresh, gadis itu pun memilih untuk berjalan duluan dan dengan sengaja menabrak bahu Aresh. Ini sebagai balasan karena pria sombong dan angkuh itu tadi tidak meminta maaf saat menabraknya, ditambah lagi sudah menuduhnya yang bukan-bukan.

"Sekarang kita lihat, siapa yang mengikuti siapa," tantang gadis itu sebelum akhirnya berjalan cepat mendahului Aresh.

Aresh menatap punggung gadis itu yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Dia masih belum percaya, baru kali ini ada perempuan yang berani padanya.

"Sombong sekali dia. Pasti dia hanya berpura-pura tidak mengenalku untuk menutupi kedoknya," gumam Aresh.

B e r s a m b u n g...

...________________________________________...

...Halo Bestie, ini novel terbaru akak Otor di tahun 2023 ini yah dan merupakan sekuel dari novel sebelumnya yang berjudul 'Pria Nackal (Godaan Sahabat Suamiku)', kisah tentang Naura dan Mahendra. Kalau yang sekarang ini kisah tentang Babag Aresh yang sudah dewasa. Jangan lupa dukungannya yah😊...

Bab 2

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan awet muda di usianya yang sudah menginjak pertengahan 50-an terlihat gelisah dan tak henti-hentinya melihat ke arah pintu tempat mereka mengadakan pesta kecil-kecilan untuk putranya malam ini, dia adalah Naura, mommy angkat Aresh tapi berasa ibu kandung. Senyuman Naura seketika mengembang saat melihat salah satu dari dua sosok yang dia tunggu-tunggu sejak tadi sudah berdiri di ambang pintu. Terlihat dari gesturnya, gadis itu nampak malu-malu dan canggung bergabung di pesta tersebut. Naura tahu, mungkin karena gadis itu tidak memiliki kenalan selain dirinya.

"Ruby ...." Naura berjalan cepat menghampiri gadis cantik tersebut sambil masih tersenyum lebar, sementara gadis bernama Ruby tersebut juga berjalan ke arahnya sambil balas tersenyum. "Tante sangat senang kamu akhirnya datang juga. Malam ini kamu terlihat cantik sekali, Sayang," puji Naura sambil menatap penampilan gadis yang seumuran dengan putri kandungnya dari atas ke bawah.

Ruby tersenyum. "Terima kasih banyak, Tante. Maaf, Ruby datang terlambat karena tadi sempat macet di jalan."

"Tidak apa-apa, Sayang, putra Tante juga belum datang kok. Mungkin juga terjebak macet sama seperti kamu," katanya lalu tertawa kecil. "Oh iya, bagaimana kabar bundamu? Apa sudah baikan?" tanya Naura kemudian menanyakan kabar ibunda Ruby yang merupakan teman baiknya.

"Iya, Tante, kesehatan bunda sekarang sudah jauh lebih baik, dan semua itu berkat bantuan Tante Naura." Ruby tersenyum haru sambil menggenggam kedua tangan Naura yang sudah sangat baik mau mengulurkan tangan saat dirinya kesusahan mencari biaya untuk pengobatan ibunya. "Sekali lagi Ruby ucapkan banyak-banyak terima kasih, Tante, kalau bukan karena bantuan Tante, sekarang bunda mungkin-"

"Hust, jangan bicara seperti itu, Ruby. Tante dan bunda kamu itu berteman baik sejak dulu, jadi sudah sepantasnya Tante membantu saat keluarga kalian membutuhkan." Ruby hanya tersenyum haru menanggapi ucapan Naura, tidak tahu lagi harus berkata apa untuk memuji kebaikan wanita di hadapannya tersebut. "Tante sangat bersyukur kalau sekarang bunda kamu sudah sehat," tambahnya sembari mengusap lembut pipi gadis yang sudah dia anggap seperti putrinya tersebut.

Sementara itu tidak jauh di belakang Ruby, tepatnya di depan pintu, Aresh merasa cukup terkejut melihat mommy-nya yang nampak sangat akrab dengan gadis sombong yang beberapa menit lalu menantangnya di depan lift.

'Gadis sombong itu, kenapa dia bisa ada di sini? Dan kenapa dia terlihat sangat akrab dengan Mommy? Apa jangan-jangan, dia datang ke sini karena Mommy yang mengundangnya? Tapi ... memangnya dia siapa? Acara malam ini 'kan hanya dihadiri oleh keluarga dan orang terdekat? Kenapa dia juga bisa diundang datang ke sini?' Batin Aresh penasaran. Sekarang dia baru sadar, bahwa tadi dia memang sudah salah sangka dan menuduh gadis itu yang bukan-bukan, pantas saja tadi gadis itu marah padanya. Tapi, satu hal yang masih membuat Aresh kesal pada Ruby meski pun sudah tahu bahwa gadis itu ternyata bukan penguntit, dia sangat tidak menyukai sikap sombong Ruby yang sudah berani menantang dan menabraknya dengan sengaja, dia tidak akan memaafkan kesalahan Ruby begitu saja sebelum membalasnya nanti.

