Takdir langit sepertinya menjadi musuh terbesar bagi Xavier. Ia merupakan putra dari Dewa Api yang berkuasa menguasai seluruh Klan elemen di langit dan bumi.
Sebuah kejadian tidak terduga menimpanya. Ia dituduh membunuh Dewa Api yang merupakan ayah kandungnya sendiri. Seluruh Klan, yang terdiri dari Klan Api, Air, Udara dan Tanah mengutuk perbuatannya. Mereka sepakat untuk mengusirnya dari langit dan di kutuk menjadi binatang yang menjijikan yaitu seekor Serigala putih.
Seiring berjalannya waktu, ia merasa kalau ia tidak hanya diasingkan dari kerajaannya. Ia mulai mendapat serangan-serangan dari pihak-pihak yang tidak ia kenali. Mulai saat itu, ia merasa kalau ia sedang di buru. Dan entah apa alasan yang membuat banyak pihak menyerang dan memburunya.
Sementara seluruh kekuatannya hilang dan yang tersisa hanya kekuatan sebagai seekor Serigala.
Ia berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya, mencari tempat yang aman untuk berlindung. Ia berkeliling di negara yang dikenal dengan nama Godland dan hingga saat ini bahaya masih kerap mengintainya.
Ia terus mencari cara agar dirinya selamat untuk membuktikan kalau ia tidak bersalah.
Akan adakah kesempatan ia untuk membuktikan kalau ia tidak bersalah?
Bagaimana caranya agar ia bisa kembali ke wujud aslinya sebagai Dewa Api?
Akankah ada yang membantunya membuktikan kalau ia tidak bersalah?
******
Novel ini adalah novel perdana author dengan tema Romansa fantasi Non-Human. Pesanku, nikmati saja alur ceritanya, tidak perlu banyak berpikir karena cerita ini tidak benar-benar terjadi. Jika kemudian kalian merasa terbawa dalam alurnya, nikmati saja.
Mohon bantuannya untuk Like, Comment dan Vote yaa agar aku semangat melanjutkan ceritanya... Jika berkenan memberikan gitf, aku ucapkan terima kasih.
Selamat datang di kisah unreal Xavier dan Thea.
Cast:
Xavier
Thea
Happy reading, Love
“Hah hah hah hah!” seorang gadis dengan nafas terengah masih berlari di dalam hutan mencari perlindungan di antara pohon dan semak yang merintangi langkahnya. Ia berusaha bersembunyi dari kejaran tiga orang laki-laki dibelakangnya.
Sepasang kaki yang sudah berlari sejak tadi seolah lupa akan rasa lelah yang mengganggunya. Ia hanya tahu kalau ia harus bersembunyi dan tidak tertangkap oleh mereka
“Kretak, Brug!” Sebuah batang pohon merintangi jalannya dan tanpa sengaja membuatnya terjatuh.
“Awh!” Ia jatuh terkurap dan hanya bisa mengaduh lirih merasakan nyeri di kaki dan sikutnya yang kini bertambah.
Tubuhnya yang gemetaran, mencoba bangkit dengan berpegangan pada ranting pohon yang berada di sampingnya. Tidak ada waktu untuk membersihkan dedaunan kering yang menempel di luka, baju dan celananya, ia harus segera bangkit dan kembali bersembunyi.
“BRENGSEK!! Ke arah mana dia pergi?!” Dengus suara seorang laki-laki yang menggema di tengah-tengah hutan yang gelap. Burung-burung beterbangan saat suara keras laki-laki itu mendominasi suara alam yang hening di malam itu.
Sudah sejak tadi ia mengejar gadis itu tapi gadis itu selalu mampu untuk bersembunyi.
“Aku lihat dia berlari ke arah sana!” tunjuk laki-laki lainnya, pada semak belukar yang menutupi sebatang pohon besar.
