Sinar matahari menyoroti sepasang suami istri yang masih betah berada di atas tempat tidur.
"Good morning," sapa sang pria sambil mengecup bibir istrinya.
Sedangkan sang wanita hanya menyunggingkan senyum tipisnya dan kembali memejamkan matanya.
"Kau tak ingin bangun honey?" bisiknya di telinga sang istri.
"Sebentar lagi, aku sangat mengantuk Bax," ujarnya.
Baxter Ronan Theron hanya bisa terkekeh kecil melihat wajah istrinya yang sangat mengantuk dan kelelahan.
"Kalau begitu aku akan membuat sarapan untukmu," ujar Bax, dan kembali mengecup bibir istri tercintanya.
Pria tampan yang kerap di sapa Baxter itu turun dari ranjangnya dan memakai celana boxernya.
Dia berjalan keluar dari kamar menuju dapur untuk membuatkan sarapan bagi istrinya.
Baxter membawa istrinya berlibur di sebuah resort di pinggir pantai, tempat yang sangat di sukai oleh Aubriella.
Tanpa memakai pakaian Baxter membuat sarapan dengan sangat cekatan, tangannya dengan lincah memotong berbagai macam bahan.
Sementara itu di tempat tidur, Aubriella baru saja membuka matanya. Dia melirik kearah tempat di sampingnya yang sudah kosong.
Aubriella bangun dari tidurnya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku dan pegal.
Dia berjalan kearah kamar mandi tanpa memakai sehelai benang pun.
Aubriella mematut dirinya di depan cermin kamar mandi, dia melihat tubuhnya sendiri yang di penuhi tanda merah karna ulah suaminya.
Dia memutuskan untuk mandi di bawah shower karna tidak ingin membuat Baxter menunggu terlalu lama.
15 menit kemudian Aubriella baru keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang melekat di tubuhnya dan sebuah handuk yang menutupi rambut panjangnya.
Aubriella berjalan kearah lemari yang sudah terisi dengan pakaiannya dan juga Baxter.
Dia mengambil dress berwarna pink sebatas lutut, dan berlengan pendek.
Aubriella memakainya setelah dia mengenakan pakaian dalamnya.
Sebelum mengeringkan rambut, Aubriella menyempatkan dirinya untuk merapikan bekas tempat tidurnya dan mengganti sprei-nya dengan yang baru.
Aubriella keluar dari kamar setelah dia mengeringkan rambutnya dan menyisirnya.
Dia dapat melihat punggung kokoh suaminya dari belakang.
"Dia terlihat keren jika seperti itu," gumam Aubriella tersenyum sendiri sambil memperhatikan suaminya.
Dia berjalan menghampiri Baxter yang sedang sibuk dengan masakannya.
"Good morning," ucap Aubriella sambil memeluk punggung gagah suaminya dari belakang.
Baxter tampak tersenyum kecil dan menyentuh tangan istrinya yang sedang memeluknya.
Dapat dia rasakan wangi bunga mawar khas istrinya yang memenuhi seluruh indra penciumannya.
"Maaf, aku tidak bisa membantu-mu membuat sarapan," ujar Aubriella dengan sesal.
"Tak apa," balas Baxter yang kini sudah membalikkan tubuhnya dan menatap istri cantiknya.
"Kau sudah mandi? Kau sangat wangi," Baxter menyusupkan kepalanya ke leher jenjang Aubriella dan mengecupnya.
"Bax!" ujar Aubriella yang merasakan geli di lehernya.
Baxter belum menghentikan aksinya dan masih terus menciumi leher istrinya yang wangi.
"Bax, sudah! Aku geli," seru Aubriella.
Baxter menghentikan aksinya dan memperhatikan wajah istrinya.
"I love you," ucap Baxter.
Aubriella terkekeh kecil dan menangkup rahang tegas suaminya.
"I love you too," balasnya dan mengecup bibir suaminya.
"Sekarang lanjutkan masakanmu, karna aku sudah lapar," titah Aubriella.
"Baik nyonya," patuh Baxter sambil membungkukkan badannya.
Sebelum melanjutkan kembali acara masaknya, Bax menyempatkan dirinya untuk mencium bibir istrinya.
