Ruang sidang pengadilan agama di salah satu kota di pulau Jawa bagian timur, tengah berlangsung persidangan antara sepasang suami istri yang memilih berpisah karena banyak hal yang tidak bisa mereka satu kan.
Meski keputusan mereka di tentang oleh kedua Keluarga, namun nyatanya niat mereka untuk berpisah tidak bisa, tidak lagi bisa di tangguh kan, mereka berdua beranggapan untuk apa mereka mempertahankan hubungan jika kedua nya sama-sama tidak menemukan apa yang tengah mereka cari.
Ketukan palu hakim memutus sudah ikatan di antara mereka, kedua nya bahkan menghela nafas penuh kelegaan setelah mendengar apa yang di putuskan oleh hakim, bahkan mereka saling berjabat tangan sebelum meninggalkan ruang sidang tersebut.
"Aku harap, kamu menemukan pasangan seperti yang kamu ingin kan" ucap laki-laki itu pada mantan istrinya.
"Iya, aku akan hidup lebih baik setelah ini, begitu juga dengan mu, aku tunggu undangan pernikahan dari mu"
"Pasti, jangan sungkan meminta bantuan jika kamu merasa kesulitan"
"Aku pergi dulu" pamit Fauzan pada Maura mantan istrinya
"Berhati-hatilah" ucap Maura pada pada mantan suaminya yang selama dua tahun ini hidup satu atap dengan nya.
Tidak ada satu pun dari pihak keluarga mereka yang datang menghadiri sidang putusan mereka, Maura pun masuk ke dalam mobil nya menuju tempat kerja yang selama kurang dari enam tahun itu menjadi tempatnya bekerja.
Dia masuk kedalam ruang kerja nya, yang ternyata ada atasannya di sana, dia pun langsung mendudukkan dirinya di samping bos sekaligus teman nya itu.
"Bagaimana semua lancar?" tanya Arka pada sekertaris nya itu.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu Maura bukan nya menjawab dia malah langsung memeluk atasan nya itu dan menangis di sana, membuat laki-laki berusia tiga puluh satu tahun itu kaget tapi dengan cepat dia menetralkan keterkejutan nya, dengan membelai Surai rambut hitam milik sekretaris nya.
"Menangis lah untuk hari ini, aku ijinkan untuk itu, tapi setelah nya aku tidak mau melihat mu meneteskan air mata mu lagi"
Bukan nya mereda, Maura justru semakin terisak dalam pelukan sahabat nya itu, bahkan dia tidak segan-segan membersihkan air mata dan juga ingus nya dengan kemeja yang di pakai oleh Arka.
Arka ingin marah pun harus menahan nya saat pintu ruangan itu terbuka, dia menatap kesal pada orang yang seenaknya saja masuk itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Dia kenapa?" tanya Bagas yang merupakan asisten dari Arka.
"Kamu lupa atau pikun?" jawab Arka sambil memutar bola matanya.
Kenapa dia bawahannya itu sama-sama suka membuat nya marah, yang satu cengeng saat bersama mereka yang satu lagi suka sekali mencari perhatian, sungguh dia harus benar-benar bersabar menghadapi dua orang itu.
"Kamu bersedih boleh saja, tapi jangan jas dan juga kemejaku kamu jadikan lap air mata dan ingus mu juga" kesal nya yang sudah tak bisa dia tahan lagi.
Tapi apa Maura peduli, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang di ucapkan atasan nya, dia masih ingin menangis jadi biarkan saja, apa yang di katakan oleh atasan nya itu.
Di tambah lagi Bagas dia malah asyik menikmati kue kacang yang ada di meja, sambil sesekali menyesap kopi yang tadi dia bawa dari pantry, tanpa menghiraukan apa pun yang terjadi di sana.
Meski Bagas tahu, waktu meeting sebentar lagi, tapi kedua rekan nya itu masih terlihat santai, jadi dia pikir untuk apa dia terburu-buru jika atasan nya saja masih menenangkan anak nya.
"Aku harus meeting sebentar lagi, kalau kamu sedang tidak baik-baik saja, tetap lah di sini, aku bisa menangani nya dengan Bagas" ucap nya sambil menghela nafas saat Maura menggunakan dasi mahal nya itu untuk membersihkan ingus nya.
"Aku sudah baik-baik saja, ayo kita meeting sekarang" ucapnya yang langsung berdiri tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Dia mengambil peralatan makeup nya untuk re touch riasan wajah nya yang sedikit berantakan akibat diri nya yang terlalu lama menangis.
