NovelToon NovelToon

Jangan Cintai Aku Lagi

yang selalu salah

" apa yang kau kerjakan sepanjang hari win! Mengapa rumah kau biarkan seperti kapal pecah dan apakah sepanjang hari kau hanya tidur? Apa kau lupa bahwa kamu sudah punya batita kenapa dia masih sangat bau apa kau belum memandikannya seharian?" tanya lelaki yang sudah sah menjadi suamiku dua tahun yang lalu

" ma- maaf mas aku bukan bermaksud untuk tidak merapikan rumah tadi sore aku juga sudah merapikannya tapi anak kita sudah mulai aktif mengacak acak isi rumah dan sebagian barang juga ia mainkan dan soal anak kita mungkin popoknya sudah terisi penuh. Aku akan mengganti nya sekarang" ucapku gemetar karna memang aku sangat takut dengan menghadapi nada tinggi dari suamiku itu

" halah minta maaf aja kerjanya setiap hari kamu itu memang gapernah becus andai aja dulu aku gakasian sama orang tua aku! Gamungkin aku dapet istri yang ga bisa apa apa kaya kamu udah penampilan kaya pembantu kerjaan pembantu aja gabecus diurus!"

Timpal suamiku yang lontaran katanya semakin membuat hatiku tercabik cabik.

Sudah beberapa bulan terahir semenjak aku hamil anak pertama sikapnya agak berubah tapi aku tidak mau berprasangka buruk karna bisa jadi ia terlalu kelelahan bekerja seharian penuh untuk mencukupi hidup kami

Mas irfan berlalu pergi meninggalkan kamar anakku untuk membersihkan diri setelah pulang dari kantornya, aku yang sudah tinggal berdua dengan anak lelakiku yang baru genap berumur satu tahun akan mengganti popoknya yang sudah menebarkan bau tak sedap

" ningnang ningnung ningnang ningnung anak siapa inii tampan sekali"

Gelak tawa kecil anakku menenangkan kegelisahanku atas perdebatan kecil tadi. Aku segera membersihkan tubuh anakku dan menggantikan popoknya yang sudah penuh, namun ada suatu hal yang baru kusadari

" ah stok popok ilham sudah habis, aku harus segera membelinya sekarang agar besok aku tidak bingung untuk membelinya pagi pagi buta"

Kurogoh saku kanan daster merah bataku yang sedang kugunakan untuk mengecek berapa sisa pecahan nominal yang tertera diatas uang kertas itu

" yah udah tinggal 12 ribu, popok eceran satu aja harganya 4000 sementara sehari ilham bisa berganti popok hingga lima kali. Apa aku minta uang ke mas irfan aja ya kali aja ia punya sedikit rezeki hari ini"

Begitulah gerutu dalam hatiku, setelah mengganti pakaian ilham dan juga memberinya susu selang beberapa menit saja ia sudah lelap dalam tidur malamnya meskipun aku tau ia sering terbangun di malam hari membangunkanku dengan kondisi sangat lelah tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri dan juga ibu aku harus bisa membagi waktu.

* dikamar*

Pintu kamar mandi perlahan mulai terbuka. Mas irfan dengan baju tidurnya mulai menuju ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya, aku yang masih memiliki tujuan ke warung berniat meminta beberapa uang receh yang mas irfan punya untuk membeli popok ilham yang sudah habis

" mas aku izin pergi ke warung depan untuk membeli popok ilham yang sudah habis"

" oh iya pergilah aku akan tidur"

Aku masih diam tak berkutik meskipun kalimat perintah sudah terucap dari mulut mas irfan aku menunggu mas irfan menanyakan apakah aku memiliki uang untuk membelinya namun mas irfan sepertinya tidak akan menanyakan hal itu karna kedua tangannya telah memapah selembar selimut untuk menutupi tubuhnya

