NovelToon NovelToon

Noda Kelam Masa Lalu

Sidang yang tertunda

"Aah! jal*ng! brengsek semuanya!  kenapa tidak Aku bunuh Kamu sekalian biar hatiku tenang!"  Teriak Andari, Brak! Andari melempar mic wireless dan kertas yang ada di pangkuannya dengan mata beringas, merangsek sambil menunjuk nunjuk memaki ke arah Erina berada yang duduk di sebelah penasehat hukumnya.

Andari ingin menghampiri Erina yang mengkerut menunduk tak mampu melihat Andari. Rasa hati Andari ingin mencakar muka Erina dan menjambak rambutnya sekalian menginjak juga meludahi mukanya, suasana sidang jadi berantakan. 

Dalam ruangan persidangan menjadi ribut, kacau tidak kondusif lagi. Andari Safitri menatap Erina dengan tatapan tajam menghujam dengan sejuta pertanyaan dalam hatinya, Dikasih makan, dibiayai, dijamin hidupnya kenapa begitu tega menerkam dari belakang? Suaminya diambil juga. Erina yang menjadi saksi di persidangan saat vonis persidangan hari ini di bacakan dan palu hakim mau di ketukkan.

Hakim ketua memerintahkan petugas mengamankan Andari dan sidang dinyatakan ditunda sampai waktu belum ditentukan.

Andari merasa tak terima, Erina tak dijatuhi hukuman apa-apa hanya dijadikan saksi. Padahal menurutnya dia adalah biang dari semua malapetaka hidupnya, rumah tangganya hancur berantakan luluh lantak tak tersisa apapun selain Anak semata wayangnya Amanda 4 tahun yang kini dalam pengasuhan Kakaknya, suaminya meninggal, dirinya menjadi terpidana dan akan menjalani konsekuensi hukuman entah berapa tahun.

Karir yang mentereng dan semakin menanjak di bangun dengan pengorbanan waktu yang tak bisa Andari dedikasikan untuk buah hatinya yang begitu berharga bagi tumbuh kembang putrinya hilang sudah entah kemana, tak terpikirkan lagi oleh Andari hatinya gelisah, bimbang dan labil, hidupnya harus menjalani fase terendah seperti ini. 

Tak sedikitpun terpikirkan oleh Andari semua seperti kisah dalam sebuah dongeng dan cerita fiksi, ternyata kini dialaminya sendiri kasus demi kasus yang dilihatnya di televisi dan menjadi bahan tontonan berita kini dijalaninya.

Andari duduk di kursi menjadi pesakitan dengan kasus pembunuhan suaminya sendiri, sidang vonis hari ini ditemani Kakak dan adik laki-lakinya yang memeluknya menenangkan saat Andari histeris dan teriak-teriak meracau seperti kesurupan.

Andari histeris untuk kesekian kalinya dalam persidangan, dan selalu histeris saat melihat Erina melintas di mata dan penglihatannya. Ketukan palu Hakim di pengadilan dalam persidangan itu dibatalkan dan ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan karena Andari dianggap masih labil saat mau di jatuhkan vonis dan hukuman. Akhirnya Andari harus diamankan dan dibawa kembali ke tahanan untuk melakukan pemeriksaan dan hakim memerintahkan untuk diperiksa sekali lagi dan harus tes kejiwaan bagi tersangka pembunuhan dan tersangka pembunuhan suaminya sendiri Andari Safitri.

Semua yang hadir di persidangan hening, media elektronik dan cetak yang meliput saling bisik entah apa yang di bisikannya.

Tak tahu rasa simpatik atau merasa kasihan atau juga melihatnya puas saat Andari duduk sebagai saksi awalnya, lalu tersangka, dan dinyatakan terdakwa dan terpidana.