Lalu berjalan menghampiri mereka lagi, Maura bahkan meminum kopi milik Bagas yang tinggal setengah itu, dia pun melanjutkan langkahnya menuju pintu, namun dia tidak melanjutkan langkahnya saat dia merasa dua laki-laki itu tidak mengikuti nya.
"Kenapa kalian masih di sini?" tanya Maura membalikkan tubuhnya.
"Kamu memang benar tidak waras, bagaimana aku bisa meeting jika baju ku penuh dengan air mata dan juga ingus mu" sungut Arka yang langsung membuka seluruh atasan nya.
Bagas yang sedang menikmati kue kacang itu pun, mendadak tersedak melihat apa yang di lakukan oleh Arka, sedangkan Maura dia melotot saat melihat Arka yang bertelanjang dada di hadapan nya.
"Jaga mata mu Maura, lihat air liur mu sampai mau menetes hanya dengan melihat perut kotak nya"
"Kamu pasti akan lebih syok saat melihat isi dalam celana nya" lanjut Bagas
"Jangan banyak omong, cepat ambilkan aku baju ganti di ruangan ku" perintah Arka pada Bagas yang ada di depan nya.
"Kenapa harus aku?" gerutu sambil menatap malas pada Arka yang kini berkacak pinggang pada nya itu.
"Ya ya aku akan ambilkan, aku bertanggung jawab untuk itu!" ucap Maura meski setengah keberatan.
"Kenapa tidak di lepaskan di dalam ruangan nya, menyusahkan saja" gerutu Maura yang berjalan keluar dari ruangan nya.
"Aku mendengar nya Maura" teriak nya dari dalam ruangan.
Sedangkan Bagas tertawa terbahak-bahak dia dalam sana, saat melihat wajah kesal atasan sekaligus sahabat nya.
Maura masuk kedalam ruang kerja milik atasan nya itu, dia menuju lemari baju yang ada di ujung ruangan, dia mengambil satu set kemeja beserta perlengkapan lain nya.
Tak lupa juga dia mengambil tisu basah yang ada di sana untuk membersihkan sisa-sisa yang menempel di sana.
Saat dia akan keluar dari sana, dia mengingat kalau berkas yang akan mereka ajukan dalam meeting kali ini masih ada di ruang itu, dia pun menuju meja, lalu mengambil berkas yang dia maksud tadi.
Dia keluar dari sana, tak lupa juga dia mengunci pintu, menuju ruang kerja nya sendiri.
"Ini" ucap Maura sambil memberikan baju dan juga tisu basah dari tangan nya.
"Lamban" sahut Arka sambil menarik baju dari Maura.
Arka pun langsung memakai nya sambil menggerutu, Bagas yang melihat tingkah keduanya pun terbesit niat jahil di isi kepala nya.
"Arka, harus nya suruh Maura bertanggung jawab dia kan yang membuat mu seperti itu"
"Harus nya dia yang mengelap sisa-sisa cairan nya bukan" ucap nya Menaik turunkan alis nya, juga senyum menyebalkan yang menjadi ciri khas nya.
Bruuukkk
Bantal sofa yang tadi nya anteng di tempat nya pun kini melayang tepat di wajah Bagas, yang pasti kalian tahu siapa pelakunya.
Meeting yang mereka hadiri pun berjalan lancar tanpa banyak menemukan kendala yang berarti, kini mereka tengah berada di sebuah restoran yang menyajikan menu ala Korea yang sudah berlabel halal tentunya.
Maura makan dengan sangat hikmat sampai suara dering ponsel milik Arka menyita perhatian mereka, Maura yang duduk di samping Arka pun mengintip siapa gerangan yang menghubungi atasan nya tersebut.
Arka pun meraih ponsel nya sembari menjauhkan kepala Maura yang ingin menguping pembicaraan nya dengan 'Ayah' nya.
Bagas yang duduk berhadapan dengan Maura pun, menaikkan sebelah alisnya, yang di tanggapi gelengan kepala oleh Maura, mereka berdua menundukkan kepalanya saat Arka menatap tajam kearah mereka.
Entah apa yang di bicarakan oleh dua orang itu, karena yang Maura dan Bagas dengar hanya kaya 'heeeemmm' saja yang keluar dari mulut Arka, tak sampai lima menit ponsel mahal tersebut di letakkan dengan kasar di atas meja, hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
Kedua orang yang sedang memperhatikannya pun terjingkat kaget melihat Arka yang lempar ponsel nya, mereka langsung mengalihkan perhatian mereka pada makanan yang ada di piring mereka masing-masing.