“Segera cari! Pastikan kalian mendapatkan perempuan itu dalam keadaan hidup! Akan ku nikmati tubuhnya hingga dia menggelepar di bawah tubuhku.” Ucap laki-laki bertubuh tegap dengan mata yang menyalak penuh kemarahan.
Gadis itu hanya bisa terdiam, berlindung di balik pohon besar yang menutupi tubuh mungilnya. Hidungnya kembang kempis mengatur nafas yang menderu karena rasa lelah setelah berlari. Ia begitu ketakutan saat mendengar ancaman laki-laki itu. Ia gemetaran dan tidak berani keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mencengkram kuat baju di dadanya yang di sobek oleh salah satu laki-laki tadi. Ia masih bersyukur karena baju ini masih melekat di tubuhnya walau beberapa bagian sudah sobek.
“Berpencar!!” titah laki-laki bersuara besar pada dua orang temannya.
“Yang menemukannya lebih dulu, aku pastikan kalian bisa ikut menikmati tubuhnya.” Terlihat senyum penuh kegemasan membayangkan tubuh suci wanita itu saat berhasil ia nikmati.
Setelah beberapa saat, suasana mendadak hening. Hanya suara daun yang terinjak binatang melata yang mengisi pendengaran gadis itu. Ia memberanikan diri untuk mengintip di sela pohon dan ternyata ketiga laki-laki itu tidak ada di tempatnya semula.
Sebuah desisan halus terdengar semakin mendekat dan membuat gadis itu menoleh dengan takut.
“Sssttt….” Seekor ular besar berada tepat di hadapannya.
"Argh!!" Gadis itu terhenyak dan segera membekap mulutnya sendiri agar tidak bersuara terlalu keras. Ia bahkan tidak berani bergerak saat ular itu semakin mendekat dan menjulurkan lidahnya dengan jarak yang sangat dekat dengan wajahnya.
Ia hanya bisa terengah dalam tangisnya yang ia coba tahan.
Di luar dugaan, ular itu tidak menggigit atau membelitnya. Ia turun dari batang pohon besar lalu melata melewati kedua kakinya yang gemetar. Ia masih tidak berani untuk bergerak dan membiarkan ular itu lewat lebih dulu dan menjauh.
“HAH!” ia menghembuskan nafasnya kasar untuk membuang semua gas karbon yang beberapa saat di tahannya. Ia terengah-engah untuk menghirup kembali oksigen agar mengisi rongga parunya.
Tanpa tahu arah yang harus ia tuju, cepat-cepat ia melanjutkan langkahnya berlari keluar dari tempat persembunyiannya dan hendak mencari pertolongan.
“HWAH!! Rupanya kau di sini!” seru seorang laki-laki yang mengagetkan gadis itu hingga terhenyak. Ia menjegal langkah gadis yang tampak kebingungan untuk melarikan diri.
“Tolong, jangan lakukan apapun pada saya. Saya mohon..” Dengan kedua tangan yang gemetar ia memohon pada laki-laki bertubuh kurus itu.
Di bawah sinar rembulan, laki-laki itu bisa melihat wajah sang gadis yang begitu ketakutan dan basah karena keringat. Namun penampilannya yang berantakan itu tidak lantas mengurangi gairahnya untuk menikmati tubuh molek berkulit putih yang seolah meminta untuk di sentuh.
Lihat saja belahan dadanya yang terlihat jelas menyembulkan dua gundukan sintal di dada kanan dan kirinya. Sepertinya menyenangkan jika ia bisa menikmatinya seorang diri tanpa perlu berbagi dengan kawannya.
“Ssttt,,, Tenanglah… Aku tidak akan menyakitimu.” Desis laki-laki itu seraya mendekat.
Gadis itu berusaha untuk mengambil langkah mundur, namun baru 2 langkah yang di ambilnya, ia sudah terjeda oleh batang pohon yang melintang di belakangnya.
