... “Sedih boleh, hilang harapan jangan sampai!”...
...*****...
Semua berawal dari SNMPTN, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, begitulah kepanjangannya.
Delima adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) tingkat akhir di sebuah sekolah swasta di Makassar. Tepatnya di SMA Muhammadiyah A. Dia hanya pendatang di kota besar ini. Hampir tiga tahun Delima mengarungi masa putih abu-abunya. Sekarang saatnya bagi Delima untuk beralih tempat ke jenjang yang lebih tinggi.
Delima berniat masuk kuliah lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dengan pilihan pertama masuk Universitas Indonesia (UI) dan pilihan kedua Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan jurusan yang sama yakni Psikolog. Delima sering sekali di kasih tahu untuk tidak terlalu berharap pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), tapi Delima saat itu sangat berharap untuk bisa masuk lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sampai berleha-leha dalam belajar untuk menghadapi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) kelak. Itu adalah kesalahan yang fatal yang Delima lakukan dalam hidupnya.
Mungkin sebagian besar dari kalian yang membaca tulisan ini pasti juga pernah berharap lebih untuk lolos di jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Hingga lupa mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi lainnya. kalian satu sama dengan Delima. Hehehe.
...Pengumuman!!...
...Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN 2019 telah dibuka mulai hari ini, Senin, 4 Februari 2019. "Untuk pendaftaran SNMPTN kami mulai pukul 15.00 tanggal 4 sampai tanggal 14 Februari pukul 22.00....
Momen inilah yang di nanti-nanti oleh siswa-siswi kelas dua belas. Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sudah mulai dibuka.
Di sekolah Delima semua siswa-siswi begitu antusias untuk mendaftarkan diri mereka lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ini. Mulai dari mengumpulkan rapor, menentukan pilihan program studi hingga universitas yang ingin mereka tuju.
Tapi masih banyak dari siswa-siswi kelas dua belas dan itu termasuk Delima juga salah satunya. Kalian semua pasti suka ke pikiran macam-macam kayak gini kan? Ayo, ngaku! hahaha!
Bingung milih jurusan, Bingung milih kampus, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS), enggak tahu passionnya, mikirin karier, dan mikirin biaya. Nah, untuk poin nomor terakhir ini Delima bangat ya teman-teman, itu adalah poin penting baginya. Kenapa? karena kondisi perekonomian keluarga yang sangat terbatas, jangankan kuliah, untuk membeli bahan makanan saja sulit ampun-ampunan.
Jumlah seluruh angkatan Delima tidak terlalu banyak, sekitar dua puluh satu orang. Dari semua angkatan, bisa dibilang angkatan Delima yang paling sedikit. Hm... Maklum sekolah Delima hanya sekolah swasta kecil, tapi sekolah itu mampu mengubah pandangannya tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.
Tidak semua siswa-siswi dapat mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), karena terdapat ketentuan dan persyaratan yang harus aku dan teman-temanku penuhi. Pertama, siswa SMA/MA/SMK kelas terakhir (kelas 12) pada tahun 2019 yang memiliki prestasi unggul. Kedua, memiliki NISN yang terdaftar di PDSS. Ketiga, memiliki nilai rapor semester 1 s.d. 5 yang telah diisikan oleh sekolah di PDSS dan keempat memiliki prestasi akademik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh masing-masing PTN.
Puji tuhan angkatan Delima terdaftar semua tanpa terkecuali dan siswa pendaftar tidak dipungut biaya apa pun. Biaya penyelenggaraan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sepenuhnya ditanggung Pemerintah.
Alhamdulillah, kekhawatiran Delima selama ini akan uang pendaftarannya hanyalah sekedar rasa khawatir saja, maklum Delima terlahir dari keluarga kurang mampu. gadis itu pernah membaca sebuah kata bijak yang menarik. Kurang lebih kata bijaknya menyebutkan,
“Kita tidak bisa memilih dilahirkan di keluarga mana, namun kita bisa memilih ingin menciptakan keluarga yang seperti apa kelak.”