Sidang pembunuhan dengan tersangka seorang wanita muda Andari Safitri begitu mengundang perhatian publik, karena Andari membunuh suaminya saat memergoki suaminya sedang berhubungan suami istri di kamarnya sendiri dengan saudaranya. Miris memang perjalanan hidup Andari seperti makan buah simalakama. Wilman suaminya tak sedikitpun Andari sangka ternyata ada main dengan seseorang yang dirinya percaya, sampai melakukan semuanya di kamarnya sendiri sungguh mereka di luar batas. Erina saudara jauhnya sendiri yang didatangkan dari kampung dan kuliah di Jakarta ikut bersamanya.

Andari telah menganggap Erina adalah saudaranya sendiri tetapi di belakangnya dia begitu menusuk sedalam-dalam jantungnya, dan hubungan mereka antara suaminya dan Erina mungkin sudah berjalan begitu lama tanpa Andari ketahui.

Mungkin hari itu hari naasnya, Andari harus kembali ke rumah mengambil laptopnya yang ketinggalan dan membuka kamarnya melihat pergumulan di tempat tidurnya, dua makhluk dewasa telanjang dengan ******* khas di depan matanya.

Andari kalap berjalan ke meja makan mengambil pisau dapur dari set pisau yang berjejer dengan kemarahan yang tak terbendung. Sekilat menghujamkan pada punggung dan samping perut suaminya yang berada di atas tubuh Erina.

Mas Wilman tumbang seketika dan Erina menjerit-jerit dengan lumuran darah di mana-mana.

"Ndari, sabar lapangkan hatimu, istighfar, dekatkan dirimu pada Yang Maha Kuasa, bertaubatlah semua akan baik-baik saja," ucap Kakaknya Laksmi menenangkan dengan deraian air mata yang tak bisa dibendung. 

Suara Kakaknya Laksmi menyadarkan Andari dari lamunan panjangnya.

"Aku tak bersalah Kak, tapi Aku ingin melihat pengkhianat itu mati juga secara perlahan!" ucap Andari penuh kesadaran.

"Sudahlah Ndari, Kakak tahu dirimu. Jangan terus memikirkan orang lain pikirkan dirimu dan kesehatanmu jalani semuanya dengan ikhlas dan tenang Ingat masih ada anakmu Amanda yang mengharapkan kehadiranmu suatu saat nanti, kalau kamu berkelakuan baik semua akan meringankan hukuman semua akan menjadi pertimbangan penegak hukum kita," ucap kakaknya Laksmi sambil mengusap kepala Andari yang berhijab.

Seperti biasa pertemuan keduanya selalu banjir air mata dan pelukan hangat saudara yang sangat diharapkan sebagai semangat dan motivasi dalam menjalani hari-hari suran kedepannya.

Ucapan Laksmi sebagai wakil dari kedua orang tuanya yang sudah tiada menjadikan Andari lemah dan saat bicara tentang anaknya Amanda Andari tak bisa berkata apa-apa hanya memikirkan putri semata semata wayangnya yang akan ditinggalkan beberapa tahun dititipkan dengan Kakaknya sendiri.

"Semua kelakuan dan histeris Kamu Ndari menunda-nunda dan memperpanjang masa sidang, itu sangat merugikan kamu sendiri Ndari, juga waktu kita yang sangat berharga. Berlakulah baik-baik semua Insya Allah berjalan baik."  Kakaknya selalu dengan lembut mengingatkan.

Andari hanya bisa menangis ini pelukan Kakaknya sebelum petugas meraih kedua tangannya dan membawanya ke mobil tahanan kembali untuk melanjutkan kembali sidang setelah Andari dinyatakan sehat secara fisik dan mental.

Andari mengusap mukanya beberapa kali dan beristighfar lalu berjalan dengan linangan air mata digiring petugas ke arah mobil yang terparkir di halaman pengadilan, dalam pandangan Kakak perempuannya Laksmi dan Adri adik laki-lakinya.

Hatinya remuk redam semua seakan mengingatkan segala yang dialaminya saat melihat muka Erina yang melintas di hadapannya.