“Hahahaha.. Rupanya kamu tidak bisa pergi kemana-mana, cantik.” Laki-laki itu mengusap wajah sang gadis dan membuat gadis itu memalingkan wajahnya kesal. Ia berusaha menghindar sambil mencari peluang untuk melarikan diri di sekitarnya. Di tengah ketakutannya, ia masih berusaha untuk tenang.
“Kau serahkan saja tubuhmu cantik, aku akan menikmatinya sendiri. Aku tidak akan mengajak dua temanku itu untuk berpesta di atas tubuhmu. Setelah puas, aku akan membiarkanmu pergi. Bagaimana?” Tawar laki-laki itu tanpa rasa bersalah.
“Tidak, saya mohon jangan.” Gadis itu menyilangkan tangannya di depan dada, untuk melindungi tubuhnya yang sejak tadi dipandangi laki-laki itu.
Lengan baju kanannya yang sobek, membuat ia sulit mempertahankan tubuhnya agar tetap tertutup.
“Hahahaha… Thea cantik, kau membuatku semakin tertantang sayang.” Tutur laki-laki itu.
Gadis bernama Thea itu melihat kalau laki-laki itu semakin mendekat, sang gadis berusaha berpikir cepat. Ia melihat ada batang kayu yang ada di dekat kakinya. Cepat-cepat ia mengambil kayu itu dan waah, ia nyaris terjengkang karena ternyata kayu itu sangat berat.
Dengan kedua tangan ia memegangi kayu itu.
“Jangan mendekat, atau saya akan memukul anda dengan kayu ini.” Ancam Thea di antara rasa putus asanya. Mungkin tidak ada pilihan baginya selain harus menghantamkan kayu ini kepada laki-laki tersebut.
“Hahahaha…” Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak melihat usaha sang gadis untuk melawannya.
“Tanganmu saja sangat gemetar Thea, apa kau yakin bisa menghantamkan kayu itu ke arahku? Hahaha… Kau memang sangat bodoh! Jangan buang waktumu untuk perlawanan yang sia-sia.” tiba-tiba saja tangan laki-laki itu terulur dan refleks Thea melayangkan kayu ke arah laki-laki tersebut dengan sekuat tenaga.
Pukulan dari sebilah kayu yang berat itu tanpa sengaja mengenai pohon besar di belakangnya dan dalam beberapa saat,
“BRUK!” sepotong kayu kering terjatuh tepat di bahu kanan laki-laki itu.
“AKH! Sial!” Laki-laki itu mengaduh kesakitan hingga bertekuk lutut.
“Maaf Lucas, sudah saya bilang jangan mendekat.” Ucap Thea antara senang dan terkejut saat hutan ini ternyata masih menolongnya.
Cepat-cepat ia membuang kayu itu dan mengambil kesempatan untuk berlari meninggalkan laki-laki itu.
“Hey!! Tunggu wanita brengsek!!! Allen, dia di sini!” seru Lucas yang memanggil temannya.
Di tengah rasa sakit yang mendera, ia berusaha bangkit sambil memegangi bahunya. Sialan, sebatang kayu itu cukup kuat menimpanya.
Langkah gadis itu semakin cepat, mencari celah agar ia bisa pergi kemana pun asal tidak tertangkap ketiga laki-laki tadi.
“Mana gadis itu?!” Tanya laki-laki bernama Allen saat sudah ada di hadapan Lucas. Ia melihat sahabatnya yang terhuyung memegangi bahunya.
“Dia berlari ke sana.” Tunjuk Lucas yang meringis kesakitan.
“Bodoh! Seekor kelinci saja kau tidak bisa menangkapnya. Tidak berguna!” umpat Allen yang bergegas pergi tanpa memperdulikan kawannya.
Malam yang gelap dengan cahaya bulan bulat sempurna yang menerangi langkah gadis itu. Sayangnya langkahnya harus terhenti saat ternyata jalan yang ia ambil buntu.
Di hadapannya hanya ada sebuah tebing dengan sebuah sungai deras yang mengalir di bawahnya. Takut-takut ia mencoba melihat ke bawah, sangat curam dan dalam.
