NovelToon NovelToon

Istri Yang Di Tukar

1. kesan Pertama

Pertempuran sengit antara dua kubu mafia saling memperebutkan tahta kepempimpinan berakhir tragis karena sebuah pengkhianatan para anak buahnya yang lebih memilih bekerja sama dengan musuhnya.

"Sial... rupanya mereka sudah melakukan konspirasi untuk menjebakku."

Ucap Iko mengeluarkan pistolnya melepaskan tembakan membabi-buta ke arah lawan yang akhirnya tumbang oleh pria yang mahir menembak ini.

Merasa di jebak, Ikko melarikan diri dengan sepeda motor salah satu anak buahnya dan berakhir di sebuah desa terpencil karena kehabisan bensin.

Iko membuang sepeda motornya dari atas jembatan dan jatuh ke sungai beraliran deras. Ia pun bersembunyi di antara perkebunan warga desa hingga menemui pemukiman warga.

Sekitar jam dua pagi semua orang terlelap tanpa tahu seorang pria gagah nan tampan menyelinap masuk ke rumah salah satu warga melalui pintu dapur yang tidak terlalu kuat keamanannya.

"Cih! Kenapa pintu dapur ini mudah sekali di congkel? Apakah pemiliknya tidak takut jika ada maling yang berani masuk menggasak barang-barangnya? Dasar ceroboh."

Umpat Ikko berjalan sambil mengendap mencari tempat yang akan ia jadikan tempat untuk bersembunyi.

Ia bersembunyi di balik lemari makan. Baru saja menghembuskan nafasnya lega, ia di kaget kan dengan seorang gadis yang sangat cantik dengan mengenakan stelan baju tidur berwarna biru dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai.

Nafas Iko kembali tertahan karena ia menyangka saat ini mungkin ia sedang menghadapi kematian karena melihat sosok gadis berparas cantik melebihi wanita cantik yang sering ia cumbui.

"Apakah aku sedang bermimpi?"

Iko menelan salivanya yang terasa tercekat dikerongkongannya. Tubuhnya tiba-tiba menggigil merasa panas dingin tak karuan dengan degup jantung yang tak bisa dibujuk untuk tenang.

Gadis bermata hitam namun sangat jernih dengan bulu mata lentik di tambah bibir sensual berkulit putih mulus dan lebih pantas di sebut putri seorang raja namun itu tidak mungkin karena dilihat dari tempat tinggalnya sepertinya gadis ini tergolong dari golongan sosial yang biasa saja.

"SIAPA DIA...?"

Iko terpaku menatap wajah cantik itu seakan mengeluarkan cahaya di wajahnya.

Inez nama gadis itu yang saat ini sedang mengambil minum di dispenser lalu duduk di meja makan dan mengucapkan doa sambil meneguk air putih itu sebanyak tiga kali tegukan lalu kembali ke kamarnya.

"Hanya minum air putih kenapa harus repot seperti itu dengan duduk segala dan baca doa. Gadis kurang kerjaan."

Gumam Iko ngedumel sendiri.

"Tapi siapa gadis itu, apakah perlu aku melamarnya? Atau ia sudah bersuami? atau sudah punya kekasih?

Ah sudahlah! nanti saja aku berurusan dengan gadis itu. Aku hanya ingin menyelamatkan diriku dari kejaran musuh saat ini.

Saat ingin keluar lagi dari rumah gadis misterius itu, Iko dihadapkan dengan pilihan sulit karena hujan tiba-tiba saja mengguyur bumi. Takut di anggap maling, Iko nekat menerobos hujan yang disertai petir menggelegar angkasa.

Ia terus berlari hingga hilang di telan kegelapan malam dengan hujan nampak semakin deras malam itu.

Tanpa ia sadari ia menjatuhkan gelang rantai bermata biru safir di kediaman sang gadis.

...----------------...