"Huuft"
Hanya itu yang keluar dari mulut Arka saat menarik piring yang ada di depan nya, dia makan tanpa menoleh atau melihat kedua bawahan yang sedang memperhatikannya.
Sampai makanan yang ada di piringnya habis tak tersisa sedikitpun, baru dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ada di belakang nya.
"Kenapa lagi?" Tanya Bagas sambil membersihkan sisa makanan yang ada di mulut nya.
"Pasti Bos besar menjodohkan nya lagi" Jawab Maura tanpa menatap kedua laki-laki itu.
"Apa kamu sekarang sudah jadi cenayang?"
"Tentu saja tidak, mana ada cenayang secantik aku" ucap Maura sambil mengibaskan rambut panjang nya.
Maura bisa berkata seperti itu karena dia tahu apa yang di katakan Tuan besar nya itu yang tidak jauh dari pembahasan yang meminta Arka untuk segera menikah.
Sedangkan dua orang itu hanya bisa memutar bola mata nya, kini mereka telah kembali ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan nya.
Mereka masuk kedalam ruang masing-masing tanpa ada yang mengganggu satu sama lain, hingga waktu pulang kerja, Maura mengemasi barang-barang milik nya, dia pun beranjak dari ruangan.
Dia ingin cepat pulang dan mandi untuk merilekskan tubuh nya, tapi angan tinggal lah angan, rencana nya batal saat atasan nya itu meminta nya untuk menemui nya.
"Apa kamu tidak bisa sehari saja jangan mengacaukan rencana ku" Jengkel nya membanting tas yang ada di bahu nya itu di sofa yang ada Bagas di sana.
"Kamu kenapa? marah-marah mulu, jangan bilang kamu sedang periode?" Tanya Bagas yang memang sedekat itu hubungan persahabatan mereka bertiga.
"Tidak" Ucap nya sambil membuka satu bungkus keripik kentang yang ada di meja.
"Aku akan membelikan mu apa saja yang kamu ingin kan, asal......."
Maura yang tengah mengunyah kripik tersebut menghentikan kunyahan nya, dia menatap nyalang pada atasan nya itu.
"Akal bulus apa lagi yang sedang kamu main kan?" Tuduh Maura yang memang tahu betul kelakuan atasan nya tersebut, sedangkan Arka, dia menyunggingkan senyum saat apa yang dia rencanakan telah tercium oleh Maura yang mempunyai insting yang cukup kuat.
"Jadi lah calon istri ku"
Uhuk-uhuk.
Dua orang yang ada di sana tersedak kaget dengan apa yang mereka dengar bahkan Bagas dia sampai mengorek telinga nya untuk memastikan apa yang di katakan oleh Arka.
"Apa aku tidak salah dengar Ra?" Tanya Bagas
"Kamu tidak salah dengar Gas, tapi atasan mu ini sedang gila dan lupa minum obat nya" Sahut Maura yang sama sekali tidak menanggapi ucapan dari Arka.
"Aku serius, aku tidak ingin di jodohkan oleh orang yang tidak aku cintai"
"Lalu siapa yang kamu cintai, tidak mungkin itu Maura kan?" Tebak Bagas sekenanya.
"Jika pun aku mencintai nya, dia pasti akan menolak nya bukan, kamu tahu dia sangat tergila-gila pada pria masa lalu nya itu" sungut Arka yang tidak lagi bisa berfikir untuk menggagalkan rencana perjodohan yang di rancang ayah nya berulang kali.
"Dan satu lagi, kamu tidak akan bisa mengimbangi nya" ejek Bagas
"Kenapa jadi membicarakan aku, lagi pula aku baru saja bercerai jadi tidak mungkin aku mau secepat ini menikah"
"Memang nya siapa yang mau menikah dengan mu" Pangkas Arka yang tidak lagi mau mendengar ocehan Maura.
"Bukan nya tadi kamu tengah melamar nya?"
Maura pun mengangguk setuju dengan apa yang di katakan oleh Bagas, tadi Arka meminta nya untuk menjadi istri nya bukan, lalu jika tadi bukan lamaran, lalu dia harus menyebut apa.
"Aku hanya meminta mu untuk menjadi calon istri bohongan untuk ku, setelah papa tidak lagi mendesak ku untuk segera menikah kamu bisa bebas lagi"
"Jadi kamu mau memanfaatkan aku?" Ucap Maura sambil melempar bantal sofa yang ada di belakang nya.
"Ayo lah, tolong aku sekali ini saja, selama ini aku sudah banyak membantu mu, itung-itung ini sebagai balas budi mu"
"Oh, jadi selama ini kamu tidak ikhlas menolong ku?" Marah Maura yang sudah sampai di ubun-ubun.
