NovelToon NovelToon

Nutrisionis Chef

Jendela Dunia

Panas terik siang itu sungguh tidak dapat digambarkan dengan sensori kata - kata, tapi segelas cup es teh dengan gula diet calori berhasil mengatasi dahaga karena dehidrasi panas & lelah berolahraga.

Anlon berjalan menjinjing tas sepatu di tangan kiri, tas sekolah tersampir di bahu, dan tangan kanan menikmati sensasi dingin cup es teh yang berembun segar. Sesekali disesapnya kesegaran yang bagai oase di padang pasir, sayang untuk di habiskan sekali teguk, tapi dinikmati akan lebih menyegarkan.

"Bro, mau kemana nih? tumben kelar latihan langsung ngacir balik", ucap Ubay teman setimnya

"Hai Bay, aku mau mampir ke toko buku, biar ga kesorean sampai rumah makanya balik duluan, kamu sendiri ga ikutan kumpul sama anak-anak?", jawab Anlon sembari melempar cup es teh yang sudah kosong ke dalam tempat sampah.

"Pengennya gitu Lon, tapi ibu suri (bunda) bermandat di WA buat cepetan pulang, ya uda ga bisa berkutik, duluan ya.." pamit Ubay sambil lalu dengan tancap gas motor K*wasaki hijaunya.

Paling tidak kamu masih punya Bunda yang memintamu pulang Bay, daripada merasakan dinginnya rumah dan rasa rindu tak terbalaskan dari bingkai foto tak bernyawa.

Anlon memasukkan barang - barangnya ke dalam mobil, dan saat mengitari mobil hendak masuk ke. kursi pengemudi, dilihatnya sepucuk surat diselipkan di sela wiper.

^^^Kak Anlon.... aku pengagummu... aku selalu lihat kakak berlatih di lapangan, hujan panas aku mau setia... besok kita ketemu ya di belakang sekolah jam 11.30 waktu break time. -Tania (XI IPS 3) -^^^

Tanpa banyak berpikir, Anlon meremas kertas menjadi bola, kepalanya tengak tengok mencari tempat sampah terbuka... dan... dilemparkannya sampah masuk ke dalam wadahnya.

Yaaaas triple point. Senyumnya merekah melihat target yang dibuatnya bisa masuk ke sasaran.

Soal Tania, bukan pertama kalinya Anlon terima surat cinta. Kalau diingat kembali Anlon sudah menerima setidaknya 10 surat pengakuan cinta selama dia bersekolah di SMA Tesla.

Tidak hanya adik kelas, tapi teman seangkatan bahkan senior kelas pun ada yang mengakui pesona Anlon. Model tulisan malu - malu anonim hingga agresif juga Anlon pernah dapatkan.

"Pilih saja salah satu Lon, toh di antara pengagummu itu ada yang manis dan cantik. Kalau aku jadi kau pasti tanpa pikir panjang kusambut si Juwita", Ega teman Anlon pernah memberikan masukan karena terlalu gemas melihat Anlon yang punya banyak pengagum tapi tetap saja hampir 3 tahun belajar si SMA Tesla tetap berstatus jomblo.

"Kalau kau mau, kejar saja Juwita, Ga. Aku tidak ada waktu untuk memikirkan hubungan serius dengan wanita"

Ega terbahak saat dengar jawaban Anlon, "Yaelaaah Lon.. kita masih SMA, pikirannya jangan kejauhan lah. Hubungan pacaran di SMA kan tidak harus serius Lon, cuma biar jadi penyemarak hidup masa muda gitu.... "

Anlon menggeleng, "urusan hati repot Ga, ogah lah cuma asal cap cip cup biar lepas status jomblo tapi di hati sebenarnya no feeling."

"Ada orang bijak berkata.. (Ega mulai membenarkan kerah seragamnya dan berdehem) ehm.. jadi perasaan itu dapat tumbuh karena terbiasa dan itulah bukti proses adaptasi dan sinkronisasi dalam berelasi"

Anlon menyipit menelaah kata-kata temannya itu, Ega Herlambang, anak yang ceria berpipi gembul berbadan gempal tapi urusan shooting di lapangan basket dia jadi momok bagi lawannya.

"Siapa orang bijak itu Ga?"

Ega bersikap serius sambil menjulurkan tangan, "perkenalkan Lon... sayalah orang bijak itu" dan keduanya terbahak.

