NovelToon NovelToon

Dikejar Cinta Tuan Muda Gila

Bab 1

Bab 1

Zayan Guntara, putra tunggal dari pasangan Rayan Guntara dengan Nara Guntara, menjelma menjadi seorang pria tampan dan juga menawan. Memiliki sifat yang cuek bahkan jarang bicara selain dengan orang yang ia kenal ataupun ia anggap dekat. Tetapi jangan salah jika ia sedang marah, maka suara kereta api pun akan kalah olehnya. Makhluk titisan tweety ini sifatnya memang lebih dominan pada sang Mommy. Namun, ia selalu menjaga image nya sebagai pria yang keren dan juga kalem. Padahal sifat aslinya sangat kebalikan dengan yang ia tunjukan pada semua orang. Sungguh sangat menggelikan.

Rafasya Guntara putra dari pasangan Reyhan Guntara dan Nayla Guntara. Titisan kuda poni ini juga tak kalah tampan dari Zayan, akan tetapi sifatnya agak petakilan. Rafasya mempunyai hobi yang sama dengan Zayan, yaitu senang berkelahi dan membuat masalah hingga keributan. Sejak dari jaman taman kanak-kanak hingga kini mereka kuliah, mereka selalu saja mencari keributan. Dan juga mereka selalu merasa jika mereka adalah pria paling tampan dan juga keren. Ya, walaupun memang begitu keadaannya. Tetap saja sifat mereka sangat menyebalkan.

Apalagi banyak gadis yang memimpikan mereka menjadi kekasih membuat mereka berdua semakin besar kepala saja, hingga kedatangan dua orang gadis dalam kehidupan mereka mampu merubah kehidupan mereka yang tadinya berjalan normal dan penuh sanjungan berubah menjadi banyak tantangan. Bagaimana tidak kedua gadis itu adalah dua gadis yang sangat menentang perilaku dari Zayan dan juga Rafasya yang selalu merasa merekalah yang terbaik dari yang terbaik.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka, terus baca ya 😘😘😘, Mimin mau kasih tahu kalau baca cerita ini jangan sambil deket tembok ya, karena takutnya kalian jeduk-jeduk saking bapernya 😂😂😂 canda 🤗✌️✌️

****

"Mom!" teriak Zayan pagi itu, Nara yang sedang memasangkan dasi pada Rayan pun langsung melihat ke arah suaminya sambil tersenyum seolah meminta ijin padanya untuk pergi melihat putra kesayangannya Zayan.

Rayan berdecak sebal setiap kali ia mendengar teriakan putranya itu, bagaimana tidak karena ia selalu mengganggu moment mesra bersama istrinya ini.

"Mau apalagi bocah itu, apa ia tidak bosan selama 24 tahun selalu berteriak setiap pagi memanggil induknya," ucap Rayan.

"Hei! Suamiku yang tampan, jangan cemberut seperti itu. Kau membuatku semakin gemas saja. Aku kan jadi ingin ituuuuu..." ucap Nara menggoda suaminya.

"Bagaimana bisa ituuuuu, jika bocah itu selalu mengganggu kita setiap pagi,"

"Tidak apa-apa sayang, bukankah jadwalnya juga setiap malam bukan setiap pagi," jawab Nara sambil mengelus-elus dada suaminya sambil tersenyum.

'Sudahlah Rayan jangan merajuk pada anak ayam ini, kini ia menjadi milik putramu setengahnya,' gumam Rayan dalam hati.

"Jadi ... tunggu sebentar ya sayangku," ucap Nara, kemudian ia pun pergi meninggalkan Rayan dengan dasi yang belum terpasang.

"Bocah nakal, awas kau!"

***

"Nayla sayang, pasangkan dasiku ini." pinta Reyhan pada Nayla.

"Sebentar sayang, aku sedang mencari kaus kaki Rafa. Tadi Rafa menanyakan kaus kaki kesayangannya disimpan dimana, aku lupa menyimpannya," jawab Nayla.

"Sudah biarkan saja, pasangkan dasiku dulu. Agar suamimu ini terlihat tampan dan menawan." Reyhan berjalan di belakang Nayla yang sedang mencari kaus kaki kesayangan putranya itu.

"Tapi ..."

