...Maaf ya guys kalo masih banyak kurang dan masih baku atau kaku ini adalah cerita pertama ku...
...****************...
Disuatu hari yang cerah, Celine yang sebentar lagi akan berangkat kerja tengah bersiap diri setelah seminggu naik pangkat dari chef menjadi kepala chef karena hasil kerja kerasnya di tambah kepala chef sebelumnya sudah pensiun.
Celine sedang merapikan topi kebanggaanya. ''ayah, ibu Celine sebentar lagi bisa banggain ibu dan ayah. Celine bakan bawa kalian kesini, jadi kalian gak perlu repot untuk memikirkan masa depan kita lagi" gumam Celinedalam hati.
Celine adalah anak dari keluarga sederhana yang masih bisa makan 1 sampai 2 kali tapi malangnya besar dan tinggal di lingkungan kurang baik bahkan bisa di bilang buruk karena mereka tinggal di sebuah desa maling atau yang di mana para warga desa bekerja menjadi begal, pencuri, dll tidak hanya itu istri mereka pun tukang julid jadi hawa negatif terpancar dari tempat itu.
Pertanyaan mengapa Celine gak segera pindah dengan keluarga yaitu karena harga rumah di kota tempat kerja Celine sangat fantastis karena disini tempat para pengusaha bekerja ditambah pula tidak ada satupun lingkungan kumuh.
Kenapa tidak sewa saja, kalau sewa sangat tidak bersahabat di kantong Celine karena memakan banyak gajinya jadi Celine lebih memilih menetap bersama pegawai lain dan patungan untuk membayar apart.
''Dian ayo, aku udah siap'' ucap Celine yang sudah siap untuk berangkat ke tempat kerja. ''ya sabar lin ini gue tacap bentar, tinggal bibir nih'' teriak Dian dari dalam kamarnya. ''lama banget lu lin, capek nih gue nunggu'' ucap Rika yang sudah mulai menunggu temannya yang sangat lama dalam urusan make up.
''Iya ini gue udah'' ucap Dian dan sudah siap untuk berangkat. Mereka lalu berangkat dengan menaiki kendaraan umum untuk menghemat biaya.
.
.
Sampai di restauran mereka melewati pintu belakang untuk masuk dan menaruh barang mereka di loker dan bersiap siap untuk bekerja.
''Dri gue dulu yang masuk shift kan?'' tanya Celine kepada salah satu kepala chef juga. ''iya lin lo dulu baru gue, gue mau ngurus data resep dari si bos dulu'' ucap Indri yang membuat Celine mengangguk mengerti.
.
.
Nah di restauran terkenal yang memiliki bintang 5 ini terdapat teriakan perempuan yang memenuhi ruangan tersebut siapa lagi kalau bukan teriakan celine.
"ALVIN jangan lupa rebusannya jaga'' teriak Celine sambil berpindah kewajan untuk mengangkat salmon.
''DIAN liat sausnya sudah matang itu'' teriak Celine lagi yang sudah berpindah ketempat plating. ''RIKA yang fokus masaknya, telurnya gak perlu sampai mateng begitu, cepat ganti'' teriak Celine yang melihat rekannya kurang fokus.
''Ini kurang rapi fan, ulang'' ucap Celine tegas yang melihat platingannya sangat kurang rapi walau hanya sedikit tapi ini restauran bintang lima kualitas dan kuantitas akan selalu dijaga sedikitpun kesalahan ya tetap salah.
''DINA ini kamu masak apa, comberan HAH!!, tambah seasoning'' ucap Celine yang merasakan makanan terasa hambar seperti air kobokan.
Celine melihat lihat para tamu yang sedikit demi sedikit mulai berkurang. ''lin gantian, lu istirahat dha'' Celine kaget karena tiba tiba Indri berbicara di dekat kupingnya. ''sialan lo dri untuk gue gak punya penyakit jantung'' sungut Celine dan pergi ke loker untuk melepas appron dan topi kebanggaanya.