Satu bulan berlalu. Iko sudah berada lagi di istananya. Sementara Inez diboyong ke rumah mertuanya setelah di nikahkan dengan seorang pria yang tidak ia kenal hanya hubungan kedua orangtuanya dengan kedua orangtua suaminya.

Ia dibawa ke kota besar di mana saat ini suaminya menetap. Pernikahan itu sendiri berlangsung cepat hanya melalui pernikahan secara agama.

INEZ hanya dijadikan sebagai istri kedua dari tuan Indra yang saat ini ingin memiliki keturunan yang tidak bisa diberikan oleh istri pertamanya.

"Bersiaplah! Kita akan berbulan madu ke luar negeri. Dan jangan pernah membuka cadarmu untuk memperlihatkan wajahmu padaku sebelum aku memintanya. Apakah kamu mengerti?"

ucap tuan Indra membuat Inez hanya mengangguk patuh.

Tuan Indra yang sudah memiliki rencana busuk untuk pengantinnya ini sebagai alat tukar bisnisnya dengan Tuan Ikko yang saat ini sedang berada di Swiss.

Setibanya mereka di Swiss, tepatnya di malam hari, Inez sedang tertidur pulas karena suaminya sudah memberikan minumannya dengan ditaburi obat tidur.

"Aku menikahimu bukan untuk mendapatkan keturunan darimu gadis kampung! Aku tidak ingin melihat tampang jelek mu itu karena saat ini Aku masih sangat mencintai istriku Hanna. Dia seribu kali cantik di bandingkan kau. Wanita sepertimu pantasnya di jual untuk kepentingan bisnisku." Ucap tuan Indra.

Setibanya di tempat yang sudah di janjikan oleh tuan Indra dan anak buahnya tuan Iko, keduanya nampak menandatangani surat perjanjian dalam bisnis mereka.

"Bawa gadis ini untuk bos kalian. Aku sudah menceraikan dia."

Ucap tuan Indra tanpa ada rasa belas kasih pada istrinya yang belum sempat ia lihat wajah gadis itu.

Mobil mewah milik anak buah mafia itu bergerak meninggalkan tempat pertemuan rahasia itu menuju istana milik Iko.

Perjalanan yang cukup jauh itu menyadarkan Inez gadis bercadar itu mengerjapkan matanya dengan pandangan sedikit kabur dan kepala yang berat.

Ia tidak dapat bergerak saat hendak bangkit dari tidurnya untuk mengambil posisi duduk.

Beruntunglah penjahat itu tidak membuka cadar gadis malang itu atas perintah tuan mereka karena Iko sudah mendapatkan kabar bahwa ia mendapatkan gadis perawan yang tubuhnya serba tertutup kecuali kelopak matanya yang terlihat itupun masih tertutup jaring tipis hingga orang tidak bisa menatap mata indahnya.

"Di mana aku..? Mengapa aku di ikat seperti ini? Di mana suamiku...?"

Tanya Inez ketakutan melihat dua tubuh kekar dengan wajah sangar.

Kedua anak buahnya Iko tidak ingin menjawab satupun pertanyaan Inez membuat gadis ini tidak bisa berbuat apapun karena mobil sedang melaju kencang.

Ia hanya bisa berdoa memusatkan pikiran dan hatinya kepada Allah untuk melindunginya dari perbuatan buruk orang-orang yang ingin mencelakakan dirinya.

Setibanya di istana megah milik ketua mafia itu, Inez di hadapkan dengan situasi yang makin mencekam di mana tubuhnya di seret oleh kedua pria kekar itu, setelah ikatan kakinya di lepas.

"Saya mau di bawa ke mana..? Tempat apa ini...?"

Ucap Inez gugup sambil melihat kanan kiri dengan langkah yang terus mengikuti kedua pria yang berjalan di depannya sementara dua orang lelaki dengan tubuh yang sangat kekar juga mengawalnya dari belakang.

