NovelToon NovelToon

CEO and Top Model's Secret Wedding

Bab 1. Kabar Duka

Seorang wanita cantik baru saja selesai dengan pemotretannya. Ia segera berganti pakaian dan pergi meninggalkan lokasi pemotretan menuju parkiran. Tidak beberapa jauh dari mobilnya, ia dihubungi seseorang. Melihat nomor asing, awalnya ia ragu, tetapi juga penasaran. Akhirnya wanita cantik itu menerima panggilan asing tersebut.

"Hallo, siapa ini?" tanya wanita cantik itu. Ia bernama Isobelle.

"Hallo, apa benar ini Nona Isobelle, Adik dari Nyonya Arabella?" tanya seseorang di ujung panggilan.

Dahi Isobelle berkerut. Tiba-tiba perasaanya tidak enak.

"Ada apa, ya? perasaanku buruk," batin Isobelle.

"Ya, saya Isobelle. Maaf, Anda siapa. Apakah Anda kenal Kakak saya?" tanya Isobelle.

"Ya, Nona. Saya Selly, pengasuh yang bekerja bersama Nyonya Arabella. Ada yang ingin saya sampaikan, Nona. Nyonya dan Tuan mengalami kecelakaan. Beliau berdua ... " jawab seseorang Bernama Selly yang kemudian diam.

"Mereka kenapa? Ha-hallo, hallo ... " sahut Isobelle mulai panik.

Selly mengabarkan, jika Kakak dan Kakak ipar Isobelle meninggal dunia. Mendengar kabar mengejutkan seperti itu, membuat leher Isobelle seperti tercekik. Ia tidak percaya kabar yang disampikan Selly.

"Tidakkk!" jerit Isobelle manangis.

"Kakak, kakak. Tidak mungkin. Kakak ... " gumam Isobelle.

Seseorang datang menghampiri Isobelle segera, setelah mendengar Isobelle berteriak. Pria itu

"Iso, kamu kenapa?" tanya seseorang bernama Joshua, Manager Isobelle.

Isobelle menyeka air matanya, "Aku akan segera datang. Kirimkan alamatnya," kata Isobelle yang masih terhubung dengan Selly lewat telepon.

"Baik, Nona. Saya akan kirim segera. Terima kasih dan tolong hati-hati," jawab Selly.

Isobelle mengakhiri panggilan Selly. Ia menatap ponselnya dengan tangan gemetaran menunggu pesan yang dari Selly. Tidak lama ponsel Isobelle bergetar, Selly telah mengirimkan sebuah alamat pada Isobelle.

"Jo, pesan tiket pesawat tercepat sekarang. Ini penting," perintah Isobelle menatap Managernya. Ia memberikan ponselnya pada Joshua.

Joshua menerima ponsel Isobelle, "Ya, ayo. Masuklah ke dalam mobil dan tenangkan dirimu dulu," jawab Joshua. Meski tidak tahu apa yang terjadi, Joshua tidak ingin melihat Isobelle bersedih.

Pintu mobil belakang dibuka Joshua, Isobelle masuk dan segera duduk. Ia langsung memasang sabuk pengaman. Joshua juga segera masuk ke dalam mobil dan bersiap mengemudikan mobil menuju bandara.

Dalam perjalanan Isobelle menangis diam-diam. Ia tidak menyangka, jika ia akan kehilangan Kakak satu-satunya yang ia miliki. Masih jelas diingatnya, suara Kakaknya saat meneleponnya. Isobelle menyaka air matanya, ia tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Berapa lama perjalanan kita, Jo?" tanya Isobelle ingin tahu.

"Pesawat kita terbang satu jam empat puluh menit. Perjalanan dari bandara ke alamat ini sekitar dua jam." jawab Joshua.

"Ahhh ... aku bisa gila!" ucap Isobelle menggigit bibir bawahnya.

Terlihat Joshua sedang bertelepon. Sedangkan Isobelle tampak kacau. Ia tidak bisa lagi berpikir jernih, yang diinginkannya cepat sampai agar bisa melihat jalannya pemakaman sang Kakak.