" mas aku butuh uang untuk belanja ke warung bolehkah aku mengambilnya di dalam dompetmu?" aku yang masih sedikit takut dengan gertakan mas irfan tadi harus memberanikan diri untuk mendapat uang untuk keperluan anakku, namun sepertinya tanggapan mas irfan berbeda padaku

Tubuhnya mulai bangun menyingkap selimut yang tadinya menutupi tubuhnya, ia menatapku dengan mata terbuka lebar dan menghela nafas bak akan menyantapku mentah- mentah

" apa yang kau katakan win! Kemana uang yang kuberikan padamu beberapa hari lalu apa kamu menghabiskannya untuk keperluanmu sendiri! Apa kamu berusaha mencuri uangku benarkah itu win?"

Dengan perasaan yang sama berkecamuk dengan isi kepala ingin Aku menjawab semua tuduhannya aku ingin mengatakan bahwa uang itu telah sepenuhnya habis dengan kebutuhan anaknya dan juga dapur. Aku terdiam dihadapan mas irfan yang sudah dikuasai emosinya, namun sepertinya sudah saatnya aku memberanikan diri untuk berkata sejujurnya pada suamiku sendiri

" ma- maaf mas bukannya aku lancang menjawab kemarahanmu aku tidak bermaksud begitu tapi uang yang kamu berikan sudah habis 2 hari yang lalu dan untuk mengisi isi dapur dan juga keperluan ilham aku menitipkan kue pada warung depan untuk dijual"

" hah apa? Dasar boros sekali kamu aku susah susah banting tulang berangkat pagi pulang malam dan itupun kadang harus lembur karna ayahmu memintaku untuk bekerja ekstra dalam proyeknya"

" iya mas aku tau uang sejuta di tanggal muda yang kamu berikan itu sepenuhnya kugunakan untuk keperluan dapur dan anak kita ilham kok mas aku tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadiku demi allah"

Sengaja aku mengucapkan sumpah agar mas ilham semakin percaya pada perkataan ku yang memang benar-benar aku tak melakukan semua tuduhannya

" halah ngeles aja terus pokoknya aku gamau ngeluarin sepeser uangpun sampai gaji bulan depan tiba aku gamau kamu jadi makin boros dan lagipun sisa gajiku semuanya sudah kutabung di dalam bank untuk keperluan anak kita nanti. Sekarang itu urusan kamu mau dapat uang dari mana sesekali kerja jangan cuma tidur aja dirumah apalagi ga ngapa- ngapain seperti hari ini"

" baiklah mas aku akan pergi ke warung depan sebentar mas kalo mau makan akan kuhangatkan lagi kuah supnya mas, tadi mas belum sempat makan kan sepulang dari kerja"

Aku berusaha mengalihkan pembicaraan bagaimana aku bisa membuat priaku marah padaku, dan itupun karna kesalahanku tidak bisa mengatur keuangan dengan tepat hingga terjadi kekacauan dan masalah seperti ini

" ah sudahlah sup itu palingan cuma sup sayur doang gaada ayam atau daging lainnya, males makan dirumah makanannya itu itu aja"

Seketika hatiku hancur bagaikan tertusuk anak panah yang paling runcing aku memikirkan bagaimana aku dapat membeli ayam yang harganya hampir lima puluh ribu sekilo, aku belum pandai mengatur keuangan lebih baik aku mulai belajar mengatur keuangan besok saja. Sekarang aku akan berangkat ke warung agar tidak terlalu malam

Ku langkahkan kakiku yang lumayan sakit karna jatuh saat membersikan kamar mandi siang tadi kususuri jalanan kota yang masih ramai dengan lampu lampu kendaraan yang masih banyak lalu lalang di depan rumah kami, hanya butuh tiga menit sekujur tubuhku telah berada tepat di lokasi warung tersebut

" pak popok yang biasa buat ilham 2 ya pak"

sembari menyodorkan uang delapan ribu yang kurogohkan dari saku dasterku

" eh mbak windi bentar mbak saya ambilkan dulu"

Dua bungkus popok eceran sudah berada tepat di hadapanku langsung saja aku bergegas pergi sembari pamit dan mengucapkan terima kasih.

