Suasana pagi hari di kediaman keluarga Cakrawala sudah dihiasi dengan pertengkaran kecil kakak beradik.
"Heh! Duit! Balikin duit gue kemarin!"
"Sialan! Gue punya nama anjg!"
"Iya kan? Nama lo duit cash." ledek seorang cewek yang memiliki wajah imut tetapi sifat yang galak.
"Untung gue sabar, dasar cempreng!" sahut adiknya sambil menunjukkan uang 300.000.
"Heh! Bayar hutang lo kemarin!"
"Gak mau wlee!"
Dan berakhir dengan adegan kejar-kejaran kakak beradik tersebut. Ya mereka adalah Ciara Azley Nathalie dan adiknya Diego Cassien Cakrawala. Tidak ada hari yang terlewatkan tanpa pertengkaran mereka.
"Cia! Diego!" teriak seorang wanita dari ruang makan.
Mereka langsung berhenti kejar-kejaran dan berjalan dengan kalem ke meja makan.
"Ckck. Sehari saja gak ribut susah banget." ucap Hanna Nathalie, wanita yang merupakan mommy dari kedua remaja tersebut.
"Si duit sih! Namanya aja duit punya hutang kagak dibayar!" ucap Ciara kesal.
"Nama gue Diego!"
"Bodoamat, duit cash!"
"Cia, jangan gitu sama adiknya. Dan Diego kembaliin uang kakaknya." ucap Richard Cakrawala yang merupakan daddy dari mereka berdua.
"Iya-iya! Diego! Puass?!"
"Nih! Duit lo! Dasar pelit!"
Kedua orangtuanya hanya menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran mereka berdua. Sebenarnya bukan pertama kali Cia meledek adiknya dengan panggilan duit berasal dari nama tengahnya yaitu Cassien. Itu di miripkan Cia dengan cash, uang tunai. Bagi yang bingung kenapa nama belakang Cia dan Diego beda, Cia ikut nama belakang mommy-nya. Sedangkan Diego ikut nama belakang daddy-nya.
Setelah sarapan Cia mengambil tas ransel yang sudah disiapkan sejak tadi malam. Tas itu berisi snack, pakaian, senter, dan lain sebagainya. Ya, Cia akan ikut camping sekolahnya hari ini.
"Sudah nggak ada yang ketinggalan?" tanya mommy-nya.
"Kayaknya nggak deh mom." jawab Cia sambil mengingat-ingat apa yang kelupaan.
Tiba-tiba seseorang melemparkan power bank dan tepat masuk ke tas ransel Cia yang terbuka. Ya, itu adalah Diego yang baru saja turun dari lantai dua.
"Jadi orang kok pikunan." ucapnya.
"Kalau jatuh gimana njir?!"
"Beli lah, harga lipstick Lo aja bisa beli 4 power bank." jawab Diego dengan santai.
"Dahlah serah lo."
"Bareng gue atau Daddy?" tanya Diego.
"Daddy beda arah, ada meeting sama klien." jawab Richard.
"Ya udah gue nebeng lo."
Mereka berangkat ke sekolah bersama. Diego menurunkan kakaknya di depan gerbang karena rombongan kelas 3-2 dan 3-4 yang akan pergi camping sudah berkumpul bersiap masuk ke bus.
"Kak! Hati-hati disana!" ucap Diego tiba-tiba.
Cia menaikkan satu alisnya."Kesambet apaan Lo?"
"Nggak, cuma Lo satu rombongan sama dia." bisik Diego sambil melirik seorang cowok yang duduk di motornya dengan santai. Cowok itu tidak ikut bergerombol di depan bus.
"Alah dia doang." Cia memutar bola matanya malas ketika melihat siapa yang dimaksud Diego.
"Gue udah bilang loh ya!"
"Iya iya, rese Lo. Sana!"
"Bagi uang saku dulu!" ucap Diego sambil nyengir.
"Nama doang duit, barangnya kagak ada." cetus Cia sambil memberikan uang sejumlah 200.000 kepada adiknya.
"Yeuu dikit amat."
"Bodo! Beruntung gue kasih."
"Absen 5 kelas 3-4." panggil seorang guru.
