Alesha Hanania atau biasa dipanggil Esha, adalah gadis cantik berusia 21 tahun yang tinggal di sebuah perkampungan di Klaten, Jawa Tengah. Esha kuliah di Universitas Negri Yogyakarta atau UNY. Ia tinggal dengan ibunya, ibu Dahlia. Ayahnya telah meninggal karena kecelakaan di jalan raya tiga bulan yang lalu.
Semenjak ayahnya meninggal, ibunya mulai sakit sakitan karena harus banting tulang siang dan malam demi membiayai kuliah Esha. Karena tidak tega melihat keadaan ibunya, Esha pun memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya dan mengubur cita citanya menjadi seorang sarjana ekonomi. Kini Esha sibuk mencari pekerjaan.
Pagi itu ....
Esha sudah bersiap memakai pakaian formal, kemeja putih lengan panjang yang dipadukan dengan celana panjang hitam dan sepatu fantoval. tidak lupa Esha memakai hijab putih senada dengan bajunya. Esha memang gadis yang sholehah. Ia sudah diajarkan orang tuanya untuk menutup aurat sejak masih kecil. Esha nampak lebih cantik dan anggun memakai hijab. Kemudian Esha mengambil map yang berisi surat lamaran pekerjaan dan mengambil tasnya. Sebelum berangkat Esha menghampiri ibunya di kamar.
"Bu, Esha pamit dulu, Esha mau berangkat cari kerja," pamit Esha kepada ibunya yang masih berbaring di tempat tidur.
"Apa ibu masih sakit?" tanya Esha lalu duduk di samping ibunya kemudian menyentuh kening ibunya dengan telapak tangannya.
"Kepala ibu masih sedikit pusing Sayang," kata bu Dahlia sambil memicit keningnya.
"Apa Ibu mau Esha antar ke dokter? Biar besok saja Esha cari kerjanya."
"Nggak usah Sayang, nanti juga sembuh, ibu tadi sudah minum obat. Ibu cuma butuh istirahat sebentar."
"Ya udah Esha berangkat dulu Bu." Esha pun mencium tangan ibunya.
"Hati hati sayang, doa Ibu selalu menyertaimu. Maafkan Ibu Sayang, Ibu menyusahkanmu. Ibu tidak bisa membiayai kuliahmu. Seandainya ayahmu masih hidup ...." sahut ibunya sambil menitikkan air mata.
"Ibu jangan bicara seperti itu! Ibu tidak pernah menyusahkan Esha. Malah Esha yang menyusahkan Ibu. Ibu jadi sakit gara gara Esha. Maafkan Esha Bu." Esha pun ikut menangis sambil memeluk ibunya.
"Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang bagus, Sayang," kata bu Dahlia lalu mengecup kening putri semata wayangnya.
"Aamiin. Terima kasih Bu. Assalamu'alaikum." Esha pun mengecup kening ibunya.
"Wa'alaikumsalam," jawab bu Dahlia.
"Ya Allah lindungilah putriku di manapun ia berada, semoga ia selalu berhasil di setiap langkah hidupnya, semoga dia selalu bahagia, aamiin," doa bu Dahlia dalam hati.
***
Amar Maulana, pemuda tampan berusia 22 tahun yang baik hati dan sholeh. Amar adalah sahabat sekaligus tetangga Esha. Amar juga kuliah di UNY sama seperti Esha. Amar telah lama memendam rasa kepada Esha namun Esha hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Amar selalu ada untuk Esha di saat suka maupun duka. Ia rela mengorbankan apa saja demi kebahagiaan Esha. Bahkan waktu itu ia rela memberikan tabungannya untuk biaya kuliah Esha namun Esha menolaknya.
***
Ketika keluar rumah betapa terkejutnya Esha ketika melihat Amar sudah ada di depan pintu rumahnya.
"Amar ngapain kamu pagi-pagi ke sini?" tanya Esha.
"Assalamu'alaikum princess, mau kemana pagi-pagi gini udah rapi amat?" sapa Amar sambil tersenyum.
"Wa'alaikumsalam, aku mau cari kerjaan Mar," jawab Esha.
"Emangnya kamu mau cari kerja kemana? Biar aku antar!" sahut Amar.
"Aku sudah buat surat lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan. Hey apa kamu nggak ada kuliah hari ini hm?" tanya Alesha.
"Nggak ada. Ayolah biar aku antar!" kata Amar sambil menyodorkan helm kepada Esha.
"Okey deh. Thanks ya Mar, kamu selalu membantuku," kata Esha sambil meraih helm yang diberikan Amar lalu dipakainya helm itu.