"Mom!" panggil Aresh seraya berjalan mendekat, membuat perhatian Nuara dan Ruby seketika teralihkan padanya.

Melihat siapa yang memanggil Naura dengan sebutan 'Mom', mata Ruby tentu saja melebar karena terkejut.

'Apa? Mom? Jadi ternyata dia anaknya Tante Nuara. Astaga, apa yang sudah aku lakukan? Tadi aku sudah berbuat tidak sopan padanya. Bagaimana ini?' Batin Ruby khawatir. Padahal, sikap kurang sopannya itu muncul karena Aresh sendiri yang salah duluan padanya, dia tidak akan memulai jika Aresh tidak mencari gara-gara duluan padanya.

B e r s a m b u n g...

Bab 3

"Aresh ... anak Mommy." Naura melepaskan tangannya pada Ruby kemudian memeluk putranya sebentar. "Mommy pikir kamu tidak akan datang," kata Naura setelah melepas pelukannya. Dia berkata seperti itu karena saking lamanya menunggu putranya itu.

Aresh tertawa. "Mommy ini bicara apa? Tidak mungkin Aresh tidak datang, memangnya acara malam ini Mommy dan Daddy buat untuk siapa? Untukku, 'kan?"

Aresh sengaja berkata seperti agar gadis sombong itu tahu bahwa acara malam ini dia adalah bintang utamanya. Senyuman licik tak kasat mata terbesit tatkala dirinya menangkap raut cemas sekaligus kekhawatiran yang nampak di wajah gadis sombong tersebut. Ditambah lagi gadis yang belum dia ketahui namanya itu kini tengah me re mas kedua tangannya bergantian karena gugup dan canggung.

'Hng, sekarang kamu sudah tahu 'kan sedang berurusan dengan siapa?' Batin Aresh penuh kemenangan.

"Oh iya, Sayang, kenalkan, ini Ruby, anak teman baik Mommy," kata Naura pada Aresh. "Ruby, ini Aresh, anak sulung Tante yang sering Tante ceritakan sama kamu," tambah Naura pada Ruby sambil tersenyum menatap keduanya secara bergantian.

Ruby tersenyum dipaksakan kemudian mengulurkan tangannya yang sedikit gemetar untuk berkenalan dengan Aresh. "Ru-Ruby."

Bukannya membalas uluran tangan Ruby, Aresh malah tersenyum miring sambil berdecih pada gadis itu kemudian pergi dari sana tanpa permisi.

"Loh, Aresh!" panggil Naura saat melihat sikap kurang sopan putranya itu, sementara Ruby sendiri lebih memilih untuk menarik kembali tangannya saat melihat Aresh menolak untuk berkenalan dengannya.

"Aku ingin menemui Daddy, Mom. Aku sangat merindukannya," kata Aresh tanpa sedikit pun menoleh ke arah mommy-nya dan Ruby.

Naura hanya bisa mendengus ketika melihat sikap putranya yang masih saja belum berubah saat dirinya ingin mengenalkannya dengan seorang gadis. Semenjak Aresh kecewa dan patah hati karena lamarannya ditolak oleh Regina 2 tahun yang lalu, Naura memang kerap kali ingin mengenalkan putranya pada gadis-gadis pilihannya. Meski pun Aresh tidak dia lahirkan dari rahimnya, tapi tetap saja dia merasa sangat sedih dan terluka ketika melihat putranya itu bersedih, apalagi sampai berubah sikap dan membenci perempuan seperti ini hanya gara-gara dirinya dua kali dikecewakan dalam hubungan asmara.

"Ruby, maafkan Aresh ya. Dia memang selalu seperti itu saat Tante ingin mengenalkannya pada gadis-gadis, salah satunya adalah kamu. Kamu masih ingat 'kan, waktu itu Tante juga sempat menceritakan hal ini padamu," jelas Naura. Jujur saja, dia merasa tidak enak pada gadis mana pun yang dia bawa ketika Aresh mulai bersikap seperti itu, Naura hanya tidak ingin para gadis itu sedih dan sakit hati karena sikap Aresh yang kurang sopan dan dengan terang-terangan menolak para gadis tersebut.

"Iya, Tante, Ruby masih ingat, dan tidak apa-apa, Ruby bisa mengerti kok," ucap Ruby sambil tersenyum. Sebenarnya dia agak kasihan pada Aresh. Dia tahu seperti apa rasanya patah hati ditinggal pas sayang-sayangnya karena dia pun pernah berada di posisi tersebut.

*

*

Sepanjang pesta berlangsung, Ruby lebih memilih untuk menjaga jarak dari Aresh. Dia tahu lelaki itu tidak suka dirinya ada di tempat ini makanya Ruby memilih untuk menjauh, ditambah lagi sudah beberapa kali dia tanpa sengaja melihat Aresh menatapnya sambil tersenyum miring. Entah mengapa Ruby merasa bahwa Aresh sepertinya menaruh dendam padanya.