Sementara itu

" mbak mbak windi ini uang kue semalem mbak...loh mbak windinya kemana cepat amat ngilangnya padahal udah kusiapin uangnya dari tadi pagi sudahlah besok pasti mbak windi kesini lagi untuk belanja sayuran seperti biasa"

Penggilan seorang bapak yang memiliki usia kepala 5 itu ternyata windi tak mendengarnya

Kaki windi telah melangkah kembali pada rumah kecil namun tidak terlihat sederhana karna windi sejatinya adalah anak dari pengusaha ternama dikota itu namun sejak menikah dengan mas ilham windi harus hidup seperti keinginan mas irfan dan juga hasil jerih payah dari irfan.

ilham...

" huh akhirnya sampai juga dirumah, aku cek ilham dulu memastikan apakah ia masih tertidur atau sudah terbangun sekalian naro stok popok ini dikamarnya"

Aku berjalan mendekati kamar anak satu satunya yang kini kumiliki, dengan mendorong perlahan pintu yang tertutup akhirnya aku dapat melihat anakku yang masih tertidur pulas menghadap ke arah kanan, dengan perasaan sudah lega dan tenang melihat wajah manis ilham saat tertidur aku kembali melangkah menuju kamarku sekaligus kamar mas irfan. Kudapati wajahnya yang sudah terlelap dengan piama yang sudah ia kenakan seusai mandi tadi, tanpa menunggu waktu lama aku yang sudah dikuasai rasa kantuk yang teramat akhirnya memutuskan untuk beristirahat agar besok aku masih bisa membuat bekal untuk mas irfan.

" ctinggg ctinggg" sebuah notif pesan masuk membuat getaran diponsel mas irfan, perlahan kutarik ponsel itu dari balik bantal yang ia tiduri dan melihat notif pesan dari siapa yang sangat lancang mengganggu suamiku di malam hari begini

" siap selamat malam bos" dengan emoji stiker berbentuk hati berwarna merah ia memberikan pesan tersebut pada mas irfan, hatiku seketika berdegup sangat kencang

" emoji hati? Siapa dia mengapa mas irfan hanya menamai kontaknya dengan huruf C saja tapi tak mungkin mas irfan bermain cinta dibelakangku dulu ia yang mengejarku hingga aku yang luluh dengan perjuangannya. Mas irfan sangat sayang padaku dan ia pasti akan selalu begitu, sudahlah bisa jadi itu hanya teman atau bawahannya saja lebih baik besok aku tanyakan saja siapa C itu agar aku tidak berprasangka buruk"

Beberapa perasaan bercampur aduk didalam diriku malam ini namun aku tak mau membuat diriku lebih buruk dengan memikirkan hal yang tak mungkin terjadi maka dari itu lebih baik kalau aku mengistirahatkan tubuhku saja.

*paginya*

Hari masih terlihat gelap hanya saja banyak lantunan lantunan indah terucap dari beberapa masjid di dekat rumah windi, windi yang baru saja menekan jam alarmnya mendapati dirinya terbangun seperempat menit lebih lambat dari biasanya

" astaga ya ampun aku telat untuk mengerjakan solat tahajjud padahal semalem aku udah niat ya allah maafin windi"

Windi langsung buru buru menuju lemarinya membukanya untuk mengambil sepasang rok dan baju yang suci untuk dikenakan serta bergegas kedalam kamar mandi

Guyuran air di waktu subuh terasa sangat menyegarkan tubuh dan fikiran. Aku menyegerakan mandiku dengan secepat mungkin agar pekerjaan lainnya dapat segera terselesaikan, namun belum saat hendak memakai pakaian baru seseorang mengetuk pintu kamar mandi

" win ayo cepat win kamu kira kamu yang mau kerja yang mau cari duit untuk keperluan kamu"