"You're welcome princess. Kita kan pren," sahut Amar sambil tersenyum.
Esha pun langsung naik membonceng motor Amar. Dan Amar langsung tancap gas mengantar Esha.
(Suara hati Amar)
'Andai kamu tau Sha, sudah lama aku suka sama kamu. Entah sejak kapan, mungkin sejak kita masih kecil. Sejak kita bermain bersama, sekolah hingga kuliah bersama. Aku yang paling bahagia saat melihat kamu tertawa dan aku yang paling hancur melihat air mata mengalir di pipimu.'
'Dulu betapa sedihnya kamu saat ayahmu meninggal, saat ibumu sakit, dan saat kamu memutuskan untuk berhenti kuliah. Ingin rasanya aku menolongmu, membebaskanmu dari segala kesedihanmu saat itu. Bahkan aku rela memberikan seluruh tabunganku untuk biaya kuliahmu. Namun kamu selalu menolak bantuan dariku.'
'Aku yang selalu ingin di sampingmu, melindungimu, menjagamu dengan segenap jiwa ragaku untuk selama-lamanya ...."
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ....................
Notes :
Hi readers, aku baru belajar menulis cerita. Maaf jika tulisanku masih jauh dari sempurna.
Saran dan kritik kalian sangat dibutuhkan untuk motivasi.
Mohon dukungannya ya ... dengan tekan LIKE, LOVE dan komentarnya setelah membaca!
Terima kasih .... 😊
Amar mengendarai motor skuternya dengan kecepatan sedang menuju jalan raya.
"Sha, kita kemana dulu ini?" tanya Amar kepada Esha di tengah perjalanan.
"Emh, kita ke PT Intan Pariwara dulu," jawab Esha.
"Okey, princess," sahut Amar sambil melajukan motornya.
20 menit kemudian mereka pun sampai di depan gedung PT Intan Pariwara.
"Sudah sampai, Sha," kata Ammar sambil memberhentikan motornya.
"Okey, makasih Mar," sahut Esha kemudian turun dari motor, melepas helm dan menyerahkannya kepada Amar.
"Aku tunggu di sini ya," kata Amar.
"Baiklah, aku masuk dulu. Doakan aku Mar!" timpal Esha.
"Good luck, Sha!" tutur Amar.
"Makasih," sahut Esha sambil menepiskan senyumnya.
Esha pun masuk ke dalam. Amar setia menunggu Esha di luar. Setengah jam kemudian, Esha keluar dan menghampiri Amar.
"Gimana Sha?" tanya Amar.
"Lowongannya sudah terisi Mar," kata Esha dengan sedikit kecewa.
"Nggak pa-pa, jangan sedih! Ayo kita coba di tempat lain! Semangat princess!" kata Amar menyemangati Esha sambil mengepalkan tangan kanannya ke atas.
"Okey, makasih Mar," timpal Esha.
Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju perusahaan lain.
***
Hari mulai siang, setelah keluar masuk perusahaan untuk yang kesekian kalinya, Esha mulai putus asa karena tidak satu pun perusahaan yang mau menerimanya.
"Ternyata cari kerja itu susah ya Mar, apalagi aku cuma punya ijazah SMA," gerutu Esha kepada Amar.
"Sabar ya Sha, mungkin belum rezeki kamu. Besok kita coba lagi. Sekarang kita pulang dulu, sebentar lagi masuk waktu sholat Dzuhur," sahut Amar menenangkan Esha.
"Ayo kita cari makan dulu! Aku lapar. Biar aku traktir kamu Mar," ajak Esha.
"Mau makan dimana? Biar aku aja yang traktir, lain kali baru kamu kalau kamu dah dapat kerjaan," sahut Amar.
"Okey lah, di Dapoer Simbah aja Mar," kata Esha sambil memakai helm yang diberikan Amar kemudian naik motor membonceng Amar.
"Okey, let's go, princess!" Amar pun melajukan motornya menuju restoran bernama Dapoer Simbah.
***
Dapoer Simbah Resto
Sesampainya di tempat yang dituju, mereka pun turun dari motor dan memasuki restoran. Setelah mencari tempat yang kosong mereka pun duduk dan memesan makanan. Ini adalah tempat makan favorit Esha dan Amar. Ayam geprek di sini sangat enak dan tempatnya juga nyaman. Ada taman bermain untuk anak anak dan juga kolam ikan. Mereka memilih duduk di sebuah gazebo yang ada di sebelah kiri.
