NovelToon NovelToon

Tak Mau (Jadi) Yang Kedua

Prolog (Bab 1)

⚠️Cerita ini bertema rumah tangga, jadi diharapkan bijak dalam membaca.⚠️

Kali ini otor kasih visual, tapi seperti biasa, kalau kurang cocok, monggo dikhayalkan sesuai visual kesukaan masing2🤗

Jangan lupa follow, Like, Komen dan Vote. Satu jejak dari kalian itu sangat berarti buat Author❤️

Happy Reading........😘

...💌💌💌💌💌💌💌...

Agam Dinansyah. Pria berusia 35 tahun itu adalah Sulung dari pasangan Ghani Dinansyah dan Ambarwati. Agam merupakan Dokter spesialis bedah dirumah sakit Kasih Ibu. Rumah sakit milik kedua orang tuanya.

Ia memiliki adik laki-laki berusia 26 tahun, bernama Lukka Dinansyah.

Namun sayang, sejak kecil Lukka memiliki keterbatasan mental. Ia tumbuh menjadi pria tampan, sehat serta bugar. Namun pikiran, mental dan sifatnya seperti anak berusia 7 tahun. Itulah mengapa Agam menjadi satu-satunya harapan keluarga Dinansyah.

*

Agam, wajahnya tampan nan berkharisma. Namun sayang, orang-orang mengenalnya sebagai pria dingin. Sikapnya yang tegas, serta kerap kali terbawa emosi membuatnya di cap sebagai pria dengan kesabaran setipis uban. Iya uban, tipis dan seringkali terlihat transparan.

Ia mempunyai seorang istri yang sangat cantik, anggun, dan lemah lembut bernama Arunika Tanisha, atau kerap disapa Nisha. Usianya 32 tahun.

Nisha sendiri merupakan seorang Dokter spesialis saraf dirumah sakit Harapan. Kedua orangtuanya sendiri yang mengelola Rumah Sakit itu. Ia merupakan anak semata wayang, satu-satunya penerus Rumah Sakit Harapan.

Usia pernikahan mereka sudah menginjak 10 tahun. Mereka memang menikah diusia yang terbilang muda. Penikahan mereka adalah kesepakatan orang tua, atau pernikahan bisnis lebih tepatnya.

Pernikahan itu sempat ditentang oleh Nisha dan Agam. Selain masih muda, mereka juga tak saling mengenal. Namun pada akhirnya mereka tak bisa menolak.

Dua insan yang tak saling mengenal itu menikah dan hidup bersama, dua tahun terlewati tanpa ada cinta dan rasa sayang. Agam dengan sikap ketusnya, dan Nisha dengan sikap cueknya.

Namun perlahan benih-benih cinta mulai bersemi. Sikap ketus, dingin dan garang Agam tak lagi berlaku untuk Nisha. Ia sudah sepenuhnya takluk dengan wanita manis tersebut.

Semakin lama, cinta diantara keduanya semakin lekat. Nisha adalah wanita pertama, yang bertahta menguasai kerasnya sikap Agam. Dan Agam, pria pertama dan satu-satunya yang mampu membuat Nisha tersenyum sepanjang hari, cinta yang diberikan Agam sungguh membuatnya berlaku seperti seorang ratu.

Namun siapa sangka, ujian pernikahan mereka justru datang dari rahim Nisha, yang harus diangkat akibat kecelakaan tragis yang menimpa mereka 5 tahun silam. Sejak saat itu Nisha tak pernah berhenti menyalahkan dirinya. Padahal Agam mengatakan, ia akan tetap mencintai Nisha. Tak perduli apapun keadaannya, cintanya hanya untuk Nisha seorang.

5 Tahun yang lalu....

Agam dan Nisha sedang dalam perjalanan menuju Bandara. Mereka akan melakukan liburan ke Turki. Nisha yang tengah hamil 6 bulan sangat mengidamkan berkunjung ke kebun tulip, itu sebabnya ia meminta Agam kesana.