" bentar mas ini aku hampir selesai kok"

Brukkk bunyi sebuah kepalan tangan terhempas di pintu luar kamar mandi yang sedang kutempati

" hah kamu ini memang semua urusan lelet terus gaperna ada yang benar"

Meskipun ucapan itu samar diucapkan oleh mas irfan aku tetap bisa mendengarnya dari dalam. Perlahan kutarik gagang pintu untuk membukanya hingga terlihat wajah mas irfan yang sudah mengerut tak karuan dihadapanku

" maaf mas aku mandinya lama ya"

" halah gausah banyak basa basi aku sudah bosan dengan kata maafmu"

"Hufffffttt" aku menarik nafas panjang panjang panjang untuk menenangkan fikiranku yang masih sedikit riuh memikirkan perkataan mas irfan tadi

Dengan handuk yang masih terikat seluruh rambutku aku langsung menuju dapur untuk memasak makanan untuk mas irfan setelah ini, aku harus segera buru buru karna mas irfan tidak biasanya mandi diwaktu subuh berarti ia akan berangkat lebih awal ke kantor.

Suara tangisan menggema di seluruh ruangan rumah sepertinya ilham sudah bangun dari lelap tidur malamnya.

Aku segera berlari untuk menggendongnya dengan kain panjang untuk segera memberinya susu yang sudah kubuatkan tadi, dengan pekerjaan dapur yang masih belum selesai terpaksa aku melakukan dua pekerjaan sekaligus dalam satu waktu

Suara langkah kaki seseorang mendekati ruangan dapur tentu saja itu adalah mas irfan yang sudah akan berangkat ke kantor

" win aku berangkat sekarang dan akan pulang larut malam karna ayahmu memberiku tugas yang sulit jadi jangan ganggu aku dengan menghubungiku"

" loh mas ini masi pagi banget masi jam lima bukannya operasi kantor itu jam 7 ya?"

" kamu tau apa dengan urusan kantor kamu itu cuma ngurusin rumah perempuan kuno kaya kamu mana tau tentang hal ini"

" ya ampun mas aku nanyanya baik baik loh kamu ko gitu si sama aku"

" ngelawan terus ya kamu sudahlah aku berangkat dulu"

Sebelum mas irfan beranjak pergi aku mencoba untuk menghentikannya

" mas bisa nunggu 10 menit lagi ga ini aku uda siapin bekal kamu ini tinggal goreng telurnya aja"

" udah makan kamu aja biar tubuh kamu yang kurus itu sedikit terisi. Ntar aku yang disalahin karna tubuh kamu kurus padahal kamu sendiri yang tidak bisa merawat diri"

" i iya mas"

Jawabku singkat sembari menjulurkan tangan berniat untuk menyalimi tangan suamiku yang akan segera berangkat

" udah aku buru buru sekarang "

Kembali fikiranku berkecamuk dengan sendirinya mengapa mas irfan tidak mau kusentuh lagi bahkan hanya untuk sekedar bersalaman

Kembali aku memikirkan sesuatu yang tak akan mungkin terjadi mas irfan sangat setia padaku dan aku berusaha mengingat kembali masa dulu dengan mas irfan mati matian mendapatkan hatiku yang sudah membeku namun mas irfan berhasil mencairkannya dengan tingkah lakunya yang romantis.

" hmm sudahlah aku tak akan memikirkan itu lagi lebih baik makanan ini aku berikan pada pengemis di depan gang nanti sekarang aku akan membersihkan tubuh ilham terlebih dahulu dan pergi ke warung untuk sekedar hutang untuk membeli bahan bahan membuat kue.

Aku berjalan menyusuri rumah kecilku dengan bahu terikat kain untuk menimang ilham ku baringkan tubuh mungilnya membuka semua helai kain yang melekat di tubuhnya untuk memandikannya hingga acara pemandian selesai barulah aku mengganti popok dan baju bagusnya serta memberinya bedak dan juga minyak yang akan menghangatkan tubuhnya

" ya akhirnya salah satu tugasku sudah selesai"

Ilham yang sedang memasuki masa aktifnya tidak akan langsung tertidur dipagi hari setelah mandi jadi aku kembali menaruhnya di gendonganku dengan balutan kain panjang yang bertumpu beratnya di bahu kananku.

