Terlihat seorang wanita dengan pakaian kemeja dan juga rok span selutut tengah berlari seolah dikejar oleh bahaya yang besar.
Segerombolan orang-orang dengan alat potret di tangan mereka mencari keberadaan seseorang di antara gang kecil yang dikelilingi pepohonan.
"Cari dia!" Terdengar perintah dengan suara besar yang membuat wanita itu diam sehening mungkin.
Mereka terlihat kebingungan mencari wanita cantik yang bernama Meysa Alves seorang artis berkedok CEO cantik keturunan keluarga Alves yang terkenal di negaranya.
Meysa bukan ingin diwawancarai tapi ingin dihabisi dengan menyewa pembunuh bayaran berkedok wartawan. Sekarang wanita cantik itu tengah berada di sebuah rumah antik, ia tidak peduli dengan pemilik kediaman ini karena ia tidak melihat siapapun.
"Hah, astaga! Siapa yang membayar mereka, dia cerdas juga! Tapi aku akan lebih cerdas. Aku pastikan mereka tidak akan menemukan ku!"
Matanya melirik kearah lubang kecil yang ada di rumah itu yang memperlihatkan segerombolan wartawan palsu itu.
"Cari ke arah sana!" Meysa akhirnya bisa bernapas lega setelah melihat segerombolan wartawan palsu itu pergi ke arah lain.
Deru napas Meysa yang masih memburu ditambah dengan kakinya yang sedikit sakit karena berlarian dengan jalanan yang tidak mulus seperti wajah yang diidamkan kaum hawa.
"Mana ponsel ku ya."
Mencoba mencari ponsel untuk menghubungi manajemen yang merupakan bodyguardnya, ia segera menghubungi nya.
"Ayo angkat!" Ujar Meysa sendiri setelah menekan tombol panggilan.
Tak lama akhirnya terdengar nada sambung juga. "Nona kau dimana?" Sahut seseorang di seberang sana.
"Jangan banyak tanya, aku hampir dibunuh dan sekarang aku bersembunyi. Aku kirimkan lokasi nya lewat vn pesan suara dan kalian segera kemari!"
Setelah memberitahukan keberadaan nya ia merasa lelah karena berlari dari kematian.
"Aku harap mereka segera datang, sungguh aku lelah sekali. Setelah syuting dan semalaman menyelesaikan presentasi aku harus berlari dari kematian. Orang ini pasti berada di dekatku sehingga ia tau jadwal ku. Awas saja setelah ini, akan ku balas berkali lipat!" Meysa geram sambil memikirkan sosok yang berniat membunuhnya.
Kakinya yang merasa lelah, Meysa langkahkan perlahan mengelilingi rumah yang bergaya tradisional itu. "Sepertinya ini kamar. Uhuk! Uhuk!" Meysa merasa gatal dibagian hidungnya saat menghirup abu yang bergentayangan di kamar itu.
"Ya, walaupun berdebu. Setidaknya aku bisa tidur, aku sangat lelah." Meysa merebahkan dirinya di ranjang kayu berbentuk lingkaran berhiaskan bunga mawar yang sudah berdebu.
"Tunggu, apa jangan-jangan bunga bangkai itu? Aku yakin pasti dia. Sudahlah, aku lelah sekali." Mata Meysa
perlahan menutup dan sudah tiba di alam mimpinya.
Sekarang wanita cantik itu tengah berbaring bak tuan putri. Mata dan tubuh yang lelah tak ada membuat ia peduli dengan ruangan yang ia tempati.
Tanpa disadarinya, ruangan itu mengeluarkan sinar kecil. Bentuk kecil itu perlahan mulai menjalar dan membuat ia menjadi besar seolah mendapatkan energi dari benda yang ia lewati.
Sekarang sinar itu mendekati ranjang yang dihuni oleh Meysa, mulai dari bawah terus naik dan menyelimuti ranjang itu hingga setelah berhasil dikuasai akhirnya sinar itu merayap ke tubuh Meysa dan semuanya bersinar terang diiringi dengan lenyapnya sosok yang berbaring di sana.
Dan sekarang ranjang itu terlihat seperti semula, tidak ada yang menempati dan juga tidak ada siapapun bahkan tanda-tanda kedatangan seseorang.
Bersambung.....
Jangan lupa like 👍
Tinggalkan komentar✍️
Dan berikan hadiahnya 🎁
Terima kasih banyak ❤️❤️
Terlihat ada pergerakan dari kelopak mata itu, sang pemilik akhirnya berhasil membuka matanya dan mengedarkan pandangannya.
