NovelToon NovelToon

Dari Pembantu Jadi Istri

Bab 1. Sebuah Kecelakaan

Beberapa orang sibuk membersihkan meja makan dan membawa peralatan bekas makan ke dapur. Mereka adalah pelayan dan pembantu yang bekerja di rumah keluarga Mahendra. Ada banyak peralatan yang harus dibersihkan mereka hari ini soalnya majikan mereka baru saja mengadakan makan malam keluarga.

Makan malam ini sebagai perayaan menyambut kedatangan tuan muda Aditya dari luar negeri setelah berhasil menyelesaikan pendidikan magisternya. Sehingga semua anggota keluarga datang berkumpul. Dan besok tuan muda akan mulai bekerja di perusahaan.

Di depan tempat cuci piring dua orang sibuk mencuci peralatan makan di depan mereka yang bertumpuk seperti gunung. Salah satu diantara keduanya adalah Safira. Setiap kali ada acara Safira pasti akan selalu membantu ibunya di dapur.

Safira Nizmara merupakan putri dari pasangan suami istri Lukman dan Kamila. Ayah Safira bekerja sebagai sopir pribadi Pak Andre, ayah tuan muda Aditya. Sedangkan ibunya bekerja sebagai pelayan di keluarga Mahendra.

“Saya sangat senang akhirnya tuan muda Aditya kembali dari luar negeri,” kata Safira kepada Arini saat sedang mencuci piring bersama.

Arini adalah anak dari Ibu Astuti yang bekerja sebagai salah satu juru masak keluarga Mahendra dari 5 tahun lalu. Arini bisa dikatakan sebagai sahabat Safira karena keduanya merupakan teman sekampus dan se-asrama.

"Kamu juga lihat kan tuan muda tadi. Aku tidak bohong kan. Tuan muda Aditya sangat tampan," tambah Safira.

Safira sering bercerita tentang Aditya kepada Arini karena ibu Arini juga bekerja di keluarga Mahendra. Safira merasa Arini juga perlu mengenal keluarga ini.

Arini menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu. Aku tidak memperhatikan," balasnya.

"Ngomong-ngomong kamu sudah dapat tempat kerja?" tanya Safira.

Keduanya baru saja lulus kuliah dan sedang mencoba mencari pekerjaan.

"Belum," jawab Arini.

"Aku juga belum. Tapi, aku sudah mencoba melamar ke salah satu perusahaan."

"Kamu melamar kemana? Kok, aku nggak tahu?" Arini menatap Safira bingung. 

"Aku lupa ngasih tau kamu. Waktu itu kan kamu lagi pulang kampung, aku tidak mau mengganggu kamu menghabiskan waktu dengan keluarga. Aku melamar ke perusahaan Surya Company. Semoga aja aku bisa diterima kerja," ucap Safira penuh harap.

Arini tertegun mendengar ucapan Safira. Surya Company merupakan perusahaan milik keluarga Mahendra dan Aditya juga akan mulai bekerja di sana. Artinya Safira bisa bertemu dengan tuan muda setiap hari.

"Hei, kenapa bengong? Cepat lanjutkan cuci!" Safira menyenggol lengan Arini saat melihatnya berhenti mencuci piring.

"Ah, iya," jawab Arini tersadar.

Selesai mencuci piring Safira kembali ke kamarnya di lantai satu. Safira memiliki kamarnya sendiri di rumah ini, termasuk para pelayan lainnya, mereka juga memiliki kamar masing-masing.

Safira merasa badannya pegal dan bau setelah sibuk seharian. Dia mengambil pakaian dari lemari dan keluar ke kamar mandi untuk mandi. Tidak ada kamar mandi tersendiri bagi kamar pelayan, jadi mereka hanya bisa menggunakan kamar mandi umum.

Setelah mandi Safira mengeringkan rambut dan mengeluarkan buku harian dari dalam laci. Buku harian itu berisi catatan-catatan Safira tentang kegiatan yang menarik menurutnya.

Mengambil pulpen, Safira membuka buku itu perlahan hingga ke halaman yang kosong dan mulai menulis.

'Hari ini aku melihat tuan muda. Setelah lima tahun tuan muda menjadi semakin tampan.