Karena ini anak pertama mereka, pula setelah penantian selama hampir 3 tahun. Agam pun menuruti, mereka akan berlibur sepuasnya di sana. Bahkan jika Nisha mau, ia bersedia menemani Nisha melahirkan di Turki.

Mobil mereka berjalan pelan sekali, hujan benar-benar deras. Meski begitu tak menghalangi beberapa kendaraan yang tengah melakukan aktivitas.

Dari arah berlawanan, sebuah sedan putih melaju kencang lalu tergelincir dan menghantam mobil Agam. Dua mobil itu beradu, terseret sejauh 300 meter dan berakhir membentur perbatasan jalan.

Tak ada yang tersisa, mobil Agam remuk. Mereka tak sadarkan diri dalam posisi terbalik. Sementara Nisha, darah bercucuran mengaliri leher dan wajahnya. Dalam kondisi tak sadarkan diri, tangannya bergerak pelan meraba perutnya.

"Selamatkan anakku...." Pinta nya lirih dalam hati.

Sepasang suami istri paruh baya di mobil sedan putih, tak kalah mengenaskan. Entah apa yang membuatnya melaju begitu kencang. Petugas kepolisian memastikan pengemudi, pria berusia 50 tahun itu tewas di tempat. Sementara istrinya, langsung di evakuasi oleh petugas medis.

*

.................

Di sebuah restaurant yang berhadapan dengan Rumah sakit Kasih Ibu. Seorang gadis muda berusia 25 tahun sedang membersihkan toilet pria. Dia adalah Yasmine Auzora, seorang pekerja paruh waktu yang saat ini menjadi cleaning servis. Tak hanya itu, gadis berwajah cantik ini memiliki banyak pekerjaan.

Namanya sangat indah bukan? Bagaikan seorang putri yang seharusnya tinggal di sebuah kastil mewah. Namun inilah kehidupan, sering kali berjalan melenceng dari apa yang sudah direncanakan.

Yasmine adalah gadis dengan beragam ekpresi, mood dan kepribadian. Kadang kala ia jutek, kadang kala ia ramah, terkadang pula ia merasa dunia ini seperti sampah, namun ada pula saatnya ia tersenyum tanpa henti saat mendapati hal-hal kecil yang membuatnya bahagia.

Yasmine juga pintar, berbakat, dan manja. Namun sayang kini ia kehilangan tempat bermanja. ia berhenti kuliah, dan memilih pekerjaan tetap disalah satu Bank Swasta, sebagai Teller.

Kini setelah 5 tahun bekerja, ia mendapat posisi yang sedikit mumpuni, yakni seorang Konsultan Bank.

Di akhir pekan begini, ia masih harus mencari pekerjaan tambahan untuk menutupi biaya rumah sakit ibunya yang telah dirawat selama hampir 5 tahun.

"Dompet siapa ini?"

Yasmine terpaku pada sebuah dompet tebal yang tertinggal di atas kloset. Ia meletakkan sikat wc nya, lalu mengambil dompet itu.

"Astaga.. uang nya banyak sekali." Yasmine terperangah melihat lembaran berwarna merah jambu itu. Sebagai orang yang selalu haus uang, Yasmine pun menghitung uang tersebut dengan sangat cepat.

"Lima juta?! wahh.. apa ini rejeki dari Tuhan?" Gumamnya tersenyum nakal. Sejurus kemudian ia menutup pintu toilet.

Lalu ia melihat kartu identitas yang ada disana.

"Agam Dinansyah.... Ambil atau letakkan di meja kasir ya?" Ia kembali bergumam, uang Lima juta masih bertumpuk rapi di telapak tangannya. Sementara kartu identitas di tangan kanannya. Ia memandangi dua benda itu secara bergantian. Tergiur akan jumlah yang tak sedikit, namun juga masih ingat dosa.

Braakk...!

Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar.

"Ternyata kau pencurinya..!" Celetuk seorang pria dengan wajah marah. Ia merebut uang dan kartu identitas dari tangan Yasmine.

"Aku menemukan itu ..."