Delima berharap dengan ikut serta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ini, bisa meringankan beban kedua orang tuanya soal biaya kuliah nanti. Dia juga sangat berharap lebih untuk bisa lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Tapi kembali lagi, jangan lupa akan satu hal, semua harapan tidak akan terwujud tanpa campur tangan Tuhan. Oleh karena itu Delima sadar, dia akan berusaha dan berdoa semampunya, sisanya biar Tuhan yang atur. Manusia hanya bisa merencanakan tapi tetap Tuhan yang menentukan.
Tapi entah kenapa, walaupun Delima sudah menyatakan itu semua dengan lantang dan penuh percaya diri, tetap saja dalam lubuk hatiku yang paling dalam, Delima berharapnya lolos si. Hehehe...
Pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Sepenuhnya diserahkan ke sekolah mulai dari pengecekan NPSN beserta data tentang Sekolah sudah benar dan terverifikasi di PDSPK Kemdikbud.
Yang mengambil alih urusan ini adalah guru fisikanya, sebut saja Bu Rini. Tidak bisa kita bahayakan betapa lelah payahnya beliau ini, hanya untuk menyaksikan bahagia yang bertaut di bibir-bibir para muridnya ketika sebagian dari mereka dinyatakan lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
...****...
Hari berlalu berganti minggu. Pada saat itu angkatan Delima sedang melakukan simulasi hari kedua tahap pertama. Mereka di bagi dalam dua sesi, sesi pertama untuk kelas IPA dan sesi selanjutnya di ikuti kelas IPS.
Ruangannya tidak terlalu besar tapi bisa menampung setengah dari jumlah angkatannya. Di dalam ruangan tidak ada suara sedikit pun, Senyap. Bak rumah tak berpenghuni. Semua fokus pada satu titik yaitu layar komputer yang sudah ada soalnya dengar tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
Beberapa jam telah dilalui, simulasi UNBK telah berakhir. Mereka semua di instruksikan untuk tidak meninggalkan ruangan ujian karena akan ada pemberitahuan dari salah satu guru.
Guru itu adalah Bu Rini, pembawa kabar duka yang mengiris hati Delima dan hati teman-temannya juga, bagai sembilu.
Setelah beberapa menit berkomunikasi dengan guru yang ada di dalam ruangan tersebut, sebut saja pak Budi. Pak Budi adalah Proktor sekaligus Teknisi Handal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di sekolahku.
Bu Rini mengambil alih dan beliau menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke ruangan laboratorium komputer.
"Baiklah. Cepat atau lambat ibu tetap harus menyampaikan kabar buruk ini. Maka lebih cepat lebih baik, biarlah seperti sembilu, mengiris hati. Pasti perih saat mendengarnya pertama kali.” Semua saling padang memandang satu sama lain, langit-langit laboratorium komputer dipenuhi atmosfer menegangkan.
“Dengan berat hati ibu sampaikan ini kepada kalian semua bahwa sekolah kita batal mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun ini. Pengisian Data PDSS belum sempat ibu finalisasi. Ibu sudah melakukan sedemikian cara agar kalian bisa terdaftar di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) namun Tuhan berkata lain, malam itu ibu mencoba menghubungi panitia pelaksana dan di bantu oleh guru yang lain tapi tetap saja telepon kami tidak di respon sama sekali. Tepat pukul 01:00 WIB anak ibu merengek minta pulang mungkin karena sudah terlalu malam bagi bocah mungil yang mengemaskan itu.”
Kenyataan itu membuat hati Delima berkecambuk. Semuanya bercampur menjadi satu dalam sebuah kesedihan. Mungkin begitu juga dengan hati teman-teman Delima yang begitu bersemangat untuk bisa ikut serta jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ini. Tapi apalah daya itu semua tidak bisa Delima dan teman-temannya ungkiri. Gadis itu hanya bisa mengelus dada mungkin ini belum rezekinya serta teman-teman satu angkatannya.