Aku merasa jantungku berdetak semakin cepat saat melihatnya. Mungkin kesukaanku padanya semakin bertambah setelah lima tahun berpisah. Aku pikir jarak akan melupakannya. Nyatanya justru sebaliknya.'

Safira menutup buku itu dan memasukkannya kembali ke dalam laci. Setelah itu dia membuka ponselnya dan melihat sebuah pesan balasan dari perusahaan tempatnya melamar.

"Ya, alhamdulillah aku terima!" Teriak Safira sambil loncat-loncat setelah membaca isi pesan itu.

Dia diterima bekerja di Surya Company dan bisa mulai bekerja besok.

Setelah tenang Safira meletakkan ponselnya dan mulai memilih pakaian yang akan dikenakan besok.

Safira meletakan pakaian di atas kasur bingung harus memilih yang mana. Akhirnya Safira memutuskan memakai celana kain hitam panjang dipasangkan dengan kemeja putih tulang dengan pita di kerah dan kedua lengannya.

Safira melanjutkan menyetrika pakaian kemudian menggantungnya. Setelah itu dia bersiap tidur agar cepat bangun besok.

°°°°°

Pagi-pagi sekali Safira sudah rapih dan bersiap menuju Surya Company. Keluar dari kamar Safira melihat orang tuanya sedang sarapan di meja makan.

"Selamat pagi Ayah, Ibu," sapa Safira pada orang tuanya.

"Pagi Nak. Ayo sarapan dulu. Ibu sudah menyiapkan nasi goreng kesukaanmu," panggil Bu Kamila seraya meletakkan sepiring nasi goreng di atas meja.

"Baik, Bu."

Safira duduk di kursi tersenyum melihat nasi goreng spesial buatan ibunya. "Terima kasih, Bu. Masakan Ibu lebih enak lagi!" Puji Safira setelah suapan pertama.

"Ah, kamu ini bisa saja. Orang Ibu masak seperti biasanya," ucap Bu Kamila senang masakannya dipuji oleh anaknya.

"Sudah jangan dipuji terus. Nanti leher Ibumu tambah panjang," sela Pak Lukman.

"Mana ada! Makan makananmu sana!" tegur Bu Kamila tidak senang memukul lengan suaminya.

"Kamu hari ini rapih banget. Mau kemana?" tanya Pak Lukman.

"Mulai hari ini Safira akan bekerja di perusahaan Surya Company!" seru Safira mengumumkan berita bahagia.

"Benarkah kamu diterima kerja?" Ibu Kamila terkejut mendengar ucapan putrinya.

"Tentu saja itu benar. Aku kan berbakat!" Safira memuji diri sendiri.

"Ayahnya, dengar itu. Putri kita diterima bekerja di perusahaan besar!" Bu Kamila memegang lengan suaminya bahagia mendengar Safira mendapatkan pekerjaan.

"Iya aku dengar." Pak Lukman memegang tangan istrinya menghentikannya dari menggoyangkan dirinya. Dan lanjut berbicara, "Perusahaan Pak Bos itu perusahaan besar. Kamu harus giat dan rajin, jangan lupa bekerja keras. Yang terpenting harus hati-hati dan jaga diri."

Pak Lukman khawatir putrinya akan mendapat masalah jadi dia menasihatinya terlebih dahulu.

"Tentu. Safira akan ingat." Safira mengangguk patuh.

Selesai sarapan Safira berpamitan pada ayah dan ibunya. Kemudian pergi ke arah garasi mengeluarkan sepeda motornya yang berwarna merah.

Sepeda motor ini merupakan hadiah ulang tahun Safira yang ke 18 tahun.Sepeda motor inilah yang selalu menemaninya pergi kuliah. Soalnya dari sini ke universitas cukup jauh dan tidak ada kendaraan umum yang akan lewat di dekat perumahan ini. Karena itu Safira tinggal di asrama saat kuliah, hanya saat libur dia akan kembali menemui orang tuanya.

Dan sekarang sepeda motor ini juga yang akan menemaninya menuju tempat kerja barunya. Safira tersenyum lebar melihat motor merahnya.

Perusahaan yang agak jauh dari kediaman Mahendra setidaknya membutuhkan waktu 30 menit untuk berkendara menggunakan motor.

Safira mengendari motor dengan cepat agar bisa sampai di perusahaan lebih cepat. Akibatnya ....