Aubriella pergi meninggalkan Baxter sendirian di dapur, dia berjalan kearah belakang resort dan langsung melihat suasana pantai di pagi hari.
Aubriella menyentuh perutnya dengan pandangan terfokus kedepan.
Hampir dua tahun mereka menikah, tapi Aubriella belum juga hamil.
Suami dan mertuanya memang tidak pernah mempermasalahkan Aubriella yang belum juga hamil. Tapi, Aubriella yakin di dalam hati kedua mertuanya sangat menginginkan kehadiran seorang cucu.
Aubriella dan Baxter sangat sering memeriksakan kondisi kesehatan mereka, dan yang di katakan dokter selalu sama, jika mereka berdua sangat sehat.
Baxter selalu menyemangati Aubriella saat wanita itu kerap kali akan melakukan tespek dan hasilnya selalu negatif.
Aubriella beruntung memiliki Baxter yang sangat mencintainya. Tapi, Aubriella juga ingin memberikan suaminya itu seorang bayi.
Mereka sudah sering berusaha dan mencoba tetapi hasilnya tetap sama.
Baxter bahkan pernah mengikuti kemauan sang istri untuk melakukan metode bayi tabung, tapi hasilnya gagal.
Aubriella tersentak saat ada yang menyentuh bahunya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Baxter dengan lembut sambil memeluk istrinya dari belakang.
"Tidak ada," jawab Aubriella.
Baxter tak semudah itu percaya dengan jawaban istrinya, dia tahu pasti istrinya sedang memikirkan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Sudah kubilang jangan memikirkan apapun yang akan membuatmu sedih," ucap Baxter.
Aubriella memegang erat tangan Baxter yang melingkar di perutnya.
"Kau dengar sendiri kan apa kata dokter? Kalau kita itu sehat, jadi masih ada harapan agar kita bisa memiliki anak,"
"Kau tahu? Aku sangat sangat mencintaimu. Dengan ada atau tidak adanya anak di antara kita, aku akan tetap mencintaimu," Baxter mengeratkan pelukannya pada sang istri.
Aubriella berbalik dan memeluk tubuh telanjang suaminya, dia menenggelamkan kepalanya di antara dada dan tangan kekar Baxter yang membalas pelukannya.
"Terima kasih," ucap Aubriella dengan lirih.
""Aku mengajakmu kemari untuk menikmati bulan madu kedua kita dan membuatmu bahagia, jadi jangan bersedih," ujar Baxter mengusap-usap punggungnya.
Aubriella menganggukkan kepalanya di dada Baxter.
Dia melepaskan pelukannya dan menatap suami tampannya.
Baxter menangkup kedua pipi istrinya dan mengecup bibirnya beberapa kali.
"Aku sudah lapar ... Segeralah mandi, aku akan menunggumu di meja makan," ujar Aubriella.
Sebelum pergi Baxter kembali mengecupi bibir istri cantiknya.
"JANGAN TERLALU LAMA!" teriak Aubriella saat Baxter berjalan menjauh darinya.
Aubriella belum beranjak dari tempatnya berdiri, dia masih melihat punggung kokoh suaminya yang kian menjauh dan masuk kedalam kamar.
Setelah Baxter menutup pintu kamarnya barulah Aubriella berjalan menuju ruang makan.
Dia melihat makanan yang baru saja di masak oleh suaminya di atas meja.
Aubriella mendudukkan dirinya, sambil menunggu suaminya yang Aubriella lakukan hanya memandangi makanannya.
Sementara itu di dalam kamar, Baxter baru saja menerima panggilan dari ibunya setelah keluar dari kamar mandi.
Baxter memakai pakaiannya dengan cepat karna tidak ingin membuat istrinya menunggu terlalu lama.
"Maaf aku sedikit lama," ujar Baxter yang sudah ada di belakang Aubriella dan mengecup pucuk kepala istrinya.
Lantar dia berjalan kearah kursi yang berhadapan dengan Aubriella.
"Kau belum memakan sarapanmu?" tanya Baxter.
"Aku menunggumu," jawab Aubriella.
"Sekarang aku sudah ada disini, jadi makanlah," pungkas Baxter.