***

Isobelle datang dengan tergesa-gesa untuk menghadiri pemakanan sang Kakak, tetapi ia terlambat. Kakak dan Kakak Iparnya telah dimakamkan karena sudah tiba waktu pemakaman. Ia menangis, ia langsung berlutut di hadapan makam mendiang Kakak dan Kakak iparnya. Kenangan-kenanga masa lalu teringat dalam benak Isobelle. Ia marah, kenapa kejadian buruk itu harus menimpa sang Kakak juga Kakak iparnya.

Selly datang mendekati Isobelle dan memperkenalkan diri. Ia meminta maaf pada Isobelle, karena melakukan pemakanan tanpa kehadiran keluarga, dikarenakan sudah tiba waktu pemakanan. Tidak ada pilihan selain mentaati prosedur yang berlaku. Isobelle mengangguk pelan. Ia berjalan mendekati makam  Kakak dan Kakak iparnya lalu bersimpuh. Air mata yang sempat tertahan kembali runtuh. Isobelle menangis tersedu-sedu. Selly yang tak tega pun mencoba menenangkan Isobelle. Ia meminta Isobelle bersabar dan iklas menerima kenyataan yang ada.

Tidak beberapa lama keduanya saling diam. Baik Selly maupun Isobelle larut dalam pikiran masing-masing. Setelah berdoa, Isobelle pun di antar Selly ke rumah yang ditinggali sang Kakak dan Kakak iparnya untuk bertemu keponakannya, Sean.

Saat melihat Sean yang masih bayi. Isobelle pun bertekat untuk mengasuhnya. Ia ingin Sean mendapatkan kasih sayang dan kehangatan keluarga. Isobelle merasa kasihan pada Sean yang harus kehilangan Papa dan Mamanya sejak bayi.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya Isobelle mengusap wajah tampan Sean.

"Ya, Nona. Tuan Muda baik-baik saja. Apakah Anda baik-baik saja? saya dengar Anda dari bandara langsung datang ke sini dan tidak makan apa-apa selama perjalanan. Manager Anda yang memberitahu saya," kata Selly terlihat khawatir.

Isobelle tersenyum, "Aku baik-baik saja. Kamu juga pasti kesulitan. Aku minta maaf, mewakili Kakak dan Kakak iparku." kata Isobelle menatap Selly.

"Saya tidak apa-apa, Nona. Saya senang bisa bekerja dengan Tuan dan Nyonya di sini. Mereka orang baik," jawab Selly.

"Aku akan mengasuh Sean. Sebagai Bibinya, aku tidak ingin membiarkannya begitu saja." kata Isobelle.

"Ya, Nona. Tidak ada orang lain yang bisa melindungi Tuan muda selain Anda. Saya senang," jawab Selly.

"Kalau begitu, tolong kemasi pakaian Sean, ya. Kita akan menginap di Hotel beberapa hari untuk mengurus semuanya. Kamu bisa bantu aku menjaga Sean selagi aku sibuk?" tanya Isobelle.

"Baik, Nona. Dengan senang hati," jawab Selly.

Tidak lama Selly selesai mengemas pakaian Sean di dalam tas. Isobelle bersiap pergi meninggalkan rumah tempat tinggal Kakak dan Kakak iparnya bersama Selly dan Sean yang terlelap di gendongan Selly. Baru saja ia berjalan beberapa langkah meninggalkan teras rumah, seorang pria muda yang tampan bersama seorang lain menghadang jalan Isobelle yang sedang berjalan mendekati mobil.

"Tunggu ... " kata pria asing itu menghentikan Isobelle dan Selly.

Isobelle menatap pria itu, lalu menatap Selly, "Pergilah, masuklah dulu ke dalam mobil. Biarkan aku yang bicaranya dengannya," pinta Isobelle pada Selly.

Selly menganggukkan kepala, "Baik, Nona." jawab Selly. Yang langsung pergi berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam mobil.