Brukk!

"Ahhh!" Teriak Safira.

Saat belokan Safira tidak sengaja menabrak mobil yang datang dari arah kanan jalan.

Safira terjatuh bersama dengan motor.

Dan mobil yang ditabrak Safira segera berhenti.

"Tuan, sepertinya orang yang menabrak mobil jatuh," lapor pengemudi.

"Turun dan bantu." Terdengar suara dari orang yang disebut tuan yang duduk di belakang.

"Baik Tuan." Pengemudi membuka pintu mobil dan berlari menghampiri Safira yang terjatuh.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Pengemudi sambil membantu mendirikan motor Safira.

"Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih," jawab Safira.

Safira melihat mobil yang sudah ditabraknya jadi baret, untungnya tidak penyok. Dia tidak tahu jenis apa mobil itu, tapi kelihatannya sangat mahal.

"Itu, mobil Bapak jadi lecet. Saya pasti akan ganti rugi. Saya saat ini sedang terburu-buru. Bapak bisa bawa mobil ke bengkel dan beri tahu saya biaya perbaikannya nanti. Saya akan meninggalkan nomor saya ke Bapak," ucap Safira cemas.

"Ah, ini. Tunggu sebentar, saya akan memberi tahu bos saya dulu," kata pengemudi, lalu menuju ke mobil.

"Tuan, gadis itu berkata akan mengganti rugi kerusakan mobil Tuan," ucap pengemudi setelah mengetuk jendela mobil belakang.

Safira mengikuti pengemudi dan melihat jendela pintu belakang mobil perlahan turun. Safira tertegun dan berhenti di jalurnya terkejut melihat wajah orang yang duduk di kursi belakang.

°°°°°

Bab 2. Pengakuan Yang Ditolak

Amar yang duduk di dalam mobil melirik gadis yang berdiri di belakang Lukas sedikit mengernyit melihat gadis itu menatapnya terang-terangan. Dia sudah terbiasa mendapatkan tatapan seperti itu, tapi mereka akan langsung berpaling karena takut saat melihat matanya.

Lukas adalah asisten Amar yang juga bertugas mengantarnya ke dan dari perusahaan.

Amar merasa risih, ini pertama kalinya seorang gadis terus menatapnya tanpa berkedip begitu lama.

Lukas memperhatikan wajah bosnya berkerut dan mengikuti tatapannya dan melihat Safira yang bengong. Dia segera menggoyangkan tangannya di depan gadis yang berdiri dibelakangnya.

"Nona, Nona ada apa?"

"Ah, tidak apa-apa." Safira segera sadar mendengar suara Lukas. Dia menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan rasa malunya karena menatap wajah orang lain terang-terangan.

Astaga! Ganteng banget! Wajahnya lebih ganteng dari semua oppa-oppa Korea dari drama yang dilihatnya. Bahkan lebih ganteng dari V BTS. Apa dia juga seorang aktor?

"Maaf, aku menabrak mobilmu. Aku pasti akan ganti rugi. Oh, ya, namaku Safira. Ini nomor ponselku. Kamu bisa menghubungiku setelah mobilnya di perbaiki," Safira mendekat dan memberikan secarik kertas dengan nomor ponsel yang sudah di tulisnya tadi.

Amar mengambil kertas yang di sodorkan gadis itu padanya. "Oke," ucapnya setelah melirik nomor pada kertas itu.

"Kalau begitu aku akan pergi dulu soalnya aku sedang buru-buru."

Amar mengangguk dan melihat gadis itu segera berlari ke motornya. Menyalakan motor dan melambaikan tangannya ke arahnya, lalu pergi.

Amar sekali lagi melihat kertas di tangannya.

'Safira Nizmara' ulang Amar dalam hati menyebut nama gadis itu.

"Tuan, haruskah kita ke bengkel terlebih dahulu?" tanya Lukas yang sudah duduk di kursi pengemudi.

"Tidak perlu. Ayo ke perusahaan. Setelah itu bawa ke bengkel," jawab Amar.

"Baik, Tuan." Lukas lalu menyalakan mobil dan mengemudi menuju perusahaan.

°°°°°

Setibanya di perusahaan Safira memarkirkan motornya dan berlari menuju pintu masuk perusahaan sambil melirik jam tangannya.