Aubriella menganggukkan kepalanya dan mulai menyendok makanan dan memasukannya kedalam mulutnya.
"Tadi mommy menelpon, dan bertanya kapan kita akan pulang," kata Baxter di sela-sela acara makan paginya.
"Lalu? Kapan kita akan pulang?" tanya Aubriella yang kini menatap suaminya.
Pasalnya sudah seminggu mereka berada di Malibu untuk berlibur, Baxter bahkan meninggalkan pekerjaannya agar bisa menghabiskan waktunya bersama sang istri.
"Lusa," jawab Baxter.
"Apa tidak masalah? Kau terlalu lama meninggalkan pekerjaanmu," ujar Aubriella.
"Tentu saja tidak masalah, aku hanya ingin berduaan denganmu sebelum aku disibukan dengan pekerjaan lain," balas Baxter.
"Kau ingin kemana hari ini?" tanya Baxter.
"Disini saja, aku malas kemana-mana," jawabnya.
"Ohh honey ... Kita sudah seminggu berada disini dan kau tidak ingin berjalan-jalan keluar?"
Baxter sangat beruntung memiliki istri seperti Aubriella yang lebih sering menghabiskan waktunya berada di dalam rumah dari pada berbelanja dan menghabiskan uangnya.
"Kita bisa berjalan-jalan di pantai," jawab Aubriella sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Aubriella dan Baxter menghabiskan sisa hari liburan mereka hanya dengan berkeliling di pantai.
Baxter sengaja memilih pantai sebagai tempat bulan madu kedua mereka, karna dia tahu sang istri sangat menyukai keindahan alam dari pada berlibur berkeliling pusat perbelanjaan.
"Matahari mulai terik, ayo kita masuk kedalam," ajak Baxter karna tak ingin membuat istrinya kepanasan.
"Tidak apa-apa aku akan disini sebentar, kau bisa duluan masuk ke resort," ujar Aubriella.
"Kalau kau masih mau disini, aku juga akan tetap disini," balas Baxter.
"Aku tidak akan membuat istriku sendirian di tempat terbuka seperti ini, kau lihat? Mata para lelaki itu terus saja melihat kearah sini," lanjutnya dengan kesal sambil menatap tajam pria-pria yang berada tidak jauh dari mereka berdiri.
Aubriella terkekeh kecil melihat sikap posesif suaminya.
"Para wanita itu juga sering curi-curi pandang padamu," ujar Aubriella.
"Maka dari itu kau harus terus menempel padaku agar wanita-wanita itu tidak berani melirik lagi kemari," sahut Baxter.
Baxter membawa istrinya agar lebih menempel padanya, dia merangkul bahu istrinya dan mengecup pucuk kepalanya.
Mereka berjalan beriringan mengitari tepi pantai di siang hari dengan saling merangkul.
Dari kejauhan Aubriella dapat melihat sebuah keluarga dengan sepasang anak yang lucu sedang berlarian.
Salah satu anak perempuan itu terus saja berlari guna menghindari kejaran dari saudaranya.
Saking fokusnya berlari dan sering melihat kearah belakang anak itu tidak menyadari jika dia menabrak kaki seseorang.
BRUK ...
"Owhh ..." anak itu meringis.
Aubriella langsung berjongkok dan melihat anak itu. "Kau tidak apa-apa?" tanya Aubriella dengan suara lembutnya.
Anak itu mendongakkan kepalanya melihat kearah Aubriella dengan mata yang hampir berkaca-kaca, dia takut Aubriella akan memarahinya karna sudah menabraknya.
"Maaf kakak, aku tidak sengaja," ujar anak itu dengan suara cadel yang bergetar menahan tangis.
"Tidak apa-apa. Bangunlah," ujar Aubriella sambil membantu anak itu berdiri.
Dia juga menepuk-nepuk pakaian anak itu yang penuh dengan pasir.
"Maafkan aku kak, aku sungguh tidak sengaja,"
"Mm, kakak tahu," Aubriella masih berjongkok guna menyamakan tingginya dengan anak perempuan itu.
"Emily! Kau tidak apa-apa?" teriak anak laki-laki yang datang menghampiri mereka.
"Sudah kakak bilang jangan berlari," ujar anak itu.