Sekarang waktuku untuk berbelanja ke warung untuk makan malam hari ini dan juga untuk besok pagi aku membuat kue agar aku tidak selalu menyusahkan mas irfan secara terus menerus.

" pak saya boleh ngutang dulu ga pak saya mau beli tepung terigu buat kue"

" oh iya mbak ini silahkan sekalian ini uang kue dua hari lalu mbak, semalem pas mbak dipanggil gadenger paling"

" eh iya mas makasih ya yasudah ini uang tepungnya gajadi ngutang heheee"

Selesai berbelanja aku kembali melangkahkan kaki menuju rumah hingga langkahku terhenti melihat potongan ayam segar berada tepat di depan mataku.

" mas ini sekilonya berapa?"

" 50 mbak"

Dalam hati aku kembali bergumam

"aku hanya memiliki sisa uang 28 ribu ini hanya cukup untuk setengah kilo saja dan sisanya cukup untuk popok ilham atau nanti aku akan meminta uang pada mas irfan meskipun 10 ribu saja"

Sontak aku langsung memesan setengah kilo ayam yang akan kami santap nanti malam pasti mas irfan suka dan tak akan mengeluh lagi dengan masakanku

Aku pulang tepat pukul 7 pagi dirumah aku langsung menurunkan tubuh ilham untuk bermain di kamarnya dan segera membersihkan semua ruangan rumah yang sudah amburadul bak kapal pecah.

Dengan tenaga yang pas pasan aku harus menyapu mengepel mengelap kaca dan mencuci pakaian hingga sprei yang sudah 1 bulan terpakai dan harus kuganti hari ini juga tak terasa saat menjemur baju, adzan duhur telah berkumandang

" alhamdulillah adzan sudah berkumandang dan pekerjaan rumahku sudah sepenuhnya selesai tapi apa yang aku lupakan ya sepertinya aku melupakan sesuatu "

Fikirku mengernyitkan dahiku memaksa keras untuk mengingat apa yang kulupakan

" ilham... Bagaimana bisa aku melupakan dia ya allah"

Langsung saja aku bergegas ke kamar ilham dengan berlari kecil mengingat keteledoranku dengan meninggalkan ilham sendirian dengan waktu begitu lama hingga pintu terbuka aku menemukan ilham

" ilham.."

pertanyaan

"Ilhammm..."

Kudapati tubuh ilham yang sedang terbaring lesu siatas karpet bermainnya dengan bertemankan beberapa mainan dan juga sebotol susu yang sengaja kutinggalkan, aku papah tubuh kecilnya keatas tempat tidur miliknya. Kupandanginya dengan penuh kebahagiaan karna memiliki anak setampan dirinya dan juga tidak rewel saat aku melakukan pekerjaan lainnya. Namun terkadang aku merasa iba saat ia kurang perhatian dari ayahnya yang sibuk sekali mencari rezeki halal.

Dengan badan yang rasanya hampir remuk setelah bekerja keras sedari pagi buta kubaringkan tubuh ini menemani tubuh mungil ilham dan menina bobokannya agar tidurnya lelap. Hingga tanpa tersadar kedua kelopak mataku semakin tertutup dan menghilangkan kesadaranku untuk menuju dunia mimpi

14.15 wib

Suara kebisingan lalu lalang banyak kendaraan membangunkanku dari tidur nyenyakku hingga aku sadari bahwa waktu cepat berlalu membuatku teringat tentang sesuatu wajib yang belum kukerjakan saat ini juga

" astaghfiruallah sudah jam berapa ini aku belum solat duhur"

Ilham yang masih terlelap tidur di pangkuan lenganku segera kupindahkan tubuhnya pada beberapa bantal empuk yang akan membuatnya nyaman segera aku cepat cepat menuju kamar mandi membersihkan diri secepat cepatnya agar tidak melewatkan waktu wajib, seusai tubuh ini kurasa bersih langsung saja kukenakan baju bersihku dan menuju musholla kecil rumah kami dan mengerjakan kewajiban yang diturunkan pada hambanya.

