NovelToon NovelToon

Sistem Kacamata Super

Bab 01 : Ken si pemuda malang.

Acara tahlilan tujuh hari meninggalnya Sasmito, ayah tiri dari Ken Shankara bari saja selesai.

Ken bersama kedua kakak tirinya Abas, Karin dan suaminya Ghandi sedang bersih-bersih di ruang tamu.

"Bang.. sudah bilang atau belum sama dia?" Tanya Karin pada Abas.

"Oiya.. lupa." Abas menggulung tikar lalu menyandarkannya ke tembok.

"Ken, aku akan pindah ke rumah ini bersama istri dan kedua anakku. Mereka sedang packing barang-barang makanya nggak bisa datang. Kamu tolong cari tempat tinggal lain ya. Waktunya tiga hari." 

Bak petir di siang bolong, Ken kaget dirinya diusir secara terang-terangan setelah ayah tirinya meninggal.

"Cuman tiga hari bang waktunya?" 

"Iya, karena kontrakan ku sudah habis masa kontraknya tiga hari lagi."

"Tapi itu terlalu cepat bang, bisa nggak kalau—"

"Heh.. kamu tu seharusnya sadar diri Ken, kamu nggak ada hak tinggal di rumah ini. Rumah ini milik ayah kita berdua. Kamu sudah bagus boleh tinggal disini setelah ibu kamu meninggal." Karin memang sejak dulu tidak begitu suka pada Ken, dia selalu judes pada Ken.

"Iya mbak, aku tahu. Oke aku akan pergi dari rumah ini secepatnya." Ken berjalan keluar dari rumah, dia sedang menahan emosinya, dia berusaha tidak terpancing emosinya, jadi lebih baik menghindar.

"Dasar anak nggak punya sopan santun!" Teriak Karin penuh emosi namun Ken tidak peduli dia terus berjalan.

Langkah kaki Ken terhenti di sebuah mini market. Dia masuk lalu membeli sebuah es krim cone untuk mendinginkan hatinya yang sedang panas.

Ken menghabiskan es krimnya dalam waktu sekejap. "Ahhh.. segar sekali." Ken mendongak menatap ribuan bintang yang seolah menyemangatinya.

"Pak.. buk.. baik-baik ya disana. Nggak usah pikirin Ken, aku pasti bisa jaga diri sendiri." Ken menggumam sendiri seolah sedang berkata pada ayah tiri dan ibunya yang telah tiada.

Ken berdiam diri sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang di jalan raya.

......................

"Apa? Jadi si abang kamu yang nggak pernah ngurusin bapaknya waktu sakit itu sekarang mau mengambil alih rumah bapak kamu? Gila tuh orang!" Beno sesama kurir pengantar barang, teman Ken langsung tersulut emosi saat mendengar curhatan temannya itu.

"Wah.. ini sih nggak benar Ken! Si abang kamu itu anak yang selalu bikin bapak kamu darah tinggi, bahkan dia yang bikin bapak kamu stroke selama tiga tahun terakhir. Eh.. sekarang giliran bapaknya udah mati—"

"Meninggal Res." Ken mengoreksi pilihan kata yang Ares gunakan karena merasa tidak terima.

"—Eh.. iya, maksud aku meninggal Ken, sorry. Iya, giliran bapaknya udah meninggal mau ambil alih rumah bapaknya? Ckck.. fix! Bukan manusia sih dia Ken." Ares juga teman Ken, sesama kurir pengirim barang.

"Jangan mau Ken pergi dari rumah itu! Kamu yang merawat bapak kamu selama tiga tahun, kamu berhak juga dong tinggal di rumah itu!" Beno sedang memindai barcode paket-paket yang menumpuk.

"Iya Ken benar kata Beno, kamu tetap tinggal aja di situ." Ares sedang memilah paket yang sudah di pindai Beno sesuai wilayah alamat penerima paket.

"Tapi aku kan bukan anak kandung bapak." Ken membantu Beno memindai barcode paket.

"Tapi masalahnya anak kandung bapak kamu itu nggak punya hati. Udah tahu bapaknya sakit tapi menjenguk aja jarang. Iya kan Res?" Beno mencari dukungan dari Ares.

"Betul Ben, bahkan kita aja yang cuman teman anak tirinya lebih sering menjenguk dan menanyakan kabar bapak kamu lho dari pada abang sama mbak kamu itu Ken." Ares dan Beno memang bak api yang bertemu minyak.