"Maafkan aku kakak," ujar gadis yang bernama Emily itu sambil menundukkan kepalanya.
Aubriella berdiri dari jongkoknya, dia memandang dua anak kecil yang sepertinya bersaudara.
Anak laki-laki itu melihat kearah Baxter dan juga Aubriella.
"Paman, kakak ... Maafkan adik saya," ucap anak laki-laki itu.
Baxter memicingkan matanya saat anak itu memanggilnya paman, sedangkan Aubriella hanya tersenyum.
"Ayo Emily ..." ujar Anak itu pada sang adik dan membawanya pergi setelah pamit pada Baxter dan Aubriella
"Kakak, paman itu sangat menakutkan," bisik Emily.
"Apakah aku setua itu?" tanya Baxter pada istrinya.
Aubriella terkekeh dan tersenyum. "Tidak, kau masih terlihat muda dan tampan," jawab Aubriella.
"Kau bilang begitu untuk menyenangkan aku kan?" selidik Baxter.
"No ... Sungguh kau sangat tampan, kalau tidak mana mungkin setiap hari akan ada wanita yang selalu datang ke kantormu," kata Aubriella menyindir.
"Ohh come on, honey ... Kau masih ingin membahas ini? Sudah aku bilang, aku tidak mengenal mereka," ujar Baxter membela dirinya.
"Ya ... Tapi, para wanita itu mengenalmu," ujar Aubriella.
Baxter tersenyum melihat kecemburuan sang istri, dia mencium bibir istrinya agar tak lagi cemberut.
"Bax ..." protes Aubriella karna Baxter terus saja menciumnya.
"Ayo, kita cari restoran untuk makan siang," ajak Baxter membawa Aubriella dalam rengkuhannya.
Mereka berjalan beriringan dengan saling merangkul menuju restoran di tepi pantai.
Setelah sampai di restoran mereka lebih memilih meja yang berada di luar restoran sambil menikmati pemandangan air laut.
"Kenapa tidak di dalam?" tanya Baxter.
"Aku ingin disini," jawab Aubriella.
Akhirnya mereka duduk saling berhadapan dengan tangan Aubriella yang terus di pegang oleh Baxter.
"Bagaimana aku bisa makan jika kau selalu memegang tanganku," ujar Aubriella.
"Kau bisa makan dengan tangan yang satunya lagi honey," ucap Baxter sambil tersenyum nakal pada istrinya.
"Bax!" tegur Aubriella.
"Oke ... Oke," pasrah Baxter yang akhirnya melepaskan tangan Aubriella.
Tapi sebagai gantinya dia malah berpindah duduk di samping sang istri.
Aubriella hanya bisa menghembuskan napas kasarnya, percuma dia melarang pada akhirnya Baxter memang selalu menempel padanya.
"Aku merindukan Meggy," ucap Aubriella.
"Kalian baru saja berpisah satu minggu, lagi pula ada aku ... Kenapa kau malah merindukannya," sungut Baxter.
Aubriella terkekeh mendengar kecemburuan suaminya sendiri.
"Kau cemburu pada adikmu sendiri?" Aubriella tak habis pikir dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku akan cemburu pada siapapun termasuk pada Cheese," ujar Baxter.
Sekali lagi Baxter berhasil membuat istrinya tertawa terbahak-bahak.
"Kau bahkan cemburu pada seekor Anjing," seru Aubriella.
Baxter menyunggingkan senyum tipisnya, merasa senang karna berhasil membuat istrinya tertawa dan dapat menikmati liburannya kali ini.
"Kenapa tidak? Anjing itu bahkan selalu menempel padamu setiap waktu," ucap Baxter.
"Kau juga selalu menempel padaku honey," ujar Aubriella.
"No honey, aku bekerja pagi sampai sore, jadi aku hanya menempel padamu saat malam saja," ralat Baxter.
"Tapi kau selalu menyuruhku untuk datang ke kantormu, dan bisa aku pastikan jika semua pegawaimu bosen melihatku datang kesana hampir setiap hari," ucapnya.
"Tidak akan ada yang bosan jika melihatmu honey," timpal Baxter.
