Selamat membaca🌹🌹
"Ayah Ibu, Daniel tidak ada di kamarnya," Ucap Firas anak sulung dari keluarga Mahotra dengan penuh kegelisahan.
Bagaimana tidak sebentar lagi acara akan segera dimulai namun pengantin lelaki yang merupakan anak kedua dari keluarga Mahotra itu justru tidak ada di kamarnya .
" Tidak, Itu tidak mungkin. Daniel tidak mungkin melakukan itu padaku!" Rea syok lalu terduduk bersandar dengan lemah di pelaminan seorang diri dengan air mata yang terus mengalir .
Hatinya begitu hancur dan sakit bak ditusuk ribuan jarum. Tersayat ribuan belati tajam. Hari yang harusnya menjadi kebahagian untuknya seketika berubah menjadi kesedihan .
Diana Ibu dari Daniel mendekat dan memeluknya berusaha memberi kekuatan pada calon menantunya itu.
"Tenang Rea , semua akan baik baik saja Sabar." Ibu Diana menenangkan Rea dengan kata katanya yang sangat lembut.
Laudrea Andara biasa dipanggil Rea. Usianya kini telah beranjak 21 tahun . Gadis yang supel pandai bergaul dan selalu ceria. Kedua orang tuanya meninggal sejak ia berusia 11 tahun karna kecelakaan pesawat saat perjalanan pulang darí bisnisnya. Ia tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik dan enerjik. sejak kepergian kedua orang tuanya 10 tahun yang lalu ia hanya ditemani oleh pengasuhnya yang sudah sejak kecil menjaganya. Karna keluarga dari ayahnya itu hanya akan datang disaat ada urusan yang berkaitan dengan masalah perusahaan saja.
Rea menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang sangat lembut penuh cinta dan kasih sayang. Ia bernama Daniel Mahotra berwajah tampan dan rupawan kaya raya. Sikapnya yang sangat dewasa membuat ia sangat nyaman saat bersamanya. Hingga suatu hari mereka berencana untuk menikah. Berhubung Rea adalah seorang gadis yatim piatu yang hanya tinggal bersama pengasuhnya orang tua dari Daniel memilih untuk mengadakan pesta pernikahannya di rumah mereka. Pesta paling besar dan mewah di kota itu . Ribuan undangan telah tersebar ke beberapa daerah dan para pejabat kota.
Namun sayangnya rencana pernikahan itu tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan karna tepat dihari pernikahannya Daniel menghilang bak ditelan bumi.
"Apa maksudmu dengan Daniel tidak ada di kamarnya Firas?" tanya ayahnya meminta penjelasan.
"Daniel kabur, dia lari dari pernikahan ini ayah." Ucap Firas memperjelas.
Seketika Tuan Mahotra memegang dadanya . jantungnya berdetak sangat cepat dan terasa begitu nyeri.
"Cari adikmu Fir ! Dia harus bertanggung jawab atas pernikahan ini!" ucap ayahnya dengan nada emosi.
"Ayah, aku sudah mengerahkan semua anak buahku tapi hasilnya nihil. Daniel tidak ada di manapun!" ucap Firas dengan kata yang pelan tapi terdengar sangat lugas .
Firas Mahotra juga lelaki yang sangat tampan namun sangat dingin dan kaku . Di dalam hidupnya hanya ada uang dan dunia bisnis. Ia tidak pernah mengenal cinta dan seorang wanita. Baginya seorang wanita adalah sesuatu hal sangat merepotkan dan hanya membuang buang waktunya saja.
"Fir, Kamu harus menggantikan Daniel selamatkan reputasi keluarga ini!" pinta Tuan Mahotra kepada anak sulungnya.
"Tidak ayah, itu tidak mungkin yang harusnya menikah itu Daniel bukan aku!" ucap Firas dengan nafasnya tersengal dan tangannya mengepal hingga baku - baku jarinya terlihat memutih.
Firas menatap tajam pada wanita yang sedang terduduk lemah di pelaminan.
"Kesalahan apa yang sudah kau lakukan sehingga membuat Daniel memilih lari dari pernikahannya sendiri!" ia berteriak seraya mendekat pada pengantin wanita tersebut.