Mungkin Delima dan teman-temannya yang terlalu berharap banyak dan hingga lupa Allah adalah pemegang semuanya. Allah timpakan rasa pedihnya di garis awal sebelum kita merasakan perasaan yang amat pedih nantinya.
Setelah menyampaikan berita itu Bu Rini pamit undur diri di ruangan laboratorium komputer itu, dengan wajah yang tertunduk amat dalam. Delima tidak tahu apa yang beliau alami hanya dengan melihat wajahnya. beliau berjuang beberapa minggu itu dan hingga semalaman suntuk demi kami semua agar bisa mendaftar di jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Bagaimana bocah mungil nan mengemaskan itu merengek meminta pulang kepada sang ibu? Delima tidak bisa membayangkannya lagi. Hatinya bagai diiris-iris oleh sembilu dan pada akhirnya, orang yang terlalu berharap hanya akan menerima kekecewaan saat jawaban yang diharapkan tidak sesuai dengan harapannya.
*****
Bersambung....
...PESAN AUTHOR...
...Siapa pun kamu, yang mungkin tahun depan atau kapan pun tidak ditakdirkan untuk berhasil dalam SNMPTN. Siapa pun kamu yang setelah berjuang begitu lama belum juga dipertemukan dengan rezekimu. Terus semangat dan kejar mimpimu, sebab Allah akan memeluk mimpi-mimpi itu. ...
Tidak ada harapan Delima lagi di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), kali ini Delima akan mencoba mengikuti seleksi lainnya, yaitu ujian SBMPTN, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), akan dilangsungkan sekitar enam bulan lagi. Takut? So pasti, semua orang pasti takut, itu yang dirasakan oleh Delima saat ini.Takut tidak di terima di Universitas dan Jurusan yang di inginkannya.
Target Delima adalah lolos di salah satu kampus ternama di Indonesia yakni Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan pilihan jurusan yang sama, yaitu Psikolog.
Karena Delima takut tidak ke terima di salah satu Universitas itu nantinya, yang dia lakukan adalah belajar, mencari referensi baik itu dari buku maupun searching di Google, maklum gadis itu belum tahu pasti apa itu Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Bukan hanya itu Delima juga banyak dapat kendala; mulai dari materi yang kurang, waktu yang padat, dan tidak ada tutor yang ngejelasin. Delima adalah tipe anak yang kadang hari ini semangat, besoknya down. Mungkin karena lingkungan Delima yang kurang bagus untuk sarana belajar.
Selama berbulan-bulan sampe tiga bulan menjelang pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kalian tahu apa yang Delima lakukan? Cuman buang waktu doang tidak ada yang namanya belajar serius buat ngadepin Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kalau bisa dihitung cuman dua-tiga hari, itu pun durasi belajarnya hanya satu jam, dan materi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) itu sangat luas sekali. Hampir mau menyerah dengan keadaan tapi Delima yakin masih ada kesempatan bagi mereka yang mau berusaha.
Bagi kalian yang baca, jangan ngikutin jejak Delima yang malas belajar ya.. hehehe..
*****
Waktunya untuk pendaftaran Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), gelombang kedua. Kalian tahu kenapa Delima tidak memilih gelombang pertama? Karena gadis itu keterbatasan finansial. Jadi, gadis malang itu hanya bisa ambil salah satu gelombang saja, gelombang kedua.
"Lumayanlah, waktunya juga berbeda beberapa minggu dengan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang pertama. Masih bisa belajar lebih lagi dan mencari tahu bagaimana tipe-tipe soal ujiannya nanti, semangat Delima, kamu pasti bisa!"
*****
Setelah, Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang pertama telah usai dilaksanakan, saatnya ujian gelombang kedua akan dilaksanakan.