Ah lupakan soal surat Tania atau Sonia atau Tasya bahkan nama mereka tidak pernah teringat setelah kertas dibuang tanpa sayang. Perjalanan ke toko buku tidak lama dan Anlon sudah memarkirkan mobilnya tepat di tempat parkir kosong bagian tepi jalan.

Entah siapa yang ceroboh, saat Anlon membuka pintu mobil, tak sengaja dia mendorong seseorang yang kebetulan lewat disampingnya.

BRuuk..

"Aduh.. " puk.. puk.. terdengar suara gadis mengaduh dan menepuk2 baju yg kotor.

Dengan sigap Anlon keluar dan mengulurkan tangan, "Maaf2 saya tidak lihat kalau ada yang berjalan di samping mobil, apa anda tidak apa2?"

Yang ditanya masih belum menggapai tangan yang hendak menolong dan masih dalam posisi terduduk membersihkan baju, menarik tas yg terjatuh dan membenarkan letak kacamata.

Apa cewek ini marah? terluka? sampai tidak berkomentar atau bicara.

"Nona.. Renata, apa nona baik-baik saja?" tanya Anlon kembali sambil melihat nama yang tertera di bagian depan seragam si korban (korban jatuh tak sengaja).

Si gadis mendongak dengan mata menyipit, "kok kenal saya?? kita pernah ketemu? maaf beri saya waktu... saya anemia jadi kalau jatuh dan langsung berdiri berasa berkunang-kunang gelap", jawab wanita bernama Renata sembari mencoba berdiri sendiri diri, tetap menghiraukan uluran tangan Anlon.

Hampir terhuyung, Anlon memegang pundak Renata agar tidak terjatuh.

"Maaf saya bantu, mari saya tuntun ke depan toko buku supaya lebih teduh dan nona bisa duduk."

Tangan Anlon ditepis segera, "Terimakasih tidak perlu dibantu pandangan saya sudah jelas dan anda tidak perlu meminta maaf lagi... SMA Tes.. la hah??" Renata berucap sambil berjalan pergi tapi sempat melihat tag lokasi seragam, nama SMA yang sangat tidak asing.

Mereka memasuki toko buku beriringan. Anlon masih kawatir kalau yang dikatakan gadis itu benar dan akan berkunang - kunang dengan pergerakan mendadak karena anemia.... jangan sampai akibat jatuh memperparah keadaannya.

Setelah memastikan Renata berjalan melangkah dan menghilang di balik rak - rak buku, Anlon melangkah menuju ke bagian buku yang sudah menjadi tujuan awalnya. RESEP MASAKAN.

Anlon membeli beberapa buku resep setidaknya sekarang dia harus bisa memasak untuk ayah & adiknya, bukan keharusan tapi tekat.

Beberapa wanita yang ada di lorong buku memasak melirik Anlon sambil senyum kusak kusuk antara heran anak SMA laki - laki beli buku resep atau karena perawakan Anlon yang eye catching dengan tinggi menjulang & badan atletis berisi.

Di lain sisi, Renata memilah buku di deretan hobi menjahit. Di cari nya buku yang sesuai ilmu sekolahnya, dengan ambisi menjadi desainer pencipta trend, Renata ingin one step ahead dibanding teman seangkatannya.

^^^Aku harus sudah bisa ciptakan karya di semester ini. Biar yang lain masih belajar teknik dasar, aku harus sudah bisa buat hasil karya.^^^

Tekad Renata disuarakan dalam hati sambil mencari buku yang dimaksud, sampai akhirnya berupa gumaman dan suara bisikan yang memancing orang didekatnya melirik serta penasaran mantra apa yang dia ucapkan.

Antrian kasir cukup panjang, mungkin karena tahun ajaran baru membuat toko buku banyak diserbu.

Renata berdiri mengantri dengan buku modul menjahit cukup tebal dan satu buku lain ukuran lebih kecil "Kreasi Membuat Apron". Anlon mengenalj Renata yang berdiri tepat di depannya, namun canggung untuk menyapa.

Hubungan tersangka dan korban jatuh sudah terselesaikan saat masuk toko ini, jadi tidak perlu sok kawatir dan peduli lah Lon.

Seperti serombongan bebek yang akan kembali ke kandang, terdengar suara beberapa ibu-ibu yang sangat riuh (ternyata hanya dua orang ^^)

"Permisi.. permisi dik.. permisi td saya di sini tapi saya tinggal sebentar ambil tambahan.. jadi permisiiii yaaaa", ujar salah satu ibu sambil menjejal antrian di depan Renata.