Seketika Rea menoleh dan melihat tatapan yang sangat mengerikan dari seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Aku tidak melakukan apapun aku juga tidak tau kenapa Daniel pergi." sahutnya dengan tatapan yang kalah tajam. Rea tidak terima dengan tuduhan yang ditujukan kepadanya.
"Hentikan Firas, Ini bukan waktunya untuk saling menyalahkan. Kamu tahu adikmu tidak, ada dan para tamu dari pemerintahan kota sebentar lagi akan datang. Kita tidak punya waktu lagi untuk mencari Daniel. Ayah mohon bantu ayah kali ini saja!"
"Maaf ayah aku tidak bisa membantu ayah dalam hal ini. Ayah boleh meminta apapun dariku tapi tidak untuk menikah tolong maafkan aku ayah." Firas berlalu pergi meninggalkan ayahnya.
"Aku juga tidak bisa melanjutkan pernikahan ini tanpa adanya Daniel," ucap Rea yang juga menolak jika harus menikah dengan orang asing menurutnya.
Dada Mahotra kembali nyeri dan akhirnya tak dapat mengendalikan keseimbangan tubuhnya lalu ambruk terkulai di atas lantai marmer berukuran jumbo.
"Mahotra!" teriakan Diana menggema di seluruh ruangan. "tahan Mahotra kita kerumah sakit sekarang." ucapnya seraya meraih tubuh suaminya.
Namun Mahotra mengangkat tangannya .
"Lebih baik aku mati daripada harus menanggung malu." ucapnya terbata seraya menahan sakit di dadanya.
Firas yang hendak melangkahkan kakinya meninggalkan rumahnya pun segera mengurungkannya. Ia mendekati ayahnya lalu berkata.
"Baiklah ayah, Aku akan menikah dengannya menggantikan Daniel. Tapi aku melakukan ini hanya demi menyelamatkan reputasi keluarga ini." Ucapnya penuh dengan penekanan disetiap kata katanya.
"Apa yang kau katakan? kita tidak saling mengenal, bagaimana kita akan menikah." Rea terlihat sangat tidak setuju.
"Jika saja ada pilihan lain aku juga tidak mau harus menikahi denganmu. Apa kau tidak punya hati sedikitpun untuk mengasihani orang tuaku?!" Firas berkata dengan penuh kemarahan.
"Maaf tapi aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini."
Rea berjalan dengan mengangkat gaun pengantinnya yang menjuntai panjang ke lantai hendak meninggalkan pelaminan.
"Rea tolong Ibu nak, tolong lanjutkan pernikahan ini. Menikahlah dengan Firas nak ibu mohon sayang," ucap Diana dengan suara tangisnya yang tergugu lalu berlari dan hendak berlutut di hadapan calon menantunya tersebut.
"Ibu hentikan ibu, tolong jangan seperti ini." sahutnya seraya mengikuti gerakan Ibu Diana yang hendak berlutut kepadanya. "Baiklah bu akan melanjutkan pernikahan ini."
"Terima kasih Nak." Diana segera bangun lalu memeluk Rea.
Kedekatan antara calon menantu dan mertua itu sudah terjalin cukup lama. Diana sangat menyayangi calon menantunya itu sejak Daniel mengenalkannya 2 tahun lalu. Diana bahkan menganggap Rea seperti anak kandungnya sendiri.
Mahotra merasa lega dan nyeri di dadanya sedikit berkurang ia bangun dibantu oleh istrinya dan beberapa kerabat lainnya.
Firas segera mengganti bajunya menggunakan jas yang senada dengan gaun yang melingkar ditubuh Rea.
Kini Rea hanya bisa pasrah. Yang ada dipikirannya saat ini adalah kemana kekasihnya itu pergi dan apa sebabnya. Ia merasa hubungannya kemarin masih baik baik saja dan masih bisa saling bertukar kabar meski hanya lewat ponsel. Ia terus tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Dan saat ini tamu mulai berdatangan setelah terucapnya sebuah ikrar pernikahan dan janji suci yang diakhiri dengan dua kalimah syahadat. Rea dan Firas telah resmi menjadi suami istri.