"Apakah kalian semua adalah manusia bisu? hingga tidak ada satupun pertanyaan ku yang kalian jawab?"

Teriak Inez frustrasi.

Saat menaiki anak tangga tubuh Inez makin bergetar karena saat ini ia sudah menuju kamar utama milik Iko yang berada di lantai dua.

Pria itu mengetuk pintu kamar tuannya dengan senang hati iko sendiri membuka pintu itu untuk menyambut kedatangan gadis perawan yang ia inginkan.

"Silahkan masuk ratuku!"

Ucap Iko dengan wajah datar namun menyimpan rasa girang karena sebentar lagi ia akan menggauli gadis itu sebagai nilai tukar yang sepadan dengan bisnis yang ia berikan pada tuan Indra.

2. Kekuatan Inez

Inez tidak bisa menolak permintaan Iko, namun tidak mampu juga untuk kabur dari tempat itu. Ia juga tidak ingin tersentuh tubuhnya oleh siapapun.

Ia terpaksa melangkah masuk ke kamar Iko yang mengulum senyumnya merasa penuh kemenangan karena mangsanya begitu penurut.

Pintu itu di tutup kembali sendiri oleh Iko dengan putaran kunci otomatis dari remote kendali yang di mainkan oleh Iko.

"Buka cadarmu!"

Titah Iko sambil menatap wajah Inez yang tertutup dengan kain hitam tanpa ia bisa melihat bola mata gadis itu.

"Maaf Tuan! Saya adalah istri dari seseorang."

"Maksudmu suamimu tuan Indra? Dia sudah menjual mu padaku dan sudah menceraikan kamu malam ini juga. Bisnisnya lebih penting dari pada status kalian sebagai suami istri." Sahut Iko sinis.

Duaaarrr...

Tubuh Inez serasa limbung dengan tenggorokan terasa tercekat. Rasa syok yang teramat sangat membayangkan manusia keji yang tega menjual istrinya demi kepentingan bisnis.

"Persiapkan dirimu! Pakai lengerie itu dan aku akan segera kembali." Ucap Iko dengan entengnya.

"Aku tidak punya kewajiban untuk menuruti perkataan iblis dalam bentuk manusia seperti kalian. Kalian lah yang punya kepentingan, bukan aku. Tubuhku adalah milikku. Aku menjaganya dengan nyawaku. Setiap senti tubuhku haram untuk disentuh kecuali pria yang telah menghalalkan aku. Jangan coba-coba menyentuhku tanpa ijin Tuhanku."

Sergah Inez membuat Iko mengernyitkan alisnya.

"Apa kamu sedang menceramahi ku? Siapa yang memberimu hak untuk menolak permintaanku?"

Iko menarik sudut bibirnya meremehkan perkataan Inez.

"Tentu saja aku memiliki hak atas diriku. Aku bukan pelacur. Bukan wanita gampangan. Seumur hidupku, aku hanya mengenal laki-laki satu-satunya hanya ayahku, muhrim ku. Lebih dari itu aku tidak pernah terlihat oleh mereka karena terbungkus dengan pakaianku.

Jadi lupakan syahwat mu karena aku tidak akan menyerahkan tubuhku walaupun aku tahu kau memiliki kekuatan, tapi kau tidak bisa melawan kekuatan Allah." Ucap Inez tegas.

Tawa Iko menggelegar mengejek ancaman receh dari seorang Inez yang dianggapnya wanita lemah.

"Jangan bermain-main dengan ku nona! Seberapa berharga dirimu dan seberapa cantik dirimu hingga kamu begitu angkuh dan sulit untuk di sentuh? Kau tidak bisa ku lepaskan malam ini!"

Iko tiba-tiba menyerang Inez yang berdiri dengan ucapan doa yang membuat tubuh lelaki di depannya tidak dapat bergerak.

Iko seperti orang struk dengan tubuh yang mati rasa hanya bisa berkata-kata. Tubuh itu mematung membuat Iko memohon untuk dilepaskan.

