"Woah, ini adalah keputusan terbaik. Aku tidak mau membebani rekan-rekan," ucap seorang pria dengan seragam militer yang khas, loreng hijau. Ia bernama Zian Zaidan.
Ia baru keluar dari ruangan atasannya setelah menyerahkan surat pengunduran diri. Pria berambut hitam pendek bergaya bros itu baru berusia 21 tahun. Ia pensiun dini setelah mengidap penyakit Lou Gehrig’s Disease. Itu adalah penyakit langka yang membuatnya tidak bisa mengikuti aktivitas sebagai seorang tentara. Penyakit yang belum bisa disembuhkan, membuatnya mudah lelah dan lemas, kesalahan fungsi otot. Ia tidak bisa melakukan aktivitas fisik yang berat.
Ia sebetulnya masih menyesalkan keputusannya, tapi setelah berpikir lebih dalam. Keputusan untuk pensiun adalah pilihan paling tepat.
Pria itu mengintip amplop berisi uang pesangonnya. "Aku mungkin akan menggunakannya untuk hidup santai."
Setelah menyelesaikan semua urusannya di kamp militer, seperti membereskan barang-barang dan berpamitan dengan semua rekannya. Zian bergegas pergi. Tapi, ia tidak menyangka hal ini.
"Hati-hati di jalan, Zian. Itu adalah beberapa tahun yang menyenangkan. Saat kami libur, kami pasti akan datang berkunjung!" Rekan-rekannya mengantar Zian sampai di bis tumpangannya.
Zian mengangguk dan melambaikan tangannya dari jendela bis. Itu perpisahan yang mengharukan, ia tidak akan pernah melupakan rekan-rekannya yang baik itu.
Zian tidak berniat langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi rumah sakit untuk menjenguk seseorang. Ia adalah ibu dari teman yang telah membawanya masuk ke militer, ia adalah alasan Zian bisa menjadi tentara. Jasanya tidak akan pernah dilupakan.
"Aku akan membalasmu, Raden," gumamnya.
Zian berniat untuk membiayai pengobatan ibu teman seperjuangannya itu, ia mengidap penyakit Uremia.
Zian berniat menjual rumah peninggalan kakeknya dengan harga murah agar cepat terjual. Begitu ada yang membelinya, ia langsung membayar biaya pengobatan ibunya Raden dan mentransfer sisa uangnya ke rekening ibu dari teman seperjuangannya itu.
Temannya yang bernama Raden itu sedang misi di tempat terpencil yang susah sinyal, jadi Zian tidak bisa menghubunginya perihal niatnya.
Zian kini dalam perjalanan pulang ke rumahnya sendiri. Ia kini kehilangan warisan dari kakeknya, tapi tidak masalah. Dengan begini ia bisa membalas jasanya Raden meski belum seberapa.
"Tolon——"
Zian melihat seorang gadis diseret oleh pria ke tempat sepi. Ia langsung bergerak untuk mengikutinya. Sebagai mantan tentara, ia tidak bisa membiarkan kejahatan terjadi di hadapannya.
Gadis itu hendak dirampok dan dip3rkosa, pria dengan topeng ski yang menutupi wajahnya itu mengeluarkan pisau untuk mengancam si gadis agar menurut.
Zian bergegas muncul dan mencekik penjahat itu dari belakang.
"Woi, apa-apaan ini? Brengsek!"
*Siyat!
Zian tidak sekuat dulu karena penyakitnya. Ia sudah kelelahan hanya dengan menahan si penjahat. Pria dengan topeng ski berwarna hitam berhasil menggores lengan Zian, kemudian kabur.
"Hei, Nona. Kau tidak apa-apa?" tanya Zian melihat gadis yang memakai seragam SMA itu tertegun.
"Ah? Lenganmu?!" gadis itu panik, ia celingukan ke sekitar untuk melihat apakah ada seseorang, ternyata tidak ada orang di gang kecil itu. "Kita harus mengobatinya. Ayo, aku antar ke puskesmas atau rumah sakit!"