"Orang-orang sepertimu sungguh menyusahkan. Kalau butuh uang kerja! Dasar Bodoh..!" Seloroh pria itu dengan wajah garang. Matanya membelalak tajam seperti hendak melubangi wajah Yasmine.

Sudah dua kali ia kehilangan dompet di restaurant itu. Dan ini hampir yang ketiga kalinya.

"Pantas saja tak terekam CCTV, ternyata kau melakukan aksimu di toilet? Aku akan melaporkanmu kepada manajer disini."

"Kau tuli? Ku bilang aku menemukannya disana. Aku berniat menyerahkan itu kepada kasir agar bisa dikembalikan."

"Untuk apa kau menghitung uangnya jika ingin dikembalikan? Kau pikir aku bodoh?!"

Yasmine merasa sangat direndahkan saat ini. Memang ada terbesit niat untuk mengambil uang itu, tapi kan baru niat. Toh ia menghitung karena penasaran, sudah lama tak pernah melihat uang segitu banyak.

"Lain kali gunakan otakmu, agar tak meninggalkan barang di sembarang tempat!" Umpatnya tanpa ragu, ia tidak salah. Jadi sudah seharusnya membela diri.

"Lihat dirimu, pencuri sepertimu seharusnya menjadi perhiasan penjara!"

BYUUURRRR.......!

Yasmine menyiramkan cairan pel ke tubuh pria itu. Ia benar-benar tak tahan bila ada orang yang merendahkan dirinya.

Ia segera beranjak dari sana. Detik itu juga, ia memutuskan berhenti bekerja sebelum dipecat dengan tidak hormat. Ia sudah hapal betul skenario seperti ini, sebagai orang miskin, tak ada pilihan bagi dirinya selain menerima keadaan.

"Pencuri sialan...!" Umpat Agam geram, baju nya basah kuyup terguyur air pel. Baunya sangat apek menusuk ke hidung.

Agam berlari menyusul wanita tak tau malu itu. Ia akan memberikan pelajaran, karena sudah bersikap kurang ajar.

Sesampainya didepan, Agam melihat sesuatu yang mengejutkan. Yasmine melemparkan celemek nya kepada Manajer Restaurant itu.

"Dia benar-benar tidak tau diri." Gumam Agam berkacak pinggang. Sepertinya tanpa campur tangan darinya, wanita itu sudah akan dipecat sekarang.

...****************...

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys...😍😍😘😘 Kritik dan saran terbuka lebar untuk kalian semua❤️

Bab 2 : September

Guys.. jangan lupa suprotnya yee.. Like komen and vote plisss🙏😘 Jangan jadi readers hantu, karena satu jejak dari kalian itu sangat berarti buat otor😍😍😍❤️❤️

Happy Reading...😍😍😍🎉

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 19:00...

"Happy anniversary sayang..."

Agam membelikan kue untuk perayaan pernikahannya yang ke 10 tahun.

"Happy anniversary...." Sambut wanita cantik nan anggun sambil menggunakan gaun seksi berwarna merah pekat. Wanita cantik itu tak lain adalah ratu Agam, Kesejukan Agam, dan muara hidup Agam. Nisha.

"Sayang..?" Agam meletakkan kue yang ia bawa, lalu menarik sang istri kedalam pelukannya.

9 jam tak bertemu, membuat rasa rindu di hati keduanya menggebu. Agam langsung menyusuri setiap inci tubuh istrinya itu sambil melayangkan ciuman hangat.

Nisha menghentikan aksi suaminya itu saat mencium bau aneh. "Mas, kamu kok bau sabun tapi agak apek.." ia menghirup dalam leher sang suami, untuk memastikan baunya.

"Bukan Mas sayang, tapi baju itu." Ia menunjuk sebuah kantong plastik berisikan baju dan celana yang basah, akibat perbuatan Yasmine.

"Kenapa bajunya?" Nisha memeriksa baju itu, dan benar saja. Aroma nya menyengat tak sedap.

Karena tak ingin membahas kejadian menyebalkan tadi, Agam pun berbohong. "Tadi OB di rumah sakit tidak sengaja menumpahkan air pel, dan kebetulan aku ada di dekatnya."