"Dah gue dipanggil. Bye! Baik-baik Lo dirumah."
Diego hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakak perempuannya yang sedikit barbar. Tidak. Cia memang barbar, sangat barbar. Pagi ini cewek itu sedikit lebih kalem. Ya, Cia adalah cewek barbar dan galak. Kelebihan gadis itu ada di otaknya. Walaupun jarang belajar Cia selalu masuk 3 besar di kelasnya. Kadang ranking 1, kadang 2, kadang 3. Cia tidak pernah mendapat ranking yang lebih besar dari ketiga angka tersebut.
Cia duduk di kursi bus yang sudah diberi nomor absen. Bagaimana bisa? Tentu saja itu adalah bus sekolah.
"Harusnya gue duduk sama si Vinna kan?" gumam Cia sambil melihat nomor absen yang tertera pada kursi sebelahnya.
"Dor!!" tiba-tiba seseorang mengagetkan Cia.
"Vinna nyungsep!"
"Sialan Lo." cewek yang mengagetkan Cia barusan adalah Vinna satu-satunya sahabat cewek yang di miliki di SMA Pelita Cahaya.
"Mana twins Lo?" tanya Cia.
"Cie, nyariin." ledek Vinna.
"Kagak anjer! Biasanya juga kalian kemana-mana bareng."
"Dia di bus sebelah. Dia kan absen akhir." ucap Vinna memberitahu.
Cia manggut-manggut mengerti. Jadi bisa yang mereka tumpangi saat ini khusus absen 1-20. Sedangkan absen 21-40 di bisa satunya.
"Eh! Lo tahu nggak?" tanya Vinna. Cewek itu mengucapkan kalimat pembukaan pertama dalam dunia perghibahan.
"Apa?"
"Si Vanno duduk sama Zayyan njay." ucap Vinna.
"Hah? Serius? Kok bisa?" Cia terlihat bersemangat mendengarkan apa yang akan di beritahukan oleh sahabatnya itu.
"Absen 29 kelas kita kan gak ikut camping, jadi yang duduk di sebelah si Vanno absen 29 kelas 3-2. Si Zayyan!" jelas Vinna.
"Njirr, moga aja tuh bocah kagak tertekan disamping si Zayyan."
"Ngeri kalau tiba-tiba di getok kepalanya gara-gara si Vanno keluar sifat botinya." ucap Vinna dan langsung membuat Cia tertawa ngakak.
"Gila Lo, ngatain adik sendiri boti."
"Emang benar dia boti."
Kedua sahabat itu tertawa bersama. Memang ya paling asik itu menggosip bersama bestie. Kayak, apapun yang di bahas pasti nyambung. Dan asal kalian tahu nih ya, Cia dan Vinna adalah cewek yang sangat jengkel dengan sosok cowok bernama Zayyan. Makanya pasti ada saja bahan menggosipkan cowok itu ketika mereka bersama.
*
Kira-kira sudah 1 jam mereka habiskan di dalam bus. Artinya sudah setengah jalan mereka lewati menuju lokasi camping.
Kling. Cia yang sedang tidur dikejutkan dengan notifikasi handphone Vinna.
"Suara notif Lo ganti yang lebih kalem dikit njir. Ngagetin orang!" ucap Cia kesal.
"Iya iya sorry."
Vinna melihat siapa yang mengirimkan dirinya pesan. Dan itu adalah saudaranya. Yap, Vanno mengirimkan sebuah foto selfi.
"Gila!" cetus Vinna ketika melihat seseorang yang ada di samping Vanno.
"Apa?" Cia mendekat karena kepo.
Cia langsung mencibir cowok yang ada di samping Vanno. Ya, itu adalah Zayyan yang tidak sengaja tertangkap kamera saat Vanno sedang selfi. Penampilan cowok itu sangat berantakan. Rambut yang acak-acakan terlihat sekali jika tidak disisir. Baju seragam yang tidak dikancingkan dan dikeluarkan dari celana. Tapi sialnya walaupun penampilan cowok itu acak-acakan dia tetap terlihat keren.
"Apaan coba, sok ganteng anjr." ucap Cia mengomentari penampilan Zayyan.