"Tolong lepaskan aku!" Pinta Iko yang mulai terlihat pucat.

"Bukankah aku sudah memperingatkan kepadamu agar tidak menyentuhku? Tubuhku hanya bisa di sentuh oleh suamiku bukan lelaki sembarangan apa lagi bajingan sepertimu!"

Bentak Inez seperti ribuan jarum menusuk hati Iko begitu sakit.

Inez kembali membaca doa dan meminta kepada Tuhannya untuk melepaskan Iko dari ikatan tubuhnya yang terasa kaku.

Iko terbebas dari cengkraman kuat yang hampir membuat ia tercekik.

"Apakah kamu adalah wanita penyihir? Atau kau adalah manusia jadi-jadian?"

Ucap Iko dengan setengah tak percaya memperhatikan wanita yang di depannya ini seperti tudung saji serba tertutup.

Ia memanggil pelayannya untuk menyiapkan kamar lain untuk Inez.

"Bawa wanita ini ke kamar tamu!

Layani dia seperti kalian melayani aku!" Titah Iko pada dua pelayannya Erika dan Rafika." Baik Tuan!"

Kedua pelayan itu mengiring Inez menuju kamar tamu di lantai bawah. Kamar tamu yang cukup luas dengan fasilitas lengkap hingga ia merasa bak seorang putri.

"Nona! Kami akan memindahkan koper mu ke kamar ini. Dan silahkan istirahat!" Ucap Erika.

Inez memeriksa semua kamarnya takut-takut kalau ada kamera tersembunyi di kamar itu. Ia hanya bisa mengandalkan instingnya dan memohon pertolongan Allah untuk memberinya kemudahan menemukan barang-barang elektronik lainnya yang bisa mengekspose tubuhnya. Namun setiap sudut ruangan itu tidak ia temukan kamera pengintai.

Tok... tok...

Inez membuka pintu kamarnya dan melihat Erika mengantar kopernya dan juga tas tangan miliknya.

"Apakah Anda mau aku merapikan bajumu, nona?"

"Tidak perlu! Aku tidak akan tinggal di sini." Ucap Inez ketus.

"Apakah anda mau makan?"

"Bawa saja makanan untukku, tapi yang halal untuk agamaku!"

"Tidak usah takut nona. Karena penghuni rumah ini dan pemiliknya sendiri, Yaitu tuan Iko adalah seorang muslim. Jadi semuanya adalah muslim."

"Apaaaa .. ? jadi bos mu yang penjahat itu juga muslim? Dia tidak lebih dari seorang abu Jahal. Bagaimana mungkin kamu mengatakan dia itu seorang muslim."

"Kalau semua muslim di dunia ini taat seperti anda nona, mungkin tidak lagi ada cerita dosa dan neraka di dalam Al-Qur'an.

Karena kita ini tercipta sebagai manusia pasti mengenyam apa itu dosa dengan kadarnya masing-masing. Jadi tidak ada muslim yang terlepas dari dosa." Ucap Erika bijak.

Inez tersadar dengan ucapannya. Ia terlalu menganggap dirinya yang paling baik hingga ia lupa ketentuan Allah pada ciptaanNya bagaimana manusia diciptakan di dunia ini.

"Maafkan aku! Tolong bawa saja makanan untukku karena aku juga sangat lapar!"

"Baik nona! Tunggu lima belas menit lagi! Aku akan kembali membawakan makanan untuk anda."

"Terimakasih!"

Inez mengunci pintu dan ingin mengambil ponselnya di tasnya. Tapi sayang sekali. Ia tidak menemukan benda pipih itu di dalam tasnya. Kartu identitas dan paspor masih lengkap. Hanya ponselnya yang tidak ia temukan.

"Siapa yang telah mengambil ponsel itu? Apakah dua bajingan itu yang telah membuang ponsel milikku?"

Umpat Inez menahan geram.