"Biarkan saja dia,"

"Kau ayah yang jahat,"

"Tapi aku suami yang sangat menawan,"

"Kau benar, kau suamiku yang paling tampan," ucap Nayla sambil memasangkan dasi pada Reyhan," Reyhan pun kemudian menarik pinggang kecil Nayla dan hendak mencium istri kesayangannya. Namun, suara di depan pintu malah merusak moment romantisnya.

"Mom, dimana kaus kakiku?" tanya Rafasya yang masuk ke kamar orangtuanya tanpa mengetuk pintu.

"Astaga, dasar bocah menyebalkan. Kau mengganggu saja!" kesal Reyhan.

"Aku tidak mengganggumu, Dad. Aku mencari kaus kakiku saja," jawab Rafasya cuek dan dengan sengaja malah duduk di kasurnya Reyhan dan menatap kedua orang tuanya dengan wajah sok polos yang dibuat-buat.

"Kali ini yang bermotif apa!" Sentak Reyhan kesal.

"Motif panda!!" jawab Rafasya dan Nayla bersamaan,"

"Kenapa bukan motif duyung saja sekalian, agar kakimu yang panjang itu terlihat lucu dan menggemaskan!" kesal Reyhan.

"Boleh juga ... terima kasih idenya, Dad. You are the best," ucap Rasya tersenyum bangga pada Reyhan sambil mengangkat kedua jempolnya.

"Apa!!! Astaga, kenapa anakku tumbuh menjadi makhluk yang aneh," gumam Reyhan.

***

Gak bosan-bosannya Mimin ingetin buat like, komen gift dan juga vote buat novel Mimin yang cantik 😘😘😘

Bab 2

Bab 2

"Mom ... " panggil Rayan.

"Ada apa anak tampan?" jawab Nara.

"Mom, lihatlah apa rambutku sudah keren?" tanya Zayan. Nara pun kemudian melihat ke arah rambut Zayan yang sudah seperti terkena serangan angin topan.

"Keren? Keren dari sebelah mana, rambutmu itu sudah seperti kucing yang habis keramas, astaga kau terlihat sangat kacau," ucap Nara menggelengkan kepalanya.

"Apa! Maksud Mommy rambutku mirip seperti kucing yang habis keramas?" tanya Zayan dengan wajah dibuat kaget dan kedua tangannya ia letakkan di pipinya.

"Iya, sangat tidak keren!" jawab Nara, merasa geli sendiri dengan sikap anaknya itu.

"Oh syukurlah," jawab Zayan sambil mengusap dadanya, membuat Nara mengernyit heran kepada anak satu-satunya ini.

"Hei Zayan, kau masih sadar kan. Kenapa kau bersyukur Mommy menyebut rambutmu itu seperti kucing yang habis keramas. Dan ... kenapa kau tidak marah?" tanya Nara merasa aneh dengan sikap anaknya. Padahal seharusnya Nara tidak perlu merasa aneh dengan sikap Zayan. Bukankah sifat dan sikapnya sangat mirip dengannya.

"Aku bersyukur jika mirip kucing yang habis keramas, bukan mirip ayam yang habis berendam," jawab Zayan sambil tergelak. Mendengar nama ayam tentu saja membuat Nara si induk ayam tersinggung. Hingga Zayan menyadari jika Mommy nya mulai kesal, maka dengan segera ia pun berlari dengan kecepatan seribu bayangan dan meninggalkan Nara.

"Dasar kau anak menyebalkan, Zayan Guntaraaa!!!!" teriak Nara. Hingga teriakan induk ayam itu sampai terdengar sampai ke kamar Rayan. Rayan yang mendengarnya hanya bisa menghela napas kasar dan menggelengkan kepalanya.

"Seharusnya kau sudah terbiasa Rayan, bukankah selama bertahun-tahun anak ayam mu itu memang selalu berisik," gumam Rayan sambil memakai sepatunya.

*

*

*

"Zaira!!!" terdengar suara teriakan dari seorang perempuan setengah baya, yang suaranya sangat Zaira tidak suka. Siapa lagi kalau bukan suara Mirna sang ibu tiri yang setiap hari selalu hobi membuatnya kesal dan juga marah. Mirna adalah orang yang paling senang jika melihat Zaira menderita, maka untuk itu setiap hari ia selalu dengan sengaja membuat kehidupan Zaira menjadi tersiksa.