''Ahh akhirnya istirahat juga'' lega Celine yang dari tadi sudah sangat penat. ''makan dulu baru tidur'' gumam Celine yang langsung mengambil kota bekalnya dan langsung memakan makanan yang sudah ia siapkan sebelum berangkat.
Di loker ini tidak hanya Celine yang istirahat tapi anggota Celine juga istirahat di gantikan anggota Indri, namun dari semuanya tidak ada yang dekat dengan Celine karena mereka menganggap Celine terlalu kaku dan kuper jadi tak ayal kalau mereka hanya ngomong saat ada yang penting dan Celine selalu sendiri. sedari dulu seline emang merupakan orang yang introvert.
''Ahh akhirnya kenyang juga nih cacing cacing'' gumam Celine sambil mengelus perutnya yang sudah buncit kembali. Celine yang tak mau membuang waktu langsung beranjak bangun menuju tempat yang disediakan untuk para pegawai untuk istirahat dan tidur.
.
.
''Akhirnya pulang juga" Celine sangat senang akhirnya pekerjaan yang meletihkan tapi juga menyenangkan selesai dan dia bisa bertemu kapuknya lagi (kasur empuk).
Celine bersama teman teman apartnya berjalan pulang barengan dengan jalan kaki karena kendaraan umum sudah jarang yang melewati tempatnya kerja.
"Celine mampir dulu ke minimarket ya" ucap Dian yang langsung bergegas menuju minimarket tanpa menunggu jawaban Rika dan Celine dan mau tak mau Celine dan Rika menyusul Dian.
''Nah udah lese, ayo lanjut pulang'' ucap Dian yang sudah selesai berbelanja dengan membawa keresek kecil. ''eh Dian ngapain lewat situ, malah muter jauh kita?'' tanya Celine bingung dan sedikit ragu mengikuti Dian yang berjalan didepan.
''Udah ayo, gak usah cupu gitu lagian gue mau jalan jalan juga, bosen di apart dong'' ucap Dian sambil menarik Celine dan Rika. Dalam hati Celine melapalkan doa terus menerus dalam hati.
Terbesit rasa keraguan dalam hati Celine melewati jalan itu. Dan tiba saatnya melewati gang sempit dan sepi membuat bulu kuduknya berdiri.
Srekk
Tiba tiba Celine merasa eh bukan merasa tapi melihat mulut dan hidungnya tengah dibekap oleh orang di belakangnya.
emhhg emhhg
Teriak Celine namun terhalang kain, Celine terus berontak namun tenaganya lama kelamaan melemas dan sebelum pingsan sepenuhnya Celine merasakan ia sedang diseret dan dibawa ke gang sepi dan sempit tersebut.
.
.
ttisk ttisk
ehhgg
Lenguh Celine saat merasakan cipratan air di wajahnya. waktu demi waktu Celine mulai sadar dan saat membuka matanya yang pertama Celine lihat adalah teman temanya.
''Rina, Dian untuk kamu disini, tolong aku tadi aku tiba tiba di bekap oleh orang di belakang ku'' ucap Celine terbata bata namun bukan kekhawatiran yang ia lihat di wajah teman temannya tetapi malah wajah dengan penuh menyeringai dan dendam.
''Ka..kalian kenapa?'' tanya Celine yang mulai takut. ''Kamu nanya aku kenapa??, HAH KAMU NANYA AKU KENAPA!!'' teriak tiba tiba Dian yang membuat seketika jantung Celine seperti berhenti.
''Aku benci kamu lin, benci banget dari kuliah aku kenal kamuu.., kamu selalu ambil apa yang aku miliki dari nilai ku yang menurun buat orang tua aku bandingin kita padahal kita gak kenal, para dosen selalu ngerendahin aku cuma karena sifatmu lebih baik, bahkan pekerjaanpun yang aku dambakan kamu rebut'' ucap Dian penuh fruatasi.
''Kamu itu cuma ja**** untuk merebut semua dari kita, kita yang duluan kerja disana tapi tiba tiba kamu yang menjadi atasan kita, itu tidak adil'' ucap Rika yang juga penuh emosi.
