Hai semuanya, perkenalkan gue Anindira Capella Brawijaya. Gue anak kedua dari seorang pengusaha terkaya di dunia.
Orang-orang menganggap gue sebagai sosok yang sempurna, karena gue cantik, kaya, dan apapun yang gue mau itu bisa gue dapetin.
Mungkin itu benar.
Tapi itu gak seperti yang kalian lihat. Gue harus merelakan cita cita gue, demi bisnis daddy gue yang dulu hampir aja bangkrut.
Oke oke, gue tau kalian bingung. Gini, umur gue sekarang adalah 16 tahun, ya which is gue masih SMA.
Dari kecil gue udah diajarin bisnis sama daddy gue, jadi gak heran kalau gue sekarang mengerti dunia bisnis.
Tapi dengan merelakan cita-cita gue dan terjun ke dunia bisnis, itu gak terlalu suram sih buat masa depan gue. Gue bersyukur bisa dikenalkan ke dunia bisnis walau awalnya gue berusaha buat menolak.
Balik lagi ke masalah bangkrut. Ya, jadi perusahaan daddy dulu hampir bangkrut karena kerjaan dari satu orang gak bertanggung jawab yang sekarang jadi kepala sekolah di sekolah milik daddy gue.
Kalian percaya? Kini seorang penipu jadi kepala sekolah?
Nah ini tugas gue, gue yang sekarang sekolah di Amrik, harus pulang ke Indo untuk nyelesain masalah ini.
Kenapa gue harus nyelesaiin masalah ini? Karena sekolah daddy gue selalu aja minta dana yang besar tiap bulannya dengan alasan renovasi gedung. Eits bukan tiap bulan, hampir tiap minggu.
Itu gila, karena yang dia minta nominalnya gak kecil. Setiap satu minggu, sekolah selalu minta dana yang katanya untuk pembangunan sekitar 5 Milyar.
Apakah itu wajar? Jerk!
Malam ini Nindi bersiap untuk pergi ke Indonesia. Bukan untuk liburan atau sekedar menjenguk Daddy nya, tapi Nindi harus pindah ke sekolah yang ada di Indonesia.
Sebenarnya, Daddy nya telah melarang Nindi untuk ikut menyelesaikan masalah yang sedang terjadi, ia ingin Nindi fokus dulu terhadap sekolahnya di Amrik.
Nindi tetaplah Nindi yang keras kepala jadi ia tetap bersikukuh untuk ikut menyelesaikan masalah itu, jadi akhirnya Daddy nya pun mengizinkan Nindi untuk pindah sekolah ke Indonesia. Lagian, sekolah yang akan ditempati putrinya itu kan miliknya.
"Gak usah bawa baju kali ya, kan bisa tinggal beli nanti di Indo." Nindi bergumam di depan lemari ketika akan memilih baju untuk dibawa ke Indonesia.
"Emmm, bawa baju kesayangan gue aja deh. Lagian kalo beli di Indo semua kan boros banget." Walaupun terkenal kaya, Nindi selalu di didik agar tidak bergantung terhadap kekayaan yang dimiliki orang tuanya.
***
Nindi berjalan dan melihat ke seluruh penjuru bandara. Orang yang ia cari tak kunjung ia ketemukan. Sampai akhirnya ia menelepon orang tersebut.
BangAndra🖤
Berdering...
"Woy, lo dimana? Katanya mau jemput gue. Gue udah di bandara. Jangan bilang lo belum sampe bandara, Atau lo gak jadi jemput gue? Arghkk kebangetan lo!"
"Weiittss, sante neng kalo ngomong. Gue udah di bandara, lo nya mana? Gue ada di parkiran sih, males masuk. Nanti dikejar cewek cewek gue."
"Arkhhhggg, nambah nambahin kerjaan lo. Males banget musti nyari mobil looo...emang di parkiran bandara ini cuma mobil lo doang? Mending gue tadi gak usah minta jemput lo!"
"Ya udah sih, buruan atau gue balik."
"Heerrghhk! Tunggu, jangan tinggal!"
Sambungan telepon diputus sepihak oleh Nindi. Ia sangat kesal pada abangnya yang menambah kerjanya, dimana ia harus membawa kopernya semdiri tanpa dibantu dan mencari di mana mobil abangnya berada. Sungguh menjengkelkan.