Hari-hari sebelum ujian gelombang kedua dilangsungkan, perasaan Delima bercampur aduk, gadis itu tidak percaya diri untuk mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan dia memilih jalan pintas dengan bertanya di beberapa kenalannya saat itu. Tapi hasilnya, nihil.
Teman-temannya tidak memberikan solusinya. Lepas dari itu Delima mencari soal-soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang pertama di Google siapa tahu aja ada yang ngebocorin. Hehehe..
Maaf ya teman-teman, Delima hanya bercanda doang kok. Toh, tidak mungkin soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) bocor begitu saja. Karena itu adalah dokumen negara yang sangat dirahasiakan.
*****
Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang kedua pun tiba, Delima ke tempat ujian dengan menaiki ojek. Setelah sampai di lokasi ujian, Delima mendapati ada sekitar 90 nama yang hari itu bersama-sama dengannya akan menghadapi Ujian.
Sekitar pukul 07:00 WITA Delima tiba, sudah ada banyak peserta lain yang terlebih dahulu sampai. Sebenarnya Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang kedua akan di mulai pukul 08:00 WITA, tapi mereka semua peserta ujian dihimbau untuk datang ke lokasi ujian satu jam sebelum ujiannya dimulai.
*****
Waktu ujian tiba. Semua peserta sudah duduk di kursi masing-masing. Delima dan para peserta yang lain di arahkan untuk log-in ke akun masing-masing menggunakan komputer yang telah di sediakan sebelumnya. Pengawas ujian berkata.” Waktu pengerjaan soal pada Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2019 adalah seratus dua puluh menit untuk Tes Potensi Skolastik (TPS) dan sembilan puluh menit untuk Tes Kompetensi Akademik (TKA).”
“Tes Kompetensi Akademik (TKA) dibedakan menjadi dua kelompok, Yaitu Saintek dan Soshum. Tes Kompetensi Akademik (TKA) Saintek terdiri dari Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan Tes Kompetensi Akademik (TKA) Soshum terdiri dari Ekonomi, Geografi, Sejarah, dan Sosiologi.”
Ketika jam menunjukkan pukul 08:30 WITA, pengawas berkata “ Silakan dimulai!”
Salah satu kebiasaan Delima sebelum mengerjakan soal adalah selalu berdoa. Jadi dia langsung berdoa, lalu mulai menekan tombol mulai mengerjakan di layar komputer.
Takut?? So pasti. Delima merasakan adrenalin yang terpompa di seluruh tubuh, menegangkan, disertai perasaannya yang tidak menentu saat itu. Semangat dan kepercayaan dirinya menurun ketika dia melihat soal satu per satu. Kacau!! Sulitnya minta ampun, mungkin karena dia tidak memiliki persiapan yang matang sebelum bertempur ya teman-teman.
Soal mulai Delima kerjakan satu per satu dari awal, dengan tingkat kesulitan yang membuat kepalanya terasa panas ketika memikirkan jawabannya.
*****
Jarum jam menunjukkan pukul 11: 20 WITA, yang artinya sepuluh menit lagi waktu Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) akan selesai.
Delima masih belum selesai mengerjakan, jadi di akhir-akhir dia pakai “feeling” untuk menjawab, sambil berpasrah, berserah diri kepada Tuhan.
Akhirnya Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) selesai. Pengumumannya sepuluh hari dari sekarang.
*****
Sepuluh hari sudah selepas Delima mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang kedua, saatnya menunggu hasil tes nya keluar.
Malam itu Delima pasrah dengan nilai yang akan didapatkannya dan Delima berharap semoga hasil tesnya sesuai apa yang diharapkan selama ini.