Dengan kemarahan yang terlihat jelas dari kedua wajah mereka Celine sudah pasrah, dia merasa ini adalah hari eh bukan hari lagi tapi detik terakhirnya bernafas.
''Maaf aku gak ada niat'' hanya kalimat tersebut yang dapat keluar dari mulut Celine dan ia kembali menutup matanya. ''hahaha kami juga gak akan lama lama dengan ja***** seperti mu aku akan membunuhmu tanpa ketahuan'' ucap Dian penuh dengan kegembiraan.
Dian langsung mengeluarkan botol 'baygan' (gak di sponsorin, jadi kita samarin aja ya) yang ia keluarkan dan memaksa Celine untuk meminumnya. "tuhan bahagiakanlah orang tuaku dan beri aku kesempatan" gumam terakhir Celine sebelum matanya benar benar terpejam dan semuanya tiba tiba.
Gelap
...****************...
...Terima kasih yang udah baca sampai ini, mohon bantuannya untuk komen dan juga beri tanda suka untuk setiap babnya untuk mensupport saya. saya mohon maaf kalau cerita ini banyak kurangnya...
...Guys mohon supportnya ya, semoga karya ini bisa menghibur kalian...
...****************...
Gelap
Itu yang terakhir kali Celine liat sebelum meregang nyawa dan sekarang tiba tiba Celine terbangun dan bisa melihat raganya.
Ya Celine telah meninggal dan menjadi arwah sehingga perbuatan Dian dan Rika yang berusaha memanipulasi meninggalnya Celine bisa ia liat secara langsung. "ternyata iri bisa membuat orang gila" gumam Celine melihat perbuatan mereka sambil menggelengkan kepala.
"Cahaya apa itu, kok ada banyak" gumam Celine melihat banyaknya cahaya dan Celine mendekat ke salah satu cahaya yang bewarna kuning dan saat Celine berada didekat cahaya kuning tersebut Celine merasa tubuhnya tiba tiba tertarik ke dalam.
.
.
Eghh
Lenguh Celine merasakan badannya sangat letih dan sakit. "apa yang terjadi?" bingung Celine saat melihat sekitar penuh dengan barang barang lusuh dan tak berbentuk dan saat melihat ke langit langit kamar terdapat genteng eh gak bisa dibilang genteng tapi tumpukan daun pohon yang tidak tertutup lapisan lagi dan banyak sarang laba laba.
"Sebenarnya aku dimana, dan sepertinya aku tak pernah melihat barang barang ini" gumam Celine dan mencoba beranjak dari kasur yang tidak bisa di bilang kasur, karena itu hanya seutas jerami yang ditutupi ayaman kulit pohon.
"Akhh sakitnya punggung ku" Celine yang tak tahan sakitnya tak bisa berbuat apa untuk bangun dari tumpukan jerami ini. saat Celine yang sudah pasrah muncul tiba tiba suara seseorang.
"Hai nona, salam kenal" ucap orang itu yang tak dapat Celine lihat. "siapa itu" tanya Celine takut takut "maaf nona saya adalah pemilik tubuh ini, sebelumnya terima kasih telah menggantikan saya" ucapan tersebut berhenti dan langsung membuat Celine kaget dan melihat badanya yang kurus kering dan dekil.
"Apa yang terjadi dengan tubuh ini?" tanya Celine dengan bingung. "kamu bisa lihat sendiri" tayangan memori demi memori pemilik tubuh ini muncul tiba tiba di bayanganya.
.
Flasback on
Sedari kecil pemilik tubuh ini hidup dengan kemiskinan dan nama gadis itu ternyata wirmi, dimana wirmi hidup sengsara sejak kecil. Lahir dari keluarga miskin yang memiliki banyak mulut untuk memberi makan sehingga membuat perlakuan yang diterima setiap anak dan cucu berbeda.
Wirmi merupakan cucu dari keluarga Jum yang hanya memiliki anak laki laki sedikit membuat keadaan ekonomi tahun demi tahun menurut karena keadaan keluarga yang masih menganut aturan lama yaitu yang bisa menghasilkan uang hanya seorang laki laki dan perempuan hanya bisa meminta dan sistem keluarga juga kuno dimana keuangan ternyata dipegang oleh tetua di keluarga sehingga membuat satu miskin maka semua miskin dengan keadaan ini keluarga Jum susah untuk hidup.