"Eumhh, sepertinya aku ketiduran. Kasurnya terasa empuk. Enak sekali."
Meysa duduk sambil menatap dengan nyawanya yang masih belum terkumpul. "Seharusnya mereka sudah sampai, dimana mereka? Apa tidak tau aku sudah cukup lama disini? Sepertinya mereka ingin dihukum! Dasar lelet!" Meysa mencari ponselnya untuk menghubungi bawahannya.
Sayangnya ia tidak menemukan benda pipih itu, berulang kali ia mencari, atas, bawah, kanan kiri samping dan belakang mengitari ranjang itu. "Dimana ponsel ku?" Ujarnya bingung.
Tangannya yang mengotak-ngatik ranjang ia mulai berpikir ketika melihat ada selimut bersanding di sampingnya plus bantal.
"Tunggu dulu, bukankah sebelumnya ini ranjang yang kosong? Berdebu? Lalu apa ini? Aaaaa... atau aku sudah pulang." Meysa berpikir ia sudah berada di kamarnya ketika ia ditemukan dalam keadaan tidur dan dibawa pulang.
Hanya sesaat tak lama mata dan tubuh wanita itu terkejut dan kebingungan saat melihat ruangan itu yang tiba-tiba berubah menjadi ruangan yang bersih dan bernuansa zaman dahulu. "Ini bukan kamarku ...."
Dengan kecepatan kuda dan lompatan kelinci ia segera bangkit dan melihat ke jendela dan ketika jendela itu terbuka ia terkejut dengan nuansa yang ada di sana.
"Apa ini?" Tanyanya dengan melihat yang ada dihadapannya. Terlihat rumah berjejer rapi dan bernuansa zaman dahulu, ditambah dengan orang-orang yang berlalu lalang di sana.
Beberapa kali mengucek matanya, nyatanya tidak merubah apapun juga. Pemandangan yang sama dan orang-orang yang sama.
"Ponselku !" Secepat kilat ia mencari ponsel yang ia letakkan di sebelah nya dan ia kembali terkejut saat melihat ponsel miliknya berubah menjadi lembaran syair tulisan rapi bertinta hitam.
"Berubah?" Ujarnya dengan kebingungan.
Meysa mengelilingi kamar itu ia melihat sebuah cermin yang tidak sebagus cermin di zaman modern. "Cermin!" Benda itu memperlihatkan dirinya memakai pakaian berbahan sutra dan selendang yang melilit tubuhnya ditambah dengan perhiasan dari rambut hingga kakinya.
"Pakaian dari sutra, selendang dan juga perhiasan. Seperti syuting zaman kolosal."
Meysa duduk sejenak dan berpikir dengan tenang. Ia mengingat apa yang terjadi, beberapa saat ia berpikir dan menganalisa yang terjadi ia yakin dirinya bertransmigrasi ke zaman dahulu. "Aku pastikan ini bukan syuting, tidak ada kamera atau kru. Apa aku bertransmigrasi seperti film?"
"Kalau benar, lalu apa posisi ku disini? Bangsawan? Tuan putri!?" Ujarnya menebak.
"Pasti ada sesuatu yang bisa jadi petunjuk!" Tidak ingin menerka-nerka ia segera
mencari tau tubuh siapa yang ia tempati, Meysa hanya menemukan buku dan juga pakaian.
Tidak ada apapun, hingga suara pintu terbuka memperlihatkan sosok wanita paruh baya dengan pelayan dan senyuman ejekannya. "Akhirnya kau sadar juga!!"
Meysa yang sedang jongkok langsung menganalisa sosok yang menghampirinya.
Meysa yang masih belum siap dan tengah berpikir langsung terkejut ketika tangan wanita paruh baya itu Menarik rambutnya dan membuat ia terjatuh ke lantai. "Aghhhh!"
Entah mengapa tubuhnya tiba-tiba merasakan sakit dan terlihat luka di pergelangan tangannya. 'Sakit, kenapa bisa begini? Rasanya sakit sekali dan sejak kapan tanganku terluka?'
Meysa langsung menatap wanita itu dengan tajam dan terima dengan perlakuan itu. 'Beraninya dia! Akan ku jambak dan patahkan tangannya!' Kesal dan marah seperti gunung Merapi.