"Aduh, aku bisa terlambat nih!" seru Safira di tengah berlari.

Setelah masuk Safira langsung menuju departemen humas di lantai 2. Setibanya di sana dia melihat dua orang yang juga diterima berdiri di sana mendengarkan arahan direktur.

"Maaf, saya terlambat," ucap Safira ikut berbaris.

"Tidak apa-apa. Kamu belum terlambat." Pak Direktur membalas ucapan Safira. "Ini hari pertama kalian bekerja. Lola akan memperkenalkan kalian pada pekerjaan kalian nanti," sambungnya.

Lola kemudian mengambil alih setelah Pak Direktur pergi. Lola membawa mereka bertiga menuju tempat mereka akan bekerja sambil memperkenalkan perusahaan.

Di siang hari Safira makan siang di kantin perusahaan. Setiap karyawan memiliki kartu makan yang bisa digunakan untuk makan di kantin perusahaan.

"Aku dengar katanya anak bos datang bekerja di perusahaan hari ini," ucap Firly salah satu pegawai yang baru masuk bersama Safira tadi.

Yudi yang juga baru bekerja mengangguk, "Ya, itu benar. Aku sempat melihatnya tadi." Yudi bekerja sebagai asisten sekretaris presiden mendapat kesempatan bertemu karena diperkenalkan oleh presiden.

"Benarkah!? Apa dia tampan?" tanya Firly penasaran.

Safira yang mendengarkan mengiyakan dalam hati. 'Sangat tampan, tinggi, dan putih.'

"Ya sebelas dua belas lah sama aku," kata Yudi bercanda.

"Apaan sih. Nggak asik lu!" ucap Firly kesal.

Setelah makan siang Safira kembali melanjutkan pekerjaannya.

Jam 3 siang adalah waktu pulang kerja. Safira merapikan mejanya, mengambil tasnya dan menyapa karyawan lain sebelum pulang.

Safira langsung kembali ke kediaman Mahendra setelah pulang kerja. Masuk kamar dan beristirahat.

'Tok, tok, tok."

"Safira, ayo makan malam." Bu Kamila mengetuk pintu kamar Safira memanggilnya makan malam.

Safira yang tertidur terbangun mendengar ketukan pintu dan suara ibunya. "Iya, Bu. Tunggu sebentar."

Tidak lama kemudian Safira keluar kamar menuju meja makan.

"Bagaimana hari pertama kerja, kamu bisa terbiasa?" tanya Pak Lukman.

"Alhamdulillah pekerjaannya nggak terlalu sulit, kok. Lagi pula ada banyak senior yang mau membantuku." Safira tersenyum menjawab.

"Baguslah kalau begitu."

Safira tidak menceritakan tentang kecelakaan yang menimpanya dimana dia tidak sengaja menabrak mobil orang lain. Dia tidak ingin orang tuanya khawatir.

Setelah makan malam Safira keluar jalan-jalan di taman, lalu duduk di kursi taman.

"Apa yang kamu lakukan?"

Safira terkejut dan berbalik mendengar suara pria dari belakangnya. Dilihatnya Aditya berdiri tidak jauh dibelakang tempatnya duduk.

"Aku ... sedang melihat bintang," jawab Safira gugup.

"Apa aku mengganggumu?" tanya Aditya berjalan mendekat.

Safira menggelengkan kepalanya, "Tidak ... kamu tidak menggangu, kok."

"Boleh aku duduk?"

"Tentu saja."

"Kamu Safira, kan? Putri pak Lukman."

"Iya." Jawab Safira mencoba menenangkan detak jantungnya yang bertambah cepat.

Safira sesekali melirik Aditya yang duduk di sampingnya dengan malu-malu. Ingin rasanya dia mengatakan kesukaannya pada Aditya sekarang. Mumpung mereka sedang berduaan.

"Aku ingat dulu kita sering bermain bersama." Kenang Aditya.

"Apa kamu ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Aditya merasakan tatapan Safira.

Aditya tidak berubah masih seperti dulu selalu berbicara dengan sopan dan lembut. Inilah yang membuat Safira menyukainya, Aditya tidak membedakan status mereka sebagai tuan dan pelayan.