Sekali lagi sidang putusan dan ketuk palu hakim menjadi tertunda karena emosinya. Tadinya Andari sudah merelakan semuanya menjalani apa adanya walaupun ada ketimpangan di dalam persidangan yang tidak bisa dirinya katakan sebagai pembelaan atas haknya tetapi Andari lebih memilih diam dan diam menjawab seadanya saat persidangan berlanjut yang berlangsung beberapa kali persidangan sampai pada akhirnya hari ini sidang terakhir menurut jadwal pengadilan.

Andari akhirnya harus menunggu kembali karena emosi yang tidak terkendali dari dirinya. Andari sudah siap menjalani segalanya hanya dengan itu mungkin dirinya bisa tafakur diri introspeksi diri dan meresapi menikmati bagaimana rasanya menjadi orang terisolasi.

Hilang sudah bintang mahasiswi cantik dan terpelajar di kampusnya dulu, hilang sudah manajer umum sebuah kantor periklanan yang digelutinya, hilang sudah sebagai Ibu muda yang cantik bagi putri semata wayangnya Amanda sebagai buah cinta dari suaminya Wilman yang mengejarnya sejak Andari duduk di bangku kuliah.

Hilang semua teman dan relasi bisnis yang sekian tahun di bangun dan hilang sudah rumah tangganya yang banyak bikin iri semua teman-temannya, Terakhir ada di luar  tahanan saat Andari diberi izin untuk menaburkan bunga di pusara suaminya dan kini ketuk palu Hakim yang batal di ketukkan. 

*******

Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️

Menangislah jika itu membuatmu tenang!

Andari Safitri seorang Ibu rumah tangga yang berkarir juga, bersuamikan Wilman seorang kepala bagian satu perusahaan, Andari sendiri adalah seorang pimpinan atau manajer umum di perusahaan periklanan yang lagi naik daun.

Kesibukan dari kesehariannya terlalu menyita waktu sehingga demi mempertahankan karir dan rumah tangganya harus mendatangkan satu keponakannya Erina yang juga masih kuliah dengan Andari biayai, tugasnya demi menjaga Anak satu-satunya Amanda dan sedikit membantu meringankan pekerjaan rumah tangganya selain ada satu pembantu yang  terlebih dulu ada di rumahnya.

Satu kesalahan ada seorang keponakan seorang gadis cantik di rumah yang ternyata awal dari malapetaka dan bencana.

Semua kejadian menjungkir balikkan dunia Andari sendiri dari seorang Ibu rumah tangga yang bekerja dan berkarir dengan gemilang menjadi seorang pesakitan duduk di kursi tersangka pembunuhan suaminya sendiri, dengan ancaman tuntutan pidana kurang lebih sepuluh tahun penjara potong masa tahanan.

Bibi pembantunya sedang mengantar Amanda putrinya ke sekolah TK, rumah tampak sepi kelihatan tanpa penghuni.

Tak sedikitpun curiga, atau mimpi buruk sebelumnya kalau Andari mendapatkan kenyataan yang membuatnya kalap, Suaminya Wilman dan Erina berada di kamar utama layaknya suami istri, dengan pemandangan menjijikan, semua itu bagai palu godam dan dentuman meriam di kepalanya saat mengingat kejadian itu.

Andari lupa diri hanya emosi dan nafsu yang menguasainya, berlari kecil mengambil pisau dapur dan menerjang pintu yang tak tertutup dengan rapat  lalu menghujam punggung dan perut suaminya hingga Wilman terkapar dan tewas di tempat diatas tubuh Erina.

Erina menjerit dan menutupi tubuhnya dengan selimut, darah di mana mana, Tatapan kalap Andari dengan tangan dan pisau berlumuran darah membuat Erina ketakutan luar biasa melihat Wilman sudah tak bergerak lagi.

Andari menghampirinya dengan tatapan murka, Erina yang duduk di pojok kamar tanpa busana memohon dengan segala daya yang masih ada.

"Jangan bunuh Aku Mbak, ampunilah…Aku salah." Suara permohonan Erina bagai belati yang menghujam ke jantung hatinya, begitu segar di ingatan Andari, semua kejadian itu selalu berkelebat di kepalanya.