Karena tidak siap dengan tenaga dan kesigapan duo emak merebut antrian, Renata agak terdorong ke belakang dan buku yang dibawa pun jatuh.

...hadeeeh... mau masuk jatuh, lagi antri hampir jatuh.. semoga aja habis ini bukan jatuh cintaa......

rutuk Renata dalam hati.

Reflek Anlon yang sudah terlatih segera mundur selangkah dan menghadang punggung Renata agar tidak terjatuh. Sebelum Renata mengambil buku - bukunya, Anlon sudah terlebih dahulu menyerahkan kepada empunya.

"Ini buku kamu, saya bantu ambil supaya mata kamu tidak berkunang-kunang"

"Kok tau?" jawab Renata singkat dan lupa kalau pemuda dihadapannya adalah Anlon yang sebelumnya ditemui.

"Aku yang tadi tidak sengaja dorong kamu waktu buka pintu mobil"

"oh.. ya.. makasih ya"

Percakapan terhenti dan selesai keduanya membayar, Anlon melangkah cepat hingga sampai sejajar dengan Renata.

"Aku lihat kamu beli buku kreasi Apron ya? Apa aku bisa request custom apron ke kamu?? Perkenalkan namaku Anlon"

sekali lagi Anlon mengulurkan tangan, kali ini untuk mengajak Renata berkenalan...

Akankah uluran tangan Anlon kali ini disambut Renata???

tunggu kelanjutannya ya... Mohon dukungannya untuk saya yang newbie ini (curcol heheheh)

Love Bombing

Anlon merasa penasaran dengan Renata yang langsung melangkah keluar setelah selesai membayar di kasir. Tanpa menoleh ke Anlon atau sekedar berpamitan karena meskipun sejenak paling tidak mereka sempat berkomunikasi.

Lirik matanya tetap mengintai arah Renata sembari menyelesaikan pembayaran.

“Terimakasih”, ucap Anlon sopan pada kasir dan berlari mengejar Renata.

Langkah kaki panjang Anlon dapat mensejajari Renata.

"Aku lihat kamu beli buku kreasi Apron ya? Apa aku bisa request custom apron ke kamu?? Perkenalkan namaku Anlon"

Sekali lagi Anlon mengulurkan tangan, kali ini untuk mengajak Renata berkenalan.

Renata menghentikan langkah dan melihat pemuda di sampingnya heran.

Membenarkan kacamata, mengerjapkan mata, merapikan poni dan menyambut tangan “Oh ya salam kenal, saya Renata. Maaf apa maksudnya request custom apron ke aku?”

“Ya tolong buatkan apron dengan model yang khusus buat aku”

“Permintaan kamu serius? Atau sekedar iseng punya rencana lovebombing?”, tanya Renata menyelidik.

What?? Love bombing?? Cewek ini aneh n kepedean juga.

Setelah berdehem Anlon menjelaskan, “Sorry aku bukan tipe cowok yang asal main tembak atau ngebom-ngebom cewek kaya yang kamu bilang ya.”

Setelah selesai berucap Anlon meninggalkan Renata yang bingung tapi juga terbahak.

“Heiii Anlon tunggu… kamu salah paham”, Tarik Renata pada tas belanjaan Anlon yang membuat isi di dalamnya terjatuh.

Semacam kejadian dejavu belum lewat tiga jam sudah ada kejadian jatuh lagi.

Tanpa pikir panjang, Renata mengambil 2 buku Anlon yang terjatuh, “Maaf…ga sengaja…”, katanya sambal mengulurkan buku yang sudah dirapikan.

^^^Resep praktis dessert rumahan, Signature Dish Michelin Star. Cowok beli buku resep???^^^

Digapainya buku dari Renata dan dia melangkah pergi, sudah lima langkah berlalu Anlon pun terhenti dan menengok ke belakang.

Renata masih dalam posisi terjongkok siap berdiri sambil mata terpejam.

“Sini ku bantu, hati – hati”, ternyata yang dia katakan tadi soal kunang – kunang yang bersahabat dengannya setiap berdiri tiba-tiba benar – benar nyata.

Anlon tak tega melihat Renata dan segera menghampiri, mengarahkan ke kursi taman terdekat di luar toko buku.