Pria asing itu bernama Kairos Abarm. Dengam tatapan mata dingin, ia meminta Isobelle menyerahkan Sean, karena ialah yang akan menjadi wali Sean. Tentu saja sikap Kairos tidak ditanggapi baik oleh Isobelle. Ia tidak mau menyerahkan Sean begitu saja. Keduanya saling bertatapan dingin. Sama-sama ingin menjadi wali dari Sean.

"Serahkan Anak itu padaku," pinta Kairos tanpa basa-basi.

"Apa? siapa kamu sampai memintaku menyerahkan Sean?" tanya Isobelle kesal menatap dingin ke arah Kairos.

Kairos diam sesaat, kemudian memperkenalkan diri, ternyata ia adalah Kakak dari Kenzo, yang merupakan suami Kakak Isobelle. Berarti Kairos adalah Paman dari Sean. Meski demikian Isobelle tidak mau menyerahkan Sean pada Kairos. Perdebatan diantara keduanya tak terhindarkan. Sampai akhirnya keduanya memutuskan membawa masalah hak asuh Sean ke persidangan. Baik Kairos maupun Isobelle tidak ada yang mau mengalah dan menyerah.

"Aku Kairos Abarm. Kakak dari Kenzo, suami Arabella." jawab Kairos memperkenalkan diri.

Ini adalah bukti aku Kakak Kenzo, "kata Kairos menunjukkan fotonya dengan sang Adik, Kenzo. Yang tersimpan di ponsel pada Isobelle.

Isobelle menatap ponsel Kairos, lalu menatap Kairos, "Meski begitu. Apa maumu sampai menghadang jalanku? Tolong minggir karen aku tidak bisa membuang waktu," jawab Isobelle. Ia seakan tidak mau tahu siapa Kairos.

"Tidak. Anak itu harus dibesarkan olehku. Dia adalah Anak Adikku. Aku Pamannya, aku berhak menjadi walinya." jawab Kairos tidak suka dengan ucapan Isobelle yang mengejeknya.

"Aku datang ke sini lebih dulu, terlebih pengasuh Sean yang menghubungiku untuk datang ke sini. Aku juga berhak, karena aku Bibinya." jelas Isobelle menatap tajam ke arah Kairos.

"Jadi kamu menolak menyerahkan Anak itu padaku?" tanya Kairos lagi.

"Ya, aku menolak." jawab Isobelle tegas.

Karena tidak ada yang mau mengalah. Pertengkaran pun tidak terhindarkan. Kairos dan Isobelle bersikeras pada pendirian masing-masing. Seseorang yang datang bersama Kairos pun melerai keduanya. Tidak mau membuang waktu, Isobelle lantas pergi dengan menahan amarah. Ia berjalan mendekati sebuah mobil, membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil sudah ada supir, Joshua dan Selly yang menggendong Sean di kursi belakang.

Isobelle duduk bersandar, "Menyebalkan sekali. Apa-apaan orang itu," gumam Isobelle.

"Nona, Anda baik-baik saja? Mereka ... " tanya Selly bingung tidak melanjutkan kata-katanya.

"Pria itu mengaku Kakak dari Kak Kenzo. Apakah kamu pernah bertemu dengannya? dia pernah datang ke rumah Kakakku?" tanya Isobelle menatap Selly.

"Saya tidak pernah melihatnya," jawab Selly yakin.

"Dia meminta hak asuk Sean. Aku menolak dan pria itu terus memaksa." kata Isobelle.

"Lalu ... ?" tanya Selly menatap Isobelle.

"Tidak ada pilihan. Kita hanya akan membawa ini ke pengadilan. Biarkan pengadilan yang memutuskan. Meski begitu, aku tidak akan menyerahkan keponakanku begitu saja padanya." jawab Isobelle.

"Apa akan baik-baik saja? Mereka terlihat bukan seperti orang biasa," sahut Joshua.

"Carilah pengacara terbaik, Jo. Apapun dan bagaimanapun caranya, aku harus dapatkan hak asuh Sean. Aku tidak akan rela menyerahkan Sean pada pria menyebalkan itu," pinta Isobelle.