"Ya ampun, tapi Mas sudah mandi kan?" Nisha kembali memeluk suaminya, tak peduli dengan baju bau busuk itu.

"Sudah dong, ke kamar yuk.." bisik nya sembari memainkan mata.

"Gendong..." Pinta Nisha tersenyum manja. Agam pun langsung mengangkat tubuh istrinya itu, lalu membawanya naik keatas tangga.

Setibanya didalam kamar, Agam langsung membaringkan tubuh Nisha ke atas ranjang. Dengan lembut ia menyingkapkan ujung gaun seksi itu, hingga terpampang jelas mulus kaki Nisha yang amat menggoda.

"Sayang..." Panggil Agam seraya menatap Nisha penuh cinta dan gairah.

"Iya.. Mas.." Balas Nisha, ia membelai lembut tengkuk sang suami menggunakan ruas jari yang menari indah.

"Sampai pagi...?" Bisik Agam, ia sudah menjajah gaun sang istri hingga tanggal seluruhnya.

"hahahaha... kan, percuma juga aku pakai gaun begini."

"Tubuhmu sangat indah untuk dilewatkan sayang..."

Tak ada lagi percakapan setelahnya, pasangan suami istri itu sudah sama-sama tenggelam dalam penyatuan yang begitu hangat. Hanya ******* halus yang terdengar.

*

*

"I Love You sayang..." Bisik Agam sambil mengecup bibir Nisha. Kini mereka tengah berpelukan dibawah selimut, lengannya dijadikan bantal oleh Nisha.

"Love you to..." Balas Nisha seraya mengusap lembut dahi sang suami.

Agam memejamkan matanya dengan nyaman, belaian lembut Nisha memang selalu menjadi titik lemah bagi Agam.

"Mas, kalau aku mencarikan wanita yang bisa memberikan keturunan, kamu mau?"

Agam membuka matanya, lalu memandang wajah Nisha yang tengah tersenyum lembut. Bagaimana bisa ia tersenyum saat mengatakan itu?

"Sayang, kamu sadar apa yang kamu ucapkan barusan?" Lirih Agam menatap nanar wanita yang sudah 10 tahun mendampinginya itu.

Nisha menundukkan sorot matanya, jemarinya kini berpindah mengusap lembut bahu Agam.

"Kita berdua satu-satunya harapan keluarga, jika kita tak memiliki keturunan, lalu siapa yang akan melanjutkan silsilah keluarga kita?"

Agam tertegun, mungkin Nisha hanya sedang bicara omong kosong. Sebab pembicaraan melantur seperti itu sudah sering terjadi.

"Kalau begitu biar saja keluarga kita punah." Ucap Agam seraya mendekap tubuh sang istri.

"Mas, pernikahan penuh cinta itu indah. Tapi pernikahan tanpa buah hati, bukankah itu hampa?"

Tak terasa buliran bening menitik dari sudut kelopak matanya. Wanita mana yang tak terenyuh, jika kekurangannya lah yang jadi masalah utama.

Deg...

Agam tersentak mendengar penuturan itu. Untuk kali pertama, Nisha menunjukkan kehampaan. Sejauh ini, Nisha adalah sosok wanita yang selalu tersenyum kepada takdir. Saat mereka kehilangan buah hati, justru Nisha lah yang lebih dulu bangkit dari nestapa.

"Sayang, kamu ini bicara apa hm? Apa selama ini kamu merasa hampa? Bahkan dengan segala cinta yang sudah ku berikan?" Agam mengecupi kening istrinya itu sambil tersenyum. Ia tak mau menanggapi serius perkataan sang istri. Bagaimanapun, Nisha adalah sosok wanita sempurna dimata nya.

Nisha membenamkan wajahnya dalam kungkungan sang suami. Ia meneteskan air mata, ia sangat mencintai Agam. Namun akankah Agam tetap bisa bertahan dalam pernikahan ini? Ia tau betul Agam pun pasti sangat menginginkan kehadiran sang buah hati.