Airmata menjijikan Erina, bau amis darah dan ratapan ketakutan Erina bagai dentuman gema yang membuat otaknya linglung.

Dengan tatapan tajam dan mata merah berair Andari dan bau amis darah di mana-mana juga di tubuh Erina, tanpa bicara sedikitpun Andari yang mengatupkan rahangnya lalu menginjak kepala Erina dengan sepatu hak tinggi yang dikenakannya.

"Kalau Aku mau sudah ku bunuh kau jal*ng! begitu mudah bagiku untuk melenyapkan mu! Karena membunuh satu atau dua orang tetap hukum yang akan Aku hadapi, tapi Kamu Aku jadikan saksi sepanjang hidupku kalau amarah dan dendam ku tak pernah surut pada penghianatan atas balasan kebaikanku, Kamu akan kubiarkan hidup tapi dengan perasaan bersalah di pundakmu seumur hidup, kamu tak akan jalani hidup dengan tenang anjing!" ucap Andari dengan amarah yang telah meluap tak terbendung, semua telah sampai di ubun-ubunnya dengan panas, siap memuntahkan lahar dan magma panasnya.

Percakapan saat hari kejadian Andari ingat sedetail detailnya, tatapan mata syok berat Erina, dan rasa takut yang dihadapinya menghilangkan semua kekuatannya untuk sekedar menjawab atau menatap Andari di atasnya, yang menatapnya dengan sorot mata berair dan merah membara.

Erina menggigil kelewat syok dalam malu, ancaman dan tekanan yang dilakukan Andari membuatnya seakan beku dalam kepasrahan. 

Andari mengambil pakaian Erina dan mengelap darah di pisau yang dipegangnya lalu menusuk pakaian itu dan merobek nya dengan beberapa kali menekan pisau itu.

"Silahkan lapor RT dalam keadaan telanjang! Kalau disini telah terjadi pembunuhan skandal suami dengan pembantunya anjing!" Andari menggiring Erina ke luar kamarnya dengan tubuh hanya ditutupi selimut.

Erina berjalan keluar dengan darah basah di tiap pijakan telapak kakinya, dari situ Andari tiba-tiba melihat banyak orang ke rumahnya dan Andari pingsan tak ingat apa-apa lagi.

Sakit kepala berat Andari rasakan saat sadar dan siuman dari pingsan, dirinya berada di ruang perawatan kepolisian Andari sudah ditahan sebagai tersangka pembunuhan suaminya sendiri.

Dari situ Andari melakukan tes kejiwaan dan serangkaian tes lainnya, juga mulai dilakukan berita acara pemeriksaan juga pendampingan dari Lembaga  Bantuan Hukum, sesekali Andari mendapat kunjungan sahabat  juga pimpinan di perusahaan tempatnya bekerja juga saudaranya yang dengan rutin mengikuti tahap demi tahap mulai pemeriksaan, reka ulang kejadian sampai sidang pertama mulai digelar.

Hidup dalam tahanan masih mendapat perhatian sahabat, saudara tapi mungkin nanti saat vonis dijatuhkan mungkin semua akan hilang secara perlahan, sahabat hanya tinggal cerita dan saudara ada masanya capek dan bosan juga hanya perasaan saling memiliki itu yang sejati dan itu hanya dengan Kakaknya Laksmi dan Adiknya Adri, Andari bisa bagi.

Andari mendapatkan perawatan kembali dengan depresi berat, tak mau bicara pada siapapun kecuali Kakaknya, karena dalam hati Andari semua yang diucapkannya percuma tidak menjadi pembelaan untuk dirinya sendiri hanya Kakak dan Adiknya yang mengerti kalau dirinya bukan orang liar dan brutal kalau tidak faktor keterpaksaan penghianatan di depan kepala dan matanya sendiri.

Malam hari Kakaknya Laksmi datang menjenguk tahu kalau Adiknya pasti sakit lagi, hatinya selalu berdo'a semoga Andari bisa menjalani persidangan sekali lagi dengan lancar dan setelah itu tinggal tenang menjalani hukuman hanya itu harapan Kakaknya Laksmi karena tidak ada lagi jalan selain menjalani hukuman konsekuensi dari perbuatan.