"Lama tidak bertemu. Bagaimana kamu sekarang? Apa diluar negeri sangat baik?" Safira memulai berbicara.

"Ya, ini pertama kalinya kita bertemu setelah 5 tahun." Aditya tersenyum mendengar perkataan Safira.

"Bagaimana menurutmu?" Aditya bertanya balik.

Safira ikut tersenyum menjawab, "Aku pikir kamu pasti hidup dengan baik di luar negeri. Dan memperoleh banyak hal."

"Aku tiba-tiba ingat sebelum berangkat ke luar negeri kamu berkata akan memberitahu sesuatu padaku saat aku kembali nanti. Sekarang boleh aku tahu apa itu?".

Safira tidak menyangka Aditya masih ingat perkataannya 5 tahun lalu. Haruskah dia mengatakannya?

Aditya melihat wajah Safira yang ragu-ragu, "Jika kamu belum siap. Tidak perlu dikatakan," lanjutnya.

Tidak, ini janjinya 5 tahun lalu. Dia harus mengatakannya sekarang. Tidak masalah apakah Aditya akan menerima atau menolaknya. Dia siap menerima apa pun jawabannya.

"Yang ingin ku katakan adalah aku menyukaimu sejak kecil. Dan hingga sekarang aku masih menyukaimu. Apa kamu mau jadi pacarku?" Safira akhirnya mengungkapkan isi hatinya.

Aditya tertegun mendengar ungkapan perasaan Safira untuknya. Dia tidak menyangka Safira memiliki kasih sayang lebih padanya.

"Maaf, aku rasa kita tidak cocok jadi pacar. Aku hanya menganggap kamu sebagai teman dan adikku. Tidak lebih. Dan lagi ada perbedaan status yang sangat besar diantara kita. Aku pikir kamu pasti akan mendapatkan pacar yang lebih cocok daripada aku." Aditya menunduk tidak berani menatap mata Safira. Dia hanya bisa menolak selembut mungkin. Hatinya telah dimiliki oleh orang lain dan tidak dapat menampung orang tambahan.

Mata Safira terasa panas mendengar penolakan halus Aditya. "Tidak masalah. Kamu tidak perlu menganggapnya serius. Kamu benar, kita berbeda. Yah, aku pasti akan mendapatkan pacar yang lebih sesuai untukku."

Safira berbicara sambil tersenyum yang lebih jelek daripada menangis. Dia berusaha keras menahan air matanya agar tidak mengalir.

"Sudah sangat malam. Aku akan kembali dulu," kata Safira berdiri meninggalkan taman tanpa mendengar balasan dari Aditya.

Safira berlari menuju kamarnya dengan air mata yang berderai. Dia tidak sanggup lagi menahan tangisnya. Air matanya langsung tumpah saat berpaling dari Aditya.

Safira membenamkan wajahnya di bantal menangis tersedu-sedu. Orang yang disukainya menolaknya. Bukan hanya karena dia tidak menyukainya, tapi juga karena mereka berbeda.

Aditya adah anak orang kaya, sedangkan dia hanya anak seorang supir dan pembantu yang bekerja di keluarga Aditya. Yang satu majikan dan yang lain hanya pelayan, mereka dari dua dunia yang berbeda.

Lama menangis akhirnya Safira tertidur.

°°°°°

Bab 3. Gaji Pembantu Setinggi Langit

Keesokan harinya Safira bangun dan mendapati matanya bengkak akibat menangis. Dia masih harus pergi bekerja hari ini, tidak mungkin dengan tampang seperti ini. Untuk menutupi matanya yang bengkak Safira mengeluarkan alat make-up nya dan mulai merias wajah.

Safira melihat jam di ponselnya sudah jam 7, masih ada satu jam lagi sebelum jam masuk kerja. Safira membuka WhatsApp dan melihat sebuah pesan masuk dari nomor asing.

Ternyata itu dari pak sopir, Lukas, yang mobilnya dia tabrak kemarin. Bukan sopir, tapi asisten pemilik mobil itu. Tertulis di dalamnya sebuah alamat dan memintanya datang untuk membicarakan biaya ganti rugi.

Safira membalas pesan itu bahwa dia akan pergi setelah pulang kerja. Kemudian, dia melaju ke perusahaan.