Zian menggeleng dan menyunggingkan senyumannya pada si gadis. "Ini bukan luka serius. Yang terpenting, apakah barang-barangmu aman?"
"Ya, aku berterima kasih untuk itu. Tapi, apakah tidak apa-apa? Darahnya terus menetes!" Gadis itu melirik cairan merah yang menetes dari lengan kiri Zian.
"Aku begini-begini adalah mantan tentara. Luka ini kecil!" Zian sedikit menyombongkan diri.
Zian kemudian langsung pergi tanpa menghiraukan ucapan dari gadis SMA itu. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, ia akhirnya sampai di rumah. Ia buru-buru mencari kotak P3K. Tapi, darahnya tidak sengaja menetes ke sebuah gulungan lukisan kuno yang tercecer di lantai.
"Lukisan milik kakek? Ah, aku tidak sengaja mengotorinya!" Zian mengambil gulungan lukisan itu, ia agak bingung kenapa benda itu ada di sini, yang seharusnya tersimpan di gudang.
Beberapa detik kemudian, Zian menjadi kaget. Noda darahnya meresap ke lukisan dan seketika mengeluarkan cahaya emas yang menyilaukan
"Apa ini?" Zian kaget bukan main. Ia tidak sengaja melemparkan gulungan lukisan itu hingga terbuka.
Zian teringat jika lukisan itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu, diturunkan dari generasi ke generasi. Dan yang lebih penting, katanya lukisan itu spesial. Yah, meski Zian tidak mengerti apa yang membuatnya spesial.
Tapi, sekarang, ia sudah paham. Lukisan itu jelas spesial. Zian mendekat ke lukisan itu, tapi ia tertarik oleh sesuatu yang tidak terlihat menuju lukisan itu. Ia mengira akan membentur lantai. Namun, ia salah, malahan Zian kini berada di sebuah tempat misterius.
"Tempat macam apa ini? Bagaimana bisa aku ke sini?" Zian bingung melihat sekitarnya.
Itu adalah tempat yang asing, Zian berdiri di atas tanah yang berwarna hitam berbentuk lingkaran dan di tengah tanah hitam itu ada sebuah kolam kecil. Di samping kolam kecil itu juga ada sebuah tanaman.
"Bunga macam apa itu?" gumam Zian bingung. Seumur hidup, ia baru pertama kali melihat bunga yang memiliki tiga kelopak yang masing-masing berlainan warna. Biru, merah, dan kuning.
Zian hendak menyentuh bunga itu karena penasaran. Namun, lagi-lagi sesuatu yang tidak terlihat menahan tangannya yang terulur dan ia kemudian terpental menjauh.
"Apa itu? Ada semacam pelindung yang melindungi bunga itu dan membuatku terhempas?" heran Zian, memegangi pinggangnya yang sakit akibat benturan.
Beberapa saat kemudian, Zian teringat gambar lukisan peninggalan kakeknya. Itu sama persis dengan tempat yang ia singgahi sekarang.
"Mungkin, kah? Apa aku benar-benar ada di dalam lukisan itu?" gumam Zian. Ia kemudian melihat sekelilingnya.
Selain tanah hitam dengan kolam kecil di tengahnya, serta bunga aneh itu. Tempat itu praktis seperti sebuah ruangan. Zian tidak bisa menjelaskan apa yang dilihat oleh matanya, tapi mungkin ini adalah dinding. Ia berada di sebuah ruangan.
Lebih penting dari itu, bagaimana caranya keluar dari lukisan?
"Bagaimana caranya keluar? Apa ada semacam mantra?" Lelaki itu mulai panik. Ia sungguh tidak tahu caranya keluar.
"Woi, bagaimana ini? Apa aku akan terjebak di dalam sini seumur hidup! Tolong keluarkan aku!" teriak Zian Ia sedikit putus asa.
Beberapa saat keheningan, Zian merasakan sesuatu yang aneh. Perasaan saat sesuatu yang tidak terlihat menariknya ke dalam lukisan muncul lagi. Dan detik berikutnya ia sudah berada di rumah.