"Ada apa, Tante?" tanya Zaira, ya begitulah ia memanggil ibu tirinya. Karena sampai kapan pun Zaira tidak akan pernah memanggilnya mamah. Mirna adalah orang yang sudah membuatnya kehilangan mamahnya. Papanya Zaira, Tama rela mengkhianati sang mamah yang paling Zaira sayangi demi menikah dengan Mirna yang tak lebih dari seorang wanita penggoda.

Dengan kejamnya, Tama membawa Mirna tinggal di rumah yang di tempati oleh Zia istri pertamanya dan juga Zaira serta adik Zaira, Zein.

Zia tidak terima Mirna tinggal di rumah mereka, hati Zia tidak sekuat itu untuk satu rumah bersama dengan madunya. Namun, mau ataupun tidak mau Tama sama sekali tidak perduli karena dalam pikirannya saat ini adalah hanya Mirna.

Dengan egoisnya Tama tidak mau menceraikan Zia, tapi ia juga tidak mau melepaskan Mirna. Hingga pada akhirnya Zia tersiksa lahir dan batinnya. Ia harus berbesar hati saat melihat suaminya satu kamar dengan madunya. Namun, hati Zia tidak sekuat itu. Hingga pada akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal.

Kepergian Zia adalah pukulan terbesar dalam hidup Zaira, bahkan di usianya yang saat itu masih berusia lima belas tahun, ia harus menjaga adiknya yang baru berusia sepuluh tahun. Karena Papanya Tama, tidak terlalu memperhatikan Zaira dan juga Zein.

Kepergian Zia membuat Zaira harus menjadi sosok yang kuat, dan tidak boleh mudah kalah oleh Mirna si benalu. Satu-satunya yang membuat Zaira bertahan adalah ia belum mampu secara finansial untuk meninggalkan Papanya. Dan juga toko bunga kesayangan Zia yang membuat Zaira bertahan, karena toko itu adalah kenangan terindah yang Zia berikan kepada Zaira.

Nama Zaira sendiri, diberikan oleh Zia yang artinya adalah bunga mawar. Zia berharap jika Zaira harus hidup seperti bunga mawar yang indah tapi tidak mudah dipatahkan karena ada duri yang melindunginya.

Maka dari itu Zaira kini menjadi sosok yang kuat, dan mandiri serta gadis yang tidak mudah dikalahkan dan tumbuh menjelma menjadi seorang gadis yang sangat cantik.

Bab 3

Hari ini adalah hari pertama ia kuliah, Zaira sangat bersemangat karena ia ingin segera bisa lepas dari keluarganya. Ia ingin hidup mandiri bersama dengan adiknya, ya ... hanya dengan adiknya saja.

Saat hendak ke kampus, Zaira sejenak pergi ke toko bunganya sebentar untuk mengeceknya. Disana sudah ada Bu Lani, orang kepercayaan Zaira. Dia adalah yang bekerja dengan Zia sejak ia menikah dengan Tama hingga melahirkan Zaira dan Zein.

"Bu, aku pergi dulu ke kampus ya, titip toko sebentar. Doakan aku supaya semuanya lancar ya," ucap Zaira.

"Tentu saja sayang, hati-hati semangat belajarnya ya." ucap Bu Lani. Saat sedang berbincang-bincang dengan Bu Lani datanglah seorang pria tampan, tidak ... ini adalah pria paling tampan yang pernah Zaira lihat.

"Permisi," ucapnya dengan sopan. Zaira dan Bu Lani pun melihat ke arah pemuda tampan ini.

"Iya, ada yang bisa dibantu?" tanya Bu Lani.

"Saya mau beli bunga, emmm ... bunga yang cantik karena bunga ini untuk orang yang sangat spesial." ucap pemuda itu dengan sangat sopan. Zaira berpikir jika pria tampan ini akan memberikan bunganya itu untuk kekasihnya. Betapa beruntungnya perempuan yang menjadi kekasih pria itu. Sudah tampan dan juga sangat sopan, sangat sempurna pikir Aira.

"Apa bunga mawar putih cocok untukmu, Tuan?" tanya Bu Lani, saat Bu Lani sedang melayani pemuda itu, Zaira diam-diam memperhatikan pemuda tampan yang ada disampingnya. Sebagai seorang perempuan normal tentu saja ia tertarik dengan seorang pria. Apalagi pria itu tampan, dan sangat sopan dan juga sepertinya dia kaya.