Dengan itu nenek selaku tetua menikahkan wirmi kepada warga desa lain yang digantikan 2 karung bahan pangan pokok yaitu jagung dan juga ubi. Keadaan seperti ini sudah biasa dilakukan di zaman ini.
"Nek wirmi gak mau nikah, wirmi mau sama nenek saja, wirmi akan lakukan apapun" ucapan memohon wirmi hingga bersujud, mau bagaimanapun wirmi merupakan anak remaja yang baru berumur 16 tahun dengan ketakutan yang cukup besar untuk melangkah ketempat lain.
"Tidak bisa keputusan nenek sudah bulat" ucap nenek Jum membuat seluruh tubuh wirmi melemas, wirmi tak kuasa menahan tangisannya dan ia menangis tanpa henti walau nenek Jum sudah pergi meninggalkannya di depan rumah suaminya.
Ya wirmi menikah tanpa ada acara apapun karena keluarga suaminya yang juga serba kekurangan. "sudahlah nak, ibu tak akan berbuat jahat sebaiknya kamu lekas bangun dan beristirahat" ucap ibu dari suaminya yaitu ibu Jiali.
"Ma..af, saya takut berada disini" ucap wirmi penuh ketakutan sampai kaki dan tanganya bergetar. "tak perlu takut wirmi, anak ibu juga masih kecil jadi jangan dipikirkan, ayo masuk dan ibu akan menjelaskan semuanya setelah kamu istirahat" ucap ibu Jiali sambil membawa wirmi masuk kekamar anaknya.
"Tidurlah, suamimu akan ibu suruh tidut diluar sementara ini" ucap ibu Jiali dengan lembut sambil mengelus puncak kepala wirmi yang sudah menganggap wirmi sebagai anak kandungnya.
.
.
"Maaf ibu memaksa kamu menikah dengan anak ibu, ibu hanya takut meninggalkannya sendiri dan hidup tak berdaya, tolong belajarlah mencintainya karena sebenarnya ia pria yang baik dan penurut" ucap ibu Jiali sambil memohon. ibu Jiali saat ini sedang menjelaskan kepada wirmi kenapa ia menikahkan mereka dan alasan itu perlahan lahan dapat diterima oleh wirmi.
Lain tempat, lain keadaan dimana saat ini Liam suami wirmi sedang berasa di bukit untuk mencari makanan yang dapat mereka makan. Dengan pengetahuan dan daya pikir yang dibawah rata rata membuat Liam sangat sulit mencari makanan karena Liam hanya tau ubi dan jagung yang merupakan bahan untuk mengenyangkan perut.
"Aduhh, bagaimana ini, haruskah aku membuat mereka kelaparan lagi" gumam Liam dengan penuh kesedihan wajah dan tubuhnya sudah berantakan karena sedari tadi mencari seutas ubi.
Dengan keadaan pasrah karena ketidak tahuannya dia pulang tanpa membawa apa apa, berjalan dengan kesedihan karena Liam dan keluarga harus menahan lapar untuk hari ini.
Dan keadaan itulah yang membuat wirmi jatuh sakit dan meregang nyawa.
.
.
Celine yang sudah mengetahui kehidupan wirmi yang menderita dan mati karena kelaparan dan kehabisan tenaga pun merasakan hatinya tersentuh. Bukan tanpa alasan wirmi meninggal karena yang mencari bahan makanan dibukit telah beralih kepada wirmi yang sedikit memiliki pengetahuan tentang bahan pangan. Tubuh dan umur yang kecil ditambah pula beban pikiranan yang banyak membuatnya tertekan dan meninggal karena masalah mental sangaat berbahaya.
Huft...