"Tapi gue gak mau bohong. Jujur banget dia ganteng walau penampilannya kayak gitu." sahut Vinna menanggapi komentar yang dilontarkan Cia.
"Kenapa? Lo naksir dia gitu?" tanya Cia sambil memicingkan matanya.
"Dih, nggak ya. Gantengan Andra banget daripada dia." ucap Vinna.
"Tapi Andra bestinya dia loh. Mana penghalangnya banyak banget lagi." sahut Cia sambil tertawa ngakak.
Ya, Andra adalah sahabat Zayyan. Vinna sudah lama menyukai cowok itu. Tapi tidak berani bilang karena berbagai macam penghalang. Mulai dari Andra yang sudah punya pacar, dia sendiri yang dilarang pacaran oleh orang tuanya, sampai tembok yang paling tinggi yaitu perbedaan keyakinan.
"Sialan anjr. Kagak usah diperjelas!"
Cia masih saja menertawakan nasib sahabatnya yang begitu miris.
"Lo sendiri? Kalau Lo disuruh milih si Andra atau Zayyan Lo bakal milih siapa?" tanya Vinna.
"Gue nggak bakal milih lah!" jawab Cia dengan spontan. "Gue culik si Canva aja."
"Mau Lo gali tulang dia dari kuburan di buku gitu?" tanya Vinna dengan tatapan yang datar.
Cia menampilkan senyum tertekan karena mendapat pertanyaan yang menohok dari Vinna. Sahabatnya ini tidak pernah sekali saja mendukung perhaluannya. Setiap dia mengkhayal, pasti langsung diroasting. Sungguh menyebalkan.
"Coba pilih. Andra atau Zayyan?" tanya Vinna lagi.
"Emm..." Cia terlihat ragu menjawab. "Zayyan? Mungkin?" tanya Cia ragu-ragu.
...***...
...Bersambung......
...Ciara Azley Nathalie...
Vinna seketika meledakkan tawanya ketika mendengar jawaban Cia. Dia pikir Cia akan memilih Andra karena sahabatnya itu sangat membenci Zayyan.
"Heh! Gak usah ketawa Lo! Gue pilih Zayyan karena Lo suka Andra. Yakali gue nikung sahabat sendiri!" semprot Cia.
"Haha, iya deh. Tapi kalau ucapan Lo tadi jadi kenyataan gimana?" tanya Vinna sambil menaik turunkan alisnya.
"Gue geplak juga mulut Lo!" ancam Cia.
"Aduh neng, galak amat. Nanti si Zayyan ilfil gimana?" Vinna masih saja tidak berhenti meledek sahabatnya itu.
"VINNA!!"
Karena kesal akhirnya Cia berteriak. Dan memancing semua mata yang ada di dalam bus untuk melihat ke arah mereka. Ya, memang sejak tadi mereka yang paling berisik. Mereka hanya diam sebentar ketika Cia tertidur. Itupun hanya beberapa menit.
"Hehe, maaf semuanya." akhirnya Cia dan Vinna meminta maaf atas keributan yang mereka buat.
"Lo sih!" Vinna menyikut pelan lengan Cia.
"Lo juga anj!"
"Tapi--" sebelum Vinna menyelesaikan kalimatnya Cia menaruh jari telunjuknya di depan mulut Vinna menyuruhnya untuk diam.
"Dah, jangan ribut!" ucap Cia.
Jika terus berdebat seperti ini mereka pasti akan semakin ribut. Dan lagi dia tidak ingin karena perdebatan kecil mereka jadi bertengkar. Akhirnya mereka memutuskan menonton movie bergenre perpaduan thriller dan romantis untuk menghabiskan waktu 1 jam sebelum sampai lokasi perkemahan.
*
Di bus lain Vanno asik siaran langsung menggunakan instagramnya. Cowok cute itu memiliki banyak fans di SMA Pelita Cahaya maupun dari sekolah lain karena dia sering mewakili sekolah mengikuti lomba basket. Jadi tidak heran pengikutnya di Instagram banyak.
"Hng? Gue? Kelihatan seksi? Kayaknya nggak deh. Kan gue imut. Hehe." Vanno menotice salah satu komentar. Duh, sudah kayak idol saja.
'Vanno! Dimana biasanya Lo main basket?'