'Daripada terus berada di sini, lebih baik aku pulang saja, entah mengapa perasaanku tidak enak, apalagi sekarang sudah hampir pukul 10 malam, aku takut pulang kemalaman nanti.' Gumam Ruby dalam hati.

Ruby lantas berjalan menghampiri Nuara yang sedang mengobrol dengan tamu lain untuk berpamitan. "Tante."

Naura langsung berbalik begitu mendengar suara Ruby memanggil di belakangnya. "Iya, Sayang, ada apa?"

"Mm, Tante, karena sekarang sudah hampir larut, jadi Ruby mau pamit pulang dulu," jawab Ruby.

"Pulang? Kenapa buru-buru, Sayang?" tanya Naura.

"Mm ... itu, Tante, Ruby khawatir sama bunda di rumah," jawabnya beralasan. Padahal di rumahnya masih ada adik laki-lakinya yang menemani bunda mereka.

Naura terdiam sejenak, kemudian berkata sambil menatap gadis itu, "Ruby, begini saja. Bisakah kamu menunggu sebentar lagi? Sebenarnya Tante mengundang kamu datang ke acara ini bukan karena tanpa tujuan."

"Maksud Tante?" Ruby merasa kurang mengerti dengan ucapan Naura.

Naura tersenyum, kemudian menarik tangan gadis itu naik ke atas panggung. "Ikut Tante sebentar, sepertinya Tante harus memberikan penjelasan pada semua orang sebelum kamu pergi dari tempat ini."

Ruby makin tidak mengerti dengan ucapan Naura, tapi karena dia merasa tidak enak terus bertanya pada wanita paruh baya cantik tersebut, gadis itu pun memilih untuk diam saja sembari menuruti keinginan Naura untuk naik ke atas panggung.

"Mohon perhatiannya semuanya!" Suara Naura yang sudah tersambung dengan microphone seketika menyita perhatian semua orang tanpa terkecuali. "Tadi banyak yang bertanya padaku, siapa sebenarnya gadis cantik yang berdiri di sampingku ini?! Kenapa tidak ada satu pun dari kalian yang mengenalnya tapi terlihat begitu dekat dan akrab denganku?!" Naura tersenyum sambil menjeda sejenak ucapannya kemudian mengedarkan pandangannya pada beberapa orang terdekatnya yang sempat hadir. Sementara Ruby yang dipuji cantik oleh Naura di hadapan banyak orang pun menjadi tersipu sambil menunduk dan tersenyum malu-malu.

"Perkenalkan, gadis cantik ini bernama Ruby Zivanna Larasati. Panggil saja dia Ruby! Ruby adalah anak dari salah satu teman baikku, dan dia aku undang untuk hadir pada acara malam ini karena aku ingin mengenalkan dan mengumumkan pada kalian semua bahwa Ruby adalah sekretaris putraku, Aresh, di Adiyaksa Holdings!" Naura memamerkan senyuman lebar setelah mengucapkan kalimat yang sukses membuatnya mendapatkan banyak sekali tepuk tangan, tidak peduli dengan reaksi terkejut yang Aresh dan Ruby tunjukkan karena terkejut mendengar ucapannya yang melantik Ruby menjadi sekretaris tanpa sepengetahuan siapa pun, kecuali Mahend dan Yuda.

'Apa-apaan ini? Kenapa Mommy mengambil keputusan dan mengangkat seseorang menjadi sekretarisku tanpa membicarakannya terlebih dahulu denganku?' Batin Aresh kesal, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Nuara sudah memutuskan sesuatu untuknya meski pun secara sepihak. Dia sadar jika dirinya hanyalah anak angkat, takutnya jika dia marah akan membuat hubungan mereka menjadi rusak, dan jika sudah rusak, hubungan mereka jadi tidak dapat diperbaiki lagi. Hal itulah yang sangat Aresh takutkan sejak masih kecil, makanya dia memilih untuk menjadi anak yang baik dan penurut. Selama hal itu tidak menyangkut masalah perjodohan, maka dia akan menuruti apa pun kemauan mommy dan daddy-nya.

"Ada apa, Nak?" tanya Mahend yang saat itu sedang berdiri tepat di samping Aresh. "Apa kamu tidak setuju dengan keputusan Mommy-mu, hm?"

Aresh menggeleng sambil tersenyum agak dipaksakan. "Tidak, Dad. Aresh tahu Mommy melakukan semua ini bukan tanpa alasan." Aresh menjeda ucapannya sejenak. "Mm ... apa Daddy juga tahu mengenai hal ini, kalau gadis itu akan menjadi sekretarisku di Adiyaksa Holdings?"

Mahend mengangguk. "Tapi Daddy dan Papamu juga baru tahu sekitar 2 jam yang lalu, dan itu pun saat kami sama-sama menanyakan siapa gadis itu pada Mommy-mu."

Aresh mendengus pelan. 'Entah apa tujuan Mommy menjadikan gadis sombong itu sebagai sekretarisku?' Batin Aresh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!