"Kak! Maafkan Ndari, semua telah merepotkan Kakak juga Adri, semua terpuruk dan semua harus menerima hukuman sosial dari pandangan negatif masyarakat atas perbuatanku," ucap Andari saat tahu Kakaknya datang menjenguknya.

"Ssst…jangan bilang seperti itu pada Kakakmu, Kakak adalah bagian dari keluargamu dalam suka dalam duka kita adalah saudara betapapun pahitnya dan buruknya kehidupan kita dan orang lain tidak ada yang peduli apa Aku juga harus tidak peduli padamu? pada Anakmu? tidak Ndari! Kakak perduli pada masa depanmu, Kamu tetap Adikku.  Hanya pesan Kakak selesaikan sidang mu sekali lagi lalu jalani hidup dengan tenang hijrah ke jalan yang lebih baik jadikan penjara adalah tempat menimba ilmu agama, kehidupan dan kedewasaan sehingga setelah bebas nanti kamu siap menjalani kehidupan yang baru sebagai Andari yang baru dilahirkan," ucap Laksmi begitu bijaksana dan lembut tiap apa yang diucapkannya.

Andari mengangguk menerima dan mengerti apa yang Kakaknya harapkan, menjadi harapannya juga untuk segera tenang menjalani sisa hukuman yang bakal dijalaninya.

"Ingat selalu pesanku Kak. Jangan pernah bercerita apapun terhadap Amanda tentang Ibunya dan kalau bisa jual rumahku itu tinggalkan aset yang lain saja sebagai bekalku nanti. Tetapi kalau hasil penjualan rumah boleh Kakak jadikan buat modal Amanda sekolah sebagai bekal dan sebagai wakil dariku yang tidak bisa membimbingnya," ucap Andari mengingat banyak aset yang dirinya miliki selain rumah dan kendaraan masih ada tabungan dan aset berharga lainnya yang bisa diuangkan kalau Anaknya kelak butuh.

"Aku masih sanggup biayai Anakmu Ndari, nanti semua itu kita pikirkan lagi setelah Kamu tenang dan Aku juga bisa berpikir apa yang terbaik buat Anakmu nanti, Aku akan selalu menyuruh orang membersihkan rumahmu dan mengamankan semua surat berharga dan akan Aku simpan di bank sebagai tanggung jawab sebagai Kakak biar kamu merasa tenang." Andari tak sanggup menahan air matanya mendengar kata rumah, kendaraan, aset berharga, tabungan, dan aset lainnya semua itu adalah kesehariannya dulu.

"Menangislah jika itu membuat hatimu tenang."

*******

Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️

Andari KO

Andari berjalan gontai masuk di bawa ke salah satu kamar sel tahanan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas menengah dengan diantar sipir wanita yang begitu kecut mukanya, dengan membawa tas sedang berisi pakaian seadanya Andari berjalan seperti anak TK saja dibawa ke sekolah barunya, tanpa sepatah kata keluar dari bibirnya hanya suara sipir yang memberi perintah dan Andari mengikuti semua instruksi sipir itu.

Andari tahu dirinya orang baru di situ paska dapat vonis tujuh tahun penjara potong masa tahanan atas kasusnya menghilangkan nyawa suaminya sendiri saat ketahuan sedang selingkuh dengan keponakan jauhnya Erina di kamar pribadinya sendiri.

Dada Andari sesak dengan perasaan sendiri, tak ada yang bisa melindungi dirinya selain dirinya sendiri.

Masuk di dunia baru yang menurut rumor sangat tidak ramah pada siapapun, seumur hidupnya tak terpikirkan sebelumnya, Andari harus bisa melewati semua tahapan karena semua itu adalah proses pemasyarakatan kembali jiwa raganya.

Suara renceng kunci beradu dengan gembok dan terali besi seperti riuhnya hati Andari dalam kegelisahan menghadapi suasana baru dan adaptasi lingkungan barunya.