“Akh sial!” dengus gadis itu. Ia melangkah mundur menjauh.
Namun baru dua langkah ia ambil, ia merasakan sesuatu yang kenyal terinjak oleh kakinya.
“Astaga!” Thea segera berbalik.
Alangkah terkejutnya ia saat melihat ternyata seekor ular besar tadi berada di hadapannya. Ular besar yang semakin mendekat dan siap untuk melilit tubuhnya.
Dengan ketakutan, gadis itu bergerak ke samping, mengambil satu per satu langkah diambilnya untuk menjauh.
Dan tiba-tiba,
"Gras!" Gadis itu terperosok.
“AAAARRGGHHH!!!!” hanya teriakannya yang menggema di seisi hutan.
******
“Awh, shi^t!” lenguhan kesakitan itu terdengar dari mulut Thea saat ia tersadar dari semaputnya beberapa saat lalu.
Ya, ia sempat tidak sadarkan diri saat tiba-tiba ia merasa jantungnya nyaris copot Ketika ia terjatuh dari ketinggian. Seperti terjatuh ke dalam lubang hitam yang entah dimana dasarnya, tidak bisa ia ukur. Tubuhnya terasa remuk redam dengan beberapa luka di bagian tubuhnya.
Thea melihat keatas sana, entah dari mana ia jatuh karena tidak ada tebing tinggi yang tadi dilihatnya. Hanya langit yang gelap dan diterangi cahaya rembulan bulat sempurna. Ia bukan jatuh dari langit bukan?
Akh benturan di kepalanya rupanya membuat ia berpikir yang tidak-tidak.
“Aiisshhh..” Ia mendesis saat merasakan perih di lututnya kketika berusaha bangkit.
Berbeda dari hutan tadi, tempatnya berada saat ini terasa lebih dingin. Permukaan tanah tertutupi oleh salju tipis yang membuat dedaunan menjadi kaku.
Salju?
Bukankah seharusnya sekarang adalah musim semi?
Thea terdiam sejenak, memandangi daun kering yang kaku di tangannya. Ia jadi mengingat semua kejadian yang menjadi muasal hingga ia berada di tempat ini.
Beberapa jam lalu, Thea yang sedang mengikuti kemah musim semi mendapat tugas mengambil air di danau. Ia membawa senter kecil di tangannya dengan satu buah ember besar di satu tangan lainnya.
Ia menyusuri jalanan setapak yang tertutup daun kering khas musim semi. Suasana hutan yang sepi membuat Thea bisa merasakan ketenangan setelah beberapa saat lalu telinganya di penuhi suara musik disco yang menghangatkan acara api unggun.
Orang-orang bebas melakukan apapun yang mereka suka. Ada yang asyik berjoget sambil meneguk minumannya di tangannya, ada yang nyaman bernyanyi sambil bertepuk tangan mengitari api unggun dan tidak sedikit yang memilih menepi dari keramaian itu demi untuk bercumbu rayu dengan pasangan kekasih masing-masing.
Kemah musim semi saat ini tidak ubahnya menjadi sebuah perayaan bagi teman-teman Thea yang merasa terbebas dari beban tugas dan rutinitas perkampusan yang menjemukan.
Seperti saat ini, di salah satu sudut ia melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Mereka saling ******* bibir satu sama lain lengkap dengan usapan tangan yang sensual menggerayangi tubuh sang gadis.
“Aaahhh…” suara lenguhan dari sang gadis itu membuat Thea mempercepat langkahnya menuju Danau.
Harus kalian tahu, di antara banyaknya pasangan, hanya ia yang sendirian. Mana mungkin ia berani melihat pertunjukan panas itu lebih lanjut.