"Aku berhasil keluar? Ini sungguh rumahku, 'kan?" Zian melihat sekeliling. Pandangannya berakhir di lukisan misterius yang agak membuatnya trauma.
Namun, Zian bisa memikirkan sebuah keuntungan. Ia baru saja menemukan benda aneh. Itu pasti berharga.
"Itu bukan lukisan biasa?!
Zian mulai memikirkan apa yang akan ia lakukan pada lukisan ajaib itu. Menjualnya?
Yah, itu mungkin saja.
Kolektor barang antik pasti sangat menyukainya, terlebih itu bukan lukisan biasa.
Zian menjadi bersemangat untuk memanfaatkan lukisan peninggalan kakeknya itu untuk kepentingan pribadinya.
....
Note
Lou Gehrig’s Disease: Penyakit sistem saraf yang melemahkan otot-otot dan memengaruhi fungsi fisik.
Pada penyakit ini, sel-sel saraf rusak, yang mengurangi fungsi pada otot yang disuplai. Penyebabnya tidak diketahui.
Zian masih berpikir tentang lukisan ajaib yang baru ditemukan. Yah, tidak, ia sudah memilikinya sejak lama dan itu adalah peninggalan dari kakeknya. Masih banyak tanda tanya pada lukisan itu.
"Aku sering bermain-main dengan lukisan ini saat masih kecil, tapi kenapa tidak pernah tertarik masuk ke dalamnya?" ucap Zian menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya dengan bingung. Ia lalu melihat luka gores di lengan kirinya.
Darah yang mengalir sudah berhenti. Ia punya sedikit spekulasi.
"Apa karena tetesan darah ini?" ucap Zian sedikit ragu. Lagipula, kebenaran dari teorinya belum bisa dipastikan. Ia harus mengulangi apa yang dilakukannya tadi.
Yah, jujur. Zian sedikit trauma. Ia berpikir andai kata tidak bisa keluar dari lukisan.
Setelah beberapa saat berpikir dan menimbang-nimbang keputusan. Zian ingin bertindak nekad. Ia harus mengetahuinya jika tidak ingin penasaran setengah mati.
Zian ambil ancang-ancang, ia berdiri di atas lukisan itu, bersiap untuk meneteskan darahnya dengan sengaja.
"Semoga aku bisa kembali?!"
Lukisan itu bersinar untuk kali kedua dan Zian benar-benar terhisap ke dalam lukisan.
"Aku benar-benar berada di dalam lukisan itu?"
Apa yang dilihat Zian masih sama seperti yang sebelumnya. Itu tetap tanah hitam berbentuk melingkar dengan kolam kecil di tengahnya, tidak lupa bunga indah yang memiliki tiga kelopak dengan warna berlainan.
"Sekarang bagaimana caranya keluar. Aku tadi cuma menyampaikan keinginan kuat untuk terbebas dari tempat ini. Apakah begitu caranya?" gumam Zian.
Ia menarik nafas dalam, menguatkan hatinya untuk keluar.
"Aku ingin keluar!" teriak Zian lantang sembari memejamkan mata.
Saat ia membuka mata, pemandangan sudah berganti menjadi isi dalam rumahnya.
"B-berhasil? Apakah memang begitu caranya?"
Zian masih belum puas, ia ingin mencoba lagi. Ini untuk penguatan teorinya. Ia meneteskan darahnya untuk ketiga kalinya.
Detik berikutnya, Zian kembali ke dalam lukisan.
"Yap, ini masih berhasil. Lalu ... aku ingin keluar!"
Detik selanjutnya, Zian kembali ke dalam rumahnya. Setelah percobaan beberapa kali, ia baru mantap pada teori liarnya.
"Sepertinya memang begitu cara kerjanya?!"
Meski begitu, Zian mengalami efek kelelahan yang sedikit ekstrem. Itu bukan kelelahan yang pada umumnya ia rasakan——berasal dari penyakitnya.