Sepulang kerja Safira mengemudikan motornya menuju alamat dalam pesan yang dikirimkan oleh asisten.

Safira merasa lelah naik motor, alamatnya sangat jauh dan berada di daerah perbukitan, akhirnya dia tiba 1 jam kemudian. Motor Safira berhenti di depan pagar yang tertutup. Safira ingin menghampiri petugas keamanan yang berjaga supaya membukakan gerbang untuknya lewat.

Baru saja akan melepas helmnya, Safira melihat petugas keamanan sudah membukakan pintu gerbang. Safira mengangguk ke arah petugas dan menyalakan motornya melaju melewati pintu gerbang.

Safira dibuat takjub melihat pemandangan di halaman vila yang penuh dengan berbagai pohon buah-buahan. Apalagi beberapa pohon sudah memiliki buah yang matang. Ingin rasanya dia memetik salah satu buah dan mencicipinya.

Sungguh unik selera pemilik vila, biasanya hanya bunga dan pohon sejenis palem yang akan di tanam di halaman sebuah rumah mewah.

Jauh ke belakang Safira melihat sebuah bangunan tiga lantai bergaya Eropa. Vila ini tidak kalah mewah dari kediaman keluarga Mahendra.

Wajah Safira berkerut memikirkan mobil yang ditabraknya kemarin. Orang kaya seperti Aditya memiliki mobil yang harganya ratusan juta bahkan miliaran. Mobil orang itu pasti juga sangat mahal, kira-kira berapa banyak uang yang harus dia bayar?

Memarkirkan motor lamanya di depan pintu rumah mewah terlihat sangat tidak pada tempatnya. Safira sekali lagi melirik motornya kemudian pada pintu raksasa di depannya. Safira menggelengkan kepalanya menghilangkan pikirannya yang aneh-aneh.

°°°°°

Safira menekan bel di dinding dan setelah menunggu beberapa saat pintu besar itu terbuka. Orang yang membukanya adalah Lukas.

“Silakan masuk. Bos sudah menunggu Anda di dalam.” Lukas mengarahkan tangannya mempersilahkan Safira masuk.

Safira mengangguk dan mengikuti Lukas ke dalam rumah. Safira memasuki rumah dengan tenang dan menjaga pandangannya tetap lurus, tidak bersikap udik seperti saat dia baru memasuki halaman tadi.

Untungnya dia sudah terbiasa melihat perabotan mewah di rumah Mahendra, jadi dia tidak terlalu tertarik mengamati isi rumah ini.

Safira melihat pemilik mobil yang ditabraknya kemarin duduk sambil bersandar di sofa dengan sebuah dokumen di tangannya. Dia sekali lagi dibuat takjub dengan wajah rupawan pria itu.

Dia memiliki alis yang berbentuk seperti pedang, bulu matanya sangat panjang, mata seperti elang, hidung tinggi dan lurus, dan bibir yang tipis. Wajah itu pasti akan membuat hati semua wanita terpikat saat melihatnya.

Tidak seperti kemarin di mana pria itu terlihat formal dengan memakai jas. Hari ini dia terlihat lebih kasual menegangkan kemeja putih dengan lengan yang digulung ke atas memperlihatkan otot-otot lengan pria itu yang terlihat kuat. Dan celana kain hitam di bagian bawahnya.

Safira berdiri diam di depan sofa tidak tahu harus berbuat apa, tidak berani mengganggu pria itu. Dia juga tidak berani terus menatap wajah pria itu, karena dengan melihatnya ingin rasanya dia memegang wajah itu dan menciumnya.

‘Ya ampun. Safira apa yang kamu pikirkan? Singkirkan pikiran kotormu itu!’

Amar mengalihkan pandangan dari dokumen di tangannya dan melihat seseorang berdiri di depannya. Amar meletakkan dokumen di meja dan menatap Safira yang masih berdiri dan tidak berniat duduk.

“Duduk,” ucap Amar singkat memecah kesunyian. Amar adalah orang yang tegas dan tidak suka banyak bicara.

“Ah, iya, terima kasih.” Safira segera duduk setelah mendapatkan perintah.

Lukas datang dari dapur meletakkan secangkir teh di depan Safira.

“Silakan minum,” ucap Lukas.