Celine yang sudah sepenuhnya tau mulai beranjak dari kamar menuju keluar. Celine melihat dan mengingat rumah ini cuma mempunyai 2 ruangan yang berfungsi menjadi kamar , juga ada ruang sisa yang digunakan untuk menuju pintu yang dijadikan ruang tamu yang memiliki multi fungsi seperti menaruh barang, tempat makan, dll untuk memasak keluarga Kung (Nama keluarga Liam) ini berada di belakang rumah dengan masih menggunakan kayu bakar.
''Huftt, rumah ini sangat rapuh dan tak cocok disebut rumah" gumam wirmi yang hanya dapat di dengar oleh dirinya sendiri. Wirmi mulai berjalan keluar untuk menghirup udara segar dan dari pandanganya bahwa rumah Liam berada di samping bukit dan disekitar sini lumayan jauh dari pemukiman warga.
"Istriku kamu sudah sadar" ucap penuh kekagetan seseorang pria yang membawa seember air dan daun kelor. "iya Liam, dan bisakah sekarang memanggil nama mu Liam, aku merasa kurang enak memanggilmu suamiku" tanya wirmi yang memang pada masa sebelumnya tidak memiliki pasangan jadi sedikit menggelitik jika memanggil suamikum
"Iya tidak apa istriku yang penting kamu tidak sungkan lagi, dan ini aku bawa daun kelor untuk kita makan hari ini" ucap Liam penuh dengan kegembiraan memamerkan bahan temuannya. Sejatinya Liam yang polos dan bodoh sehingga hal kecil yang ia selesaikan maka akan merasa sangat senang.
"Baik sini berikan, akan ku masak terlebih dahulu, dan kamu lebih baik mandi dan bersihkan diri" ucap wirmi yang mencium aroma tak menyedapkan dari tubuh suaminya. "baik istriku" ucap Liam dan langsung bergegas menuju sungai.
.
.
"Makanan siap"
...****************...
...Terima kasih yang udah baca sampai ini, mohon bantuannya untuk komen dan juga beri tanda suka untuk setiap babnya untuk mensupport saya. saya mohon maaf kalau cerita ini banyak kurangnya...
...Guys mohon supportnya ya, semoga karya ini bisa menghibur kalian ...
...****************...
"Makanan siap" ucap Wirmi sambil membawa sepanci sayur sup kelor ke ruang tamu untuk makan bersama. Ibu Jiali dan Liam langsung bergegas menuju keluar kamar dan menghampiri Wirmi.
"Wah tampaknya enak" ucap Liam penuh kegembiraan dan begegas duduk cantik disamping Wirmi untuk menerima makannya. "iya ini tampak sangat enak" ucap ibu Jiali yang juga duduk disamping Wirmi.
Jangan pikir mereka duduk dimeja makan atau apalah itu, mereka duduk langsung diatas lantai lebih tepatnya tanah liat tanpa alas.
Wirmi dengan telaten mengambil makanan untuk ibu dan suaminya dengan menaruh di mangkok yang terbuat dari batok kelapa. tak butuh menunggu lama mereka langsung menyantapnya dan jangan tanya soal rasa pastinya 'HAMBAR !' itu yang dirasakan mereka karena tidak ada penyedap yang bisa ia gunakan bahkan rempah rempah juga tak ada, namun mereka sangat menikmati karena mereka dalam keadaan lapar yang hanya makan 1 kali dalam sehari itupun tak menentu.
.
.
"Liam bisakah kita bicara sebentar?" tanya Wirmi sambil memadang wajah suaminya yang penuh dengan kebahagian. "iya, bicaralah" ucap Liam dengan masih memejamkan mata sambil mengelus perutnya.
"Ayo kita kekamar sebentar" ucap Wirmi yang langsung menarik suaminya agar mengikutinya. "jangan menarikku, kamu membuatku tak seimbang berjalan" keluh Liam yang harus menyeimbangkan tubuhnya.
"Aku ingin bicara serius dengan mu" ucap Wirmi dengan penuh ketegasan yang membuat Liam kicep seketika. "apakah boleh aku yang mengatur kegiatan yang akan kita lakukan, maksudku apakah bisa aku mengambil keputusan dalam rumah tangga kita ini dan juga untuk keluarga?" tanya Wirmi dengan sesopan mungkin karena ia tak ingin sang suami memiliki fikiran bahwa ia merendahkan dan tak menghargainya.