Zian masuk ke dalam lukisan. Entah apa yang dipikirkannya, ia hendak meminum air kolam. Di rumahnya tidak ada air.
"Air kolam ini sangat segar! Aku juga merasakan rasa lelahku hilang dan ...." Zian berhenti bicara dan melirik lengan kirinya. Ia tidak merasakan rasa nyeri lagi.
Zian meraba-raba lengan kirinya. Tidak ada luka goresan dari pisau. "Lukaku sembuh? Tapi, bagaimana mungkin? Ahh, apa karena air kolam ini?"
Zian tak henti-hentinya dikejutkan oleh lukisan peninggalan kakeknya. Itu sangat luar biasa.
Zian selanjutnya mulai memindahkan barang-barang peninggalan kakeknya ke dalam lukisan. Tidak ada alasan khusus, ia cuma terbesit ingin melakukannya.
"Apakah aku bisa menghasilkan uang dari lukisan ajaib ini?" celetuk Zian melihat sekelilingnya. Ia melihat tanah hitam.
"Jika air ini memiliki khasiat, berarti tanah hitam ini juga demikian. Itu berlaku juga untuk bunganya!"
Dari semua jackpot itu, Zian mendadak teringat tentang dirinya. Ia reflek menyentuh jantungnya.
"Hidupku tidak lama lagi? Aku harus mengumpulkan banyak uang untuk Bibi."
Zian didiagnosis tidak akan bertahan lama karena penyakitnya yang langka. Itu sudah parah dan ia tidak memiliki harapan untuk sembuh.
Di sisa hidupnya, Zian ingin membalas budi pada keluarga Raden, terlebih ibunya. Ia ingin hidupnya bisa berguna bagi mereka.
Selain barang-barang, Zian juga memindahkan beberapa tanaman hias yang tampak sudah layu karena jarang dirawat. Ia menyirami tanaman itu dengan air dari kolam.
"Huh, akhirnya selesai. Ini sangat melelahkan!"
Zian keluar dari lukisan dan pergi untuk makan. Setelah itu istirahat di kamarnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Humm, jam berapa sekarang?" gumam lelaki dengan rambut bergaya bros itu, yang baru bangun tidur. Ia mengucek matanya dan berjalan keluar kamar.
Ia masuk ke dalam lukisan untuk minum air kolam.
"Eh? Tanaman ini? Kenapa bisa menjadi seperti ini?"
Zian mendapati tanaman hias yang ia pindahkan ke dalam lukisan dan menyiramnya, kini tumbuh besar dan berbeda. Itu sangat indah, seperti barang seni. Zian tidak pernah melihat tanaman semacam itu. Bunga anggrek dengan kelopak hitam dengan campuran merah sedikit ungu.
Apakah ada bunga seperti anggrek dengan warna semacam itu?
"Apa karena air kolam ini? Ah, sebenarnya ada berapa banyak khasiatnya?"
Zian melihat-lihat bunga itu untuk memastikan jika ia sesekali pernah melihatnya. Namun, setelah beberapa menit meneliti. Sudah diputuskan, ia seumur hidup belum pernah melihat tanaman itu.
Zian kembali ke kamarnya dan langsung melakukan pencarian di internet menggunakan laptop. Ia mencari-cari informasi tentang bunga yang aneh itu.
Zian menjelajahi internet sangat dalam, tidak terhitung berapa artikel yang telah ia baca, tidak peduli seberapa lelah matanya, sebab memandang monitor terlampau lama. Zian cuma menerima kegagalan. Tujuan utamanya adalah mencari nilai dari tumbuhan itu, barang kali bisa dijual.
"Aku tidak menemukan apapun. Tanaman itu sungguh belum pernah ditemukan! Itu jelas-jelas spesies baru."