Membayangkan berdiri di pelaminan dengan orang asing dengan perasaan tanpa cinta sama sekali. Hati Rea menjerit tapi bibirnya dipaksa terus tersenyum bahagia di hadapan ribuan tamu undangan yang datang.
Sesekali ia menatap Firas yang hanya dibalasnya dengan sedikit lirikan . Lirikan yang begitu mengintimidasi.
Apa salahku dalam hal ini kenapa dia terlihat begitu marah dan membenciku . Aku sendiri juga tidak menginginkan hal ini terjadi tapi aku bisa apa. Bukankah aku juga membantu menyelamatkan reputasi keluarga ini. Itulah yang saat ini ada dipikiran Rea.
Rea kembali mengingat kenangan indah bersama Daniel. Sama sekali tidak terlintas dalam benaknya jika Daniel akan tega melakukan semua ini padanya.
Selama 2 tahun lebih menjalin hubungan dengannya tak sekalipun dia menyakitinya dan membuatnya bersedih apalagi membuatnya menangis . Dia adalah orang yang penuh cinta dan kasih sayang. Dia selalu bisa menghadapi semua tingkah Rea yang terkadang masih kekanakan .
Air matanya kembali terjatuh dan mengalir membahasi pipi. Mungkin para tamu undangan menganggap itu adalah air mata kebahagian dihari pernikahannya. Bagaimana tidak air matanya terus mengalir tapi bibirnya dipaksa terus tersenyum di hadapan para tamu.
"Hapus air matamu itu! Jangan sampai perlihatkan kesedihanmu itu di hadapan para tamu." Firas menyodorkan sebuah tissue tanpa menatap pengantin wanita tersebut.
Rea memilih diam tanpa mengambil benda itu dari tangan lelaki itu. Rea menyeka air matanya menggunakan jari yang Rea punya. Tanpa Rea sangka Firas meraih tangannya lalu meletakan benda itu di tangan Rea.
"Jika seperti itu makeup mu akan luntur dan kau akan terlihat jelek di hadapan para tamu!"
"Jangan pernah tunjukan wajah sedihmu. Orang pasti beranggapan kau tidak bahagia. Walaupun kenyataannya memang iya," ucapnya lagi dengan datar.
Rea hanya mendengus sebal pada pria asing yang kini telah menjadi suaminya dan kini sedang berdiri di sampingnya itu.
.
.
Bersambung✍️
Rea hanya menatap sekilas lalu memejamkan matanya dengan wajah yang penuh dengan kekesalan. Kedua tangannya terkepal dan dadanya bergemuruh naik turun. Ingin rasanya ia meluapkan kemarahannya saat ini pada lelaki itu, jika saja sedang tidak berada di pelaminan.
Setelah seharian penuh menyambut para tamu undangan yang hadir dan memberi selamat akhirnya usai sudah. Dan Rea terbebas dari senyuman palsu yang harus ia sematkan setiap detik.
Rea menghembuskan nafasnya kasar.
Lalu berjalan memasuki kamar Firas yang mendadak didekorasi itu namun terlihat begitu indah layaknya kamar pengantin baru.
Jika saja itu adalah pernikahannya dengan Daniel maka ia saat ini menjadi pengantin yang sangat bahagia.
Rea menundukkan wajahnya saat bulir bening kembali terjatuh.
Apa artinya semua dekorasi indah kamar ini sedangkan pernikahan ini hanya untuk sebuah reputasi dan nama baik keluarga MAHOTRA.
Mengingat Daniel hatinya kembali berdenyut nyeri . Entah pernikahan seperti apa yang ia jalani kini.
"Berhentilah menangis!" dengan aura yang sangat dingin dan suaranya yang menggelegar terdengar dengan jelas oleh Rea yang sedang duduk di tepian kasur yang dihiasi tebaran kelopak bunga mawar.
Ia sedang menangis meratapi nasibnya yang menyedihkan. Menikah dengan orang asing yang begitu kasar dan kaku.
Entah kenapa kekasihnya yang bernama Daniel itu menghilang tepat dihari pernikahan mereka.
Tak ada satupun yang tau alasan apa yang membuat Daniel memilih lari dari pernikahannya dengan Rea kekasihnya yang sangat dicintainya itu.