Ya, ia sudah terbiasa sendirian dan dikucilkan. Beruntung saja karena kali ini komunitas anak-anak muda ini tidak menolak saat Thea ingin bergabung. Kalau saja tidak ada kewajiban bagi mahasiswa bergabung dalam kegiatan ekstrakulikuler, mungkin Thea akan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bekerja paruh waktu. Ya, ini lebih menyenangkan untuknya.
“Hahahaha… Badannya sangat bagus. Aku menyukai kulitnya yang sensual ini.” Sebuah suara terdengar jelas dari sisi kanan jalan.
“Seleramu payah. Kulit putih mengkilatlah yang lebih menyenangkan untuk di sentuh.” Timpal suara lain yang disambut tawa oleh dua atau tiga tawa laki-laki lainnya.
Sudah tidak asing dengan pembicaraan semacam itu. Bukankah memang itu salah satu hal menyenangkan yang biasanya dibahas oleh kaum laki-laki? Memperbandingkan fisik satu perempuan dengan perempuan lainnya.
“Hey! Mau kemana kau?!” seru sebuah suara yang membuat Thea terhenyak.
Gadis itu langsung menghentikan langkahnya mendengar panggilan dari sisi kananya.
Melihat sekilas, ada 4 orang laki-laki yang sedang minum-minum di sana. Mereka duduk di atas rumput tanpa alas.
“Aku mau mengambil air.” Sahut Thea sewajarnya. Ia berniat untuk segera pergi. Dalam pikirnya, lebih baik ia tidak terlibat dengan orang-orang ini.
“Kau Thea kan, gadis kampungan yang selalu di kucilkan?” seorang laki-laki malah mendekat menghampirinya. Membuat Thea terpaksa menghentikan langkahnya.
Laki-laki pecicilan itu bernama Lucas, salah satu laki-laki paling tampan di kampusnya.
Thea hanya mengangguk pada laki-laki itu.
“Iuhhh.. Penampilanmu sangat payah. Kacamatamu terlalu lebar, apa itu kaca jendela atau kaca mobil? Tidak, dari ketebalannya sepertinya itu kaca pembesar. Hhaahaha” ledek Lucas yang mendekat pada Thea seraya memperhatikan kaca mata Thea dari dekat. Sangat tidak fashionable pikirnya.
“Jangan mengganggunya, waktumu terlalu berharga.” Timpal suara lain dari kejauhan.
“Oh ya? Tapi badannya cukup bagus.” Puji Lucas seraya menoleh Allen, sang ketua genk.
Allen menggeleng, dengan isyarat tangan ia meminta Lucas melepaskan gadis itu. Tidak memenuhi standar menurutnya.
“Pergilah!” Lucas memberikan perintah.
Tanpa menyahuti Thea pun segera pergi.
Dari tempatnya, Lucas masih memandangi Thea yang berjalan menuju bibir danau. Tubuhnya yang tidak terlalu kurus dan berlekuk, membuat Lucas penasaran saja.
“Di antara para gadis di perkemahan, sepertinya hanya gadis norak itu yang masih perawan.” Ucap Lucas seraya tersenyum kecil. Ia bisa membayangkan kalau tidak ada laki-laki yang pernah menjamahnya. Tubuhnya saja masih sintal.
“Senjatamu terlalu tajam, jangan sampai dia melakukan aborsi.” Timpal Allen yang kembali meneguk minumannya.
Tidak menghiraukan ucapan Allen, Lucas malah memilih menghampiri Thea dengan langkahnya yang mengendap-endap. Membayangkan gadis itu masih perawan, membuat gairahnya tiba-tiba saja muncul.
“Bodoh! Dia memang paling susah di atur.” Keluh Allen yang terpaksa bangkit dari tempatnya. Ketertarikan Lucas pada lawan jenis selalu berakhir dengan kemalangan, maka ia harus menghentikannya.
“HWA!!!”
“Byur!”
Dengan sengaja Lucas mengagetkan Thea dan diwaktu yang bersamaan gadis itu tercebur, jatuh terduduk di permukaan danau.