"Dasar perayu ulung," ucap Aubriella dan kembali melanjutkan sesi makan siangnya.
"Setelah ini kita kemana?" tanya Aubriella karna memang dia tidak tahu mau melakukan apa.
"Bagaimana kalau naik yacht," usul Baxter.
"Yacht?" ulang Aubriella dan di angguki oleh Baxter.
"Kita juga bisa bercinta disana, bukankah ita belum pernah melakukannya," bisik Baxter tepat di telinga sang istri.
Seketika wajah Aubriella memerah, walaupun mereka sudah sering melakukannya, tapi pada saat Baxter mengatakannya Aubriella selalu merasa malu.
Baxter tampak menyunggingkan senyum tipisnya melihat wajah istrinya yang malu.
"Honey ... Kita bahkan sudah sering melakukannya bahkan di ruang tamu sekalipun, tapi kenapa wajahmu selalu memerah," goda Baxter dan seketika mulut Baxter langsung di bekap oleh sang istri.
"Bax ..." rengek Aubriella karna Baxter selalu saja menggodanya.
"Berhentilah menggodaku," kesal Aubriella.
Baxter melihat wajah kesal istrinya yang telihat lucu di matanya.
"Oke honey ... Sorry," ucap Baxter yang masih terkekeh.
"Berhentilah tertawa," ujar Aubriella yang masih kesal.
"Oke ... Oke, sorry," Baxter menghentikan tawanya dan Aubriella melepaskan tangannya dari mulut Baxter.
Tapi Baxter malah menahan tangan Aubriella dan mengecupi telapak tangannya.
"I love you," ucap Baxter tanpa suara dan hanya menggerakkan mulutnya.
"Yeah, i know," balas Aubriella.
"Hanya itu jawabanmu," kata Baxter.
Aubriella mengecup bibir suaminya dan tersenyum cantik.
"I love you too," balas Aubriella.
"I know ... Kau memang sangat mencintaiku honey," ujar Baxter dengan santi.
"Bax ... Kau menyebalkan," rengek Aubriella dan memukul bahu kokoh suaminya.
"Kita akan kemana lagi setelah ini?" tanya Baxter setelah mereka menyelesaikan sesi makan siangnya.
"Aku tidak tahu," jawab Aubriella.
"Kapan kita akan naik yacht?" tanya Aubriella.
"Nanti malam, karna aku punya sesuatu untukmu," ujar Henry.
"Apa itu?" ucap Aubriella dengan rasa penasarannya.
"Nanti kau juga akan tahu sendiri," sahut Baxter.
"Tapi aku ingin tahu sekarang," rengek Aubriella.
"Kalau kau tahu sekarang rencanaku akan sia-sia," ujar Baxter sambil mencubit gemas hidung mancung istrinya.
Aubriella tampak memajukan bibirnya dan menatap kesal pada Baxter.
"Honey, kau ingin aku cium?" ujar Baxter melihat istrinya memanyunkan bibirnya.
Aubriella menyikut pinggang suaminya agar berhenti mengatakan itu.
Baxter terkekeh dan merangkul pinggang istrinya.
"Setelah pulang dari sini aku ingin mengunjungi grandpa," ucap Aubriella.
"Nanti setelah aku tidak sibuk, kita akan mengunjunginya bersama," ujar Baxter.
Aubriella hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Mereka berjalan meninggalkan restoran tersebut dan berjalan tak tentu arah.
"Kita kembali ke resort saja," ujar Aubriella yang sudah merasa jenuh, karna hanya berjalan-jalan saja.
"Kau tidak ingin berbelanja honey?" tanya Baxter.
"Tidak, lagi pula semua pakaianku masih baru ... Aku hanya akan membeli oleh-oleh untuk daddy, mommy, dan Meggy," jelas Aubriella
"Baiklah kalau begitu," pungkas Baxter.
Mereka berjalan menjauhi bibir pantai dan menuju resort yang mereka tempati.
Mereka berdua berjalan masuk kedalam resort setelah membersihkan kaki mereka yang penuh dengan pasir.
Aubriella berjalan kearah dapur yang tidak terlalu besar dan mengambil air minum, dia meminum airnya hingga tandas dan tak bersisa.