Delima kemudian membuka tuh laman pengumuman hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Menggunakan Username dan Password yang dia pakai sebelumnya saat pendaftaran Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Sungguh mengecewakan sekali. Mau tahu berapa nilai yang Delima dapatkan? Dibilang rendah tidak juga begitu pun sebaliknya tidak terlalu tinggi, tapi lumayan rata-rata 800 sekian. Delima berharap dengan nilai yang dia dapatkan ini bisa membawanya, tembus di kampus pilihannya nantinya.
Nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang dapatkan itu adalah salah satu syarat agar bisa mengikuti jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
*****
Saat yang ditunggu-tunggu bagi para calon mahasiswa baru, yaitu pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) telah resmi dibuka. Saat itu Delima mendaftar di kampus pilihannya, walaupun ada dari guru, teman, dan keluarga. Menyarankannya untuk daftar di kampus lain saja mengingat persaingan kampus yang dia tuju sangat ketat. Tapi Delima tetap kokoh pada pendirian awalnya.
"Diterima atau tidaknya itu adalah tanggung jawabku sepenuhnya atas apa yang telah kupilih."
*****
Akhirnya, hari yang dinantikan oleh Delima pun tiba, hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) akan diumumkan hari ini.
di dalam kamar asmaranya, hati Delima bercampur aduk susah di jelaskan dengan kata-kata melainkan hanya bisa dirasakan saja. Sungguh menakutkan baginya untuk mengetahui hasil seleksinya itu.
Tepat pukul 16:00 WITA, saatnya bagi Delima untuk membuka link pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan yang muncul di layar ponselnya adalah;
PENGUMUMAN HASIL SELEKSI SBMPTN 2019
MOHON MAAF PESERTA ATAS NAMA DELIMA DENGAN NOMOR PESERTA XXX-XXXX-XXX DINYATAKAN TIDAK DITERIMA PADA SBMPTN LTMPT 2019.
JANGAN PUTUS ASA DAN TETAP SEMANGAT!
Sedih. Hatinya sakit. Hilang lagi satu harapan untuk melanjutkan studi ke universitas yang Delima perjuangkan selama ini. Apa iya, Tuhan punya rencana yang lebih baik dari pada rencana nya?
"Katanya, rencana Tuhan indah pada waktunya... Aku akan percaya itu. Aku mau meyakininya sepenuh raga dan jiwa. Walaupun serumit dan sesusah apa pun jalannya nanti, aku tetap akan percaya rencana Tuhan lebih indah daripada rencana hambanya. Mungkin rencana yang kutuju ternyata bukan rencana yang Tuhan sediakan bagiku." Delima berusaha menguatkan hatinya dengan keadaannya saat ini.
*****
Bersambung....
...PESAN AUTHOR...
...Jangan takut untuk gagal, karena kegagalan adalah cara Tuhan untuk menguatkan kita serta kegagalan adalah jalan untuk maju. Masih banyak orang gagal diluar sana. Toh, mereka tetap sukses juga, dan jangan membandingkan dirimu saat ini dengan orang lain karena setiap manusia unik dan berbeda. Semua ada kadar waktunya masing-masing....
Ayah.. Ibu.. maaf ya kali keduanya Delima gagal tembus Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pilihan Delima.
Maaf ya kalau Delima belum bisa ngebuktiin untuk bisa menjadi anak yang baik dan hebat apa yang Ayah-Ibu harapkan selama ini.
Maaf Delima gagal tembus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) seperti Ayah-Ibu harapkan.
Tapi Delima nggak pernah merencanakan kegagalan itu Ayah. Ibu.
Delima sudah berusaha semaksimal mungkin yang Delima bisa. Ayah. Ibu.
Maafin Delima Ayah.. Ibu..
Setelah Delima ditanyakan tidak lolos di Perguruan tinggi Negeri (PTN) impiannya sebelumnya lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kini Delima mencoba lagi mendaftar lewat jalur Seleksi Mandiri di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di Sulawesi Selatan, tepatnya di kota Makassar, Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Delima kini mengubur dalam-dalam keinginannya untuk bisa kuliah di Jawa, karena kondisi perekonomian keluarga yang sangat terbatas. Jangankan kuliah, untuk membeli bahan makanan saja sulitnya minta ampun.