Ketika Nindi sudah keluar dari bandara, betapa terkejutnya ia kalau ternyata parkiran bandara benar benar kosong. Hanya ada satu mobil yang terparkir yang sangat tidak asing bagi Nindi.
Ya, mobil itu adalah milik Andra.
Nindi berlari sambil menyeret kopernya menunu mobil milik Andra.
"Huwaaaaa, Bang Andra lo kok baik siii?" Nindi melepas kopernya dan segera memeluk Andra.
"Iyalah, makanya tuh gak usah marah marah dulu. Untung ini bandara punya keluarga kita, jadi ya gampang aja buat kosongin parkiran." Andra tersenyum sebelum akhirnya membawa masuk koper milik Nindi.
"Lo cuma bawa satu koper Mbul?" Andra memanggil Nindi dengan sebutan gembul, karena itu adalah sebutan yang ia berikan pada Nindi saat masih kecil.
"Iya lah, mau bawa berapa? Lima?" Nindi memutar matanya kesal.
"Gue masuk mobil dulu." Nindi masuk ke mobil diikuti Andra yang kemudian juga masuk ke dalam mobilnya.
"Huh, gue kira tadi gue bakal disambut pake red karpet. Eh taunya gitu doang." Nindi melipat kedua tangannya dan mengerucutkan bibirnya.
"Yeee, udah mending Daddy mau kosongin parkiran tadi. Banyak minta lo!"
"Eh btw, lo ngapain mau pindah sekolah ke Indo?" Tanya Andra penuh selidik.
"Gue mau bantuin Daddy. Sekolah lo tuh, eh mau jadi sekolah gue juga deng, ya intinya di sekolah itu ada yang korupsi. Gue mau selidiki itu." Ucap Nindi.
"Tau darimana lo ada yang korupsi? Kok gue gak tau?" Tanya Andra dengan penuh selidik untuk yang kedua kalinya.
"Ya gue tau karena sekolah itu kan bakal jadi milik gue bang..." ucap Nindi dengan sabar.
"Oiya, bagus deh lo yang bakal jadi pemilik sekolah itu. Males gue ngurusin sekolah, mending ngurusin perusahaan Daddy. Ya gak ya gak? Hahahah." Andra tertawa dengan ucapannya sendiri yang tak Nindi ketahui dimana sumber lucunya.
"Bang nanti kayaknya gue bakal nyamar jadi nerd deh." Dengan percaya diri Nindi berucap kepada abangnya.
____________________________________________________
Guys, aku minta tolong buat kalian semua supaya like dan komen tulisan aku, jujur dengan melihat itu aku jadi yakin kalo sebenernya kalian itu bener bener suka sama karya aku. Jadi aku semangat buat terus update. Jika kalian tidak keberatan boleh juga di vote cerita aku ini. Terima kasih sebelumnya, jujur aku selalu liat siders di cerita aku ini yang bikin aku sedih. Semoga terhibur dengan cerita aku\~
____________________________________________________
"Bang nanti kayaknya gue bakal nyamar jadi nerd deh." Dengan percaya diri Nindi berucap kepada abangnya.
"Gak usah bercanda lo, gak mungkin lah lo bakal jadi culun di sekolah nanti. Mau ditaroh mana muka--" belum sempat menyelesaikan perkataannya, Nindi lebih dulu memberikan tatapan tajam seolah ingin membunuh.
"Lo malu punya adek kaya gue?" Nindi berucap dengan datar dan dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasi.
"Eh gak dong, gak lah. Masa gue malu punya adek kaya lo. Lucu banget sih lo kalo lagi ngambek." Andra sesekali menoleh kearah Nindi dan mencubit pipi kanannya.
"Isshh, sakit!" Nindi menepis tangan Andra yang sedang mencubit pipinya.
"Habisnya lo lucu gembul, hahahah."
***
Nindi kini sudah berada dirumahnya, eits bukan rumah melainkan sebuah istana. Bangunan super megah dengan cat serba putih disertai pilar pilar yang berdiri kokoh, membuat rumah itu bak istana.
Nindi berjalan memasuki lift untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai 3.
Ya, Daddy nya belum pulang bekerja. Biasanya ia akan pulang sekitar pukul 2 dini hari.