Baxter mendekati istrinya yang sedang menutup pintu lemari pendingin dan memeluknya dari belakang.
"Malam ini pakailah pakaian yang indah," bisik Baxter tepat di telinga sang istri.
"Kenapa? Bukankah kita hanya akan naik yacht saja?" bingung Aubriella.
"Mm, memang ... Tapi, pakailah gaun yang indah," ujar Baxter.
"Baiklah," pasrah Aubriella dan tidak menanyakan apapun lagi pada suaminya.
"Aku akan ke kamar dulu, untuk melihat email yang di kirim peter," ucap Baxter, dia mengecup pipi istrinya sebelum berjalan masuk kedalam kamar mereka berdua.
Aubriella menganggukkan kepalanya, setelah Baxter pergi Aubriella berjalan kearah kolam.
Dia mendudukan dirinya di tepi kolam dan memasukan kakinya kedalam air.
Ponsel Aubriella berbunyi, dia melihat nama sang kakek tertera di layar ponselnya.
"Halo grandpa," sapa Aubriella setelah dia mengangkat panggilannya.
"Bagaimana kabarmu sayang? Sudah lama kau tidak mengunjungi pria tua ini," ujar sang kakek.
"Aku baik grandpa ... Maafkan aku, aku janji ... Aku akan mengunjungi grandpa dalam waktu dekat ini," ucap Aubriella dengan nada menyesal karna tidak bisa mengunjungi kakeknya.
"Gavin bilang kau sedang berlibur," ujar sang kakek.
"Iya, Baxter mengajakku berlibur di Malibu," balas Aubriella.
"Bukankah sebentar lagi ulang tahun pernikahanmu dengan Baxter? Grandpa dan Gavin akan datang ke Kanada," ujarnya.
"Benarkah?" Aubriella sangat senang saat mendengar kakeknya akan datang ke Kanada.
Mengingat betapa sibuknya sang kakek dan kakaknya.
"Tentu saja, grandpa akan mengambil cuti dua hari agar bisa bertemu denganmu," ujar sang kakek yang juga merasa senang saat mendengar suara bahagia cucu perempuan satu-satunya itu.
Aubriella memekik senang dan sangat bahagia.
"Kalau begitu, hubungi aku jika grandpa dan kakak sudah ada Toronto, aku akan menjemput kalian," ujar Aubriella.
"Tidak perlu, kami yang akan datang langsung ke rumahmu," ujar sang kakek.
"Tapi grandpa--"
Perkataan Aubriella terpotong saat mendengar suara seseorang di sebrang telpon yang berbicara dengan kakeknya.
"Ella, grandpa ada pertemuan sebentar lagi, nanti grandpa akan menghubungimu lagi," ujar sang kakek setelah berbicara dengan salah satu bawahannya.
"Mm ... Bye grandpa, aku menyayangimu ..." ucap Aubriella.
"Grandpa juga menyayangimu, my cherry ..."
Setelah mengatakan itu kakeknya langsung mengakhiri panggilan mereka.
Aubriella memain-mainkan kakinya di dalam air sambil mengirim pesan pada kakaknya.
Aubriella mengangkat kakinya dari dalam air, karna terlalu lama memasukannya kedalam air.
Baxter muncul dari balik pintu dan berdiri di ambang pintu sambil melihat punggung istrinya dari belakang.
Dia berjalan mendekat dan duduk di belakang istrinya, menyandarkan punggung Aubriella di dadanya.
"Kau sejak tadi disini?" tanya Baxter dan di angguki oleh Aubriella.
"Tadi grandpa menelpon," ungkap Aubriella.
"Benarkah?" ucap Baxter.
"Mm ... grandpa dan kakak akan datang saat ulang tahun pernikahan kita," ujar Aubriella.
"Itu bagus, jadi kau bisa bertemu dengan mereka," ucap Baxter yang juga ikut merasa senang.
Aubriella membawa tangan besar dan berotot Baxter kedepan agar dapat memeluk dirinya.
"Kau mencintaiku Bax?" ujar Aubriella yang entah kenapa menanyakan hal itu.
"Pertanyaan macam apa itu?" Katanya.
"Tentu saja aku sangat sangat mencintaimu," sambungnya sambil mengeratkan pelukannya dan mengecup puncak kepala sang istri.