“Duduk di sini”

^^^Sweet banget sih nih cowok, cuma kayanya dia gak tahu apa itu love bombing… mana ada istilah tembak dan bom boman macem convess love. Renata terkikik membayangkannya.^^^

“Ini minum”, Anlon menyodorkan paper cup dan duduk disebelah Renata masih dengan mulut manyun tersinggung dengan asumsi

Renata sebelumnya.

“Makasih…. Hm… apa ini? Bukan teh yang biasa… (srupuut) macem air putih hangat biasa tapi beraroma menyegarkan”, ucap Renata sambil menyesap minuman ditangannya.

La’café : Mulanya free space di bagian depan toko buku tersebut hanya menjual teh dan kopi saja tapi mulai merambah jual rice bowl dan dessert sederhana yang dapat dinikmati untuk penikmat teh dan kopi.

“Itu seduhan daun mint”

“Kenapa repot sekali? Tempat itu tidak biasanya ada menu ini.”

“Aku mau belikan kamu teh hangat tapi karena sepertinya kamu ada anemia -berkunang – kunang saat berdiri tiba-tiba, jadi ku pesankan seduhan daun mint, kebetulan resto itu ada jual dessert dengan daun mint sebagai topping jadi syukurlah bisa.”

Meski bingung Renata tetap menyesapnya.

“Anlon, kamu sepertinya salah paham dengan istilah love bombing yang kukatakan tadi.”

Yaaah mulai lagi bikin keki juga nih anak… sebaiknya kutinggal saja, kenapa tidak ada yang beres pada gadis yang dekat denganku.

“Heii tunggu, jangan pergi dulu. Bukannya tadi kamu mau order custom apron? Aku setuju”, mendengar kalimat Renata, Anlon berbalik.

“Baiklah terimakasih, tulis nomor telepon mu, aku akan hubungi kamu lagi.”

Setelah menerima dan mengetikkan nomor teleponnya, Renata mengembalikan ponsel ke Anlon.

“Oke, bye aku juga mau pergi sudah ada yang jemput.”

Sebelum Anlon jawab Renata sudah pergi meninggalkan paper cup kosong di kursi taman.

Kebiasaan buruk… apa susahnya sih buang sampah ditempatnya.

Ritual three point Anlon dimulai, remas paper cup, cari tempat sampah terbuka dan lempar. (Adegan ini hanya dapat dilakukan oleh professional, untuk yang belum berpengalaman sebaiknya berjalan ke tempat sampah terdekat ya..^^)

Renata berlari menuju sosok yang menjemputnya,

“Sorry Bang lama nunggu ya”

“Dasar, emang ya brasa sudah punya ojol gratis jadi semena-mena. Kalau bukan Anlon yang jalan bareng ama kamu, uda kusamperin itu tadi. Nih… pake helm ayuk cepet pulang uda lapeer”

Renata hanya cengar – cengir. "Mentang-mentang ya sealmamater terus ngerasa semua aman. Kayanya dia rada unik ya Bang?"

"Kalau gak unik pasti uda punya cewek lah dia. Tapi ganteng kan? "

Hmmmm.. Renata tak bisa menjawab, diingatnya kembali bagaimana perawakan Anlon.

Tinggi, berbadan atletis dengan kulit kuning langsat yang terlihat memerah terbakar matahari, tatapan tajam menyelidik, bibir yang terlihat arogan tapi menampilkan lesung pipit saat tersenyum.

"Standard sih Bang... Yang ganteng sejati itu kalau hatinya juga baik si.. Nah urusan itu belum tau"

"Ya udah pelan-pelan cari tahu aja, kayanya uda tukeran nomer deh ya.. Tadi abang lihat uda dikasi ponselnya haha", tawa terdengar dari balik helm.

"Ih.. Uda kek spy professional yaa... Tapi nanti hubungan kami jg profesional Bang.. Ada project"

"Project apaan?? "

Renata hanya menggoyangkan kepala, "Ada deeeh... Mau tau ajeee... Haha"

"Ati-ati aja kamu yaaa dari project jadi object hati", ingat si Abang.

Di dalam mobil, Anlon masih tak habis pikir dengan kata memalukan yang dia terima.

Love bombing?? Whaat… gilaa bener.. awas ya tuh anak. Eh tapi sebenernya apa ya artinya? Kenapa dia tadi bilang aku salah paham ya.

Jemarinya segera mengetik “Love bombing”di platform pencarian ternama Mr G.

“Love bombing merujuk pada aksi bom cinta yang dilakukan seseorang pada targetnya dengan melakukan tindakan pengiriman sinyal terus-terusan dalam intensitas yang tidak masuk akal….”