Ia melirik jam di tangannya sudah pukul satu pagi. Tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit dan ada cairan yang keluar dari pintu rahimnya. Inez segera ke kamar mandi melihat keadaannya dan ternyata dia sedang haid.

Inez segera mandi dan menggantikan bajunya dengan baju tidur dan tak lupa memakai pembalut. Tidak lama kemudian Erika mengetuk pintu kamarnya untuk mengantarkan makanan untuk gadis itu.

Inez yang hanya mengenakan jilbab saja tanpa mengenakan cadarnya membuat Erika seketika takjub sambil memegang nampan dengan tubuh gemetar.

"Masya Allah! Ternyata anda sangat cantik Nona!"

Batin Erika yang tidak bisa mengeluarkan suaranya saking kagumnya pada Inez.

"Apakah gadis ini keturunan bidadari surga?"

Gumam Erika lalu meletakkan nampan di atas meja nakas di dekat tempat tidur Inez.

"Silahkan nona!"

Erika buru-buru meninggalkan kamar Inez dan ingin bergosip dengan teman-teman pelayannya tentang apa yang dilihatnya barusan.

Saat ia melangkah menjauh dari kamar Inez, tiba-tiba ia di tegur oleh Iko yang belum juga tidur padahal saat ini hampir pukul dua dini hari.

"Hei kau! ke sini!"

Panggil Iko yang berdiri di ujung tangga.

Erika buru-buru menghampiri tuannya dengan gugup. Wajahnya tertunduk karena tidak ingin melihat wajah tampan Iko yang mampu membuat hatinya bergetar setiap saat.

"Apa yang dilakukan gadis itu?"

"Dia sudah mandi dan menggantikan bajunya. Saat ini nona sedang menikmati makan malamnya, tuan!"

"Apakah kamu melihat tampangnya tanpa menggunakan hijab?"

"Dia tetap menggunakan hijabnya tuan!"

Wajah Iko terlihat kecewa karena ia berpikir jika Inez juga menggunakan cadarnya. Ia segera membalikkan tubuhnya.

"Tapi wajahnya sangat cantik dan aku kira dia seperti bukan manusia. Aku belum pernah melihat wajah wanita secantik itu dalam hidupku."

Ucap Erika membuat Iko terkesima.

Deggggg...

3. Merindukan Wanita Yang Sama

Iko Neil Marco Reus lahir di Perancis memiliki darah Perancis, Indonesia dan Bahrain. Dibesarkan dari kalangan kerajaan mafia, Iko Neil tumbuh dan terlatih untuk menjadi penerus FK coorporation.

Dari kecil Neil sudah dibekali dengan ilmu agama yang cukup kuat oleh neneknya. Namun semenjak ibunya meninggal saat Iko menginjak usia 12 tahun karena perebutan kekuasaan ayahnya yang pemimpin mafia saat itu, membuat mentalnya mulai terkontaminasi dengan kekerasan.

Ibunya menjadi korban dari pertempuran itu.

Di tambah lagi neneknya yang tidak kuat menerima kematian putrinya ikut meninggalkan Iko.

Ia di kembalikan lagi ke Perancis dibawah bimbingan keluarga ayahnya yang sebelumnya ia menetap di Bahrain karena perceraian orangtuanya.

Saat itu ibunya yang ingin rujuk lagi dengan ayahnya kembali ke Perancis. Karena pengkhianatan orang dalam, yang memberitahu pertemuan Nyonya Ruby dan tuan Marco di suatu restoran, membuat musuh mendatangi tempat itu dan terjadilah tembak menembak.

Ibunya yang ingin melindungi mantan suaminya itu terpaksa harus menerima peluru yang menembus tubuhnya.

"Rubby! Sayang! Kenapa kamu lakukan ini..?"

"Aku tidak ingin kamu yang meninggalkan aku, sayang. Aku ingin kamu tetap hidup untuk putra kita Neil. Jagalah dia Untukku."