Meysa berniat membalas tapi ia mendengar ucapan dari wanita itu yang membuat ia tau tubuh yang ia tempati. "Beraninya kau!"
"Tania, kau hanya menyusahkan ku saja! Tidak tau diri, kenapa kau tidak duduk manis saja atau bersikap bodoh! Tapi kau membuat kekacauan dengan drama bunuh diri dan tangisan mu itu! Apa karena posisi mu sebagai ratu?"
Seorang wanita yang bernama Tania. Bukan wanita biasa tapi seorang ratu disini.
"Memalukan! Aku mendapatkan menantu seperti mu yang hanya hadiah!" Umpatan wanita yang ia yakini adalah ibu mertuanya itu menjelaskan posisi dan sifatnya.
"Putraku sudah bertindak benar menikahi wanita yang sepadan dan tidak seperti dirimu, dengar! Jangan bertindak bodoh lagi!"
Dan yang tidak membuat Meysa habis pikir, wanita ini berniat mengakhiri hidupnya karena mendengar suaminya akan menikah lagi. Lelucon macam apa ini, Meysa yang tidak pernah memberikan hatinya pada siapapun dan tidak membutuhkan pria justru disini ia seperti tidak memiliki harga diri.
'Beraninya dia mengatai ku, akan ku balas dia!'
Tak terima dengan perlakuan wanita itu, Meysa bangkit dan ingin membalas nya sayang kepala Meysa tiba-tiba dihantam batu yang besar.
"Aghhh!" Terasa begitu berat membuat ia pening bukan main dan tiba-tiba sekelebat bayangan seperti memory masa lalu mengenai penjelasan ratu Tania dan setelah itu ia tidak sadarkan diri.
Bersambung...
....
Jangan lupa like
Tinggalkan komentar
dan berikan hadiahnya ya terimakasih banyak
Di ranjang reot kayu itu, terbaring sosok cantik dengan mata yang perlahan terbuka. Netra coklat hazel nya melihat langit-langit yang terbuat dari kayu itu.
"Ratu, syukurlah ratu sudah sadar." Suara itu terdengar tak jauh dari posisi Meysa.
Ia menoleh dan terlihat sosok wanita yang berusia 18 tahun dengan raut wajah yang begitu khawatir dan terlihat habis menangis.
'Dia dayang ku di zaman ini, Siu.' Meysa mendapatkan identitas dirinya sebagai ratu Tania.
"Ratu, apa ratu merasakan sakit? Katakan pada hamba. Ratu tidak sadarkan diri selama 3 hari." Mendengar ucapan itu, Meysa merasa terkejut karena cukup lama ia tidak sadarkan diri.
"Jangan menangis, aku masih hidup." Dayang Siu dengan segera menghapus air matanya meskipun ia merasa bingung dengan ucapan ratunya.
Meysa segera bangkit dan meskipun terasa pegal karena ketidaknyamanan ranjang ini. "Ini....."
"Ibu suri membawa ratu kesini. Supaya ratu tidak bertemu dan menggagalkan pertemuan raja dengan tuan putri Yeri."
Dibantu oleh Siu, Meysa melihat pondok yang ia diami berada pada hutan lebat dan jauh dari istana. "Dengan membawa kemari mereka berpikir aku akan tiada. Bukan ratu Tania yang mengisi disini tapi Meysa. Aku akan membuat mereka serangan jantung bahkan tidak bisa berkutik lagi atau menginjak ku. Akan ku porak-porandakan istana bahkan zaman ini dengan pemikiran ku. Lembut tapi mematikan, tunggu dan lihat nanti." Itulah yang ditanamkan oleh Meysa untuk memberantas orang-orang yang meremehkan dirinya.
"Ratu mengatakan sesuatu?" Siu yang baru saja kembali setelah mengambilkan air untuk Meysa langsung bertanya karena merasa ratunya bicara.
"Aku ingin buah- buahan. Biasa kau bawakan?" Siu langsung mengangguk.
"Ratu, tunggulah disini. Hamba akan kembali segera." Setelah memastikan ratunya aman dan nyaman. Gadis itu segera pergi memetik buah-buahan di hutan.
Meysa merubah posisi duduknya menjadi posisi yoga karena ia merasa tubuh yang ia tempati sangat jauh dari kategori sehat dan bugar. Mungkin stres karena mendapat mertua iblis dan juga suami yang doyan kawin.