"Iya tak masalah, emang ada apa ?" tanya Liam yang merasa tak masalah dengan itu karena ia sadar ia juga tak mengerti apa. "tapi bisakah kita selalu membicarakan suatu hal terlebih dahulu, apapun itu?" ucap Liam yang merasa itu adalah hal yang harus agar mereka tidak memiliki masalah.
"Iya tentu, aku akan selalu memberitahukan apapun kepada mu, dan aku sekarang ingin kita mengubah hidup kita ini lebih baik" ucap Wirmi sungguh sungguh yang diangguki semangat oleh Liam. "bisakah kamu mengikuti saran ku, aku ingin kamu menemani ku berkeliling bukit untuk mencari tumbuhan yang bisa kita tanam" ucap Wirmi yang langsung diangguki Liam. "tapi apa yang ingin kamu harapkan dengan tanah yang kering dan tak bisa membuat tumbuhan hidup?" tanya Liam penuh kebingungan karena emang benar tanah yang dimiliki keluarga Liam mengalami kekeringan namun karena kekurangan pengetahuan yang Liam ketahui membuat tanahnya terbengkalai.
"Aku bisa mengurusnya, intinya besok kamu temani aku untuk menjelajahi bukit" uap Wirmi tanpa mau ditentang sehingga Liam mengangguk mengerti.
.
.
"Liam punyakah kamu keranjang yang lebih besar?" tanya Wirmi yang melihat keranjang yang Liam bawa terlalu kecil. 'apakah segini masih kurang?' tanya Liam bingung namun tetap menuruti kemauan istrinya. Wirmi dan Liam membawa 2 keranjang besar menuju bukit.
Saat memasuki bukit Wirmi dan Liam mengikuti jalan setapak yang digunakan untuk masuk kebukit. Wirmi yang memang mengenal banyak tumbuhan sangat gembira saat masuk banyak melihat sayur sayuran yang berada di dekat tahan basah.
Wirmi yang sangat gembira sampai lupa membawa suaminya, ia hanya terus menerus mencabut, memetik dan mengambil sayuran yang ia temui. "ASTAGA ini kan bawang bawangan!" kaget Wirmi yang menemukan benda berharga setelah memasuki lebih dalam bukit ini. "apakah yang kamu temukan itu" tanya Liam penuh kebingungan. "ini adalah bumbu untuk membuat masakan kita lebih enak, kita bakalan makan makanan enak" ucap Wirmi penuh kegembiraan. Tak sampai disitu Wirmi terus meminta Liam untuk semakin masuk kedalam bukit agar ia mengetahui jalan pulang seandainya ia menjelajahi sendiri bukit ini.
"Liam apakah ini tanaman kentang dan ubi merah?" tanya Wirmi dengan jantug berdetang hebat. "IYA, ini adalah ubi" ucap gembira Liam saat melihat itu. "ya sudah, bisakah kamu cabut ini semua, aku ingin mencoba menanamnya ditanah kita" ucap Wirmi antusias. Perjalanan mereka mencabut kentang dan ubi pun sangat menguntungkan karena Wirmi berhasil menemukan berbagai macam sayuran dan buah yang bisa untuk dimakan dalam jangka waktu lama dan bisa ia tanam kembali.
Tak puas hanya menemukan itu mereka terus berjalan semakin ke dalam sampai memakan waktu cukup lama namun karena keadaan yang mulia gelap membuat mereka membatali untuk melanjutkan perjalanan sehingga mereka putar balik. Sebelum mereka pulang Wirmi sempatkan ke air terjun mengambil air untuk dirumah.
"Liam apakah disini tidak ada ikan hidup?" tanya Wirmi bingung karena sungai yang sangat luas masa tidak ada kehidupan. "ada istriku, namun aku tidak bisa menangkapnya karena tidak memiliki tombak" ucap Liam agak menyesal karena tidak dapat membuat istrinya makan daging.