Nindi akhirnya sampai di kamar yang dulu ia tinggali. Kamar itu tak banyak berubah semenjak kepergiannya ke Amrik sekitar 7 tahun yang lalu, namun sekitar 3 tahun yang lalu ia sempat pulang ke Indo hanya sekedar untuk menjenguk Daddy dan kakaknya.
"Huh, akhirnya sampe juga. Cape juga ya, dari Amrik ke sini. Walau naik pesawat pribadi tetep aja kek naik pesawat umum. Lama! Huh"
Nindi merebahkan tubuhnya ke kasur queen size yang berwarna abu-abu.
"Mmm, telpon abang ahhh."
Nindi mengambil ponselnya dan iseng menelepon abangnya yang sebenarnya satu rumah, cuma beda lantai aja.
BangAndra🖤
Berdering...
"Halo bang?" Tak ada jawaban dari kakaknya.
"Bang? Halooo anybody there?"
"Halo bang? Ish jawab napa!"
"Ngapain sih lo telpon telpon? Butuh apa? Makan? Gue bukan pembantu lo! Kamar lo kan ada kulkas, tuh banyak makanan. Setiap hari di refillkok ya walau kamarnya kosong."
"Ngapain di refill kalo kamarnya kosong? Emang bisa abis? Apa jangan jangan di kamar gue ada penunggunya? Lo kasih sesajen di kamar gue? Jawab! Jangan macem macem lo ya bang!"
"Yeee, gitu aja marah! Ya gak lah, ngapain refillmakanan di kamar lo yang kosong. Buang buang makanan, hahaha. Mau apa lo? Gue gak ada waktu. Gue mau tidur capek gue habis jemput lo."
"Oiya lo mulai masuk sekolah kapan? Besok?"
"Masa besok? Seragam aja gue belum punya, masa gue pake seragam sekolah Amrik, kan gak lucu. Kan gue bakal nyamar jadi nerd."
"Masalah seragam? Tenang aja, di sekolah ada banyak. Besok gue jelasin gimana cara lo makenya tanpa ketahuan kalo lo itu sebenarnya bukan nerd*. Buruan tidur! Gue matiin,* bye*!"*
***
Hari ini, adalah hari dimana penyamaran itu dimulai. Sebenarnya ia tidak mau jika harus berpenampilan cupu, karena ia pasti akan dibully habis habisan.
Tapi Nindi sudah yakin seratus persen dengan keputusannya itu. Apapun yang terjadi biarlah urusan belakangan. Yang terpenting, Nindi harus membongkar tentang dalang dibalik masalah korupsi sekolah ini.
Nindi yakin dalang dibalik itu adalah orang yang pernah menipu Daddy nya, yang sampai membuat perusahaan Daddy nya hampir saja bangkrut.
Nindi sudah membawa perlengkapan untuk menjadi nerd, seperti kacamata non minus dan karet untuk menguncir rambutnya.
Nindi akan berangkat dengan baju bebas dulu seperti yang sudah dikatakan oleh abangnya.
"Bang gue gak sarapan ya, beli aja di sekolah."
"Lah, yakin lo? Apa bawa bekal aja biar totalitas jadi nerdnya?" Abangnya pun memberikan saran yang kelihatannya cukup bagus untuk dilaksanakan oleh Nindi.
"Oh oke. Eh bang, nanti kalo udah di sekolah, lo jangan ngaku kalo lo itu abang gue. Gue gak mau kalo nanti orang orang pada caper ke gue karena tau kalo gue adeknya si yang katanya most wanted." Nindi berucap seraya memutar bola matanya malas.
"Hahaha napa lo, cemburu? Cia elah ama abang sendiri cemburu." Ledek Andra yang malah membuat Nindi semakin kesal.
"Gue serius, lagi pula gue juga pengen nemuin temen yang bener bener temen. Gak fake, gak kaya di Amrik. Temen gue banyak, tapi gue yakin mereka semua fake. Kan mereka tau kalo gue itu siapa. Huh." Nindi membuang napasnya gusar.
"Oh ya udah oke. Tapi kalo lo di bully, lo lapor ke gue aja. Buar gue habisin tuh orang, berani beraniya dia nyakitin adek gue." Ucap Andra dipenuhi dengan tekanan.