" alhamdulillah akhirnya selesai juga, mumpung ilham masih tidur aku sekalian nunggu adzan ashar deh"

Tubuhku masih tetap bersimpuh di atas sajadah suci yang terbentang. Di tengah tengah penantian adzan tiba tiba saja fikiranku berkecamuk tanpa sebab kembali aku mengingat kehidupan lamaku yang sangat kurindukan hingga saat ini namun kembali kusadari bahwa aku sekarang sudah menjadi seorang istri dan juga ibu bagaimana bisa aku akan merasakan hal itu lagi

Aku menarik nafas dalam dalam untuk tujuan menenangkan fikiran dan mulai kembali fokus pada masa kini

" allah maafkan hambamu ini yang sering berkeluh kesah dan kurang bersyukur untuk nikmat yang kau berikan"

Seketika adzan ashar berkumandang menjadikanku semakin tenang pada fikiranku yang berkecamuk.

Kujawabi satu persatu lantunan adzan tersebut hingga akhir iqamah dan berdiri untuk mengerjakan solat asar

" ya allah aku mohon hilangkan fikiran fikiran buruk tentang suamiku ya allah aku tidak mau berburuk prasangka padanya dan aku yakin bahwa dia adalah sosok imam yang setia dan aku mohon jagalah keluarga kecil kami dari hal buruk manapun ya allah aminn.."

Langsung aku berkemas dari tempat ibadahku dan menuju kamar ilham yang sudah terdengar suara kecil ilham yang sedang tertawa.

" ilham sudah bangun ya nak anak ibu bagus banget sii ganangis kalo bangun tidur"

Dengan mendaratkan ciuman dikening ilham rasanya aku memiliki harta yang paling berharga didunia

Kemudian aku memindahkan tubuh ilham ke ruang tamu dekat dengan dapur agar tetap bisa kujaga ilham dalam pandanganku, kali ini aku akan memasak makanan kesukaan mas irfan yaitu ayam bakar bumbu rujak sekarang jam masih menunjukan tepat di angka 16.00 masih ada waktu satu jam untuk mas irfan sampai dirumah.

17.30 semua masakan sudah tertata rapi diatas meja makan bundar, sekarang aku hanya perlu memandikan ilham dan memberinya susu

18.30 semua ruangan rumah tampak masih rapi dan bersih dan ilham kini telah berada di dalam gendonganku dengan sebotol susu yang menancap dimulut kecil ilham.

Tangisan ilham kini mulai menggema di ruang makan, ia menangis ntah apa yang ternyata Suhu badannya mulai naik sepertinya ilham demam tanpa berfikir panjang aku langsung menuju kotak P3K untuk mengambil sebotol sirup penurun panas.

Beberapa menit setelah ilham meneguk satu sendok sirup penurun panas perisa stoberi ia mulai terlelap dalam dekapan gendonganku, namun ketika hendak aku menidurkannya di dalam kamar ilham seperti menolak dan kembali merengek

" huhhhh cape semua badanku rasanya pegal sekali apalagi bahu kananku, mas irfan kemana ya ko masih belum pulang padahal udah jam 20.00"

Pertanyaan yang menggundahkan kepala akhirnya terjawab mobil mas irfan sudah memasuki garasi mobil di samping rumah.