Ucap nyonya Ruby lalu menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukan suaminya dengan bacaan dua kalimat syahadat.

Ia tumbuh menjadi lebih dewasa daripada usianya. Iko merasa pegangan hidupnya menjadi hilang karena baginya ibu adalah segala untuknya.

Iko tidak terima ibunya pergi dengan cara yang mengenaskan. Itulah sebabnya ia berlatih keras menjadi yang terbaik agar kedudukannya tidak tergeser sebagai ketua mafia untuk mencari musuh ayahnya yang sampai saat ini belum ia temukan.

"Aku harus menemukan pria yang telah membunuh ibuku. Tapi sebelum aku membunuhnya, aku ingin menyiksanya terlebih dahulu hingga ia menyesal telah lahir ke dunia ini."

Ucap Iko yang menggantikan nama panggilan yang diberikan ibunya dari Neil menjadi Iko.

Tok... tok..

Iko membuka pintu ruang kerjanya saat asistennya Zian mengantar berkas dokumen pribadi pembunuh ibunya.

"Bacakan untukku!" Titah Iko pada asistennya Zian.

"Dalam dunia mafia ia dijuluki Zero. Ia memiliki tato burung Kolibri di sebelah lengan kanannya."

"Apakah ia mempunyai keluarga?"

"Ia mempunyai seorang putri yang dirahasiakan keberadaannya. Putrinya dibesarkan oleh kalangan orang biasa agar jejak putrinya tidak diketahui oleh kalangan mafia."

"Apakah kalian tidak melacak sama sekali keberadaan putrinya?"

"Terakhir yang kami tahu putrinya kuliah di perguruan tinggi di Maroko dan setelah itu kami tidak tahu lagi keberadaannya."

"Kalau begitu temukan gadis itu untukku dan aku ingin bersenang-senang dengannya untuk membalas kejahatan ayahnya. Aku ingin jadikan dia sebagai budak naf**suku."

Ucap Iko menyeringai licik.

"Bagaimana dengan gadis bercadar itu Tuan?"

"Gadis itu sangat menakutkan dan aku tidak mau mendekatinya."

"Kenapa tidak dilepaskan saja! kalau tidak berguna untuk tuan dan bahkan akan mengancam hidup tuan?"

"Tidak! Aku akan melepaskannya setelah aku menikahi gadis yang pernah aku temui saat aku..-

Tidak..! Kamu tidak perlu tahu siapa gadis itu. Aku ingin mendatangi sendiri rumah gadis itu untuk melamarnya sebelum ada orang lain yang datang melamarnya."

Ucap Iko dengan penuh kerinduan membayangkan kembali wajah gadis yang pernah ia lihat yang ada di desa nun jauh di sana.

"Baik Tuan!" Zian mengalah dan keluar dari ruang kerja Iko.

"Tunggu Zian...! Siapkan pesawat jet! aku mau berangkat ke luar negeri untuk menjemput calon istriku."

"Baik Tuan!"

"Siapa gadis itu? dan di mana dia berada? Berarti tuan Iko benar-benar jatuh cinta dengan gadis itu." Gumam Zian lirih.

...----------------...

Tiba di desa sang gadis impiannya, Iko datang dengan penyamarannya sebagai pemuda biasa dengan mengendarai motor.

Tidak ada kemewahan yang ia tampakkan di desa itu karena tidak ingin jadi tontonan. Rumah yang sama yang tiga bulan lalu ia berada di dalam rumah itu.

Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu rumah itu namun pemiliknya tidak juga mau keluar. Seorang ibu yang merasa terganggu dengan ketukan itu, akhirnya keluar dan menegur Iko yang sudah menganggu tidur siang mereka.

"Hei kau! Apakah kamu tidak punya otak, hah? Bertamu di rumah orang siang-siang seperti ini." Umpat ibu itu kesal.

