You And I
Aku seorang cenayang
Malam dengan badai hujan. Lala termenung di dalam kamar kastilnya. Hingga sebuah kilat menyambar berbarengan dengan guntur yang menggelegar. Suara kerasnya yang bergema membuat Lala jatuh pinsan di lantai, saking memekakkan gendang telinga suaranya.
☎️ Trulululululut... Trululululut... ponsel Lala berbunyi berkali-kali, hingga akhirnya membuatnya sadar kembali.
Stiven
📱 Halo, sayang apa kamu baik-baik saja?
[Bertanya dengan nada cemas]
Lala
📱Oh iya Stiv, aku baik-baik saja. Apa kamu juga baik-baik saja? Di sini hujan sudah mulai reda.
[memandang ke arah luar jendela yang masih benar-benar basah dan kotor oleh hujan barusan]
Stiven
📱Aku melihat berita tadi di televisi, baru saja badai besar melanda kota. Kamu yakin baik-baik sajakan?
[masih terdengar khawatir]
Lala
📱Iya aku- aku hanya jatuh karena terkejut tadi. Apa kamu di sana juga baik-baik saja?
Stiven
📱Ya di sini aman. Baiklah jika begitu, besok pagi buta aku akan ke kastil mu.
[masih tidak puas dengan jawaban kekasihnya]
Lala
📱Tidak perlu Stiv, aku baik-baik saja. Percayalah.
[Berusaha meyakinkan bahwa dia dalam keadaan yang baik-baik saja]
Stiven
📱Aku khawatir dengan keadaan kamu sayang. Aku mencintai mu.
Lala
📱Hahaha... iya iya baiklah jika begitu. Sampai jumpa besok sayangku cintaku...
Lala
📱I love you to... muach 😘
Lala menatap layar ponselnya. Entah setan apa yang merasukinya.
Tiba-tiba matanya mampu melihat masa depan. Dia terduduk ketakutan, matanya melihat menembus pemandangan yang menyakitkan.
Nafasnya memburu tidak beraturan. Badannya panas menjalar keatas.
Tiba-tiba...
Lala terpekik menahan sakit di tangannya.
Bukannya menjerit berteriak histeris, namun Lala hanya diam tersenyum penuh arti.
Entah apa penyebabnya, Lala mematahkan tangannya sendiri setelah melihat masa depan.
Lala adalah anak dari bangsawan yang memiliki banyak anak. Dia terlahir dari salah satu selir yang sangat di benci oleh ratu.
Nasip sedang berkata buruk, saat melahirkan dirinya ibu Lala meninggal karena kehabisan darah. Hingga dia di asuh oleh pengasuh kepercayaan ibunya.
Bagian dalam hidup
Benar saja, pagi itu Stiven segera melajukan mobilnya ke kastil di mana Lala berada. Sesampai di kastil Lala, Stiven terkejut karena mendapati tangan Lala yang sudah di bebeat dengan kasa hingga tebal.
Stiven
Sayang tangan kamu?
[Menatap tangan Lala]
Lala
Ah ini, kemarin jatuh. Kata tabib tidak apa-apa. Nanti juga bakal sembuh.
Stiven
Kenapa tidak ke rumah sakit?
[Bertanya khawatir]
Lala
Sudah tidak apa sayangku, kemarin langsung di bawa ke tempat tabib. Nanti juga sembuh. Jangan terlalu khawatir seperti itu.
Pengasuh Diana memandang kemesraan mereka berdua dari balkon atas.
Pengasuh Diana
Nona Lala, jangan lupa untuk ikut perkumpulan acara tunangan Tuan Mahendra nanti siang.
Suara mengejutkan pengasuh Diana terdengar dari balkon. Entah kenapa Lala menjadi jengkel saat mendengar suaranya, mengingatkan untuk ikut acara pertunangan Pangeran Mahesa dengan salah satu wanita ayu dari kerajaan Salom.
.
Lala
Baik Diana, nanti aku akan ikut bergabung.
[beralih pada Stiven]
Lala
Masuk sayang.
[tersenyum hangat, seraya menutup pintu]
Lala mengapit tangan Stiven dengan mesra. Tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangnya dengan iri.
Stiven mendekati Lala, hasrat birahinya bergejolak kala hanya berdua dengan kekasihnya itu.