"Kalian kenapa sih malah bahas soal itu? Aku ini tanya dimana ada kosan yang sebulan bayarnya lima ratus ribu, kalian malah mengungkit hal lain. Udah ah, kasihan bapak disana nanti jadi nggak tenang." Ken yang si empunya masalah malah lebih tenang dari teman-temannya.

"Di kos aku penuh Ken." Akhirnya Beno menjawab.

"Di rumah aku juga nggak ada kamar kosong." Jawab Ares.

"Siapa juga yang mau tinggal di rumahmu Res. Di dekat rumah kamu ada kosan kosong nggak?"

"Mana aku tahu, kan aku bukan pak RT yang tahu segalanya di lingkungan sekitar, haha.." Sekarang Ares dan Beno malah bercanda hahahihi.

"Huft.. cerita sama kalian memang sama aja dengan cerita sama tembok."

"Beda dong, cerita sama tembok nggak bakal bisa bikin kamu tertawa Ken." Beno sengaja menyenggol bahu Ken.

"Sudah ah.. aku mau berangkat dulu. Paket yang di areaku sudah siap, mau sekalian hunting kosan biar nggak jadi tuna wisma." Ken membawa paket ke keranjang pengiriman barang.

"Semangat ya Ken!" Teriak Ares.

Ken menaiki motor berkeliling mengantar paket kepada penerimanya.

Ken melihat jam tangannya, pukul setengah sembilan malam. Ken memeriksa aplikasi kurir miliknya, sudah selesai, semua nomor resi sudah terkirim tapi ada satu paket yang tidak terdaftar dalam aplikasinya.

"Eh.. kenapa masih ada yang tertinggal?" Ken mengambil paket berukuran kecil, lalu melihat alamat penerima.

"Hmm.. nggak jauh, sudahlah antar aja." Tidak ambil pusing soal aplikasi Ken menuju ke alamat yang dituju dengan sepeda motornya.

Lalu sampailah Ken di depan rumah mewah dengan pilar-pilar besar.

Ken memencet bel, lalu seorang pria tua keluar dari rumah itu.

"Paket ya?" Tanya pria jangkung yang rambutnya sudah putih dan kulitnya mengerut.

"Iya pak atas nama Lambang Juana." 

"Iya itu saya, ayo masuk." 

Ken bingung kenapa barangnya tidak diterima tapi malah menggandengnya masuk ke rumah.

"Emm.. maaf pak, paketnya bisa minta tolong di terima dulu?" Ken pasrah tangannya ditarik hingga masuk ke rumah mewah itu.

"Nanti letakan saja di meja. Kita makan dulu." Ajak Lambang.

'Makan?'

Ken ditarik hingga ke kursi makan. Ken melotot saat melihat hidangan yang bermacam-macam tersaji di meja makan besar di hadapannya.

"Ayo makan, sepuasnya." Lambang mempersilahkan Ken duduk.

Ken tidak dapat mengontrol keinginannya untuk melahap, selain belum makan malam, makanan di hadapannya juga terlihat menggiurkan.

KRUUK..

Monster di perut Ken meronta-ronta minta diberi makan.

"Haha.. tuh.. perutnya sudah ngamuk. Ayo makan." Lambang mengambil nasi dan lauk pauk lalu diberikan pada Ken.

"Terima kasih pak."

"Nama saya lambang, kamu?" 

"Saya Ken pak. Kalau boleh tahu kenapa bapak mengajak saya makan?" Ken penasaran.

"Karena aku tahu kamu sedang kelaparan dan karena aura kebaikanmu, aku jadi semakin yakin kamulah orang yang tepat." 

Ken mengerutkan dahi, dia tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Lmabang. Dia mengira Lambang mungkin stres atau asa gangguan jiwa. 'Jangan-jangan makanan ini di racun?' Dalam hati Ken ragu, tapi disisi lain dia merasakan bahwa Lambang adalah orang yang baik.

Bersambung...

Bab 02 : Kemunculan sistem.

Akhirnya Ken makan, perlahan tapi pasti obrolan Ken dan Lambang semakin asik, mereka bisa akrab dalam waktu singkat.

Hingga tak terasa sudah pukul sebelas malam.

"Ken.. aku ada hadiah untukmu." Lambang memberikan sebuah tempat kacamata.

"Tapi pak, saya—"

"Terima saja, ini rezekimu. Tapi ingat kamu harus selalu bersedekah dan berbuat baik terhadap sesama. Ayo ambil." 