...~~...

Kemelut embun pagi masih tebal. Tetesan embun yang mendarat di rerumputan, serta kicauan burung yang riang menambah syahdu suasana pagi ini.

Di sudut tembok ruang rawat, Yasmine membuka perlahan kelopak matanya. Ia menggeliat melepaskan semua penat di otot tubuh.

"Pagi Bu..." Sapa nya sayu, kepada seorang wanita yang tengah terbaring di atas ranjang. Ialah ibu nya Yasmine, yang sudah hampir lima tahun ini terbaring tak sadarkan diri.

Yasmine memulai kegiatan pagi, dengan membasuh tubuh sang ibu menggunakan air hangat. Sesekali ia memiringkan tubuh ibunya itu, lalu menepuk-nepuk perlahan punggung nya.

Dulu Yasmine mempunyai impian, bekerja di salah satu perusahaan besar dengan jabatan tinggi. Dengan prestasi yang ia punya tak mustahil rasanya memimpikan hal tersebut.

Yasmine sangat aktif saat masih kuliah, nilainya selalu bagus bahkan ia pernah memenangkan beberapa kejuaraan antar Kampus.

Namun semua itu sirna saat ia berencana merayakan pesta ulang tahun bersama kedua orang tuanya.

* *

Hari itu, Tepatnya tanggal 9 September. Sehari sebelum ulang tahun Yasmine.

Setiap tahun, Yasmine selalu menghabiskan hari ulang tahunnya bersama Ayah dan Ibu. Tumbuh menjadi anak semata wayang, membuatnya memiliki sifat manja. Terlebih karena orangtuanya selalu menuruti kemauan Yasmine.

Esok hari ulang tahunnya, namun Yasmine galau karena sedang dalam masa ujian akhir semester. Yang artinya ia tak bisa pulang untuk merayakan hari ulang tahun dirumah.

"Bu, tolonglah datang kesini. Besok hari ulang tahunku. Aku tak mau merayakannya sendiri disini." Yasmine merengek melalui panggilan telepon.

"Ibu dan ayah kan baru kesana minggu lalu, bagaimana kalau kita rayakan saja ulang tahunmu setelah masa ujian?" Wanita paruh baya dengan suara lembut itu mencoba membujuk putrinya.

Jarak antar kampus dan rumah orang tua Yasmine cukup jauh, yakni 7 jam perjalanan.

"iih.. ibu.., aku tidak mau tau. Pokoknya jam 12 nanti malam ibu dan ayah harus sudah tiba disini. Kalau tidak, aku tak mau lagi pulang kerumah!" Gadis manja itu menutup telepon, bibirnya condong seperti anak itik. Begitu lah wataknya, apa yang ia inginkan harus segera terpenuhi.

Ibu Yasmine pun memberitahu suaminya, bahwa Yasmine meminta mereka datang malam ini. Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 20.

"Baiklah, nanti kita berangkat setelah urusan di kebun selesai." Pria itu menyetujui, dia lah orang yang paling tak bisa menolak permintaan Yasmine.

Mempunyai 5 hektar kebun kelapa sawit, membuatnya sangat sibuk, apalagi saat jadwal manen tiba seperti hari ini. Ia juga merupakan agen yang membeli kelapa sawit dari para petani lain. Dari usaha itu lah pundi-pundi rupiah terkumpulkan, hingga bisa menyekolahkan Yasmine ke Universitas ternama.

Sore berlalu, Ayah Yasmine baru pulang ke rumah setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya. Tubuhnya bahkan masih disinggahi aroma minyak sawit yang kental. Ia langsung menuju kamar mandi karena takut terlambat mengunjungi putri semata wayangnya.

Tepat pukul 17:00, mereka berangkat menggunakan mobil sedan berwarna putih. Jika jalanan tidak macet, maka mereka bisa tiba sebelum jam 12 malam.

Ditengah perjalanan, awan hitam yang sedari tadi menggelayut menumpahkan derasnya air. Disertai amukan guntur yang menggema hebat di langit.