"Apakah penghuninya tidak ada di rumah ini, Bu?" Tanya iko dengan santun.

"Penghuninya sudah kabur. Tidak tahu entah ke mana?" Ucap ibu itu hendak masuk kembali ke rumahnya.

"Tunggu sebentar Bu! Aku ingin sekali bertemu dengan pemilik rumah ini. Apakah ibu bisa memberikan informasi tentang keberadaan mereka?"

Tanya iko sambil membuka dompetnya.

Wajah si ibu itu terlihat berbinar dengan senyum culasnya saat melihat tumpukan uang di dompet milik Iko.

Iko menutup lagi dompetnya dan menunggu ibu itu bicara.

"Apakah kamu ingin membayar setiap informasi yang akan aku berikan kepadamu, anak muda?"

Ucap ibu itu dengan suara mendayu-dayu.

Iko menahan nafasnya dan merutuki ibu itu dalam hatinya.

"Dasar penyihir! Bagaimana orang mau betah tinggal di rumah ini kalau punya tetangga penyihir sepertimu?"

"Bagaimana, apakah anda setuju dengan penawaran ku? Sepertinya anda bukan orang biasa dan aku yakin anda orang berada"

Ucap ibu itu sambil mengamati penampilan dan wajah Iko yang terlihat sangat tampan.

"Katakan sejujurnya karena aku akan membayar mahal informasi mu! dan jangan main-main denganku atau kau tidak akan bisa menikmati tidur siang lagi besok!"

Ancam Iko yang baru memperlihatkan taringnya.

"Ba.. baiklah tu.. Tuan! Aku janji akan memberikan informasi untukmu yang sebenarnya."

Ibu itu mengajak Iko duduk di sofa yang ada di teras rumahnya. Iko dengan gagah duduk di sofa itu dengan memangku kakinya bertumpuk satu sama lain. Dan terlihat sangat kharismatik.

"Kelihatannya pria ini sangat berkelas dan sedang menyamar. Apakah dia seorang polisi? Tapi wajahnya seperti blasteran."

Tebak perempuan paruh baya itu.

"Aku tidak tahu banyak kecuali ada keluarga kaya yang menjemput tuan Imron dan putrinya dan mereka membawanya ke kota. Keluarga itu melamar nona Mariam untuk putra mereka.

Dan memutuskan menikah di kota besar tempat tinggal keluarga konglomerat itu. Sepertinya pernikahan itu melalui perjodohan."

Degggg....

"Astaga! Aku terlambat menjemputnya. Aku terlalu lama mengulur waktu hingga gadis itu menjadi milik orang lain."

"Apakah Mariam lahir dan besar di sini?" Tanya Iko masih penasaran.

"Mereka baru menyewa rumah ini enam bulan lalu. Kehidupan mereka sangat misterius. Dan putrinya tidak pernah bergaul. Makanya kami memanggil gadis itu Mariam."

"Kota mana yang mereka tuju?"

"Tidak tahu Tuan! Kami tidak pernah berurusan dengan keluarga itu."

"Baiklah! Terimakasih atas informasinya."

Ucap Iko lalu memberikan satu lembar uang 500 ribu euro untuk ibu itu.

Ibu itu mengernyitkan keningnya karena merasa dipermainkan oleh Iko.

"Hei anak muda! Kamu kira aku orang gila mau terima uang mainan ini?" Omel ibu itu dengan wajah memerah.

"Aku tidak punya uang rupiah. Anda bisa menukarkan uang itu ke money changer karena itu adalah mata uang Perancis.

Kalau dirupiahkan setara dengan Rp 8.150 ribu rupiah. Dan itu uang asli dan saya jamin kamu baru memegang mata uang Perancis." Ucap Iko sinis lalu meninggalkan kediaman ibu itu.

Glekkk...

Ibu paruh baya itu hanya tercengang saat mengetahui besarnya uang itu. Tanpa sadar liurnya jatuh.

Visual INEZ

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!