Anlon tepok jidat membacanya dan save nomer Renata dari panggilan keluarnya “Love Bombing Girl”. Tawanya merekah seolah sudah berhasil menciptakan kedudukan seri.

Setiba di rumah, Renata membuka ponselnya, 1 missed call, dia tersenyum memikirkan rename apa untuk contact ini “Anlove Bombing”.

Ditaruhnya buku belanjaan dan tas sekolah di meja ruang tamu, tangan masih tetap memegang ponsel dan mata menatap aneh.

Anlove bombing?? Rename yang lebay... Tapi tulis nama dia di ponsel juga masih canggung.. Hmmm AHAaa.. "Pepermint tea"

Abang Ganteng

Pagi hari Renata memulai aktifitas seperti biasa, bangun pagi dan membantu Ibu memasak juga pastinya membersihkan tempat tidur dan gosok gigi setelah mandi (auto nyanyi :D. Renata memang bukan anak yang cuek pada keluarga, baginya keluarga adalah centre of circle life yang harus dapat prioritas perhatiannya.

Saat bantu Ibu di dapur, sering kali mereka terlibat obrolan ringan, sebuah quality time antara Ibu dan anak yang sangat natural dan sepertinya tidak banyak yang bisa merasakan nikmatnya bercengkrama di sela aktifitas & waktu yang memburu.

Beruntungnya Renata memiliki Ibu seperti Liliana, karena Ibu Lili orang yang sangat terencana hingga di pagi hari memasak 2-3 menu bukan hal yang memakan waktu karena malam sebelumnya bahan-bahan sudah dipersiapkan jadi di pagi hari tinggal eksekusi terakhir bersama perlengkapan perang penggorengan, panci, dan kompor. Renata menikmatinya, sesekali mengiyakan nasihat Ibunya,

"Ibu harap besok saat kamu berumah tangga, jadi wanita yang bisa merawat keluarga dan rumah, menyiapkan masakan sehat bergizi untuk suami dan anak-anak juga berbenah rumah. Itu bukan ilmu dan ketrampilan yang sukar tapi kalau tidak dibiasakan sadari dini akan kerepotan besok waktu berumah tangga."

"Siap Bu, lagian kan Rena gak berencana nikah cepet Bu. Paling umur 27 an lah Bu. Eh.. lagian sekarang juga belum punya pacar kenapa terlalu jauh mikir berumah tangga ya Bu hehehe"

Keduanya tertawa sambil mempersiapkan empat piring nasi. "Bukan sarapan namanya kalau hanya susu dan roti tapi coffee break", begitu kata Ayah Renata jadilah kebiasaan keluarga mereka di pagi hari sudah tersedia menu berat seperti bistik sapi, telor balado, dan orak - arik sayur.

"Bang, hari ini gak perlu jemput Rena, nanti Rena ada studi banding ke sekolah lain jadi bakal sampai sore. Nanti Rena naik ojol berbayar aja"

Ucap Rena sambil memotong telor balado dan memasukkan ke mulut manisnya. Yang diajak bicara hanya ber "Hemm" ria sambil sibuk mengunyah makanan.

"Rena, sebaiknya kamu keluar saja dari kegiatan Osis..kamu sudah kelas 2, sebentar lagi juga musti persiapan magang kan,” saran Ayah sambil menikmati sarapan.

Berpikir sejenak, Renata menjawab “Coba anti deh Yah, soalnya lagi merasa asik sama kegiatan organisasi karena ternyata di luar perpustakaan ada kehidupan sosialisasi menyenangkan”

Dasar adek kutu buku, selama ini cuma sosialisasi ama buku jadi liat cowok cakep di atas rata-rata juga lempeng aja. Batin si abang geleng – geleng.

“Ren, uda kelar makan kan? Siapin abang kopi susu yang biasa kamu bikin buat Ayah ya, Abang mo bawa, masukin ke tumbler aja. Kalau uda cepetan keluar ya berangkat,”

“Your command is my pleasure”, gerak Renata cepat mengatur setiap bawaan dan berpamitan pada kedua orangtuanya.

Sekolah Abang dan Renata tidak jauh berjarak cukup 10 menit dengan mengendarai motor menyela setiap kemacetan di pagi hari. Jadilah Rena pulang pergi lebih sering menunggu jemputan kecuali kalau Abangnya ada latihan basket dengan teman setimnya di SMA Tesla.