'Bisa ya ada cowok se cute ini.'
'Kok ada sih cowok cute gabung basket'
Dan banyak lagi komentar lainnya.
"Haha! Gue kan multitalenta." ujar Vanno membanggakan dirinya sendiri.
"Bisa diam nggak? Berisik!" ucap seseorang yang duduk di samping Vanno.
Hampir seluruh komentar berisi pertanyaan siapa orang yang mengatakan itu tadi. Karena memang Zayyan tidak muncul di kamera.
"Maaf teman-teman, live-nya sampai sini aja ya. Nanti sampai di lokasi kemah gue live lagi. Bye bye mu--" belum sempat Vanno menyelesaikan salam perpisahan kepada para fansnya Zayyan terlebih dahulu mematikan siaran langsung Vanno.
"Kelamaan!"
"Rese banget dah Lo." celetuk Vanno.
"Berani Lo sama gue?" tanya Zayyan sambil menatap datar Vanno.
Vanno langsung bergidik mendapatkan tatapan Zayyan yang seperti itu. Vanno tidak habis pikir. Padahal wajah Zayyan itu sangat cocok jika bertingkah imut seperti dirinya. Tetapi cowok itu malah memilih menjadi badboy yang hobi bolos dan mancing amarah guru.
"Goblok sih, gak bisa manfaatin wajah." gumam Vanno.
"Apa Lo bilang?!"
"Etdah. Kuping Lo tajam amat."
"Bilang ke teman-teman Lo. Nggak usah hobi ngegosipin gue!" perintah Zayyan. Kemudian cowok itu memakai airpod lagi.
Vanno mengerutkan keningnya. "Gimana dia tahu kita sering ghibahin dia?" batin Vanno. Cowok itu menatap Zayyan dari atas sampai bawah. Kemudian mencebik melihat penampilan Zayyan yang berantakan. "Perlu belajar fashion sih." ucap Vanno.
Di belakang mereka ada Andra dan Gebi kedua sahabat Zayyan asik menatap Vanno yang mengomentari penampilan Zayyan.
"Menurut Lo berantakan kah?" tanya Andra.
"Wajar aja sih dilihat dari sifatnya kalau penampilannya gitu." jawab Gebi.
"Jadi kasihan gue sama si Vanno, pasti tertekan." ucap Andra.
"Tertekan iya julid juga iya." sahut Gebi sambil tertawa.
Bagi yang mikir Gebi itu cewek. Kalian salah besar. Dia cowok guys. Nama lengkapnya Zeyno Gebiora. Nama panggilan cowok itu sebenarnya Zey. Tapi teman-teman di kelasnya lebih sering memanggilnya Gebi, karena nama Gebi itu sama dengan nama cewek culun yang merupakan kakak kelasnya dulu.
*
Satu jam telah berlalu. Mereka akhirnya sampai di sebuah tempat lapang di dekat hutan. Ya, itu adalah lokasi camping yang dipilih oleh sekolahan mereka. Kira-kira mereka sampai disana sekitar pukul 9 pagi.
"Woahh, indah banget!" ujar Cia ketika melihat pemandangan di sekitarnya.
Tanahnya hampir semuanya tertutup rumput hijau yang terawat dan rapi. Pepohonan rindang di sekelilingnya lokasi perkemahan. Dan ada bunga-bunga liar yang indah karena dirawat. Udaranya sangat sejuk karena banyak tumbuhan di daerah tersebut.
"Baru tahu gue ada tempat seasri ini." gumam Cia.
"He'em, biasanya dimana aja selalu ada sampah." sahut Vinna.
Semua siswa dan siswi SMA Pelita Cahaya turun dari bus. Termasuk Vanno. Cowok itu berlari menghampiri saudara kembarnya.
"Vinna!!" panggil Vanno sambil berlari ke arah Vinna.
Ketika akan memeluk Vinna menghindar sehingga Vanno menabrak bus yang ada di belakang Vinna.
"Sialan anjr." gumam Vanno sambil mengelus pucuk hidungnya yang baru saja membentur badan bus.
"Panggil kakak!"
"Alah, beda 2 menit doang."
"Gak peduli, intinya tuaan gue 2 menit." ucap Vinna kekeuh.