"Ayah, pelan-pelan saja...." Lirih Ibunya Yasmine, ia takut karena jarak pandang begitu terbatas.

"Tenang saja bu, Ayah biasa mengemudi di kondisi seperti ini." Pria itu tak mengurangi kecepatannya, waktunya sangat terbatas. Ia tak mau sang putri kecewa apabila terlambat sampai disana.

Karena tak dapat melihat dengan jelas, Ayah Yasmine langsung membanting setir, saat mendapati lubang besar ditengah jalan. Namun nahas ia kehilangan kendali karena terlalu cepat mengalihkan arah mobilnya.

Mobil sedan putih itu melaju kencang kearah berlawanan, menabrak sebuah mobil berwarna abu-abu dan menyeretnya sejauh 300 meter. Dua mobil yang hancur itu terhenti ketika menabrak beton pembatas jalan.

Pukul 23:00...

Yasmine sibuk menelpon orang tuanya, namun tak ada jawaban. Ia menggerutu karena mengira orang tuanya ingkar janji. Beberapa saat kemudian, ia mendapatkan telepon dari Rumah Sakit.

Pikirannya langsung hilang arah, saat mendengar kabar duka bahwa ayahnya telah meninggal dunia karena kecelakaan. Sementara ibunya masih mengalami masa kritis akibat mengalami pendarahan hebat di kepala.

Di menit-menit menuju ulang tahunnya, ia mendapatkan kejutan tak terduga. Kejutan yang melempar jauh nasib hidupnya, dari anak manja yang berkecukupan, menjadi anak sebatang kara yang harus membanting tulang.

Karena sibuk merawat sang ibu yang sedang koma, Yasmine keluar dari kampus dan bekerja sebagai Teller di salah satu Bank Swasta. Gajinya cukup untuk kehidupan sehari-hari, sementara biaya rumah sakit di tanggung Asuransi.

Satu tahun berselang setelah kecelakaan itu. Pihak Asuransi mencabut biaya pengobatan ibunya Yasmine, mereka mengatakan hanya mampu mengcover pengobatan sampai disana, karena ibunya Yasmine belum lama bergabung di asuransi.

Yasmine pasrah, ia menggantungkan hidupnya pada kebun 5 hektar dan gaji bulanannya. Namun awan kelam terus menerpa. Harga kelapa sawit anjlok, dari 3000 rupiah menjadi 600 perak.

Dengan biaya rawat inap 1,5 juta permalam. Yasmine mau tak mau menjual 2 hektar kebunnya, untuk menutupi biaya perawatan dan menombok kerugian kebun.

Tak cukup sampai disana, harga pupuk melonjak drastis. Para pekerja pun berhenti karena bayaran mereka tak sesuai, bagaimana tidak, harga kelapa sawit sangat anjlok saat itu.

Pusing dengan keadaan, Yasmine pun menjual semua kebunnya. Ia menyimpan uang itu di dalam rekening Bank. Dengan harapan saat ibunya sembuh, mereka bisa kembali merintis usaha.

...**************...

Bab 3 : Kesempatan 000,1 Persen

Tak terasa Lima tahun sudah terlewati. Ibu Yasmine tak kunjung siuman dari koma nya. Yasmine sudah kehabisan seluruh tabungannya. Kini ia hanya mengandalkan uang gajinya yang hanya sebesar 6.5 juta rupiah. Tentu jumlah itu sangat timpang dengan biaya pengobatan sang ibu.

Saat sabtu tengah hari, dan minggu ia bekerja serabutan. Menjadi cleaning servis, pramusaji cafe, barista, bahkan delivery makanan. Ia juga menjual aksesoris dan perabotan kecil melalui akun media sosial. Semua itu ia lakoni demi menutupi biaya pengobatan sang ibu.

Banyak orang, bahkan Dokter menyarankan agar Yasmine merelakan ibunya. Bagi mereka, ibu Yasmine sudah seperti mayat hidup yang menguras masa muda Yasmine.

Namun Yasmine tak menganggap demikian, ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan ibu nya.