Hanya do'a yang Andari sempat ucapkan, dan kini Andari mengenakan kerudung. Itu dirinya putuskan sejak kasusnya bergulir mengikuti tahap demi tahap hingga putusan vonis hakim dijatuhkan Andari sudah berniat menutup auratnya.

Hijrah sudah terbersit di dalam benaknya apapun yang terjadi dirinya mantap berhijab.

Setelah pintu sel dibuka, sipir mempersilahkan Andari masuk dan sedikit memberitahukan pada keempat penghuni sel yang sudah terlebih dulu mengisi kamar itu.

Tetapi ke empat orang perempuan yang entah kasus apa berada di situ tidak ada sedikitpun yang merespon kedatangan Andari hanya lirikan sinis, pandangan dingin tak lebih dari itu dan satu lagi tak ada komentar apapun yang keluar dari mulut mereka, sibuk dengan kegiatannya  masing-masing. 

Andari berjalan dan menyimpan tasnya di pinggir tembok yang kusam penuh dengan tulisan kata hati dan ungkapan penghuni sel itu. Mungkin juga ungkapan emosional atau sekedar iseng saja. Itu biasa

teriakan yang tak pernah keluar hanya keluar lewat tulisan dan corat-coret menjadi hiasan di tembok kusam.

Andari berjalan pertama pada seorang wanita berambut pendek cepak ala angkatan dengan perawakan subur yang bibirnya hitam mungkin kebanyakan merokok yang sedang duduk santai, Andari menyodorkan sebelah tangannya tapi hanya melirik saja tak disambutnya, Andari menarik napas dan menarik tangannya kembali. Andari mengingatnya mungkin itu bisa disebut Si Tomboy, begitulah Andari mengingat orang di hadapannya.

Kedua Andari menghampiri yang badannya tinggi kekar lagi tiduran, sama Andari menyodorkan tangannya di terima tapi saat salaman tak di lepaskan malah di ciumnya tangan Andari, Andari menarik paksa tangannya dan merinding bulu kuduknya, tatapannya penuh misteri dan ganjil dengan senyum memandang dari atas hingga bawah tubuh Andari, Andari menjadi jengah sendiri.

Cepat-cepat Andari berlalu menghindari tatapan penuh misteri Si Kekar yang seperti melihat Andari ingin menerkamnya.

Ketiga Andari melewati berhadapan dengan Si rambut panjang dan terurai dengan perawakan seperti dirinya tinggi langsing dan kelihatan bersih tidak kucel seperti Si Tomboy dan Si Kekar. Sama-sama dingin tetapi hanya menyambut tangan Andari sekilas saja dan asyik kembali dengan bacaannya, hanya senyum sekilas dan tak melirik Andari lagi.

Andari mengingatnya itu Si Tinggi yang sama cuek dan tak perduli dengan siapapun dan apapun, memang harusnya sikap semua penghuni di sini begitu? dan hanya perduli pada diri sendiri?

Terakhir Andari berhadapan dengan seorang yang punya kulit gelap dan rambut ikal, orang seberang kah? Andari tak tahu hanya melihat dari modelnya seperti itu.

Jadi ada 4 jumlah orang di ruangan itu, Si Tomboy, Si Kekar, Si Tinggi dan Si Ikal dan ke lima adalah dirinya

Saat Andari datang menghampiri dengan menyodorkan tangan Si rambut ikal dengan kulit gelap itu tersenyum memperlihatkan giginya yang putih, sepintas Andari merasa takut ini pengalaman pertamanya masuk di sel Lembaga Pemasyarakatan sebagai orang terpidana.

Belum hilang rasa nervous nya Andari di kejutkan dengan suara nge-bass Si Ikal.

"Duduk!" suara keras Si Ikal seperti membentak Andari. Mungkin juga bukan membentak tapi memang pembawaannya begitu.

Andari langsung duduk di dekat Si Ikal tadi. Andari pasrah mau di bully, mau dirundung atau apapun itu konsekuensi sebagai warga binaan baru di kamar itu.