Delima mulai menata ulang semuanya. Dengan belajar lebih giat lagi agar dia bisa lolos lewat jalur Seleksi Mandiri nantinya, mimpi besar ini harus dia kejar, dia usahakan, dan juga dia doakan setiap saat.
Syarat agar bisa masuk lewat jalur Seleksi Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS) adalah dengan memperoleh nilai yang sangat bagus pada saat tes masuk. Tes masuknya hampir sama dengan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebelumnya. Delima cukup optimis untuk bisa lolos di tes masuk Seleksi Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS), karena gadis itu cukup percaya diri dengan kemampuannya sebelumnya.
Soal-soal Ujian Seleksi Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS) hampir sama dengan tipe soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang Delima kerjakan sebelumnya.
Api semangat itu kembali menyala lagi. Delima memutuskan untuk melanjutkan perjuangan selanjutnya. Gadis itu akan melakukan yang terbaik, dan sisanya akan Delima serahkan kepada Tuhan pemegang garis takdir kehidupan.
Pertengahan bulan Juli, 2019, hari tes masuk jalur Mandiri Universitas Hasanuddin (UNHAS) di mulai. Delima dan sahabatnya yang bernama Tasya Fahira Rum datang pagi-pagi ke tempat ujiannya, di Jln. Perintis Kemerdekaan No.KM.10, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Tasya adalah sahabat terbaik Delima satu-satunya di bangku SMA, dia sangat loyal kepada Delima. Tasya adalah teman sekaligus saudara baginya. Tasya selalu menolong Delima setiap Delima kesusahan, contohnya dalam urusan makan minum. Dia selalu membelanja Delima apa pun walaupun Delima sering menolaknya karena tidak enak tapi Tasya selalu memaksanya, maka mau tidak mau Delima hanya pasrah mengikuti keinginan sahabatnya.
“Akan selalu ada orang yang baik di sekitar kita. Bila tidak kita temukan, maka jadilah salah satu diantaranya.”
Delima dan Tasya di arahkan oleh panitia penyelenggara Ujian Mandiri kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) di salah satu ruangan lengkap dengan pengawasan yang ketat. Ruangan itu di lengkapi CCTV di setiap sudutnya. Ada juga tiga buah AC dan beberapa kipas angin turbo.
Beberapa saat Delima kehilangan segala kepercayaan dirinya, Delima jadi khawatir dan pesismistis. Tapi kemudian dia mengusir pikiran negatifnya dan kembali menguatkan diri sendiri.
“Bagi Tuhan tak ada yang mustahil, semangat Delima” Batin Delima menyemangati dirinya sendiri.
Waktu ujian pun tiba. Para peserta duduk di tempat yang sudah di sediakan dan sesuai nomor urut yang telah di bagikan oleh panitia pelaksana seleksi ujian Mandiri di kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) sebelumnya. Lembar soal di bagikan, Delima berdoa, lalu mulai membuka lembar demi lembar soal ujian. Delima lihat soal satu per satu dari nomor pertama hingga nomor terakhir.
Delima tersenyum dalam hati, karena gadis itu merasa kali ini akan bisa mengerjakan semua soalnya tanpa kendala apa pun.
Soal dikerjakan satu per satu dari awal hingga akhir oleh Delima, tanpa kesulitan yang berarti, rasanya seperti mimpi saja, benar-benar selancar itu Delima mengerjainya.
Setengah jam kemudian...
Masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi, waktu tersisa Delima manfaatkan untuk mengecek ulang jawabannya secara berkali-kali.
Hingga waktu ujiannya berakhir. Soal dan lembar jawaban dikumpulkan dan peserta meninggalkan ruangan ujian dengan tata tertib yang telah dibuat oleh pengawas ujian.