"Apa kau pikir disini hanya kau yang paling menderita!. Aku juga sama menderitanya denganmu. Harusnya kau bersyukur karna aku bersedia menggantikan adikku yang telah dengan sengaja meninggalkanmu dihari pernikahan kalian. Dasar wanita bisanya merepotkan saja." nada suara yang tinggi keluar dari mulutnya dan tatapan matanya tajam penuh amarah. Seakan akan hendak menelan nya hidup hidup.
"Jika bukan karena ibu yang meminta dan memohon padaku aku tidak akan pernah sudi menikah dengan pria kasar sepertimu!" Sahut Rea yang sama sekali tidak memperlihatkan ketakutannya pada Firas.
Rea mengusap air matanya yang terus mengalir dan menganak sungai membanjiri pipinya. Rea memilih menjauh dari pria dingin dan kaku yang sekarang telah menjadi suaminya itu.
Rea berjalan menuju kamar mandi dan berniat membersihkan tubuhnya. Ia kembali menangisi nasibnya di bawah guyuran air shower yang cukup deras.
"Daniel." Rea menangis kencang dan punggungnya bergetar. "Kenapa kamu tega melakukan ini padaku Daniel." ia menangis sejadi jadinya. "Kamu jahat Daniel, kalau kamu tidak menginginkan pernikahan ini kenapa kamu merencanakan pernikahan ini." isak tangisnya semakin kuat dan mendalam. "Aku tidak yakin bisa menjalani pernikahan dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal. Jika dia adalah kakakmu, kenapa dia begitu kasar dan kaku sangat berbanding terbalik denganmu yang penuh kelembutan dan kasih sayang." ucapnya seraya terduduk membiarkan air shower itu terus mengguyur tubuhnya.
Guyuran shower yang cukup deras dan kamar mandi yang cukup kedap suara itu membuat Rea leluasa menumpahkan kekesalan dan kemarahannya pada Daniel tanpa didengar oleh siapapun termasuk Firas yang kini berada dikamar yang sama.
Tanpa terasa ia sudah menghabiskan waktu 2 jam berada didalam kamar mandi.
Firas yang sudah tidak sabar akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu .
Dog dog dog !
"Hei wanita apa kamu tidur di dalam sana? kenapa lama sekali!" Suaranya terdengar begitu nyaring .
Rea segera beranjak dari duduknya menyudahi tangisannya ia segera menyelesaikan mandinya.
Ia menggosok tubuhnya dengan buru buru seraya menggerutu karma tingkah lelaki yang begitu kasar dan dingin itu.
Setelah selesai Rea baru tersadar tidak ada satupun handuk yang berada kamar mandi ia kebingungan.
Bagiamana bisa meninggalkan kamar mandi dalam keadaan telanjang. Ia terdiam beberapa saat.
"Hei, Apa kau sengaja membuat kesabaranku ini habis menghadapimu!" lagi lagi suara nyaring itu terdengar sangat memekik telinga.
Rea menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar mandi. Ia memberanikan diri menatap pria itu berusaha menghilangkan ketakutan yang sempat ia rasakan sebelumnya.
"Maaf kak, tidak ada satupun handuk di dalam kamar mandi. Aku tidak bisa keluar tanpa benda itu," ucapnya kemudian .
"Kenapa seorang wanita begitu merepotkan." Ucapnya seraya berdecak lalu berjalan menuju ruang ganti dan mengambilkan jubah mandi yang ada di dalam lemari besar miliknya lalu melemparkannya kepada Rea dan berhasil mendarat tepat di wajahnya.
Rea mengambil benda itu lalu menutup kembali pintu kamar mandi dan segera menggunakan jubah mandi berwarna putih tersebut.
Setelahnya Rea keluar dari kamar mandi dan menuju di mana koper pakaian berada. Karna sebelumnya baju baju milik Rea itu berada di kamar Daniel, kamar yang akan menjadi kamarnya bersama Daniel setelah menikah. Tapi siapa sangka kamar yang sudah dihias sedemikian rupa untuk sepasang pengantin baru itu terpaksa harus ia tinggalkan karna yang menjadi suaminya sekarang adalah Firas bukan Daniel kekasihnya itu.