Tak ada penolong selain hati dan dirinya pasrah pada Yang Maha Kuasa dan Andari meyakini dirinya harus bisa menyesuaikan dan membawa diri juga menempatkan diri sebisa mungkin bisa membeli hati mereka yang merasa berkuasa di kamar itu.

"Siapa namamu?" Masih dengan suara kerasnya Si Ikal bertanya pada Andari.

"Panggil saja Ndari Kak," jawab Andari merasa tercekat suaranya.

"Apa kasus mu sampai ada di sini?"

"Aku menghilangkan nyawa suamiku sendiri, saat kepergok sedang selingkuh," jawab Andari dengan agak terbata. Sebenarnya Andari tak ingin bercerita apapun tentang kasusnya terhadap siapapun karena itu hanya akan membangkitkan luka lama bagi dirinya, juga akan menghadirkan kembali ingatan dan kenangan yang sebenarnya bukan untuk diingat, tetapi berbagi cerita terhadap teman yang akan menjadi  teman satu selnya mungkin itu biasa.

Kalaupun berbohong Andari bisa saja tapi untuk apa? Masuk ke sel sudah satu kesalahan bagi dirinya juga yang lainnya, hidup tak ada yang mendamba salah dan menjadi pesakitan, cita-cita dan harapan semua orang pasti yang baik-baik saja.

"Bernyali juga Kau!"

Andari hanya diam.

"Bawa apa di tas Kamu?" tanya Si Ikal bertanya lagi.

"Sedikit pakaian."

"Aku pemimpin di sini setiap ada penghuni baru harus setor uang padaku, yang bisa membuat nyaman di sini adalah uang jadi ambil uang Kamu semuanya dan berikan padaku!"

Andari terhenyak seketika uang yang tidak seberapa di tasnya harus berpindah tangan dan menjadi milik orang lain tetapi kalau memang itu adalah pilihan demi kenyamanan dan keselamatan dirinya mau tidak mau Andini beranjak mengambil duitnya sendiri dan membuka dompetnya di hadapan Si Ikal tadi.

Andari mengambil semua uangnya dan memberikan pada Si Ikal, yang tangannya masih saja terbuka di hadapannya walau uang sudah Andari berikan.

"Cuma segini?"

"Iya Kak," jawab Andari datar.

Datang Si Kekar dan mau mengambil uang itu tapi Si Ikal menariknya seketika, Si kekar jadi emosi lalu menarik kerudung Andari hingga terbuka, Andari jadi emosi itu sudah sesuatu hal keterlaluan memang, menarik kerudungnya hingga terlihat semua rambutnya yang jadi berantakan dan kerudung itu jadi terlepas.

"Bisa tidak menghargai tanpa mengganggu apa yang Aku kenakan?" ujar Andari sedikit emosi pada Si Kekar.

"Cih! siapa di sini yang akan menghargai kita heh? semua yang ada di sini adalah sampah!"

Andari diam sambil memungut kerudungnya, tapi Si Kekar menginjaknya.

Emosi Andari semakin meninggi merasa harga dirinya yang sudah terkoyak semakin luluh lantak tak bersisa.

Andari berdiri menerjang dengan sisa kemampuan taekwondo semasa jadi mahasiswi yang hampir lupa Andari keluarkan dengan emosi, sekilat buk! buk! buk! Si Kekar ambruk di serang tanpa persiapan.

Andari merasa tangan dan kakinya juga sakit luar biasa, melihat di Si Kekar terjungkal terkapar tak berdaya.

Andari memungut kerudungnya dengan terpincang pincang, tapi ketiga teman Si Kekar, Si Tinggi dan Si Ikal menghampirinya lalu menjambak rambut Andari dan yang lain meninju rahang Andari.

Samar Andari mendengar teriakan ramai tetangga kamar lain yang memanggil sipir, karena di sel sebelah ada keributan.

Andari kena keroyokan ketiga teman Si Kekar dan pingsan seketika.

********

Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!