Isobelle yang kesal meminta bantuan managernya untuk mencari pengacara terbaik agar ia bisa memenangkan hak asuh Sean. Ia tidak bisa membiarkan keponakannya tinggal bersama orang asing sekalipun itu Pamannya. Joshua tanpa banyak bertanya langsung mengiakan permintaan Isobelle dan meminta Isobelle untuk tidak terlalu memikirkan apa yang terjadi. Ia takut Isobelle akan sakit, mengingat Isobelle adalah seorang pemikir, sekecil apapun masalahnya.

Bab 2. Tawar Menawar

Kairos sedang memikirkan cara membuat Isobelle menyerah. Sama seperti Isobelle, ia juga meminta bantuan pengacara ternama agar bisa membawa Sean bersamanya. Kairos tidak rela, jika Isobelle mendapatkan Sean.

"Dia sulit dihadapi," gumam Kairos.

"Ya, siapa?" jawab Joel, Asisten Kairos.

"Wanita itu, dia begitu gigih," jawab Kairos tidak senang.

"Bukankah hal itu wajar. Dia juga Bibinya," jawab Joel.

Kairos menatap Joel, "Kamu membelanya?" tanya Kairos.

"Ti-tidak. Tentu saja tidak. Mana mungkin aku membelanya. Aku hanya mengatakan fakta yang ada. Anda memang Pamannya tapi, dia juga Bibinya. Bukankah akan sulit memilih di antara Paman atau Bibi?" jelas Joel. Ia tidak mau Kairos salah paham dengan ucapannya.

Kairos mengusap wajahnya kasar, "Jadi, bagaimana dengan apa yang kuminta tadi? sudah kamu temukan? dan ya, selidiki wanita itu. Pekerjaannya, di mana dia menetap dan sebagainya. Semua tentangnya harus jelas." perintah Kairos.

"Baik, Pak. Saya akan menyiapkan semuanya. Silakan Anda beristirahat. Selamat malam," jawab Joel sekalian berpamitan meninggalkan kamar Kairos.

***

Keesokan harinya. Joel memberikan dua buah amplop cokelat pada Kairos. Satu amplop berisikan daftar pengacara yang akan disewa Kairos, amplop kedua berisikan data diri Isobelle.

"Pak, apa Bapak yakin ingin membawa persoalan ini ke pengadilan?" tanya Joel ragu-ragu.

"Tentu saja. Kamu lihat sendiri, dia tidak mau menyerahkan Sean dengan sukarela padaku." jawab Kairos.

Joel terdiam. Ia tahu niat baik atasannya yang ingin melindungi anak dari Adiknya. Ia pun mendapatkan ide dan menyampaikan idenya pada Kairos.

"Hmm, Pak. Saya punya ide. Bagaimana kalau Anda mendekati wanita itu. Maksdud saya, Anda bisa lebih sopan meminta hak asuh Sean. Ya, bicara baik-baik dari hati ke hati seperti itu." saran Joel menatap Kairos yang sedang membuka amplop.

Joel meminta Kairos untuk bisa berbicara dari hati ke hati pada Isobelle. Akan lebih baik, jika keduanya bisa mencapai kesepakatan tanpa harus ke pengadilan. Kairos menolak, ia tetap ingin sidang digelar karena yakin bisa memenangkan hak asuh Sean.

"Kenapa kamu berpikir begitu, Joe? aku tidak yakin dia mau diajak bicara baik-baik. Aku menolak. Aku yakin akan memenangkan hak asuh Sean secara hukum karena aku lebih baik dari wanita itu." jawab Kairos dengan percaya diri.

"Pak, coba pikirkan kembali. Bagaimana jika pengadilan tidak memilih Anda dan memilih wanita tersebut. Meski dari segi materi Anda mampu mempekerjakan pengacara-pengacara ternama, dari segi waktu, Anda memang kalah cepat. Wanita itu yang lebih dulu datang dan ingin mengurus Sean. Jika saya amati, wanita itu bukanlah wanita seperti pada umumnya yang akan menyerah begitu saja menghadapi lawan seperti Anda." jelas Joel.