Cia yang sudah sangat lelah dengan perdebatan itu meninggalkan mereka berdua dan pergi ke salah satu guru.
"Ada apa Cia?" tanya guru itu.
"Apa sebaiknya nggak di absen saja Bu? Takutnya ada yang ketinggalan di kolong bus." ucap Cia. Dia sudah lelah dengan keributan siswa siswi disana. Agak lain memang. Dia sendiri selalu ribut di kelas, tetapi dia tidak suka orang lain ribut.
Guru tersebut manggut-manggut setuju dengan ucapan Cia.
"Yaudah kamu kesana dulu. Ibu absen."
"Sip! Makasih ibu!" Dia berlari kecil ke arah Vinna dan Vanno yang sudah selesai berdebat karena kebingungan mencari dirinya.
"Lo darimana jubed?!" tanya Vinna nyolot.
"Tiba-tiba ngilang, bikin khawatir tahu!" imbuh Vanno.
"Salah sendiri asik debat!"
Ditengah-tengah percakapan mereka terdengar Bu Sari memanggil satu persatu nama siswa dan siswi kelas 3-2 dan 3-4.
"Sana Lo, gabung sama absen akhir!" suruh Vinna sambil mendorong bahu Vanno.
"Bisa nggak sih sehari aja nggak ribut? Capek anjr kuping gue dengarnya." ucap Cia dengan kesal.
"Jangan galak-galak ih, gue nangis tahu rasa Lo di keroyok fans gue." ujar Vanno dengan percaya dirinya.
Cia dan Vinna menatap Vanno dengan tatapan jijik. Bagaimana bisa mereka punya sahabat dan kembaran yang memiliki sifat seperti ini? Udah julid, terlalu percaya diri. Ditambah agak-agak boti. Plusnya tuh ada di mukanya yang imut dan bisa main basket.
"Pergi lo. Bisa ketularan gila gue kalau di dekat lo." kata Cia.
"Kan emang Lo udah gila." sahut Vanno sambil tertawa puas. Kemudian kembali ke kelompoknya yaitu kelompok absen akhir.
Cia mengikuti arah kemana Vanno pergi. Tetapi tatapannya berhenti ketika tidak sengaja terjadi eye contact dengan cowok yang sering dia gosipkan.
Cia tertegun sebentar. Ya, emang gak bisa dipungkiri sih senakal-nakalnya Zayyan cowok itu tetap tampan. "Ih, apaan sih?!" Cia cepat-cepat mengalihkan pandangannya. "Gila Lo! Dia burik! Dia nggak ganteng!" ucap Ca di dalam hati.
Begitu pula dengan Zayyan yang segera mengalihkan pandangannya dari Cia. "Apaan dah?" batin cowok itu melihat tingkah Cia yang aneh setelah bertatapan beberapa detik dengannya.
...***...
...Bersambung......
...Zayyan Alfiano Maheswara...
Setelah sesi absensi. Semua murid kelas 3-2 dan 3-4 dibagi menjadi dua kelompok secara acak. Satu kelompok membangun tenda. Dan satu kelompok bertugas mencari kayu bakar dan buah-buahan di hutan yang ada didekat lokasinya.
Cia mendapatkan kelompok yang mencari kayu bakar dan buah-buahan. Sayangnya dia berbeda kelompok dengan Vinna dan Vanno. Mereka mendapatkan kelompok yang membangun tenda.
"Bu! Saya pindah kelompok aja ya Bu?" pinta Cia kepada Bu Sari yang merupakan wali kelasnya.
"Ya, nggak bisa dong."
"Ih di bisain dong Bu! Ibu kan tahu saya pertama kalinya ikut kemah. Saya itu gak pernah masuk hutan loh Bu. Gimana kalau saya tersesat? Gimana kalau ada hewan buas? Gimana kalau saya jatuh? Patah tulang? Amnesia? Ibu mau tanggung jawab?" tanya Cia nyerocos. Cewek itu benar-benar malas jika harus masuk hutan mencari kayu bakar. Sedangkan sahabatnya tinggal dan membuat tenda.
"Nggak-nggak. Sana gabung ke kelompok kamu!" perintah Bu Sari.