Kehabisan pilihan, Zian kembali ke dalam lukisan dan mengambil foto dari bunga aneh itu. Ia berencana untuk mengunggahnya di internet. Mungkin ada seseorang yang lebih mengetahui tentang tanamannya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan
harinya, Zian terkejut setelah melihat postingannya semalam sangat ramai. Ada ribuan komentar dan share. Para netizen itu mempertanyakan tentang tanaman yang bagaikan dari dunia lain itu.
Ada beberapa kolektor tumbuhan yang menyatakan dirinya ingin membeli tanamannya Zian. Meski begitu, ada juga orang-orang yang kontra. Mereka menganggap foto yang Zian unggah adalah hasil editan. Mereka jelas mengata-ngatai Zian.
Zian tidak peduli pada hal itu. Mereka memiliki hak untuk berpendapat, lagipula kaum penentang cuma menjadi minoritas. Mayoritasnya adalah orang-orang mengagumi keindahan dari bunga hitam itu.
"Hmm? Ada pesan baru?"
Akun sosial media Zian menjadi sangat ramai. Ada ratusan orang yang mengiriminya pesan dan mengatakan tertarik dengan bunga milik Zian. Namun, dari semuanya, hanya ada seseorang yang paling berminat untuk mendapatkan bunga itu.
Zian pun menghubunginya melalui nomor yang dikirimkan calon customer.
"Halo, apa Anda sungguh ingin membeli tanaman saya?"
"Ya, bunga itu tampak sangat menarik dan langka. Saya menginginkannya. Kira-kira berapa harga yang Anda tawarkan?"
"Anda berani berapa?"
"Umm ... soal itu. Sebetulnya kurang nyaman membicarakan hal sepenting ini lewat telepon. Bagaimana kalau kita bertemu? Hubungan lewat virtual rawan sekali penipuan."
"Saya setuju. Di mana tempat pertemuannya?"
"Saya akan mengirimkan lokasinya segera."
"Oke, saya akan menunggu dengan senang."
Zian memutuskan sambungan teleponnya. Ia sangat senang karena mungkin sebentar lagi, ia akan mendapat banyak uang.
Zian bersiap-siap untuk menemui calon pembelinya. Ia mandi dan segala ***** bengkeknya. Setelah beberapa menit keluar dari kamar mandi. Zian menerima pesan yang berisi alamat lokasi.
"Waktunya menjemput uang. Semoga transaksi ini berhasil!"
Calon pembeli bunga itu ternyata memiliki sebuah toko besar yang menjual tanaman. Ia pun merancang pertemuan dengan Zian di sana. Zian sekaligus mengunjungi kantornya.
Zian kini sudah bersiap untuk menemui calon pembelinya yang bernama Charen. Tapi, ia merasa penyakitnya sedikit rewel, tangannya terasa lemas hanya untuk diayunkan ke depan dan ke belakang.
"Penyakit ini semakin parah! Aku harus segera menyelesaikan urusanku!"
Lou Gehrig’s Disease adalah penyakit yang sudah menyiksa Zian, menghancurkan hidupnya, ia sampai harus pensiun dini dari militer.
"Aku harus segera mendapatkan uang untuk Bibi!"
Zian akhirnya berangkat ke tempat pertemuannya dengan Charen, ia memakai angkutan umum. Tidak butuh waktu lama untuk sampai, hanya butuh sekitar setengah jam.
Zian kini sudah di depan sebuah gedung besar. Ia mengecek alamat yang dikirimkan padanya untuk memastikan kebenaran alamatnya.
"Kurasa ini tempatnya?" ucap Zian memerhatikan bangunan toko itu secara seksama. Yah, besar dan megah.
Zian sebetulnya sudah mencari tahu identitas calon pelanggannya. Charen adalah seorang wanita keturunan dari keluarga kaya yang memiliki toko besar. Charen adalah pewaris perusahaan dari orangtuanya.
Zian celingukan sebentar untuk memutuskan bagaimana caranya masuk. Apa asal nyelonong dan bilang ada janji dengan Charen? Yah, dirasa tidak semudah itu.
"Apa aku harus menghubunginya dulu? Bilang jika aku sudah sampai." Zian membuka ponsel untuk mengabari Charen.