"Aku ke toilet dulu Mar. Kamu pesen aja dulu! Aku seperti biasa, paket ayam geprek," kata Esha.
"Okey, princess," sahut Amar.
Setelah keluar dari toilet tak sengaja Esha bertemu dengan teman SMA nya dulu yang bernama Rosi Andriana.
"Kamu Esha kan?" tanya Rosi sambil menunjuk ke arah Esha.
"Iya, kamu Rosi kan?"
"Iya."
"Assalamu'alaikum, Ros. Wah, nggak nyangka kita ketemu di sini. Kamu apa kabar Ros?" tanya Esha.
"Wa'alaikumsalam, aku baik Sha. Kamu?"
"Aku alhamdulillah baik juga, kamu sama siapa Ros?"
"Aku sama tante aku."
"Kenalin Tante, ini temen SMA aku dulu, namanya Esha."
"Esha ini tante aku, tante Erna" kata Rosi.
Esha pun bersalaman dengan tante Erna.
"Assalamu'alaikum, Tante" sapa Esha.
"Wa'alaikumsalam Esha, kamu cantik sekali," jawab tante Erna.
"Tante bisa aja, makasih Tante," sahut Esha sambil tersenyum menampakkan lesung pipitnya.
"Oh ya Ros, gimana kalau kita duduk bareng aja. Aku sama Amar teman sekelas kita dulu, yang tetanggaku itu lho," timpal Esha.
"Oh iya Amar, aku ingat kok. Apa kamu udah jadian sama Amar?" tanya Rosi menggoda Esha.
Rosi tau sejak dulu kalau Amar suka sama Esha.
"Apaan sih Ros, kita cuma temenan kok nggak lebih. Lagian aku nggak mau pacaran sebelum menikah," timpal Esha.
Mereka pun menuju meja di gazebo sebelah kiri. Amar memperhatikan mereka.
"Hai Mar, masih inget nggak sama aku?" tanya Rosi kepada Amar.
"Em kamu Rosi kan, mana mungkin aku lupa. Assalamu'alaikum, mari silakan duduk!" kata Amar menawarkan tempat duduk kepada Rosi.
"Wa'alaikumsalam, aku kira kamu dah lupa sama aku," jawab Rosi sambil menepiskan senyumnya.
Mereka pun duduk dan berbincang bincang.
"Oh ya Mar, kenalin ini tante Erna, tanteku," kata Rosi memperkenalkan tantenya.
"Assalamu'alaikum, saya Amar, Tante", sapa Amar.
"Wa'alaikumsalam," jawab tante Erna.
"Oh ya kamu mau pesen makan apa Ros, Tante? Biar aku pesankan. Aku tadi udah pesen paket ayam geprek dua," tanya Amar kepada Rosi dan tante Erna.
"Samain aja Mar," jawab Rosi.
"Oke, biar aku pesankan dulu" timpal Amar lalu beranjak memesan makanan.
"Kamu lagi sibuk apa sekarang Sha, kuliah atau kerja?" tanya Rosi kepada Esha.
"Sebenarnya aku dulu kuliah di UNY tapi terpaksa berhenti karena sesuatu hal," jawab Esha.
"Kalau kamu?" tanya Esha balik.
"Setelah lulus SMA aku ikut tante Erna kerja di sebuah butik di Jakarta. Gajinya sih lumayan besar. Ini aku lagi balik kampung sama tante karena ada keperluan penting" jawab Rosi.
"Oh ya Sha, kamu kenapa berhenti kuliah? tanya Rosi.
"Tiga bulan yang lalu, ayahku meninggal Ros, kecelakaan. Setelah itu ibuku jadi sakit-sakitan karena harus banting tulang demi biaya kuliahku. Lalu aku terpaksa berhenti kuliah, soalnya aku kasihan sama ibuku. Sekarang aku sedang mencari pekerjaan Ros."
"Seharian ini aku udah keliling nyari kerjaan sama Amar di beberapa perusahaan tapi hasilnya nihil" gerutu Esha.
"Mungkin belum rezeki kamu, besok kita coba cari lagi di tempat lain Sha," sahut Amar setelah kembali ke meja.
Setelah pesanan mereka datang, mereka pun makan sambil berbincang-bincang. Esha dan Rosi pun saling bertukar nomor ponsel.
"Sha, kapan-kapan boleh nggak aku main ke rumahmu?" tanya Rosi.
"Mainlah. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu," sahut Esha.
Selesai makan, tante Erna membayar semua makanan yang mereka pesan. Esha dan Amar sangat berterima kasih pada tante Erna.