“Hahahahahahaha….” Lucas tertawa terbahak-bahak melihat wajah Thea yang terlihat bodoh dan menatapnya kesal. Tidak hanya tubuhnya, ujung rambut panjangnya juga ikut basah.
“Maaf, aku hanya bercanda.” Ujar laki-laki itu seraya mengulurkan tangannya. Sejujurnya ia masih ingin tertawa melihat Thea.
Thea tidak menimpali, baginya candaan Lucas tidak lah lucu. Ia segera bangkit dari dalam air yang tingginya selutut tanpa memperdulikan tangan Lucas yang terulur padanya.
“Sial!” dengus lucas seraya mengusap wajahnya kesal saat gadis bodoh ini mengabaikannya.
“Rupanya kau sangat suka memancingku.” Ucap Lucas yang mendekati Thea saat gadis itu sudah berhasil berdiri sempurna.
Ia memandangi tubuh Thea yang basah kuyup. Bajunya basah semua dan melekat ketat di tubuhnya. Meski Thea mengenakan jacket, namun jacket itu malah membuatnya terlihat seksi karena bagian bahu sebelah kirinya melorot.
"Kau jelek, bukan seleraku sama sekali." Lucas menatap tubuh Thea dari atas ke bawah dengan lidah yang mengusap bibirnya sendiri, menunjukkan ketertarikan pada sosok Thea. Secara penampilan, sosok Thea sangat jauh dari tampilan kekinian. Tapi secara postur tubuh, wanita ini memiliki daya tarik tersendiri.
"Tapi, aku tidak masalah kalau harus membantumu menghangatkan tubuhmu. Kemarilah!" Sebuah tarikan dari tangan Lucas membuat tubuh Thea tersentak dan menubruk tubuh Lucas.
Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan namun pandangan Lucas teralihkan pada sepasang benda sintal di dada Thea.
"Waw, rupanya dadamu cukup besar. Boleh aku menyentuhnya?"
"Brengsek!" Dengan segera Thea mendorong tubuh Lucas. Dorongan Thea yang cukup kuat di tambah Lucas yang setengah mabuk, membuat laki-laki itu terhuyung.
"Sial!" Dengus Lucas yang tidak terima. Ia menarik baju Thea hingga bagian atas bajunya robek dan mempertontonkan setengah dada kirinya yang terbuka.
"Kemarilah kawan-kawan. Kita akan makan malam enak, malam ini." Panggil Lucas.
"Jangan macam-macam Lucas, aku bisa melawanmu." hardik Thea yang ketakutan.
Satu tangannya berusaha menutupi dadanya dan satu tangan lainnya menodongkan ember ke arah Lucas.
"Waaahhh aku sangat takuuttt..." Ledek Lucas.
Belum sempat Lucas mengampiri Thea, Allen sudah lebih dulu mendekat. banyaknya minuman beralkohol yang ia tenggak membuat sosok Thea terlihat sangat cantik.
"Kau mau tidur denganku?" Tanya Allen seraya meraih ujung rambut Thea yang basah. Sangat seksi menurutnya.
"Jangan mimpi!" Tolak Thea dengan tegas.
"Wah, rupanya dia berani padaku." seru Allen yang membuat ketiga kawannya mendekat. Menatap Thea penuh hasrat seperti serigala lapar yang siap menerkamnya.
"Jangan mendekat padaku, aku mohon." Pinta Thea dengan wajah yang mulai ketakutan.
Ia mundur beberapa langkah menjauh dari Allen dan laki-laki itu tampak gemas sendiri.
"Larilah Thea, atau aku akan memakanmu."
"LARILAAHH!!!!" Seru Allen dengan suara yang menggelegar.
Karena ketakutan, Thea segera pergi dari hadapan Allen. ia berlari tidak tentu arah, kemana saja asalkan tidak di dekat Allen.
"Tangkap wanita itu dan kita nikmati tubuhnya." Titah Allen dengan hasrat yang menggebu.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!