Karna mendadak baju baju dan semua barang pribadi milik Rea harus pindah kamar . Jadi kini semua pakaian dan barang lainnya hanya tertumpuk di dalam koper di sudut ruangan kamar milik Firas.
Tak berselang lama seorang Art datang memasuki kamar Firas
"Permisi non Rea, Saya disuruh Nyonya Diana untuk menyusun barang barang dan juga pakaian non Rea kedalam lemari itu," ucap sang Art seraya menunjuk lemari besar.
Rea memang sudah mengenal Ratih karna sering bertemu saat Daniel mengajaknya ke rumah ini.
"Oh ya mbak silahkan."
Firas yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya melirik sekilas pada ART yang sedang menyusun barang barang itu tanpa komentar apapun.
Lalu pergi meninggalkan kamar.
"Mbak Ratih" panggil Rea pelan.
"Ya non "
"Memangnya selama ini pria dingin itu tinggal dimana kenapa aku gak pernah lihat pas aku datang kesini mbak?".
Rea memang sering datang ke rumah itu bersama Daniel kekasihnya. Tapi tak sekalipun ia melihat Firas didalam rumah itu. Saat ia datang ia hanya kadang bertemu dengan kedua orang tua Daniel yang memang tidak tinggal disini bersama Daniel. Hanya saja sesekali akan datang.
Ya Daniel memang hanya tinggal berdua saja dengan kakaknya. Namun karna kesibukan kakaknya itu jadi jarang sekali berada dirumahnya.
"Tuan muda Firas selalu sibuk kerja non kadang sudah tengah malam baru pulang dari kantor. Jadi jarang ada di rumah kecuali kalo hari libur itupun Tuan Firas menghabiskan waktunya di ruang olahraga non. Tuan itu orangnya sangat acuh dan dingin dengan semua orang, tuan hampir tidak pernah tersenyum," jawab Art yang bernama Ratih itu
Ratih adalah Art paling senior dibanding dengan Art yang lainnya. itu sebabnya dia menjadi orang yang diberikan tugas bertanggung jawab menjaga semua barang barang pribadi semua majikannya. Termasuk barang barang milik Rea sekarang yang sudah resmi menjadi menantu keluarga majikannya itu.
"Kapan terakhir mbak Ratih melihat Daniel di rumah ini?" tanya Rea dengan air mata yang kembali berlinang.
"Kemarin siang saya masih melihatnya di kamarnya non, Tapi.." Ratih tidak melanjutkan kata katanya.
"Tapi kenapa mbak?" Rea mendekat kearah Ratih seraya mengusap air matanya.
"Tuan Muda Daniel terlihat sangat murung dan sedih non, Tuan Daniel terus menyentuh semua dekorasi di kamarnya tatapannya matanya kosong non."
"Sebenarnya apa yang telah terjadi sama Daniel apa dia tidak mencintaiku dan tidak menginginkan pernikahan ini denganku."
"Itu tidak mungkin Non Rea! Saya tahu betul Tuan Muda Daniel sangat mencintai dan menyayangi Non Rea."
Tiba tiba pintu kamar terbuka
"Apa kamu pikir kamu adalah seorang Ratu disini sehingga semua orang harus menahan lapar hanya karna menunggumu yang tak kunjung turun," Ucap Firas dengan raut wajah yang begitu dingin.
"Maaf aku mana tau kalau sedang ditunggu. Aku akan segera turun." Sahutnya lalu berjalan melewati lelaki dingin yang sekarang telah jadi suaminya itu.
Lalu Firas mengekornya dan berjalan gontai di belakang Rea dengan memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celana
Mereka berjalan beriringan menuju meja makan .
.
.
.
BERSAMBUNG✍️
Sesampainya di meja makan Rea disambut dengan lembut oleh Ibu mertuanya.
"Rea sayang ayok duduk sini," pinta Diana seraya menepuk kursi disebelahnya.
Diana membuka piring yang tertelungkup di depan Rea dan hendak mengambilkan Nasi untuk Rea.
"Tidak usah Bu, Biar Rea ambil sendiri saja," ucap Rea kemudian.