'Ya Tuhan, dia adalah makhluk sempurna yang pernah aku lihat. Dia adalah pria paling tampan dan juga paling lembut yang pernah aku temui,' gumam Zaira dalam hati.

"Iya bunga itu sangat cantik, aku beli yang itu saja. Mamahku pasti sangat menyukainya," ucapnya. Zaira langsung membulatkan matanya, ia merasa terkejut sekaligus senang karena ternyata bunga itu bukan untuk kekasihnya melainkan untuk mamahnya. Fix dia adalah calon jodohnya, Zaira mengungkapkan semua itu dalam hati.

'Oh ya ampun, apa aku tidak salah dengar. Dia bilang bunganya untuk Mamahnya. Berarti dia belum punya pacar, Zaira ... kau memang sangat beruntung. Dan juga dia sepertinya orang kaya, benar-benar kandidat sempurna calon suami,' Zaira masih sedang bermonolog dalam hatinya. Ia membayangkan yang tidak-tidak dengan pria itu. Maksudnya membayangkan jika pria itu menjadi jodohnya pasti ia akan sangat bahagia.

"Ini Tuan, bunganya." Bu Lani memberikan bunga itu padanya, dan pria itu segera membayar bunganya dan kemudian ia pergi. Meskipun pria itu sudah pergi hati Zaira masih saja berbunga-bunga membayangkan pria barusan.

"Oh ya ampun, dia adalah pria yang paling sempurna yang pernah aku lihat." gumam Zaira sambil memegang pipinya dan membayangkan jika ia menikah dengan pria tampan barusan.

Bu Lani hanya tersenyum melihat kelakuan Zaira, menurutnya yang dilakukan Zaira adalah hal wajar. Wajar jika ia mengagumi lawan jenisnya. Apalagi pria barusan memang benar-benar tampan.

"Bu Lani," panggil Aira.

"Ya Zaira, ada apa?"

"Doakan aku berjodoh pria itu," ucapnya mantap, Bu Lani tertawa dan menganggukan kepalanya.

"Iya, semoga dia adalah jodohmu," jawab Bu Lani.

"Astaga, bahkan jantungku sedari tadi menari-nari saat melihatnya, untung saja tidak sampai menyanyi." Zaira menertawakan kebodohannya.

*

*

*

"Ini bunganya ... kau sangat menyebalkan," gerutunya sambil memberikan bunga kepada pria yang ada disampingnya.

"Hanya membeli bunga saja, kenapa wajahmu kau tekuk seperti itu." ejek Rafasya, ya ... pria yang barusan membeli bunga adalah Zayan. Karena permintaan Rafasya ia terpaksa membeli bunga. Itu karena untuk membujuk sang Mommy yang tadi marah padanya. Karena Zayan tidak mau merubah gaya rambutnya.

Namun, Nara bersikukuh jika Zayan harus terlihat rapi. Karena kesal Zayan tidak sengaja marah pada Nara. Hingga Nara merasa sedih dan juga tidak mau bicara padanya. Jadi Rafasya menyarankan untuk memberikan induk ayam itu bunga saja.

"Kenapa harus bunga ini, kenapa tidak bunga bank saja," ucap Zayan.

"Karena Mommy mu tidak membutuhkan bunga uang, uang pemberian Daddy mu sangat banyak." jawab Rafa.

"Benar juga, ngomong-ngomong apa gaya rambutku seperti ini terlihat keren?" tanya Zayan.

"Biasa saja," jawab Rafa.

"Ahhhh benarkan, aku jadi tidak tampan!" kesal Zayan.

"Sudahlah yang penting Mommy mu itu tidak sedih,"

"Benar juga, lalu bagaimana aku memberikan bunga ini pada Mommy?"

"Kau tinggal meminta orang untuk mengantarkannya, makanya gunakan otakmu. Pantas saja Aunty memintamu untuk merapikan rambutmu. Itu karena otakmu mu habis dimakan oleh rambutmu yang jelek itu!"

"Sialan ... !!!

Ini visual Babang Zayan yang rambutnya diminta di rapikan sama Mommy Tweety.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!