"Walaupun kita belum pernah berpacaran dan hanya bertemu satu kali?" ungkap Aubriella.
"Aku sudah jatuh hati padamu saat pertama kali kita bertemu," jujur Baxter.
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Baxter.
"Entahlah ... Aku hanya ingin bertanya saja," sahut Aubriella.
"Ayo masuk kedalam, kau belum membersihkan dirimu sejak kita kembali dari pantai," ujar Baxter.
Dia membantu Aubriella untuk berdiri dan berjalan beriringan memasuki kamar mereka.
*
*
*
Malam hari pun tiba, Aubriella sudah bersiap dengan gaun hitam berbahan satin yang melekat sempurna di tubuhnya.
Aubriella berdiri di depan cermin dan memoleskan lipstik berwarna merah di bibirnya.
Baxter masuk kedalam kamar dan melihat istrinya dari pantulan cermin.
"Kenapa kau sangat cantik," kata Baxter yang berdiri di ambang pintu.
Aubriella membalikkan tubuhnya dan melihat kearah sang suami.
"Kau bilang aku harus memakai pakaian yang indah," ujar Aubriella.
"Tapi itu terlalu sexy," ucap Baxter.
"Bagian mananya yang sexy, Aku memakai gaun yang menutupi dada, tidak ada belahan, tidak ada punggung yang terlihat," ujarnya.
Baxter berjalan menghampiri istrinya dan berdiri tepat di depannya.
"Tubuhmu tercetak jelas," sungut Baxter.
Aubriella memutar matanya jengah mendengar perkataan suaminya.
"Pakaian ini memang seperti ini," ujar Aubriella.
"Aku sudah selesai, ayo kita berangkat sekarang," ucapnya karna tidak ingin mendengar nada protes suaminya lagi.
"Kau tidak ingin mengganti bajumu," seru Baxter.
"No honey ... Itu akan memerlukan waktu lebih lama lagi," pungkas Aubriella.
Aubriella menarik tangan Baxter untuk keluar dari kamar, dia sama sekali tidak mendengarkan suaminya yang terus saja bergumam.
"Untung aku sudah mengosongkan dermaganya," ujar Baxter dan membukakan pintu mobil untuk istrinya.
Aubriella sampai geleng-geleng kepala mendengar perkataan suaminya.
Baxter mendudukan dirinya di kursi kemudi dan mulai menjalankan mobilnya.
Di sepanjang perjalanan yang meraka lakukan hanya mengobrol dan sesekali Aubriella akan melihat pantai yang mereka lewati.
Baxter membuka pintu mobil milik istrinya setelah mereka sampai di sebuah dermaga.
"Terima kasih," ucap Aubriella tersenyum cantik setelah keluar dari dalam mobil.
"Ayo ..."
Baxter mengajak istrinya ke salah satu yacht yang akan membawa mereka.
Baxter membantu istrinya untuk menaiki yacht, mengingat Aubriella memakai heels.
Disana Aubriella dapat melihat meja yang sudah diisi dengan bunga dan juga lilin-lilin.
"Ini sangat indah," ujar Aubriella yang merasakan jika yacht yang mereka naiki mulai melaju ke tengah laut.
"Dan ini untukmu," ucap Baxter.
"Untukku?" ujar Aubriella bingung.
"Iya ... Yacht ini adalah milikmu," jawab Baxter.
"Sebagai hadiah pernikahan kita yang ke dua," lanjutnya.
"Tapi itu masih satu minggu lagi," ucap Aubriella.
"Tidak apa, aku hanya ingin memberikannya sekarang ... Dan, bukan hanya ini saja hadiahnya," ujar Baxter.
"Masih ada lagi?" kata Aubriella yang terkejut.
"Mm ... Aku akan memberikannya setelah kita makan malam," ujar Baxter dan membawa istrinya untuk duduk di kursi yang sudah dia siapkan.
"Kau menyiapkan ini sendiri?" tanya Aubriella.
"Tidak, aku menyuruh seseorang," jawab Baxter dan membuat Aubriella tertawa.
Mereka berdua pun mulai menikmati makam malam romantis di tengah laut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!