"Akan aku pikirkan. Kamu keluar saja dari kamarku dan mengurus pekerjaan kita yang tertunda. Kita bahas lagi ini nanti," jawab Kairos.

Setelah mendengar penjelasan Asistennya, Kairos beberapa hari berpikir keras. Ia yakin, tidak mudah bicara dengan wanita sekeras batu seperti Isobelle. Semakin dipikirkan, semakin ia tidak menyukai dan membenci sikap arogan Isobelle. Pada akhirnya Kairos menerima saran Asistennya dan mengadakan janji temu dengan Isobelle secara pribadi. Kairos menghubungi Isobelle agar keduanya bisa bertemu. Ia berharap pertemuannya kali ini berakhir baik.

***

Isobelle dan Kairos bertemu disebuah kedai kopi. Keduanya saling menatap tajam. Isobelle tidak menyukai Kairos yang semena-mena, sedangkan Kairos tidak menyukai Isobelle yang keras kepala seperti batu. Seketika kedai kopi itu seperti terselimuti hujan salju.

"Apa maumu? katakan saja intinya agar kita tidak lama-lama membuang waktu. Jujur aku tidak nyaman bersamamu," kata Isobelle berterus terang.

"Apa?" tanya Kairos teesinggung dengan ucapan Isobelle.

Kairos ingin marah tapi, ia ingat akan pesan Joel. Ia harus tenang dan tetap bersikap baik dihadapan Isobelle demi mendapatkan hak asuh Sean.

"Tidak bisakah kamu mengalah saja? biarkan aku yang menjadi wali Sean. Papa Sean adalah Adik kesayanganku. Terlebih aku memiliki segalanya yang bisa membuat Sean hidup aman dan nyaman," kata Kairos menatap Isobelle, berusaha membujuk.

Isobelle tersenyum masam, "Kamu sangat percaya diri, ya. Maaf, aku tegaskan sekali lagi untuk yang terakhir kalinya. Aku tidak akan menyerahkan Sean begitu saja. Aku punya hak atas Sean, karena Mama Sean adalah Kakakku. Saudariku satu-satunya. Jika kamu merasa tidak adil, maka kita akan menempuh jalur hukum agar adil. Biarkan pengadilan yang memutuskan, siapa diantara kita yang berhak mendapatkan hak asuh Sean. Aku permisi dulu," pamit Isobelle yang langsung pergi meninggalkan Kairos seorang diri.

Sayang sekali, pertemuan itu tidak mencapai kesepakatan apapun. Isobelle dengan terang-terangan menolak. Ia ingin Sean bersamanya karena ia anak dari Kakaknya. Demikian Kairos yang juga merasa bertanggung jawab, karena Sean adalah anak dari adik yang disayanginya. Lagi-lagi keduanya saling berseteru.

Kairos memutuskan pergi. Ia tidak mendapatkan apa-apa, tangannya kosong. Sesampainya di Hotel tempatnya menginap, Kairos lantas bercerita pada Asistennya, jika saran yang diberikan gagal. Ia dan Isobelle tidak akan pernah bisa bicara baik-baik. Mau tidak mau, ia harus kembali kepemikiran awal. Persidangan harus digelar untuk mendapatkan hak asuh Sean.

Pada saat berbincang dengan Joel, Kairos mendapatkan panggilan dari Papanya. Terlihat wajah tidak senang yang ditunjukkan Kairos saat berbincang dengan sang Papa lewat telepon. Akhirnya panggilan diakhiri oleh Kairos. Setelah menerima panggilan tersebut, emosi Kairos menjadi. Ia marah dan meluapkan semua isi pikirannya.

"Aku bisa gila!" seru Kairos mengeluh.

"Ada apa, Pak?" tanya Joel penasaran.

"Tidak, tidak. Tidak apa-apa. Berikan nomor pengacara itu aku akan menghubunginya," pinta Kairos pada Asistennya.

Asisten lantas memberikan sebuah kartu nama. Kairos menerima dan langsung menyalin nomor telepon pengacara ke ponselnya agar bisa segera ia hubungi. Baru saja ia ingin menghubungi pengacaranya, ia terpikirkan sebuah ide. Kairos langsung pergi begitu saja meninggalkan Joel.