"Gak apa apa sayang, Ibu senang melakukan ini. Kamu tau ? Dari dulu ibu sangat menginginkan anak perempuan tapi lagi lagi ibu melahirkan anak laki laki."
Sesaat ia teringat Daniel. Namun ia berpikir Daniel pasti akan baik baik saja . Ia yakin tidak mungkin Daniel lari dari pernikahannya dengan tanpa alasan.
Yang terpenting sekarang adalah Rea masih tetap jadi menantunya walaupun menikahnya bukan dengan Daniel melainkan dengan anak sulungnya.
Diana Yakin suatu saat nanti mereka akan hidup bahagia dan saling mencintai . Walaupun itu mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama. Mengingat Firas yang sama sekali tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita . Daya ketertarikannya terhadap wanita itu sangat lemah .
Mungkin dengan Hadirnya Rea yang berhati baik dan selalu ceria ini akan bisa mengubah dan meruntuhkan kerasnya hati Firas.
"Tapi sekarang ibu sudah punya kamu." Diana mengusap lembut tangan Rea "makanlah sayang, Kamu pasti capek seharian nyambut tamu di pelaminan."
Rea mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sendiri dengan sesekali ia melirik Firas lelaki dingin yang sekarang menjadi suaminya.
Firas makan dengan santai tanpa keluar sepatah katapun dari mulutnya . Aura dinginnya terpancar dengan jelas. Padahal ibu dan ayahnya begitu hangat membuka obrolan demi obrolan mengiringi makan malam mereka.
Tak berselang lama acara makan malam itu telah selesai .
Firas kembali menaiki tangga dan menuju ruang kerjanya ia kembali berjibaku di dunianya. Yaitu dunia kerja dan bisnis. Ia sibuk mengecek email demi email melalui komputernya.
Rea yang masih duduk menemani ibu mertuanya di ruang televisi dengan beberapa macam dessert yang menemaninya .
"Bu boleh Rea tanya sesuatu?"
"Tentu sayang, Apa yang mau kamu tanyakan?"
"Menurut ibu, Kenapa Daniel pergi meninggalkanku dihari pernikahan kami." Rea kembali meneteskan air matanya . Hatinya sakit saat mengingat semua itu. Kenangan demi kenangan selalu terlintas tanpa bisa dicegah.
"Rea sayang." Diana memegang kedua pipi menantunya itu "Ibu tau ini sangat menyakitkan buatmu tapi percayalah ini adalah takdir dan kehendak Tuhan yang tak bisa kita hindari." Lalu menghapus air mata menantunya.
"Ibu yakin pasti di sana Daniel juga merasakan sakit yang sama telah meninggalkanmu dihari pernikahan kalian, tapi ibu pun yakin jika Daniel punya alasan lain. Sudah jangan nangis lagi ya ikhlaskan saja dan serahkan semuanya pada tuhan!"
"Maafkan ibu dan ayah yang sudah sangat egois dengan memaksakan pernikahan ini tetap terjadi sedangkan ibu tau betul kamu sangat mencintai Daniel."
"Apa menurut ibu Daniel tidak mencintaiku?"
"Daniel begitu sangat mencintaimu Rea, ibu sangat Tau itu!"
"Tapi kenapa dia pergi bu." Rea terisak
Bayangan kebahagian bersama Daniel setelah menikah kini sirna sudah.
Tak sedikitpun ada rasa bahagia dalam pernikahannya dengan Firas. Lelaki itu sangat dingin tak sedikitpun lelaki itu sudi walau hanya sekedar untuk menatapnya.
Diana memeluk menantunya itu.
"Udah sayang lebih baik kamu sekarang ke kamar dan segera istirahat."
Rea melangkah menaiki lift. Sebenarnya ia enggan untuk masuk ke kamar mengingat harus sekamar dengan Pria dingin dan kaku itu . Jika boleh ia memilih lebih baik ia tidur dikamar lain kamar tamu misalnya atau di manapun yang penting tidak sekamar dengan pria yang menurutnya seperti manusia salju itu.
Saat telah sampai di depan pintu kamarnya dengan ragu ragu Rea meraih gagang pintu membukanya dengan pelan lalu sedikit mengintip namun tidak ada siapapun di kamar itu.