'Apakah dia tidak tau cara memancing' pikir Wirmi dalam hati. "Liam apakah kamu bisa mencari cacing?" tanya Wirmi memastikan. "bisa cacing sangat banyak di bukit ini dan untuk apa kamu membutuhkan cacing?" bingung Liam melihat istrinya tiba tiba menginginkan cacing.
"Aku akan membuat alat untuk mendapatkan ikan jadi bisakah kamu mencarikan ku cacing dan juga batang pohon utuh tak perlu besar culup yang kecil saja" ucap Wirmi yang sudah banyak ide dikepalanya.
"Baiklah jika kamu mebutuhkannya, aku akan mencarikannya terlebih dahulu, jadi kamu tunggu sebentar disini ya" ucap Liam yang meninggalkan Wirmi dengan 2 keranjangnya dan tamban 1 ember air.
Wirmi yang melihat Liam sudah menjauh memilih berkeliling di sekitar danau untuk mencari lokasi yang bagus untuk menaruh perangkap ikan. Ya rencana Wirmi adalah membuat perangkap ikan sehingga tak perlu menunggu untuk mendapatkan ikan cukup taruh dan tinggal selama 1 hari.
Tak sampai setengah jam ternyata Liam sudah datang dengan memikul batang pohon kecil dan segenggam cacing. "ini barang yang kamu inginkan istriku" ucap Liam sambil menaruh kayu dan ulat ditanah. "terima kasih Liam, dan bisakah kamu menolongku?" tanya Wirmi yang sudah duduk di tanah dan Liam mengangguk beranda bisa juga mengikuti Wirmi yang duduk ditanah.
"Bisakah kamu kuliti batang pohon ini, dan potong tipis tipis kulit pohon ini seperti tali" ucap Wirmi mengarahkan Liam. Dengan arit yang Liam punya, ia mengikuti intruksi dari istrinya.
Hanya memerkuan waktu sekitar satu jam perangkap ikan telah jadi. "hebat Liam, dan bisakah kamu mengangkat batu ini" ucap Wirmi meminta agar Liam mengangkat batu yang lumayan berat untuk menjadi pemberat dari perangkapnya.
"Baiklah" ucap Liam dan mereka langsung menyiapkan perangkap ikan yang sudah berisi ulat untuk ditaruh disungai yang airmya mengalir pelan. "sudah beres suamiku, sebaiknya kita pulang dan mengunjungi tempat ini besok dan semoga kita bisa mendapat ikan yang banyak" ucap Wirmi penuh semangat sambil menggandeng tangan suaminya dan menarik satu keranjang.
Liam yang mendapat perlakuan itu hanya bisa terdiam dan salting.
.
Sampai dirumah Wirmi meminta Liam untuk menaruh barang barangnya di belakang rumah sehingga memudahkan Wirmi utuk memasak dan mempersiapkan tanah untuk menanam.
"Makanan sudah siap" ucap Wirmi yang sudah memasak sayur bening dengan menggunakan bayam dari bukit dan kentang yang ia oleh seperti fufu.
"Wah ini sangat wangi" ucap Liam yang sudah dari tadi menunggu masakan istrinya jadi. "wah tampaknya kalian menemukan banyak makanan dari bukit" ucap ibu Jiali yang melihat makanan yang menurutnya sangat banyak dan enak.
"Iya bu, mari kita makan" ucap Wirmi yang menyiapkan makan ibu dan suaminya terlebih dahulu. ibu Jiali dan Liam yang baru menyicipi pertama kali langsung tak bisa berkata kata. Makanan yang memiliki rasa, dan harum adalah makanan yang menurut mereka dari surga karena terakhir kali mereka makan makanan enak tak tau kapan mungkin hanya 1 kali dalam hidup.
Mereka makan dengan lahap, sampai tak menyadari kalau mereka terus menambah tak hanya ibu Jiali dan Liam tapi juga Wirmi karena merasa nikmatnya tiada tara.
"Enaakk"
...****************...
...Terima kasih yang udah baca sampai ini, mohon bantuannya untuk komen dan juga beri tanda suka untuk setiap babnya untuk mensupport saya. saya mohon maaf kalau cerita ini banyak kurangnya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!