"Permisi..." Ucap Dokter, yang hendak memeriksa kondisi Ibunya Yasmine. Ia memasuki ruangan dengan beberapa perawat.

Yasmine yang baru selesai membersihkan tubuh sang ibu pun menyingkir beberapa langkah.

"Saturasinya melemah Dokter, turun Lima persen sejak hari kemarin." Ucap Sang perawat, sementara satu perawat lainnya mencatat hasil pemeriksaan.

Dokter yang tak lain adalah Nisha, memeriksa seluruh tanda-tanda vital di tubuh pasien. Ia membuka baju pasien, memeriksa apakah ada ruam atau semacamnya.

Setelah pemeriksaan selesai, semua perawat meninggalkan ruangan, kecuali Nisha. Hal yang ia takutkan benar-benar terjadi.

"Apakah kondisi ibu saya semakin buruk Dokter?" Yasmine menatap Nisha dengan penuh harap, walau ia tau jawabannya pasti masih sama seperti hari-hari sebelumnya.

Nisha menghela nafas berat, inilah salah satu kelemahannya, ia memiliki empati yang sangat besar untuk pasien-pasiennya. Seringkali ia merasa tak enak hati, merasa bersalah bahkan merasa gagal saat akan menyampaikan kondisi pasien yang semakin memburuk.

"Terdapat beberapa ruam di pinggul dan tulang belikatnya." Lirih Nisha, ia tak tahan ketika Yasmine menyodorkan tatapan penuh harap.

"Ibumu, mengalami gejala Ulkus Dekubitus, atau lebih dikenali dengan nama Luka baring."

Yasmine menaikkan kedua alisnya, ia berusaha mencerna yang dikatakan Dokter barusan.

"Ruam akibat tekanan konstan pada bagian tubuh, menyebabkan pembuluh darah yang mengantarkan oksigen dan nutrisi kepada sebuah jaringan terhambat. Tanpa nutrisi dan oksigen, kulit dan jaringan di sekitarnya akan rusak dan akhirnya bisa membusuk." Nisha menunjukkan sebuah foto dari layar ponselnya, dimana gejala tersebut memang banyak dialami oleh orang-orang yang lumpuh.

Yasmine mengangguk pelan, ia memang sudah melihat ruam kemerahan sejak dua hari lalu. Namun ia pikir itu hanyalah gatal biasa.

"Tolong berikan obat apapun...."

"Masalahnya adalah..," Nisha memotong ucapan gadis itu, "Ibumu lumpuh total, titik itu memang bisa diobati, tapi tidak menutup kemungkinan itu akan timbul di bagian lain. Setidaknya tubuh ibumu harus digerakkan setiap setengah jam sekali, itu pun hanya untuk memperlambat penyebarannya, bukan mengobati..."

Yasmine memandangi tubuh sang ibu, berbagai selang dan kabel menempel ditubuh wanita tak berdaya itu. Hidupnya bahkan bergantung pada ventilator.

"Apa separah itu..?" Ia kembali memindahkan pandangan, kepada Dokter yang baru lima Bulan ini menangani ibunya.

Terhitung selama Lima tahun, sudah 6 Dokter yang berganti merawat sang ibu. Nisha adalah Dokter ke 7 yang saat ini di limpahkan tanggung jawab untuk mengawasi pasien koma itu.

"Dengan kondisi ibumu, itu bisa sangat parah." Ucap Nisha berat hati.

"Apakah tidak ada solusi untuk itu? Berapapun biayanya, aku akan menyanggupi jika itu bisa membuat ibuku lebih baik." Ia sangat berharap, ada keajaiban untuk sang ibu. Dengan wajah penuh harap, ia menyorot sendu kepada Dokter.

Nisha hanya bisa menghela nafasnya, ia tau gadis itu bahkan kesulitan membayar tunggakan rawat inap. Donasi yang diberikan rumah sakit, hanya mampu membayar 10 persen tagihan perbulannya.