"Tidak ada siapa siapa kemana manusia salju itu," ucapnya seraya masuk kedalam kamar.
"Siapa yang kau bilang manusia salju itu? Apa kau sedang mengataiku," serunya tiba tiba.
Deg
Rea terhenyak kaget sejak kapan Firas ada di belakangnya. Dan mendengar semua perkataannya.
"Aduhh." Rea menepuk jidatnya sendiri seraya terus membelakangi Firas.
"Eng .. Enggak aku lagi ngomongin diri sendiri gak ngomongin siapa siapa," ucapnya dengan sangat cepat kemudian berjalan menuju kamar mandi.
"Dasar wanita!".
Kemudian berjalan menuju nakas hanya mengambil sebuah ponsel. lalu pergi meninggalkan kamar dan kembali ke ruangan kerjanya.
"Berani sekali dia mengataiku manusia salju," gumam Firas seraya berjalan menuju ruang kerjanya.
Kemudian kembali dengan kesibukannya.
"Mbak Ratih " serunya lagi saat melihat Artnya itu melintasi ruang kerjanya
"Ya Tuan!".
"Buatkan aku kopi dengan sedikit gula!"
"Ya Tuan Muda!".
"Buatkan juga susu coklat untuk Gadis itu!" titahnya lagi.
Entah kenapa tiba tiba saja Firas teringat pada gadis kecilnya dulu yang sangat menyukai susu coklat.
"Iya Tuan muda ".
Ratna berlalu seraya tersenyum karna Tuan mudanya yang diketahui sangat dingin dan kaku itu ternyata perhatian juga dengan istrinya .
"Semoga saja ini akan jadi awal yang baik !" gumamnya kemudian.
"Awal yang baik untuk siapa mbak Ratna? " tanya Diana kemudian.
"Tuan Muda Firas ternyata begitu perhatian sama istrinya!".
"Ya semoga saja Rea bisa meluluhkan hatinya yang keras itu".
"Iya nyah!".
"Pada dasarnya Firas itu anak yang baik dan penuh perhatian tapi entah karna apa dia jadi begitu sangat dingin dan kaku seperti itu."
"Padahal Tuan Muda Firas dulu orangnya begitu ceria."
"Entah lah mbak Ratna saya juga bingung dengan perubahan sikap dia yang tiba tiba saja menjadi sangat dingin!"
Ya Mbak Ratna adalah Art yang sudah bekerja sejak Firas masih kecil jadi ia tahu betul dengan tuan mudanya itu. Dulu Firas adalah anak yang selalu ceria dan selalu bersikap hangat apalagi pada adiknya adiknya. Ia selalu penuh kasih sayang dan kehangatan. Namun semenjak ia kembali dari liburan terakhir dikampung kakeknya dulu ia berubah menjadi pemarah dan sikapnya begitu dingin pada semua orang.
Setelah kopi dan susunya sudah siap mbak Ratna segera mengantarkan kepada Tuan Mudanya itu.
"Tuan Muda ini kopinya!"
"Ya letakan disini saja, Susu itu antarkan kepadanya!"
"Baik Tuan!".
Kemudian berjalan menuju kamar untuk mengantarkan susu pada nonanya itu .
"Non Rea !"
" Iya mbak Ratna!".
"Tuan Muda Firas menyuruh saya untuk membuatkan susu untuk Non Rea!"
"Apa ?" tanyanya tak percaya.
"Iya Non!".
"Ya sudah letakan di sana saja mbak!"
Melihat susu coklat membuat Rea teringat dengan kedua orang tuanya terutama mamanya.
Dulu saat kecil ia sangat menyukai minuman itu tapi itu dulu karna semenjak orang tuanya meninggal ia tak lagi mau meminumnya. Saat ia melihat susu bayang bayang orang tuanya selalu hadir dan itu membuatnya semakin merasa kehilangan.
Air matanya kembali menetes kala mengingat kedua orangtuanya.
Kemudian Rea memilih untuk tidur dan tidak meminum susu itu . Ia menutupnya dengan sebuah sapu tangan hingga gelas itu tak terlihat sedikitpun.
.
.
.
BERSAMBUNG✍️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!