Akhirnya Ken menerima pemberian Lambang. Ken lalu ijin pulang dan bilang bahwa lain kali sia akan datang lagi, tapi Lambang hanya menjawab dengan senyuman.

Sesampainya di rumah, Ken melihat Abas sedang membawa lemari tua milik ayahnya ke luar dari rumah.

"Mau dibawa kemana bang? Itu kan lemari kesayangan bapak?" Ken menahan Abas.

"Mau aku jual ke tukang loak, lemari udah lapuk begini cuman laku dijual di tukang loak doang. Di rumah menuh-menuhin tempat." 

"Aku beli bang, berapa? Aku transfer sekarang juga." Ken mengeluarkan ponselnya.

"Emm.. satu juta deh kalau begitu." Abas memberi nominal yang lumayan tinggi untuk lemari itu, tapi Ken tidak membantah, dia langsung melakukan transaksi transfer ke rekening Abas melalui ponselnya.

"Sudah aku transfer, buktinya sudah aku kirim." Ken membawa lemari itu masuk lagi ke rumah.

"Eh.. gimana udah dapat kos belum?" Tanya Abas.

"Besok dapat, tenang aja Bang." Ken membawa masuk lemari itu ke kamarnya lalu menutup pintu.

Ken memandang lemari kesayangan ayah tirinya itu. Lemari itu adalah peninggalan leluhur.

Ken menaruh tasnya di meja lalu berbaring di kasurnya, memandang lemari itu sambil membayangkan ayahnya.

Walau Ken adalah anak tiri tapi dialah yang paling dekat dengan ayahnya.

Klotak..

Tempat kacamata yang diberikan Lambang tiba-tiba jatuh ke lantai. Ken mengambil lalu membukanya, terdapat sebuah kacamata bening berbingkai warna silver.

Ken mencoba kacamata itu lalu sebuah hologram besar muncul di hadapannya.

...[ Selamat datang user baru! Anda telah mengaktifkan sistem teka-teki kacamata super.]...

Ken melepaskan kacamata itu karena kaget. Ken menggosok-gosok matanya, dia tidak percaya dengan apa yang muncul dihadapannya tadi.

"Apa itu?" Ken kembali memakai kacamata itu lalu muncul hologram yang sama.

...[ Sebutkan nama anda!]...

"Ken." Jawab Ken lirih.

...[ Sebutkan nomor rekening anda beserta nama bank! ]...

Ken mengerutkan dahi, kenapa tiba-tiba nomor rekening?

"080220211455, bank rakyat sejahtera." 

...[ TING! User baru terverifikasi! Selamat datang user 802 Ken! Anda telah mengaktifkan sistem ini. Angkat tangan kanan anda jika ingin melakukan soal percobaan dengan reward rendah. ]...

Semakin lama semakin tidak paham itu yang ada di otak Ken saat ini.

Tapi karena penasaran Ken mengikuti perintah sistem, dia mengangkat tangan kanannya.

...[ Teka-teki percobaan 01 :...

...'Mana yang lebih berat besi 10kg dengan kapas 10 kg?' ]...

Ken tertawa kecil lalu menjawab. "Sama aja dong kan sama-sama 10kg."

...[ Anda benar! Seratus ribu rupiah sudah masuk ke akun anda. ]...

"Ha? Apa-apaan ini?"

...[ Jika ingin lanjut angkat tangan kanan anda, jika ingin menarik ke rekening anda angkat tangan kiri. ]...

Ken mengangkat tangan kirinya

...[ Selamat penarikan dana berhasil. ]...

Ken cepat-cepat melihat saldo di rekeningnya melalui ponsel, dan benar saldonya bertambah.

"Benar bertambah. Sistem lanjut pertanyaannya." Kata Ken bersemangat karena tahu bahwa dirinya menemukan suatu keajaiban.

Namun sistem tidak bergerak sama sekali. Ken berpikir sejenak, lalu mengangkat tangan kanannya.

...[ Teka-teki percobaan 02 : 'Ditutup jadi tongkat, dibuka jadi tenda. Apakah aku? ]...

Ken berpikir sejenak, sudah lama sekali rasanya tidak menemukan teka-teki remeh seperti ini.

"Payung?"

... [ Anda benar! Dua ratus ribu rupiah sudah masuk ke akun anda. ]...

...[ Jika ingin lanjut angkat tangan kanan anda, jika ingin menarik ke rekening anda angkat tangan kiri. ]...