"Tapi bu--" sebelum Cia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba seorang cewek yang penampilannya kayak cabe-cabean menyela.
"Halah Bu, dia kan emang gitu manja." ucap cewek itu.
"Paling Lo sendiri juga kalau udah di hutan cuma ngeluh!" timpal Cia.
Terjadi perdebatan kecil di antara mereka. Tiga lawan satu. Vannesa bersama sahabatnya Raya dan Bunga. Sedangkan Cia tidak bersama Vinna dan Vanno karena si kembar itu sudah berbaris bersama kelompoknya. Mereka bertiga adalah musuh Cia sejak kelas 10. Mereka iri dengan Cia yang selalu masuk 3 besar. Selalu mendapatkan perhatian lebih dari guru. Dan disukai banyak orang. Karena itu mereka bertiga selalu mengganggu Cia jika ada kesempatan.
"Sudah-sudah! Cepat ke kelompok kalian!" perintah Bu Sari.
"Bu! Saya nggak--" dan lagi-lagi seseorang menggagalkan Cia mengucapkan kalimatnya. Tiba-tiba seorang cowok menarik Cia menuju kelompok masyarakat yang sudah berbaris.
"Anj! Lepasin gue!" ucap Cia.
Tapi cowok itu tidak bergeming, dia terus menarik Cia. Dan baru melepaskan gadis itu ketika sudah sampai dibarisan kelompok yang akan pergi ke hutan.
"Apaan sih Lo?! Main tarik-tarik aja!"
"Kelamaan." ucap cowok dengan tatapan datar dan dingin.
"Tapi kan nggak usah main tarik! Mana kasar banget lagi!" semprot Cia. Cewek itu sudah kesal dengan dirinya masuk kelompok ke hutan. Ditambah di ganggu cowok yang menjengkelkan. Yap, itu adalah Zayyan.
"Lebay." sahut Zayyan dengan cuek.
"Gue timpuk juga Lo anjg!" ancam Cia.
"Gak takut."
Plak!
"Akh! Gila Lo?!" Zayyan memelototi Cia, setelah keningnya di geplak oleh cewek di depannya itu.
"Kata Lo nggak takut?!"
Zayyan langsung membuang muka. Cowok itu malas meladeni Cia yang emosian. Tadi sebenarnya dia tidak ingin menarik Cia dari sana. Tetapi guru olahraga yang mendampingi kelompoknya menyuruhnya menghampiri Cia dan mengajaknya kemari.
"Emang benar, nyusahin." batin Zayyan.
"Baik anak-anak. Agar lebih seru kelompok ini kita bagi lagi menjadi berpasangan. Agar kelas kita lebih akrab lagi." ujar guru PJOK yang diketahui bernama Arif.
Jadi kelas 3-4 akan berpasangan dengan kelas 3-2 dengan mencari pasangannya masing-masing. Terserah mau berpasangan cewek-cewek cowok-cowok atau cewek-cowok.
Semua sudah mendapatkan pasangannya masing-masing. Andra berpasangan dengan pacarnya. Sedangkan Gebi dengan ketua kelas kelas 3-4. Diantara semua siswa tersisa Zayyan dan Cia yang tidak memiliki pasangan. Zayyan yang malas mencari pasangan untuk pergi. Sedangkan Cia menolak yang ingin menjadi pasangan kelompoknya.
"Sudah dapat kelompok semua?" tanya Pak Arif.
"Sudah pak!" jawab seluruh murid.
Tapi di sela-sela jawaban itu. Cia berteriak dengan lantang. "Saya belum dapat kelompok pak!" ucap Cia.
"Cia? Ada lagi yang belum dapat kelompok?" tanya Pak Arif.
Zayyan tidak mengangkat tangannya. Cowok itu bersandar di pohon dan asik dengan handphonenya. Masa bodoh dengan pembagian kelompok. Dapat kelompok ya mau. Gak dapat yaudah I don't care.
"Zayyan pak!" ucap Gebi sambil menunjuk Zayyan yang bersandar di pohon sendirian.
Cia langsung mengerutkan keningnya melihat Zayyan. "Hah? Gue satu kelompok sama dia pak? Nggak pak! Saya Gak mau!" tolak Cia.