Dengan terburu-buru Kairos pergi, ia lantas menghubungi Isobelle. Kairos ingin bertemu lagi dengan Isobelle tapi, Isobelle menolak dengan alasan sibuk. Isobelle menegaskan ia tidak punya waktu luang dan tidak ingin membuang waktu. Jika masalah yang akan dibicarakan mengenai hak asuh Sean, Isobelle siap menghadapi Kairos dipengadilan.

***

Setelah hari itu, Kairos terus berusaha menghubungi Isobelle. Ia tidak lelah meminta bertemu dengan Isobelle karena ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Sayang sekali, Isobelle selalu mengabaikan panggilan Kairos. Karena merasa ketenangannya terganggu, Isobelle bahkan pernah memperingatkan Kairos untuk tidak menghubunginya lagi.

Setelah berkali-kali mendapat penolakan, Isobelle akhirnya menyerah. Ia memberikan Kairos kesempatan bicara. Kalau tidak, Kairos akan terus mengganggunya. Keduanya lantas bertemu di sebuah Caffe.

Uhuukk ...

Isobelle yang sedang minum langsung tersedak. Ia tidak percaya pria yang membuatnta kesal mengajaknya menikah secara tiba-tiba. Bahkan dengan ekspresi wajah yang begitu aneh menurut Isobelle.

"Maaf, apa aku tidak salah dengar? Me-menikah? kamu dan aku menikah?" tanya Isobelle masih tidak percaya.

"Kamu ingin hak Asuh Sean, kan. Akupun demikian. Kamu Bibinya, aku Pamannya. Kita rawat Sean bersama-sama saja. Makanya aku mengajakmu menikah," jelas Kairos.

"Tidak, tidak. Ini salah. Aku menikah denganmu? tidak mungkin. Aku juga tidak mau. Kamu menikah dengan wanita lain saja," jawab Isobelle.

"Pikirkan baik-baik tawaranku ini, Isobelle. Jika kita menikah, banyak keuntungan yang kamu dapatkan. Jika kamu tidak mau, dan pengadilan memutuskan Hak asuh Sean jatuh padaku, aku tak akan membiarkan Sean sekalipun bertemu dengamu. Kamu mengerti maksudku, kan?" jelas Kairos.

Isobelle melebarkan mata, "Kamu sedang mengancam?" tanya Isobelle kesal.

"Tidak, aku hanya menjelaskan. Pikirkan baik-baik dan hubungi aku, jika kamu sudah membuat keputusan. Aku pergi dulu," pamit Kairos yang langsung pergi.

Isobelle terdiam. Ia tidak bisa berpikir apa-apa saat itu. Tidak lama setelahnya ia pun pergi meninggalkan Caffe tempat ia dan Kairos bertemu. Ia masih tidak percaya, pria seperti Kairos mengajaknya menikah. Pasti apa-apa dibalik semuanya, itulah yang ada dalam benak Isobelle.

Bab 3. Menikah Kontrak

Isobelle berpikir keras tentang tawaran Kairos. Di satu sisi ada benarnya, di sisi lain ada hal yang tidak bisa ia lupakan begitu saja. Ia sama sekali tidak tertarik pada pernikahan, menjalin hubungan dengan pria saja ia tidak ingin lagi. Ia menghubung Kairos untuk memastikan jawaban apa yang nantinya akan ia berikan.

Isobelle lantas terdiam setelah bicara dengan Kairos ditelepon. Isobelle kembali ingat akan kata-kata Kairos yang menegaskan kembali hubungan keduanya ke depannya akan seperti apa. Pernikahan kontrak diantara keduanya hanya benar-benar kontrak. Tidak akan pernah ada sentuhan fisik, apalagi hal-hal yang dilakukan suami istri pada umumnya. Kairos menegaskan, kalau ia juga tidak tertarik pada wanita manapun, terlebih pada Isobelle yang menyebalkan. Semua dilakukannya semata-mata demi Sean. Bagaimanapun, ia adalah Paman dan Isobelle adalah Bibi. Keduanya punya hak atas hak asuh Sean dan membesarkan Sean.