Sedangkan di dalam toko ....
Ada lima orang yang saling bercengkrama di sebuah ruangan. Dua wanita dan tiga pria. Salah satu di antaranya adalah wanita cantik yang ada selalu menjadi pusat perhatian orang-orang. Auranya memang lain dari yang lain.
"Charen, apa benar pemilik tanaman itu akan ke sini dan kau akan membelinya?" tanya wanita cantik itu dengan girang, namanya adalah Zanna Rianda. Ia begitu bersemangat saat Charen memberitahu jika ia akan membeli bunga yang sedang menghebohkan jagad maya. Itu adalah bunga anggrek hitam papua yang super langka. Bunga itu memiliki presentase tumbuh yang sangat kecil, sudah banyak orang yang mencoba dan gagal. Charen termasuk.
Ketiga orang lainnya tertarik pada pertanyaan Zanna. Ketiga orang lainnya yang merupakan lelaki menunggu jawaban dari Charen.
Charen sangat menyukai tanaman karena Zanna juga menyukainya. Begitu juga dengan Handi, Willy, dan Pichal. Mereka menyukai tanaman karena terpengaruh oleh Zanna dan Charen.
"Ya, harusnya sebentar lagi dia sampai?!" ucap Charen melirik jam tangan di lengan kirinya.
"Yah, aku tidak sabar untuk melihat bunga itu. Bukannya itu sangat menakjubkan?" ucap Zanna dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi, apakah benar bunga itu bisa tumbuh selain di pulau Papua?"
"Ya, nampak sangat mustahil. Mungkin itu cuma tanaman imitasi."
"Yap, aku setuju. Dia mengeditnya seolah-olah itu bunga asli."
"Ini bukan dunia fantasi. Bunga itu terlalu khayal untuk menjadi kenyataan!"
Handi, Willy, dan Pichal tertawa terbahak-bahak, mereka memikirkan kemungkinan ada seseorang yang hendak menipu Charen. Yah, ia cari mati, begitu pikiran mereka bertiga.
"Karena itulah aku mengajukan pertemuan. Aku sudah menyuruhnya untuk membawa tanaman itu. Jadi, kita bisa menilai itu palsu atau asli," ucap Charen dengan tenang.
"Meski begitu, aku mengira itu asli, sih. Di foto terlihat sangat natural. Itu tidak diedit sama sekali," ucap Zanna membuka ponselnya dan melihat foto bunga yang diunggah oleh Zian.
"Teknologi sekarang sudah sangat maju. Kita susah membedakan antara yang asli dan palsu," sahut Handi.
Charen tiba-tiba mengecek ponselnya lalu menatap keempat orang yang bersamanya. "Dia sudah datang. Ayo, temui dia!"
Mereka pun keluar dari ruangan untuk menemui Zian.
Sementara itu, Zian masih diam di area parkir dan menunggu dengan sabar. Beberapa saat kemudian, ia melihat lima orang berjalan keluar dari dalam gedung dan mendekat ke arahnya.
"Halo, apa sudah menunggu lama?" sapa Charen dengan ramah.
Zian menggeleng, "Saya baru sampai."
"Oh, tapi jangan terlalu formal. Kita ternyata masih sebaya. Namaku Charen." Charen menjulurkan tangannya.
"Tapi, saya merasa minder. Meski umur kita berdekatan, tapi ...."
"Ini bukan sepenuhnya milikku. Aku hanya menjalankan. Kau tidak perlu segan!"
"Akan kucoba bersikap biasa!" Zian masih sedikit canggung.
"Ya, silahkan masuk!" Charen mempersilahkan Zian masuk ke bangunan toko itu.
'Sepertinya aku kenal orang itu? Siapa, ya? Eh? Bukannya dia ....' batin Zanna, ia sontak membelalakkan matanya.
"Hei, kau Zian, 'kan?" Zanna sedikit berteriak. Handi, Willy, Pichal terkejut dengan tingkah Zanna
"Zanna kau mengenal pria ini?" tanya Handi, ia diam-diam memandang Zian dengan tatapan sinis.