Ken semakin bersemangat, dia mengangkat tangan kanannya.

...[ Teka-teki percobaan 03 : 'Aku bisa dimakan, rasaku mania dan bisa juga buat baper. Apakah aku? ]...

Ken mengerutkan dahi, saat sekolah dulu dia memang pandai tapi di sekolah tidak ada pelajaran teka-teki seperti ini.

"Apaan dong jawabannya?"

Ken berjalan mondar-mandir mencoba menemukan jawaban di otaknya.

"Emm.. kecup manis?" Jawab Ken ragu.

...[ Anda benar! Empat ratus ribu rupiah sudah masuk ke akun anda. ]...

...[ Jika ingin lanjut angkat tangan kanan anda, jika ingin menarik dana ke rekening anda angkat tangan kiri. ]...

"Waah.. jadi aku udah dapat tujuh ratus ribu?" Ken kembali mengangkat tangannya.

...[ Teka-teki percobaan telah selesai. Misi 01 : Memberi pemulung makanan yang layak. // Reward : Glowing pada bagian wajah. // Jika menerima misi angkat tangan kanan anda atau angkat tangan kiri anda untuk menarik dana ke rekening.]...

Ken segera mengambil jaket dan tasnya lalu berlari keluar rumah, menaiki motornya untuk membeli makan. Ken membeli sebungkus nasi rames dan teh hangat. Lalu dia ke minimarket membeli roti dan beberapa camilan. Ken kembali menaiki motornya untuk mencari seorang pemulung. Dan dia menemukan di depan ruko.

"Malam pak, ini untuk bapak." Ken memberikan semua yang baru saja ia beli.

"Terima kasih nak. Saya belum makan hari ini, terima kasih nak. Tuhan akan mengganti lebih banyak untukmu. Siapa namamu nak?" Pemulung itu menggenggam tangan Ken.

"Hehe.. sama-sama pak. Amiin.. saya baru dapat rejeki. Semoga bermanfaat untuk bapak. Emm.. panggil saja saya Mr. Kacamata. Permisi pak, saya pergi dulu." Ken menaiki motornya hendak pulang.

Hologram muncul kembali.

...[ Selamat misi 01 selesai. Reward berhasil di dapatkan! Teka-teki selanjutnya akan hadir kembali besok. Jangan lupa untuk selalu check-in setiap hari. Terima kasih Ken! ]...

Ken bercermin di kaca spionnya. Dan benar bekas jerawat yang ada pada wajahnya memudar.

"Waaah.. aku bisa jadi kaya dan ganteng dengan sistem ini." Ken tersenyum, lalu menaiki motornya pulang ke rumah.

......................

Pagi ini Ken berniat untuk pergi ke rumah Lambang untuk menanyakan tentang kacamata yang dia berikan. Namun apa yang di dapat Ken?

Rumah Lambang dipenuhi manusia yang melayat. Karangan bunga menghiasi halaman rumah Lambang.

Ken berlari masuk ke rumah Lambang lalu disambut oleh seorang laki-laki berusia tiga puluh tahunan.

"Maaf tidak sembarangan orang boleh  mendekat." Katanya sambil menahan Ken masuk ke rumah.

"Apa yang terjadi pak? Semalam bapak Lambang sehat-sehat saja kok. Saya makan malam bersamanya." Ken kaget setelah melihat keranda yang berbalut kain hijau dengan foto Lambang di sampingnya.

"Anda Ken Shankara?" 

"Iya pak." Ken bingunf bagaimana orang ini bisa tahu namanya.

"Sebentar." Lelaki itu pergi mengambil sebuah amplop.

"Anda adalah orang terakhir yang bertemu bapak Lambang. Dia tampaknya sangat terkesan dengan anda. Amplop ini dia genggam hingga akhir hayatnya." Lelaki itu memberikan sebuah amplop coklat pada Ken.

Ken menerimanya.

"Pak.. boleh saya menyolatkan jenazah?" Tanya Ken.

"Silahkan, anda sudah boleh masuk." 

Ken berjalan mendekat, dia lama mandang kain hijau itu lalu sholat.

'Bapak Lambang, tenang disana ya pak. Jujur saya sedih pak, ada banyak hal yang ingin saya tanyakan mengenai kacamata yang bapak beri.' Batin Ken.

Tak terasa Ken menangis.

Dia segera pergi dari rumah Lambang, untuk berangkat ke tempat kerja.