“Terima kasih,” balas Safira merasa tersanjung mendapat kehormatan minum teh orang kaya.

Sementara Safira meneguk tehnya, Lukas merapikan dokumen di atas meja dan mendengarkan perintah Amar.

“Aku sudah melihat semua dokumen itu. Kamu bisa menangani sisanya,” kata Amar.

Lukas mengangguk, “Baik. Kalau begitu saya akan pergi dulu.”

“Em.”

Safira yang gugup langsung menghabiskan secangkir teh di tangannya tanpa menghawatirkan bila teh itu masih panas atau tidak.

“Anu, berapa yang harus saya bayar untuk kerusakan mobil Anda?” tanya Safira setelah hanya mereka berdua di ruang tamu.

Amar mengeluarkan selembar kertas dari laci meja dan meletakkannya di atas meja di depan Safira.

Safira mengambil kertas itu yang berisi kuitansi pembayaran dari bengkel reparasi mobil. Safira dibuat terkejut melihat jumlah tagihan yang tertera di atas kertas itu 30 juta lebih. Dari mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

Safira menatap pria di depannya gugup, “Anu ... Tuan-”

“Kamu bisa memanggilku Amar,” sela Amar menyebutkan namanya.

Safira segera memperbaiki panggilannya, “Tuan Amar. Saya pasti akan membayar Anda. Tapi, bisakah Anda memberi saya waktu. Jangan khawatir saya pasti akan menepati janji saya.” Safira berkata berusaha meyakinkan.

Memperbaiki duduknya, Amar menatap mata Safira yang terlihat jernih. Dia bisa melihat permohonan dan perjuangan dari sorot matanya. “Berapa lama kamu berencana akan membayar ku?”

Safira terdiam mendengar balasan Amar. Ya, berapa lama dia baru bisa membayarnya? Saat ini dia tidak punya uang dan kalaupun dia mendapat gaji dari bekerja di perusahaan hanya ada tiga juta. Itu artinya dibutuhkan waktu hampir setahun baru dia bisa melunasi nya.

Melihat gadis itu sedang berpikir keras, Amar menawarkan: “Kebetulan saat ini saya sedang kekurangan pembantu. Jika kamu mau saya bisa membayarmu 10 juta per bulan.”

Safira mendongak kaget menatap Amar dengan takjub. “10 juta?” Apa dia tidak salah dengar?

“Iya, ini hanya gaji percobaan. Jika kamu bekerja dengan baik, maka akan saya tambah lagi.”

“Apa kamu mau?” tanya Amar melihat Safira sepertinya tidak memperhatikan.

Safira mengangguk terburu-buru, “Mau! Tentu saja saya mau!” serunya segera jangan sampai Amar menyesal.

Gaji pembantu 10 juta! Dia pasti akan sangat menyesal jika menolak. Ini namanya rezeki nomplok. Gaji ibunya saja sebulan di keluarga Mahendra hanya 4 juta. Itu pun setelah ibunya bekerja sangat lama.

“Baiklah. Kamu bisa mempelajari ini.” Amar mengeluarkan map dari bawah meja dan memberi arahan: “Di dalamnya ada jadwal pekerjaan kamu dan hal-hal yang harus kamu perhatikan. Kamu bisa bekerja mulai besok.”

Safira mengambil map itu dan melihat isinya.

‘Kegiatan harian, pertama menyiapkan makanan jam 6 pagi harus selesai sebelum jam 7. Kemudian membersihkan kamar dan mencuci pakaian. Lalu menyiapkan makan malam jam 5. Selain jam di atas dia bisa beristirahat. Jika begini dia juga masih bisa terus bekerja di perusahaan.’

Safira mendongak dari map menatap Amar. “Apa aku akan tinggal di sini?” tanya Safira setelah membaca jadwal kerjanya.

Amar mengangkat alisnya melirik Safira seperti orang bodoh. “Jika kamu bisa datang kemari subuh-subuh kamu tidak perlu menginap.”

Safira dibuat diam oleh perkataan Amar. “Bisakah aku baru bekerja besok sore saja. Aku perlu siap-siap dulu.”

“Baiklah.” Amar tidak mempermasalahkan kapan Safira akan mulai bekerja.

Safira kemudian pamit kembali setelah mendapat persetujuan dari Amar.

°°°°°

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!