"Bukan tidak ikhlas tapi imbal balik"
Ucap Arka yang kini duduk di samping Maura sambil menghela nafas frustasi nya, dia mencintai seseorang yang sejak lama tapi papa nya itu menentang keras hubungan mereka, sedangkan Arka sudah sangat mencintai wanita itu.
Maura yang melihat atasan nya seperti itu pun tidak tega, tapi dia juga ragu untuk membantu nya, bukan karena apa? dia hanya takut semuanya berantakan dan dia tidak ingin sama sekali terjerumus dalam permainan yang mereka lakukan.
Yang dia takutkan bukan soal hati nya, tapi apakah dia bisa lepas begitu saja saat semua sudah berjalan seperti yang di ingin kan oleh Arka, karena hati nya sama sekali tidak tersentuh oleh siapapun setelah kehadiran seseorang yang sejak dulu bertahta di hati nya.
Apalagi lawan mereka kali ini bukan orang yang muda di kelabui, dia seorang yang bisa di katakan memiliki insting yang tak pernah salah, orang yang sudah bertemu ribuan orang dengan sifat dan karakter yang berbeda.
"Sebenarnya apa yang kamu rencana kan?" Tanya Bagas yang ingin memastikan apa yang ada di dalam pikiran nya itu tidak seperti apa yang di inginkan oleh sahabatnya itu.
Arka pun menjelaskan semuanya, mulai awal hingga akhir dari semua nya, inti nya dia tidak ingin di jodohkan karena dia sudah memiliki calon nya sendiri.
"Jadi kamu hanya ingin memperalat ku saja"
Maura turun bersama Arka, menuju ruangan yang telah di pesan oleh Arka untuk pertemuan kali ini, dia memilih ruangan VIP di salah satu kafe yang ada di tengah kota.
Entah mengapa Maura menjadi gugup setengah mati saat ini, andai itu bukan Arka pasti dia tidak akan mau membantu nya, mereka masuk kedalam kafe tersebut, bersama tanpa bergandengan tangan layak nya pasangan pada umumnya.
Dia yang terlalu gugup pun, berniat untuk pergi ke toilet yang tidak jauh di sana, dia berpamitan terlebih dahulu dan meminta Arka untuk menuju ke ruangan tersebut dia akan menyusul nya nanti saat hajat nya sudah selesai.
Dan Arka pun menyanggupi nya, mereka berpisah di depan pintu masuk kafe yang ada di pusat perbelanjaan, Arka langsung masuk dan Maura yang berjalan ke toilet yang tak jauh dari sana.
Setelah menuntaskan hajat nya dia mencuci tangan nya, sambil menatap wajah ayu nya yang entah mengapa hati nya menjadi sakit saat mengingat bahwa dia bukan lagi wanita utuh.
Dia cacat.
Dia tidak di inginkan
Dengan label bekas orang melekat pada dirinya, baru tadi pagi dia resmi bercerai dengan orang yang tidak menginginkan nya, dan kini dia harus bersandiwara menjadi calon istri dari atasan nya tersebut.
Entah apa yang akan dia katakan oleh orang yang mengenal nya jika tahu kini dia telah mengandeng laki-laki lain saat dia masih dalam masa Iddah, pasti banyak orang beranggapan negatif pada nya, mungkin saja yang di pikirkan oleh orang dia berselingkuh saat masih menjadi istri dari mantan suaminya dan parah nya lagi dia berselingkuh dengan atasan nya sendiri.
Tapi jika di ingat ada untung nya juga pernikahan yang dia jalani selama dua tahun itu, mengingat dia yang sudah tidak perawan sejak usia dua puluh tahun pun membuat nya tidak akan merasa bersalah pada calon suami nya nanti, yang entah siapa.
Dia masih enggan untuk menjalin hubungan dengan siapa pun saat ini, meski dia dan juga Bara tidak saling mencintai dan memilih berpisah secara baik-baik pun, tetap saja meninggalkan luka yang teramat sakit di hati nya.
Karena setiap perpisahan meski itu tanpa cinta sekalipun pasti meninggalkan luka yang tidak bisa di jelaskan dengan kata, dia lebih memilih bebas dari pada terkekang oleh status nya sebagai istri pajangan.
Maura keluar dari toilet menuju kafe yang di maksud, dia berjalan masuk ke dalam mencari ruang VIP yang telah Arka beritahukan.
"Permisi" sapa Maura dengan senyum lembut di wajah ayu nya sambil membuka pintu ruang tersebut.