"Ya, aku mengenalnya. Dia adalah teman saat SMP!"
Zian tidak terlalu mengenal Zanna Tapi, fakta besar jika Zian memiliki banyak pengagum saat masih duduk di bangku sekolah. Ia adalah orang yang baik, suka menolong orang lain.
Saat Zanna pernah diganggu oleh seseorang, Zian datang untuk menyelamatkannya. Dan sejak saat itu, Zanna memiliki perasaan pada Zian dan tidak pernah melupakan keberadaannya. Dan takdir sudah mempertemukan mereka kembali.
"Ya, aku Zian Dan kau? Sejujurnya aku tidak terlalu mengingatmu," ucap Zian merasa bersalah sudah melupakan teman sekolahnya dulu.
"Karena kita jarang bicara dan berbeda kelas. Jadi, wajar saja." Zanna terus mengekor pada Zian dan bertanya. Tidak, ia sedang mengintrogasi.
"Kau tinggal di mana?"
"Dekat sini?"
"Apakah kau kuliah?"
"Aku masuk sekolah militer dan menjadi tentara."
"Wah, itu luar biasa. Tapi, tidak perlu heran, sih. Kau memang pantas mendapatkannya."
Zian membawa kabar buruk. "Yah, meski kemarin aku memutuskan untuk pensiun dini."
"Heh? Kenapa?" Zanna sangat terkejut.
"Ada sesuatu yang menghambat karirku."
"Jadi, kau sekarang nganggur? Ah, bagaimana kalau bekerja di sini? Kebetulan ada posisi kosong untuk manager toko."
'Kenapa Zanna tiba-tiba menjadi seantusias itu? Cih, pria itu dari gelagatnya hanya seorang penipu!' pikiran Willy yang sangat kesal.
"Tidak bisa seperti itu, Zanna Kita tidak boleh asal menyerahkan posisi sepenting itu pada orang asing. Kita tidak tau apa value dari pria ini!" sangkal Willy.
"Itu tidak perlu. Aku mengetahui semua perangai Zian. Dia pasti bisa mengemban tugasnya dan tidak bakal berbuat macam-macam!" Zanna berupaya membujuk Willy. Sedangkan Charen cuma diam.
Mereka sampai di ruangannya Charen.
"Jangan membual, Zanna Kau tidak bisa menilai orang ini? Jelas-jelas dia hanya penipu ulung——"
"Aku tidak akan mau menemuimu lagi jika sikapmu tidak sopan begitu!" ancam Zanna dengan ekspresi penuh kemarahan.
"Ah, maaf. Tapi, aku harus menolak tawaranmu. Benar apa yang dikatakannya, aku tidak pernah memiliki pengalaman pada bidang pekerjaan ini!" ucap Zian, menolak tawaran Zanna Ia ingin sedikit meredakan percekcokan antara Zanna dan Willy.
"Kau bisa mendengar sendiri?! Dia sudah mengaku! Memang tidak pantas!" cibir Willy, tersenyum miring.
"Sopan sedikit——"
Charen memotong perkataan Zanna. "Tidak usah berbasa-basi lagi. Zian, tolong tunjukkan tanamannya!"
"Paling cuma imitasi, atau malah tanaman yang dicat dan ditempel sana-sini dengan tangkai dan daun," bisik Willy pada Handi.
"Zian tidak mungkin menipu. Lihat saja, dia pasti membawa bunga asli!" bela Zanna.
'Aku dinilai terlalu tinggi olehnya?!' pikir Zian.
Ia kemudian mengeluarkan tanaman yang dimaksud dari dalam tasnya untuk ditunjukkan. Ia membungkusnya dengan pelindung agar tidak rusak.
"Silahkan dilihat!"
Charen dan yang lainnya tidak bisa berkata-kata. Mereka menatap tanaman yang dibawa Zian dengan penuh kekaguman.
"Sulit dipercaya! Betapa indahnya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!