Setiba di SMK Sakura, sudah mulai ramai tapi sekolah khusus cewek itu memang membatasi pengunjung dari luar, maka jadilah setiap siswa yang di antar cukup berhenti di drop off, tidak perlu parkir dan dilarang berhenti di depan gerbang karena bisa mengganggu lalu lintas.

Tak seperti biasanya, trio yang menyebut diri mereka Sakura Light sudah rapi berjejer di sudut drop off point. Sepertinya memang bukan tanpa alasan. Natusha, gadis berambut ikal dan tinggi semampai mendekati Renata yang sedang melepas helm nya.

“Wah Renata sudah datang, mau dibantu bawain tasnya sebentar? Kali aja kamu repot buka helmnya.”

Renata menganga.. sejak kapan Natusha sebaik ini padanya, biasanya juga kalau Renata merasa seperti kerikil yang di tendang kalau mengganggu dia berjalan.

“Eh ini Abang kamu ya Ren? Halo Bang, saya Natusha.. sahabat Renata”, masih saja nyerocos melakukan misinya dan tidak mengindahkan keberadaan Renata.

“Baru tau saya kalau Renata punya sahabat secantik kamu, jaga adekku ya… bye…kling” Ucap singkat si abang tak ketinggalan mengedipkan sebelah matanya.

Gilaaa aja Natusha, ternyata mo deketin Abang pake acara kasi perhatian manis-manis yang bisa bikin diabetes. Sahabat??? Cuih…apaan… siapa yang tahun awal selalu rese bikin ribut dan kasi nickname aku kutu buluk??

Renata hanya melirik Natusha yang masih menatap Abang hingga menghilang dari pandangan.

“Renaaaa…kenalin dong sama abang kamuuu…. Tuh tadikan dia uda titipin kamu buat aku jaga, tapiii aku belum kenal dia…kan ga afdol”

“Ya uda sih gak usah di gubris, aku bukan anak kecil yang perlu dijaga”, Renata ngeloyor menjauh diantarkan cebik an bibir si trio Sakura.

Natusha, Shakira, dan Kiralee sudah berteman sedari SMP mereka memang anak – anak berada dan modis tapi urusan akademis jangan ditanya. Merasa sekolah hanya kewajiban menghabiskan waktu dan sudah punya jaminan masa depan yang tersedia tanpa berusaha membuat ketiganya lebih memilih bersenang – senang dibanding harus belajar atau mengerjakan setiap project di SMK Sakura. Ketiga nya mengambil jurusan administrasi dan merasa sudah mampu atau bisa belajar kembali saat mereka masuk ke dunia perkuliahan jadi highschool harusnya fun bukan tertekan, itu menurut pandangan mereka.

Kiralee sudah mengenal Renata sejak lama, meskipun ekonomi keluarga Kiralee lebih terpandang dan jauh di Renata, tapi rasa iri akan kepandaian Renata membuat dia benci dan menyalurkan kebencian itu ke Natusha dan Shakira. Komentar orang tuanya masih diingatnya sampai sekarang padahal itu diucapkan saat Kiralee dan Renata masih di Sekolah Dasar,

“Kira…kamu harus contoh Renata, setiap tahun dia selalu maju ke acara penutupan tahun ajaran dengan beberapa penghargaan kejuaraan, sudah cantik, pinter, rajin lagi”. Siapa sangka, pujian yang bertujuan untuk menjadi motivasi sang anak justru menumbuhkan bibit kebencian dan iri hati.

“Kira, kayanya aku pengen jadi kakak ipar Renata deh… jantungku uda kaya genderang perang lihat senyum dan kedipan mata Abangnya Renata…duuuh dari balik helm aja ganteeeeng ga ketulungan, gimana kalau di lepas cobaaaa??? Aaaahhhh meeellllttttt”, Natusha jalan sempoyongan sampai harus berpegangan pada Shakira dan Kiralee.

“Sesukamu deh Nat, yang jelas aku masih belum bisa berteman dengan Renata. Samperin aja abangnya di SMA Tesla biar mata kamu kebuka kalau masih banyak cowok ganteng di luar sana”

Iya juga sih di SMK Sakura lihatnya cewek melulu, ada cowok uda berkumis tua pula, Pak Giatno guru akuntansi.

Siapakah Abang Renata? Dan apa yang akan terjadi dengan Renata berhubungan dengan trio Sakura Light? Bagaimana kabar Anlon?? Jangan sampe ketinggalan yaaa...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!