“Pengumuman dua hari dari sekarang. Kalian bisa melihatnya di sosial media kampus kami atau datang langsung ke kampus kami, nama-nama yang ditanyakan lolos kami akan menempelkannya di majalah dinding (mading) yang terletak di sebelah utara depan kampus.” Kata ketua pengawas ujian penyelenggara Seleksi ujian Mandiri kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Delima dan Tasya kini sedang dalam perjalanan kembali ke kediamannya masing-masing, dengan tasya yang mengantar Delima.
Di dalam mobil sesekali mereka berbincang mengenai tes ujian Mandiri yang tadi mereka kerjakan.
“Gimana, Sya, tes matematikanya?” Delima tersenyum pelan, dia tahu, pasti, sahabatnya ini kesusahan dalam mengejai tes matematika, bagi Tasya matematika adalah pelajaran yang mengerikan, hahaha.
“Jangan ditanyain Del, susahnya minta ampun, serasa mau pecah kepalaku, tapi bersyukurnya ada beberapa yang bisa ku jawab. Kamu gimana?
“Aku alhamdulillah bisa semuanya, tapi nggak tahu jawabannya benar atau nggak.”
“Ya udahlah, kita berpasrah aja Del, berserah kepada Tuhan.”
“Iya, Sya.”
Tasya yang awalnya ingin langsung pulang, tapi tidak jadi karena dia ingin singgah di sebuah restoran sebab perutnya merasa keroncongan dan minta di isi segera mungkin.
“Kita singgah makan dulu yah, Del.” Kata Tasya pada Delima sahabatnya yang duduk berdampingan dengannya.
“Tapi Sya, aku nggak punya duit.”
“Kamu nggak usah mikirin itu, aku yang ngajak berarti aku yang bayar.” Kata Tasya sambil tersenyum ramah.
“Terima kasih Sya, kamu adalah sahabat terbaikku, yang pernah kumiliki.” Ucap Delima memeluk tubuh sahabatnya dan dibalas oleh Tasya dengan pelukannya juga.
Sesampainya di restoran, Tasya memarkirkan mobilnya di area parkiran yang ada, selesai memarkirkan mobilnya mereka berdua masuk ke sebuah restoran klasik.
Mereka yang hendak masuk harus melewati sedikit masalah, karena ada seseorang pria yang dengan terburu-burunya menabrak Delima.
“Aww” rintih Delima kesakitan.
“Sorry, aku lagi terburu-buru.” Kata pria itu berlalu.
“Dasar pria nggak jalan pake mata, matanya di taruh di mana sih.” Umpat Tasya marah.
“Sudah Sya, kita hiraukan aja, kita niat awalnya untuk makan datang ke sini kan?” Delima berusaha meredakan amarah sahabatnya.
Tasya lantas mengangguk walaupun masih ada rasa jengkel dengan pria itu tapi tak apalah mengingatkan perutnya yang sudah keroncongan minta di isi.
Tasya menggandeng masuk tangan Delima sahabatnya, mereka lalu mendudukkan bokongnya di kursi dan mulai memesan makanan.
Mereka menikmati makanannya dalam diam, hanya suara sendok dan garpu yang terdengar.
Selesai makanan yang mereka makan tandas, Delima dan Tasya memutuskan untuk pulang dengan Tasya yang mengantarkan Delima ke asmara yang tak jauh dari tempat mereka sekolah dulu.
Kini mobil Tasya sudah terparkir di gerbang asmara Delima. Gadis itu turun dari mobil, tak lupa sebelum berpisah mereka berdua berpelukan.
“Sya, makasih ya untuk hari ini.”
“Iya sama-sama, aku langsung balik ya.”
“Iya kamu hati-hati.” Delima turun dari dalam mobil.
“Bye-bye Del, sampai jumpa lagi.” Ucap Tasya melambaikan tangannya. Delima membalasnya dengan lambaian tangan serta senyuman.
*****
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!