"Terima kasih banyak Tante, Rosi. Kalau begitu kami pulang dulu. Assalamu'alaimum," kata Esha.
"Wa'alaikumsalamť," sahut Rosi dan tante Erna.
Mereka pun berpisah.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ....................
Notes :
Hi readers, mohon dukungannya ya,
jangan lupa tekan LIKE, LOVE dan komentarnya setelah membaca!
Terima kasih .... 😊
Pagi itu seperti biasa, Esha bangun awal untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah sholat Subuh berjamaah dengan ibunya, Esha pun beranjak ke dapur untuk memasak.
"Bu, Ibu istirahat aja di kamar! Biar Esha yang masak," titah Esha kepada ibunya.
"Nggak pa-pa Sayang, Ibu sudah sembuh kok. Biar Ibu bantu kamu masak ya?" kata Bu Dahlia sambil tersenyum kepada putri kesayangannya itu.
"Baiklah, kalau ibu memaksa," sahut Esha.
Mereka pun mulai memasak bersama. Esha sangat pandai memasak, ia menuruni bakat ibunya. Karena ibunya adalah seorang juru masak di sebuah tempat catering.
Sudah tiga hari ini ibunya tidak masuk kerja karena sakit. Semenjak ayahnya meninggal, ibunya sakit-sakitan. Esha tau ibunya bekerja keras demi biaya kuliahnya. Tiap hari ibunya lembur, pergi pagi pulang malam karena ibunya ingin melihat Esha menjadi seorang sarjana. Tapi Esha tidak tega melihat ibunya yang sering sakit dan badannya makin kurus. Oleh sebab itu Esha memutuskan untuk berhenti kuliah.
"Oh ya Sayang, Ibu nanti mau masuk kerja. Ibu sudah sehat," kata bu Dahlia.
"Apa Ibu yakin?" tanya Esha memastikan.
"Ibu yakin, Ibu sudah bosan di rumah terus" sahut bu Dahlia meyakinkan putrinya.
"Baiklah terserah ibu saja."
Esha pun hanya bisa menuruti kemauan ibunya.
"Besok kalau Esha udah dapat kerjaan, Ibu nggak usah capek-capek kerja lagi. Esha nggak mau kalau ibu sakit lagi," ucap Esha sambil memeluk ibunya dari belakang.
"Esha sayang sama Ibu." Esha mengecup pipi ibunya.
"Ibu juga sangat menyayangimu, Nak."
Setelah selesai memasak, Esha dan ibunya membersihkan diri lalu sarapan bersama. Setelah sarapan bu Dahlia berangkat ke tempat catering.
"Ibu berangkat dulu Sayang. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, hati hati Bu. Jangan lembur!" titah Esha.
Setelah ibunya pergi, Esha membersihkan rumah, mencuci piring dan pakaian.
Cling!
Tiba tiba ponsel Esha berbunyi. Ternyata pesan whatsapp dari Rosi.
{ Esha kamu lagi di rumah nggak? Aku mau main ke rumahmu. }
{ Aku di rumah Ros, kemari lah. }
{ Okey, aku ajak tanteku ya! }
{ Okey, see you. }
***
Setengah jam kemudian ....
Tok ... Tok ... Tok ....
Rosi mengetuk pintu rumah Esha beberapa kali.
"Assalamu'alaikum, Esha," ucap Rosi memberi salam.
Ceklek!
Esha membukakan pintu.
"Wa'alaikumsalam, masuk Ros, Tante!" ucap Esha.
Rosi dan tante Erna pun masuk.
"Silakan duduk Ros, Tante! Aku buatin minum ya," kata Esha mempersilakan.
"Nggak usah repot-repot Sha," sahut Rosi.
"Nggak repot kok, sebentar ya," timpal Esha kemudian berjalan ke dapur.
Beberapa menit kemudian Esha datang membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat dan kue.
"Silakan diminum Ros, Tante! Kuenya dicicipi! Ini kue buatanku sendiri lho," kata Esha menawarkan.
"Iya makasih Sha, pinter kamu bikin kue," puji Rosi.
"Ibu yang ngajarin," sahut Esha.
"Oh ya ibumu mana Sha? Apa dia masih sakit?" tanya Rosi kemudian.
"Ibu udah masuk kerja lagi di tempat catering Ros, katanya udah baikan tadi," jawab Esha.
"Oohh ... syukurlah," timpal Rosi.
Tante Erna yang sejak tadi diam tiba-tiba membuka suara,
"Oh ya nak Esha, maksud kedatangan kami ke sini mau nawarin kamu kerjaan, kamu mau nggak kerja di Jakarta sama tante sama Rosi juga?"