Yoga sangat baik dan bagus untuk kesehatan karena dapat Meningkatkan Kesehatan Jantung, Menambah Kualitas tidur, meningkatkan kesejahteraan rohani, meningkatkan fungsi sosial dan mengurangi gejala kecemasan yang tentunya sangat bermanfaat sekali bagi Tania.
Siu yang kembali dengan perasaan senang karena berhasil membawakan berbagai macam buah-buahan untuk ratunya tiba-tiba berhenti dan terdiam melihat posisi ratunya yang asing baginya.
Cukup lama ia mengamati, dari berbagai pose yang dilakukan oleh ratunya hanya pose bunga lotus yang ia tau. "Apa yang ratu lakukan?" Tanyanya dengan bingung.
"Sudah puas melihatnya? Ayo kemari lah!" Siu terkejut dan heran ketika ratunya tau apa yang ia lakukan ditambah dengan ratunya tengah memejamkan mata.
Meskipun bingung, tapi Siu segera menuju ratunya. Meysa membuka matanya dan tersenyum kecil melihat Siu segera duduk dibawahnya dengan kain yang berisi buah-buahan.
"Wah, sangat banyak dan beragam! Beri!" Meysa terlihat senang dan membuat Siu ikut senang sambil menatap ratunya.
"Ayo makan bersama. Ini tidak akan bisa kuhabiskan sendiri." Tapi bukannya merespon Siu malah melamun dan membuat Meysa memanggilnya tidak ada respon hingga ide jahil terlintas dipikiran nya.
"Awww ratu!" Siu kaget dengan jentikan di keningnya.
"Kau tidak mendengar panggilan ku? Apa yang kau pikirkan?"
Sambil mengelus keningnya, Siu akhirnya bicara. "Hamba sangat senang, ratu tersenyum lagi dan sangat manis. Sudah lama ratu tidak tersenyum."
Meysa yang mendapatkan ingatan sepenuhnya hanya mengangguk sambil mengunyah buah-buahan. "Karena aku sudah lelah menangis dan mengemis untuk mereka. Untuk apa melakukan tindakan yang sia-sia? Lebih baik kita habiskan dengan kesenangan bukan? Lagipula apa kau senang melihat ku terus menangis?"
"Tidak ratu! Hamba suka ratu tersenyum dan menegakan wajah Ratu kepada semuanya."
"Bagus! Dengar..... Wanita cerewet itu..." Meysa menghentikan panggilannya agar Siu tidak merasa janggal.
"Maksudnya Ibu suri. Dia meletakan ku disini supaya aku tidak buat ulah kan?" Siu mengangguk cepat.
"Kalau begitu, kita nikmati saja. Kita akan menjelajah dan kembali beberapa hari lagi ke istana. Kau pasti bosan kan membungkukkan badan mu dan juga mendengarkan hal yang tidak penting. Kenapa kita tidak jalan-jalan menikmati keindahan hutan ini?"
Siu mengangguk tapi tidak lama ia menggeleng mendengar ucapan ratunya. "Ratu, kita tidak boleh masuk terlalu jauh ke hutan. Itu sangat berbahaya dan juga apa ratu tidak ingin menghentikan pertunangan raja?"
"Itu bisa diurus nanti. Lagipula kalau raja menikah lagi, aku tetap ratunya kan? Posisi ku lebih tinggi dan bukankah ada aturan yang melindungi ku? Raja boleh menikah dengan siapapun dan berapapun tapi posisi istri pertama tetap yang tertinggi."
"Aa...." Siu ingin menyanggah.
"Aku tau, selama istri pertama masih hidup dan dapat memberikan pewaris kerajaan sebelum lima tahun. Aturan itu tetap berlaku, kau tidak perlu khawatir karena ratu mu ini akan membuat mereka tidak berani menatap dan berbuat padaku seperti dulu." Siu yang melihat ekspresi dan kepercayaan diri ratunya membuat gadis itu percaya pada ratunya.
"Hamba akan setia dan selalu bersama ratu."
"Aku tau itu, dan jangan kecewakan aku."
Sang pemilik malam berbentuk lingkaran penuh tengah menghiasi langit, ditambah dengan suara hewan yang saling bersahutan. Meysa atau ratu Tania masih belum memejamkan matanya. "Tiga hari lagi, aku akan kembali dan memporak-porandakan istana dengan ratu modernisasi ini."
Bersambung...
Jangan lupa like
Tinggalkan komentar
Dan berikan hadiahnya ya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!