Bersambung...

Bab 03 : Kost.

Sesampainya di tempat kerja, Ken menuju ke ruang HRD untuk lapor karena terlambat masuk kerja.

"Ckckck.. mau kena pecat ya kamu Ken?" Najwa satu-satunya staf HRD di kantor cabang ini langsung menyemprot Ken saat datang ke ruangan staf.

"Maaf, ada saudara yang meninggal."

"Kamu kan punya ponsel? Kenapa nggak menghubungi dulu? Kamu menganggap remeh saya dan pak Yoga ya?" Najwa sengaja mencari perhatian bosnya, manajer umum Yoga.

"Maaf, tadi karena panik dapat kabar mendadak jadi nggak sempat menghubungi." Jelas Ken.

"Gaji kamu dipotong karena terlambat."

Ken melirik jam dinding, dia terlambat lima belas menit.

"Iya." Jawab Ken pasrah.

Di sudut kantor ada Aira, staf administrasi yang diam-diam memperhatikan kejadian tidak mengenakan tersebut.

"Emm.. Ken, kalau udah selesai urusannya turun ya, ada hal yang mau aku tanyakan soal surat jalan." Aira keluar dari ruang staf, lalu turun ke bagian pengumpulan barang paket.

Setelah selesai membuat surat pernyataan Ken langsung turun menemui Aira.

"Hih.. kamu ini suka banget sih dimarahin sama si Najwa? Senang ya kalau dapat perhatian dari Najwa?" Sindir Aira.

"Nggak, aku udah nggak suka kok sama dia. Aku dulu memang tertarik sama dia tapi makin lama kelakuannya makin absurd." Kata Ken.

"Kena marah lagi sama Najwa?" Beno mendekat.

"Iya nih Ben, demen banget dia dimarahin sama Najwa." Sindir Aira.

"Udah aku mau kerja."

"Eh.. tunggu dulu, muka kamu kok bisa bersih banget gitu sih Ken? Pakai skincare ya?" Aira memperhatikan wajah Ken.

"Eh.. iya, jerawat kamu hilang kemana tuh?" Beno juga menyadarinya.

"Pakai skincare merk apa Ken? Mau coba juga." Kata Aira.

"Air wudhu aja inshaallah halal dan murah meriah." Ken langsung mendekat ke Ares yang sedang sibuk memindai barcode paket.

"Dih.. si paling alim." Kata Beno mencibir.

Aira hanya tersenyum melihat kelakuan teman-teman seperjuangannya.

......................

Ken mulai mengirim barang pukul sepuluh pagi. Namun sayangnya pekerjaannya harus terhenti karena hujan deras pukul satu siang.

Ken berteduh di sebuah minimarket. Dia membeli teh botol dan roti sobek untuk makan siang.

Ken mengeluarkan amplop coklat pemberian Lambang.

Perlahan Ken membuka amplop itu. Terdapat sebuah surat tulisan tangan dan sebuah amplop berlogo sebuah bank.

Ken membuka surat tulisan tangan.

'Hai Ken! Kalau kamu sudah baca surat ini artinya aku sudah tidak ada di dunia ini. Kamu pasti penasaran dengan kacamata itu kan? Aku hanya bisa bilang, manfaatkan sebaik mungkin. Buktikan pada dunia bahwa orang yang beruntung dan kaya adalah orang baik juga. Aku ingin kamu'

Ken menangis membaca surat yang bahkan belum selesai ditulis itu, tulisan tangannya tidak rapi, tulisan itu seolah menceritakan bahwa Lambang  menulisnya dalam keadaan sekarat.

Ken menghapus air matanya lalu membuka amplop berlogo bank. Ada nama dirinya di bagian depan amplop lagi-lagi tulisannya tidak rapi.

Mata Ken melotot melihat isi amplop itu. Ternyata Lambang menghibahkan Ken emas batangan seberat 10 kg. 

"Apa aku pantas mendapatkan ini?" Perasaan Ken campur aduk, jelas saja dia suka menerima harta hibahan dari Lambang. Tapi disisi lain dia sedih bahwa orang baik itu tidak akan bisa ditemui lagi selamanya.

Setelah hujan reda Ken pergi ke bank.

"Maaf.. saya mau mendapat surat hibah dari seseorang." Ken memberikan surat hibahnya ke teller bank.

"Oh.. dari bapak Lambang lagi ya?"

'Lagi?'