Karena harus membuat keputusan yang berat, Isobelle lantas meminta waktu pada Kairos untuk berpikir. Semua terlalu cepat dan terburu-buru. Ia tidak mau salah jalan. Sudah cukup ia tersakiti oleh pria. Ia tidak ingin jatuh ke dalam lubang yang sama.

***

Isobelle bercerita pada Managernya, Joshua. Ia mengatakan Kairos mengajaknya menikah tiba-tiba. Mendengar cerita Isobelle, membuat Joshua kaget.

"Apa?" tanya Joshua. Ia menyakinkan apa yang baru saja didengarnya.

"Bagaimana menurutmu, Jo. Haruskah aku menikah dengan Kairos? Memang tidak ada jaminan aku bisa memenangkan taruhan, dan aku juga tidak mau tidak bisa bertemu Sean. Jika hak asuh Sean jatuh pada Pamannya, Bibinya ini tidak akan lagi bisa apa-apa." kata Isobelle.

Joshua tampak sedih, "Lakukan apa yang ingin hatimu lakukan, Isobelle. Aku hanya ingin kamu bahagia. Jangan lagi menderita dan menangis seperti saat itu," jawab Joshua.

Isobelle menatap Joshua, "terima kasih untuk semuanya, Jo. Tapamu aku tidak akan sekuat ini. Demi aku kamu sampai rela tinggal jauh dari orangtuamu. Aku merasa bersalah atas semua itu, maaf." ucap Isobelle dengan wajah berkaca-kaca.

Joshua memegang tangan Isobelle, "apapun akan aku lakukan demimu. Karena aku memang peduli padamu," kata Joshua.

Isobelle tersenyum, begitu juga Joshua. Keduanya kemudian saling bercerita, Joshua berusaha menghibur Isobelle. Meski hatinya tidak nyaman, ia tidak berhak mengekang Isobelle.

***

Seminggu berlalu, setelah memikirkan semuanya, Isobelle pun menghubungi Kairos dan memberitahukan, jika ia menerima tawaran Kairos. Bukan tanpa alasan, semua karena Isobelle peduli pada Sean. Ia tidak ingin kehilangan hak asuh Sean apapun yang terjadi. Dengan menikah, baik Isobelle maupun Kairos sama-sama bisa merawat Sean dan membesarkan Sean.

Beberapa hal disampaikan Isobelle terkait kontrak, ia mengajukan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Kairos, yakni pernikahan mereka harus dirahasiakan. Isobelle tidak bisa memberitahu orang-orang, jika ia telah menikah dengan Kairos karena ia seorang publik figur. Isobelle juga menegaskan, menikah dengan model bukan hal menguntungkan bagi seorang CEO perusahaan besar seperti Kairos. Dikhawatirkan akan timbul rumor tidak enak dan berdampak bagi perusahaan.

Ada juga beberapa persyaratan lain yang diajukan Isobelle. Setelah mendengar semua persyaratan yang diajukan Isobelle, Kairos menerima dan menyetujui tanpa mengajukan persyaratan lain. Baginya semua hal yang diinginkan Isobelle sudah mewakili keinginannya.

"Baiklah, aku setujui semua keinginammu tanpa terkecuali." jawab Kairos tanpa ragu-ragu.

"Apa? semudah itu?" kata Isobelle kebingungan.

"Keingnanmu bertujuan baik. Demi menjaga nama baikmu dan reputasi perusahaanku, karena itu aku setuju. Jangan khawatir, aku akan menjamin semuanya." jawab Kairos.

"Apa kamu sungguh tidak punya persyaratan? katakan saja, aku merasa tidak enak karena hanya aku yang mengajukan persyaratan." tanya Isobelle.

"Tidak ada. Semua sudah terwakilkan olehmu. Karena kita sudah sepakat, aku akan segera mengurus semuanya. Apa tidak apa-apa?" tanya Kairos.

"Ya, tidak apa." jawab Isobelle.