"Ya udah bang, nanti masalah seragam gimana?"
"Tenang aja, hari ini lo berangkat ama gue. Hustt, iya gue tahu. Lo mau bilang nanti ketauan kan? Gini gini, di sekolah itu ada tempat parkiran khusus pemilik sekolah. Nah, nanti gue parkir disitu terus lo masuk ke kamar mandi khusus. Nah nanti gue masuk kesolahnya buat ambil seragam? Gimana, lo setuju?" Ucap Andra panjang lebar.
"Oooh, oke oke. Bagus juga." Ucap Nindi mengangguk anggukan kepalanya.
"Terus gue pulangnya sama siapa?" Tanya Nindi.
"Ya sama gue lah. Atau mau naik angkutan umum?"
"Naik angkutan umum aja deh biar aman."
***
Nindi dan Andra sudah sampai di parkiran khusus pemilik sekolah Capella Internasional High School, atau yang sering disebut CIHS.
"Eh bang, satu lagi. Gue mau ubah nama gue. Kan gak lucu kalo gue ngaku nama gue yang asli." Ucap Nindi.
"Mau ubah jadi siapa lo?" Tanya Andra bingung.
"Jadi Nindi Wijaya aja. Tanpa Capella dan Brawijaya, ya cuma di ambil Wijayanya aja sih. Gimana, bagus gak?"
"Bagus bagus aja sih. Ya udah gue masuk dulu ambil seragamnya yang ketat? Apa yang longgar? Hahaha" ledek Andra.
"Ish, ketat ketat emang gue cabe cabean?" Pelotot Nindi pada Andra.
"Hahah, becanda. Buruan masuk kamar mandi gih."
Andra mulai berjalan menyusuri koridor sekolah untuk sampai ke koperasi sekolah, hmm sebenarnya bisa aja sih koperasi itu disebut dengan sebutan swalayan sekolah. Karena itu bener bener besar dan megah.
Cewek cewek yang melihat Andra memasuki sekolah itupun berteriak histeris. Bukan apa apa, cuma karena Andra adalah anak dari pemilik sekolah dan ketampanannya bak dewa, membuat para cewek berusaha mendapatkan hati Andra.
"Andraa, omg jodoh gue!!!"
"Yaampun ganteng banget sih hari ini!!"
"Omg, seganteng dia masa belum punya pacar juga sih?"
"Coba aja lo jadi pacar gue Ndra, huaaaa!!
Kira kira begitulah yang Andra dengar setiap hrinya jika ia masuk ke sekolah.
"Ini bu, berapa harganya?" Andra menanyakan harga seragam ke kasir koperasi.
"500.000 dek Andra. Kalo boleh tau, untuk siapa seragam perempuan ini?"
"Oh, cuma buat ganti rugi aja. Tadi gak sengaja numpahin minuman saya ke salah satu siswi." Ucap Andra berbohong sambil memberikan uang kepada sang kasir.
Andra keluar dari koperasi dan segera kembali ke parkiran.
"Woy keluar! Nih udah gue bawain." Teriak Andra dari luar kamar mandi.
"Hiish! Sabar napa, mana sini. Lo udah daftarin gue?" Tanya Nindi pada Andra.
"Daftar apa? Sekolah? Ya lo daftar sendiri lah! Kalo gue yang daftarin ya ketauan neng Nindi yang cantik."
"Oiya." Nindi tersenyum dan kemudian masuk ke kamar mandi lagi.
"Heh! Gue masuk kelas duluan ya! Biar gak ketauan, masa nanti kita jalan bareng kan gak lucu, oke?" Andra berteriak dari luar kamar mandi agar Nindi bisa mendengarnya.
"Okeee!!!" Nindi pun balas berteriak.
***
____________________________________________________
Guys, aku minta tolong buat kalian semua supaya like dan komen tulisan aku, jujur dengan melihat itu aku jadi yakin kalo sebenernya kalian itu bener bener suka sama karya aku. Jadi aku semangat buat terus update. Jika kalian tidak keberatan boleh juga di vote cerita aku ini. Terima kasih sebelumnya, jujur aku selalu liat siders di cerita aku ini yang bikin aku sedih. Semoga terhibur dengan cerita aku\~
____________________________________________________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!