"Tunggu sebentar." Teller cantik itu masuk ke ruangan. Ken menunggu dengan sabar.

"Terima kasih bapak sudah menunggu. Ini emas batangan 10 kg milik almarhum bapak Lambang yang akan dihibahkan pada anda. Mohon tanda tangan disini." Teller itu meminta Ken tanda tangan di surat serah terima.

"Anda beruntung pak bisa mengenal pak Lambang. Beliau orang yang dermawan, harta seperti tidak ada artinya, banyak sekali orang yang dia beri harta hibah seperti bapak." Teller itu mengenang sosok Lambang yang dermawan.

"Kalau boleh tahu apa pekerjaan bapak Lambang?" Ken penasaran karena dia berpikir bahwa harta yang Lambang bagikan pada orang-orang adalah reward dari kacamata yang diberikan padanya.

"Tidak ada yang tahu. Dulunya beliau adalah seorang tukang sol sepatu. Lalu beliau cerita bahwa dirinya memenangkan lotre dari luar negeri. Lalu dia membuat sebuah yayasan sosial yang diberi nama 'Miracle Glasses'. Katanya nama itu adalah nama samaran bapak Lambang. Dia adalah sosok yang mengagumkan." 

Ken akhirnya bisa tahu latar belakang Lambang berkat teller itu.

"Selamat bapak Ken telah resmi menerima barang hibah ini." Teller menyerahkan emas batangan 10 kg dan surat kepemilikan.

"Apa ada pajak atau biaya yang harus saya bayar?" Tanya Ken.

"Tidak bapak, semua akan diurus dna dibayar oleh yayasan Miracle Glasses. Ada yang belum jelas bapak?" 

"Tidak terima kasih, permisi.” Ken keluar dari bank langsung meneruskan pekerjaannya mengirim barang karena masih banyak sekali yang harus dikirim.

“Harus selesai sebelum malam nih, aku harus dapat kos malam ini.” 

Ken sudah menjalani pekerjaan ini selama hampir empat tahun, sampai saat ini jabatannya tidak ada kenaikan, gajinya hanya mepet dengan UMR, namun Ken masih enjoy dengan pekerjaannya ini karena teman-teman seperjuangannya yang membuatnya betah bertahan.

“Hahh.. akhirnya selesai juga.” Ken melirik jam di ponselnya. 

10:20 PM.

Ken mulai berkeliling mencari kos. Awalnya dia mencari kost di dekat kantornya, sudah dua tempat kos yang dia datangi tapi tidak ada kamar yang kosong. 

“Emm.. kos campur ya? Hmm.. ya sudahlah, dicoba tanya dulu.” Gumam Ken saat melihat banner yang terpasang di gerbang kos.

Ken menekan bel. Seorang wanita paruh baya keluar membuka gerbang. “Iya mas ada apa?” Tanyan wanita berdaster itu, wajah dan nada bicaranya jutek.

“Maaf bu, mau tanya soal kamar kos yang kosong.”

“Oh.. masuk mas, sini mas motornya dimasukin kesini.” Berubah seratus delapan puluh derajat ibu-ibu berdaster itu jadi ramah pada Ken.

“Perkenalkan mas, nama saya Vivin. Saya ibu kos, kamar saya dan suami di belakang.” Vivin mengajak Ken duduk di ruang tamu.

“Saya Ken bu, mau cari kamar kost secepatnya bu.”

“Secepatnya?”

“Iya bu, saya diusir dari rumah.”

“Waduh.. kasihan banget sih mas. Ya udah kalau gitu sekarang bayar langsung bisa ditempati mas.”

“Mau lihat dulu bu kamarnya.”

“Ayo.” Vivin mengajak Ken ke lantai dua. “Ada dua kamar kosong mas, yang satu kamar kecil untuk lajang, harga sewanya enam ratus ribu sebulan. Yang satu lagi kamar besar, sewa per bulannya satu juta.”

Ken menengok kamarnya, cukup bersih dan sudah ada sebuah tempat tidur lengkap dengan kasur dan sebuah rak kecil.

“Saya bayar sekarang bu, besok malam setelah pulang kerja saya pindahan.” 

Senyum puas terlihat di wajah Vivin. “Siap mas, mau tunai atau transfer?”

“Transfer ya bu.”

Vivin mengeluarkan ponsel lalu meminta nomor Ken untuk mengirimkan nomor rekening. Ken langsung membayar lalu pamit untuk pulang ke rumahnya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!