Dengan naluri lembut yang dimiliki Nisha, bukan tak mau ia membantu gadis tersebut. Namun jika ia hanya membantu satu pasien, bukankah itu tidak adil? Ada banyak pasien yang kondisinya mirip dengan gadis miris itu. Ia tak mungkin bisa membiayai semuanya.

Nisha juga mengerti kenapa gadis itu mau mempertahankan kondisi itu selama bertahun-tahun. Karena bukan hal mudah melepaskan seseorang yang paling berharga.

"Kami mendirikan rumah sakit ini memang untuk bisnis. Tapi sebagai Dokter, uang bukanlah yang utama. Kami pasti akan melakukan yang terbaik, tugas kami ialah menghilangkan rasa sakit pasien. Dalam kondisi ini, jika kau bertanya apa yang terbaik untuk pasien, maka jawabannya adalah melepaskan rasa sakit pasien."

"Ternyata Anda juga sama seperti Dokter yang lainnya. Saya bahkan bekerja keras siang dan malam demi untuk kesembuhan ibu saya, tapi kalian para Dokter, terus saja menganggap ibu saya seperti mayat hidup yang tak memiliki harapan." Yasmine menatap tajam wajah Dokter itu, ia sudah muak mendengar saran, agar melepaskan ibunya.

"Menyembuhkan hanya berlaku untuk pasien dengan kesempatan di atas 20 persen. Sementara ibumu, kesempatannya untuk kembali pulih bahkan hanya 000,1 persen. Jadi apapun yang kita lakukan, itu hanya akan memperpanjang rasa sakitnya, bukan menyembuhkannya."

"Bukan kami tak mau merawat ibumu, hanya saja kesempatannya sangat kecil, kau hanya akan kesulitan jika mempertahankan ini..." Nisha menepuk lembut bahu Yasmine, kemudian berlalu pergi dari sana. Rasanya sangat iba melihat Yasmine menghabiskan masa muda untuk hal yang tidak mungkin itu.

Seperginya Dokter Nisha, Yasmine terduduk sayu di kursi. Ia meraba ruam kulit yang ada di tubuh ibunya. Sesaat nalurinya membenarkan pendapat Dokter Nisha barusan, namun jika ia melepaskan ventilator, bukankah itu sama saja dengan mengambil harapan ibunya untuk sembuh? Dengan kata lain itu pembunuhan bukan?

Memang sangat berat hidup yang ia lalui selama 5 tahun terakhir ini, namun ia rela menerjang apapun, demi melihat ibunya sehat kembali.

...~~...

Sore ini, tampak Nisha dan Agam pulang bersama. Dikarenakan jam tugas mereka sama, jadi mereka bisa menghabiskan waktu luang malam ini.

Mobil diparkir pada garasi luas rumah mewah tersebut. Tentu tak hanya satu mobil yang mereka miliki, ada beberapa lainnya yang menjadi koleksi Agam.

"Bisa lembur malam ini..." Bisik Agam kepada sang istri, ia melepaskan sabuk pengaman Nisha sambil meraba pinggang ramping itu dengan senyum menggoda.

"Kamu ini, seperti pengantin baru saja, Mas." Nisha merangkul tengkuk Agam, lalu ia menempelkan dahinya pada wajah sang suami.

"Ini salah satu keistimewaan kita sayang, kita akan terus menjadi pengantin baru sampai kakek nenek." Rayu Agam seraya menyambangi sesuatu dibalik baju Nisha.

Senyum berbinar di wajah Nisha memudar. "Bukannya akan sangat hampa, jika kita seperti ini terus?"

Gairah Agam yang tengah memuncak, menjadi merosot kala ia mendengar hal tidak masuk akal itu lagi. Ada apa sebenarnya? Kenapa akhir-akhir ini Nisha sangat sering membahas hal itu.

"Sayang...," Agam mengangkat wajah Nisha, dan menyorot dalam kedua mata wanita manis itu.

"Ada apa, hmm..?" Ia membelai lembut kedua pipi Nisha, apa mungkin wanita itu benar-benar mulai bosan dengan pernikahan mereka. Agam menjadi cemas karenanya.

...***********...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!