"Aku akan menghubungimu lagi nanti, terima kasih sudah mau menerima tawaranku." ucap Kairos menyampaikan terima kasih pada Isobelle.

Isobelle pun mengakhiri panggilannya. Ia menatap layar ponselnya dan menggenggam erat ponselnya. Ia masih tidak percaya, ia akan menikah dengan pria yang hanya beberapa kali ia temui. Semua serasa seperti mimpi.

***

Tanpa menunda lebih lama, seminggu kemudian pernikahan Isobelle dan Kairos dilaksanakan. Pernikahan itu digelar secara sederhana dan tertutup. Hanya dihadiri beberapa orang sebagai saksi termasuk Manager Isobelle, Asisten Kairos dan pengasuh Sean.  Dengan berakhirnya pemberkatan pernikahan, Isobelle kini resmi menjadi istri Kairos, Nyonya Abarm. Meski itu hanyalah perikahan kontrak.

Joshua terlihat kurang senang dengan pernikahan Isobelle dan Kairos. Tampak wajahnya yang kusut. Jauh  dalam hatinya terasa sakit dan kecewa. Meski demikian, ia tetap memberikan ucapan selamat pada Kairos dan Isobelle. Joshua menghormati keputusan Isobelle.

Selly pun memberikan ucapan selamat. Ia juga sekalian berpamitan karena ia harus segera kembali pulang untuk merawat Ibunya yang sedang sakit. Ia meyerahkan Sean pada Isobelle, mendoakan agar Isobelle dan Kairos selalu bahagia agar bisa mencurahkan juga membesarkan Sean dengan kasih sayang penuh.

Isobelle sedih tapi, ia tidak bisa mencegah Selly untuk tetap tinggal. Kairos lantas memberikan sejumlah uang untuk Selly, agar Selly bisa membawa Ibunya berobat. Kairos meminta Joel mengantarkan Selly. Isobelle pun meminta Joshua ikut serta mengantar Selly bersama Joel agar Joel tidak sendirian. Joshua mengiakan permintaan Isobelle dan bergegas pergi bersama Joel san Selly. Kairo, Isobelle dan Sean juga pergi. Mereka kembali ke Hotel tempat Kairos menginap.

***

Setelah mandi dan berganti pakaian, Isobelle dan Kairos berbincang. Mereka membahas apa saja yang akan mereka lakukan kedepannya untuk merawat Sean. Kairos ingin tahu isi pikiran Isobelle.

"Apa yang kedepannya ingin kamu lakukan, Isobelle?" tanya Kairos menatap Isobelle yang duduk di hadapannya.

"Emh, entahlah. Yang pasti aku akan merawat dan mengasuh Sean dengan tanganku sendiri." jawab Isobelle.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Kairos.

"Ah, itu ... " gumam Isobelle langsung terdiam.

"Aku tidak akan memaksamu bertindak sesuai keinginanku. Sesuai perjanjian, kamu bisa lakukan apapun sesukamu. Jika kamu ingin tetap bekerja, silakan. Saat bekerja biarkan pengasuh yang menjaga Sean. Kamu bisa lakukan tugasmu setelah selesai dengan pekerjaamu." jelas Kairos.

"Ya, aku mengerti. Terima kasih sudah mau memahami keadaanku," ucap Isobelle.

"Tidak masalah. Dengan menerima tawaranku saja, kamu sudah banyak membantuku." jawab Kairos.

"Membantumu? maksudnya apa?" tanya Isobelle, merasa aneh dengan ucapan Kairos yang baru saja ia dengar.

Kairos kaget, "Tidak. Bukan apa-apa. Lupakan saja," jawab Kairos mengalihkan pandangan.

Isobelle menatap Kairos dengan penuh rasa penasaran. Ia tidak tahu pasti, pria macam apa yang ada dihadapannya. Apakah pria baik atau sebaliknya. Ia hanya tidak mau kenangan buruk yang berlalu kembali muncul. Ia sadar, ia harus menanggung semua akibat dari tindakannya yang tanpa pertimbangan ini. Meski demikian, ia merasa tidak keberatan. Baginya Sean lebih penting dari apapun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!