Senyum yang tadi mengembang kini menghilang saat tahu siapa orang yang duduk di depan Arka, bos nya yang selama enam tahun ini menjadi atasan nya, dia pun duduk di samping Arka di depan laki-laki itu.
Ya Tuhan. Batin Maura
Dia.
Kenapa laki-laki itu ada di sini!
Jangan bilang kalau dia adalah ayah dari atasannya yang berarti dia lah bos besar di perusahaan properti tempat nya bekerja.
Kenapa dia harus bertemu dengan seorang yang mengingatkan tentang masa lalu yang sangat ingin dia lupakan, mungkin kah ini adalah karma dari perbuatannya delapan tahun silam, saat dia melakukan kesalahan fatal yang sangat dia sesali selama ini.
Waktu itu saat dia sedang menempuh kuliah di salah satu universitas di negeri singa, dia mendapatkan kabar bahwa usaha milik ayah nya bangkrut dan semua aset nya di sita oleh bank, karena satu kesalahan yang tidak pernah ayah nya lakukan.
Semua aset dan rumah keluarga nya di sita, tanpa meninggalkan apa pun yang bisa mereka tempati untuk berlindung, dia duduk sambil melamun di bawah pohon rindang di halaman kampus nya, entah itu kebetulan atau sudah takdir, tiba-tiba ada seseorang yang tidak dia kenal, menghampiri nya yang terlihat sangat kacau di sana.
Dia, wanita itu menawarkan sebuah penawaran yang mungkin bisa menjadi jalan satu-satunya untuk keluar dari himpitan ekonomi yang tengah menggulung keluarga nya.
Dia tidak langsung mengiyakan, tapi juga tidak menolak nya, Maura masih perlu berfikir jauh tentang apa yang akan terjadi jika benar-benar dia melakukan hal tersebut.
Satu dua hari dia masih tetep teguh pada pendirian untuk tidak melakukan semua itu, tapi seminggu kemudian saat ayah nya benar-benar di minta untuk keluar dari rumah nya pun membuat dia berani mengambil langkah besar tersebut.
Menjual keperawanannya adalah jalan pintas dari apa yang keluarganya alami saat ini, dia mengatakan 'siap' untuk melakukan sebuah tindakan di luar jalan yang selama ini dia pegang teguh.
Dia menemui wanita yang pernah menawarkan nya untuk menjual keperawanannya pada sebuah situs yang sudah pasti terjaga rahasia dan keamanan nya.
Keperawanan pun laku dengan harga yang cukup tinggi dengan pembagian hasil 60% untuk nya dan 40% untuk pemilik situs tersebut.
20 miliar bukan uang yang sedikit untuk nya sebuah harga dari apa yang dia lakukan, pasti nya pelanggan di sana bukan orang sembarang yang pasti bisa di pastikan kalau mereka-mereka itu adalah orang-orang penting yang uang bukan lah masalah besar bagi mereka.
Tapi yang Maura sesali saat ini adalah orang yang membeli keperawatannya itu kini ada di depan nya, duduk diam sambil menatap tajam penuh selidik, seakan mencari kesalahan yang bisa dia buat untuk menjatuhkan wanita yang di bawah oleh putranya itu.
Ya orang yang membeli keperawatannya adalah pria yang ada di depan nya saat ini ayah dari Arka Kamandanu.
Satriya Kamandanu.
Apa yang di rasakan oleh laki-laki itu tidak jauh berbeda dengan apa yang di rasakan oleh Maura, mereka sama-sama mengutuk hari ini di mana mereka harus bertemu di situasi yang membuat mereka tidak bisa berkutik.
Satriya tidak suka bertemu dengan wanita yang menjadi ancaman baginya, wanita yang tidak pernah dia lupakan sepanjang hari sejak perpisahan mereka dulu.
Wanita ini mengetahui aib dan juga skandal nya yang bisa menjadi dalang untuk menghancurkan nya, bukan hanya usaha nya tapi juga hati nya.
Hati yang telah mati saat cinta pertama memilih pergi dengan laki-laki yang sampai saat ini masih menjadi musuh nya, meski pada kenyataannya mereka tidak pernah hidup bersama.
Maura menatap ke arah Satriya yang kini tengah memperhatikannya setiap gerak-geriknya, dia memandang tanpa berkata apa pun, namun tatapan seakan ingin menelanjangi nya di sini.
Tatapan yang seakan menyesali perbedaan yang terbentang di antara mereka yang mungkin tidak akan bisa dia gapai, dia terus menatap kearah wanita yang terlihat jauh lebih mempesona dari delapan tahun yang lalu.
"Kenalkan ayah dia adalah kekasih ku, Maura Hana"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!