Lala yang memang haus akan belaian pun ikut memanas. Mereka saling pandang dan terjerat dalam kehangatan pagi.
Tania
Lala, apakah kamu akan ikut acara pertunangan Mahesa?
[Berteriak sangat lantang]
Lala mendesis, jengkel paginya terganggu dengan suara Tania, yang sesama anak selir sepertinya. Hasrat pelepasnnya pun tergagalkan. Hingga membuatnya emosi kembali. Namun dia berusaha terlihat tenang dan baik-baik saja.
Lala
Ya Tania, aku nanti ikut acara pertunangan Mahesa. Aku akan memanggil mu nanti jika aku akan berangkat.
Lala membuka pintu dengan kesal, dan hanya menutup tubuhnya dengan kain seadanya, dia pun hanya membuka pintu tersebut hingga dia mampu melongokakan kepalanya menatap Tania.
Tania
Baiklah. Kamu sedang apa?
[Bertanya heran]
Lala
Aku sedang bersama pangeran kekasih pujaan hatiku.
[menjawab seadanya]
Tania
Oh, kamu punya kekasih?
[bertanya tidak percaya, seraya berjinjit agar bisa melihat kekasih Lala]
Lala
Ya. Apa ada hal lain lagi yang ingin kamu sampaikan?
[Mendengus kesal]
Tania
Ah, tidak, baiklah aku akan pergi.
Canda dalam duka
Lala kembali menutup pintu dan menguncinya. Ia berjalan kembali ke arah Stiven dengan melepas napkin yang dia pegang tadi. Memeluk erat tubuh Stiven kembali yang hangat di pagi hari. Seolah takut untuk kehilangannya.
Stiven
Masih lapar sayang~
Stiven berbisik di telinga Lala, membuat darah Lala kembali naik, mereka kembali melepaskan rasa lapar yang tertunda. Meski tangannya sedang sakit Lala tidak peduli, asalkan dia bisa melepaskan hasratnya yang sudah bergejolak tanpa bisa di tahan lagi.
Siang mulai menyingsingkan teriknya. Setelah selesai beberes diri, Lala bergegas menuju kamar Tania yang hanya berselang satu kamar dari kamarnya.
Lala
Sayang, aku ketempat Tania dulu ya.
[berucap dengan manja]
Stiven
Baiklah, ayo. Sekalian aku mau pulang.
[merangkul bahu Lala dengan penuh sayang]
Siang semakin meninggi, meninggalakn pagi. Para penghuni kastil sudah berkumpul di ruangan yang memang sudah di sediakan untuk melakukan sebuah diskusi atau acara keluarga. Sudah ada orang yang hadir. Termasuk Lala dan Tania.
Lala
Tania, ayok...
[berteriak seraya menggedor pintu kamar Tania]
Tania
La, yang tadi itu pacar kamu?
[matanya berbinar tanpa bisa di sembunyikan]
Tania
Bukannya dia pangeran dari kerajaan Lapas?
[Memandang wajah Lala penuh selidik]
Tania
Kamu yakin dia benar-benar mencintai mu?
[bertanya dengan hati-hati]
Lala
Iya dia pacarku, aku sudah bersamanya lebih dari lima tahun. Kenapa?
[menjawab dengan simpel]
Tania
Ah- eh e-nggak.... tanya aja... ganteng ya.
[merasa tak enak hati]
Tania
Padahal di kotanya banyak wanitanya juga. Kenapa dia bisa sampai berlabuh di hati mu selama itu?
Lala
Aku juga tak tahu. Mungkin karena aku cantik.
[tersenyum dengan genit]
Tania
Apaan sih kamu, hahaha...
Tania
Oh iya, kerajaannya dia kan mewah dan megah. Raja dan Ratunya pewaris tunggal semua. Kaya banget lah pokoknya. Mana pangeran juga anak tunggal pula. Beruntung banget kamu.
[tersenyum bangga dengan Lala]
Lala hanya memandang Tania dengan tersenyum. Perasaannya menjadi campur aduk.
Pengasuh Diana
Selamat siang semua para warga penghuni kastil gemah ripah loh jinawe. Mari rapat hari ini segera kita mulai.
Tania
Siang ibu yang cantik jelita...
Patih Wicak
Loh? Lala kenapa dengan tangan mu?
[bertanya heran]
Lala
Oh ini semalam jatuh paman prabu, kaget karena badai semalam besar sekali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!