Aku duduk diatas sofa dengan keadaan masih mengeloni ilham yang panas tubuhnya masih saat mas irfan sudah mendekat ke ruang tamu

" mas ko pulangnya lambat "

" sayang apa kau tidak mendengar tadi pagi perkataanku bahwa aku akan pulang lambat hari ini"

" iya mas aku lupa, ayo kita makan aku udah siapin makanan kesukaan kamu"

" darimana kamu mendapatkan semua makanan ini bukankah semalam kamu mengeluh tentang keuangan"

" aku membelinya dengan uang hasil penjualan kueku"

" hah apa kau tidak punya malu?"

" a apa maksudmu mas"

" kita adalah keluarga yang tidak berstatus kekurangan lalu kenapa kamu malah seperti merendahkan keluarga kita dengan berjualan kue di warung, jika direstoran mungkin akan lebih berkelas"

Beberapa kali hatiku terasa seperti tertusuk duri mendengar ucapan mas irfan yang sangat pahit untuk ditelan

" jadi apakah mas irfan tidak memperbolehkanku untuk menjual kue lagi?"

" tentu saja tidak mau ditaro dimana wajah seorang irfan firmansyah yang terhormat menantu dari seorang pengusaha ternama dikota ini"

" tapi apa salahnya mas kita bisa menabungnya untuk keperluan ilham atau hari tua kita nanti"

" ah apapun itu aku tidak mengizinkanmu untuk menjual kue kue busuk itu lagi titik"

Aku tidak akan bisa meneruskan perdebatan ini lebih baik aku mengalah saja dan menggunakan uang di celenganku untuk memenuhi kebutuhan ilham di hari esok sebelum mas irfan gajian

" iya mas ayo kita makan terlebih dahulu"

" ah udahla udah gaselera makan udah kenyang debat sama kamu!"

Mas irfan berlalu pergi kedalam kamar meninggalkan aku dan makanan yang sudah aku siapkan untuknya"

Tetesan air mata tak bisa kuredam lagi. Tetes demi tetes air mata membasahi pipi, ntah apa yang membuat mas irfan berubah drastis sejak kelahiran ilham tak mungkin aku mencurigainya sedang main gelap dibelakangku tapi jika itu benar apa yang akan kulakukan?

Aku beranjak dari sofa yang kujadikan tempat beristirahat untuk memakan makanan yang sudah aku masak.

Ditengah kesunyian hanya terdengar suara gesekan sendok dan piring yang kukenakan suara mas irfan kembali terdengar mendekati tubuh ini.

" halo pah, papa masih disana kan ini papa dengerin sendiri ya. Ini istriku sayang yang cantik ada titipan uang dari ayahmu"

" halo nak?"

" i iya ayah"

Aku sekuat tenaga menyembunyikan sesegukan dari sisa tangisanku dari ayah agar ayah tidak khawatir padaku apalagi ia sedang tidak baik baik saja.

" ayah titip uang sama suami kamu tadi itu insya allah cukup buat sebulan kok nak papa harap sisa uangnya ditabung ya kamu harus membiasakan menabung dari sekarang okey"

Dulunya aku bisa berbelanja sepuas hati dengan uang ayah sekarang aku harus menahan semua hasrat demi suamiku demi perasaan suami tidak terluka dan bahkan aku tak mau mengeluh untuk jumlah uang yang ia suguhkan padaku

" oh iya ayah tentu saja cukup"

Melihat dua lembar uang kertas pecahan seratus ribu aku heran kenapa ayah berkata uang ini cukup sebulan apakah ia bercanda tapi aku tanyakan langsung saja pada mas irfan setelah ini

" berapa titipan uang ayah yang kamu terima dari suamimu?

Mas irfan sontak menjauhkan ponselnya dariku dan berpura pura seolah sedang terjadi kendala jaringan

" ha halo ayah aku tak mendengar perkataanmu mungkin jaringan disini bermasalah atau pulsaku sudah habis halo halooo"

Mas irfan langsung mematikan ponsel dan berlalu pergi dari pandanganku namun aku tak mau membiarkannya pergi tanpa menjawab pertanyaanku

" mas aku ingin kamu menjawab pertanyaanku"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!