"Gak peduli." jawab Zayyan acuh tak acuh.
"Dih! Siapa juga yang nyuruh Lo peduli?!" semprot Cia.
Semua siswa dan siswi disana diam menyaksikan perdebatan kedua orang itu. Sampai Vannesa mengucapkan kalimat yang tidak enak di dengar.
"Bilang aja Lo malas ikut kan?" tanya Vannesa.
"Mulut Lo perlu di lem G." sahut Cia dengan wajah judesnya.
"Sudah-sudah. Jangan bertengkar. Cia kamu satu kelompok dengan Zayyan." ucap pak Arif.
Akhirnya dengan terpaksa Cia harus satu kelompok dengan Zayyan pergi mencari buah dan kayu bakar di hutan yang sangat luas tersebut.
Sepanjang jalan Cia terus mengomel. Hal itu membuat Zayyan kesal.
"Lo kalau mau ngoceh mending balik ke tenda." ucap Zayyan.
"Lo kenapa sih mau sekelompok?! Naksir Lo sama gue?" tanya Cia dengan percaya dirinya.
Zayyan seketika menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menatap Cia yang ada di belakangnya dari atas sampai bawah. Cowok itu kemudian memutar bola matanya malas.
"Gak tertarik gue sama cewek tepos." ucap Zayyan tanpa ragu.
"Asu! Mulut Lo saring dikit anj!" sahut Cia dengan emosi.
"Diam Lo! Tuh pungut ranting disana!" perintah Zayyan.
"Ogah!"
Zayyan menghela napas panjang. Cowok itu terlihat sangat lelah dengan sikap Cia. Dulu mereka sudah pernah terlihat perdebatan seperti ini. Penyebabnya Zayyan tidak sengaja merusakkan tugas Kesenian saat kelas 11. Hari itu Cia mengomeli Zayyan habis-habisan hingga telinga cowok itu terasa berdengung.
"Terserah." ucap Zayyan memilih mengalah. Cowok itu mendongak melihat pohon-pohon yang ada disekitarnya. Terdapat buah-buahan yang memang sudah di tanam oleh pemilik tempat perkemahan di hutan tersebut. Tapi walaupun sudah disediakan buah mereka harus mencari karena hanya ada 15 pohon buah-buahan yang ada disana.
"Pegang!" perintah Zayyan sambil memberikan handphone dan headset-nya kepada Cia.
"Apaan--" Cia tidak melanjutkan kalimatnya ketika melihat apa yang dilakukan Zayyan.
Cowok itu menggulung lengan baju seragamnya dan memanjat pohon jambu yang ada disana. Pohonnya cukup tinggi karena tumbuh subur di hutan tersebut.
"Tangkap!" ucap Zayyan sambil melemparkan buah jambu dari atas pohon.
Tak.
"Si anjr!" Cia mengumpat ketika buah jambu yang dilempar Zayyan jatuh tepat mengenai keningnya.
"Sukurin!"
"Gue balas juga Lo!"
Cia mengambil buah jambu yang jatuh tadi dan melemparkannya mengenai punggung Zayyan.
"Hahh... gue suruh Lo pungut! Bukan lempar."
Cia mendengus kesal akhirnya mau tidak mau cewek itu memungut jambu yang berserakan setelah di petik Zayyan. Sesekali cewek itu melihat Zayyan yang ada di atas sambil ngedumel.
"Ganteng sih, tapi nyebelin." gumamnya lalu lanjut memungut jambu lagi.
Disisi lain ada dua orang cewek yang menatap mereka dengan tatapan benci. Mereka adalah Vannesa dan Raya. Mereka begitu membenci Cia dan Zayyan. Alasannya juga hampir mirip. Mereka membenci Zayyan karena guru selalu memaafkan ulahnya hanya karena dia anak pemilik sekolah.
"Lihat aja, malam ini kita beri pelajaran mereka berdua." ucap Vannesa.
"Bunga di ajak juga?" tanya Raya.
"Tentu saja, bukannya dia juga benci Cia?"
Raya hanya mengangguk mengerti. Tetapi ada sesuatu yang sedikit mengganjal di hatinya.
...***...
...Bersambung......
...Diego Cassien Cakrawala...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!