"Kebetulan butik tante masih ada lowongan Sha, kalau kamu mau. Gajinya lumayan lho, kamu juga bisa sambil lanjutin kuliah kamu di Jakarta," imbuh Rosi.
"Emangnya bisa kerja sambil kuliah Ros?" tanya Esha dengan sumringah setelah mendengar kalau dia bisa kerja sambil nglanjutin kuliah lagi.
"Tentu saja bisa, biar nanti tante yang atur" sahut tante Erna lalu tersenyum ke arah Rosi karena yakin kalau umpannya berhasil.
"Tapi Esha belum punya pengalaman kerja tante, apalagi soal butik," ucap Esha.
"Nggak pa-pa, nanti biar Tante dan Rosi ajarin. Kamu tinggal nunggu butik aja kok, gampang," timpal tante Erna lebih meyakinkan Esha.
"Nanti Esha coba minta ijin sama ibu dulu ya Ros, tante," kata Esha.
"Okey, Sha, kamu minta ijin dulu sama ibumu! Yakinkan dia kalau ini demi masa depan kamu! Kapan lagi kamu bisa kerja sambil kuliah? Kesempatan nggak datang dua kali lho Sha," ucap Rosi meyakinkan Esha.
Setelah berbincang bincang cukup lama, Rosi dan tante Erna pun pamit pulang.
***
Malam itu ....
Jam menunjukkan pukul 6 petang ketika bu Dahlia pulang. Esha menunggu ibunya di teras rumah.
"Assalamu'alaikum, Ibu pulang Sayang."
"Wa'alaikumsalam, Ibu lembur ya kok jam segini baru pulang?"
"Iya, banyak pesanan tadi Sayang."
"Ibu, Esha kan udah bilang, Ibu nggak usah lembur. Esha nggak mau ibu sakit lagi," kata Esha dengan mimik muka cemas.
"Nggak pa pa Sayang, Ibu baik-baik saja kok," ucap bu Dahlia menenangkan Esha.
Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah. Esha menyiapkan makan malam sementara bu Dahlia pergi membersihkan diri. Setelah menunaikan sholat maghrib berjamaah, mereka pun makan bersama.
"Bu tadi Rosi, teman SMA Esha datang sama tantenya. Mereka nawarin Esha kerjaan di Jakarta. Apa Esha boleh kerja di Jakarta bu?" tanya Esha kepada ibunya setelah selesai makan.
"Jakarta? Emang kerja apa di Jakarta Sayang? Apa kamu mau ninggalin Ibu sendirian?"
Bu Dahlia terkejut mendengar putrinya mau kerja ke ibu kota meninggalkannya.
"Kerja di butik, Bu. Tantenya Rosi punya butik di Jakarta. Kata mereka Esha bisa kerja sambil kuliah Bu. Kalau ibu nggak ngijinin, Esha nggak akan pergi Bu."
Bu Dahlia terdiam sejenak mencerna kata-kata putri kesayangannya.
"Sebenarnya ibu berat harus berpisah sama kamu Sayang." Bu Dahlia mulai menitikkan air mata, terlihat kesedihan di raut mukanya.
"Tapi jika ini demi masa depan kamu, Ibu mengijinkan kamu Sayang. Ibu ingin kamu bisa meraih cita-citamu," ucap bu Dahlia sambil terisak.
"Makasih Bu, Esha janji akan membuat Ibu bangga pada Esha."
Esha pun tak kuasa menahan air matanya. Esha mendekati ibunya lalu memeluk ibunya erat-erat.
***
Kriiingg ... kriinggg ... kriiingg ....
(ponsel Rosi berbunyi)
Rosi meraih ponselnya. Ternyata panggilan dari Esha. Secepat kilat Rosi menjawabnya.
Esha : "Assalamu'alaikum, Ros."
Rosi : "Wa'alaikumsalam. Gimana Sha, apa kamu udah minta ijin sama ibumu?"
Esha : "Udah Ros, alhamdulillah ibu ngijinin."
Rosi : "Okey Sha, nanti aku bilang sama tante Erna. Biar dia pesankan tiketnya. Oh ya Sha, kita berangkat hari Sabtu naik kereta api dari stasiun Klaten. Jamnya nanti aku kabarin lagi setelah dapat tiketnya."
Esha : "Okey, Ros."
Rosi : "Ya udah aku tutup dulu ya, assalamu'alaikum."
Esha : "Wa'alaikumsalam."
Rosi pun tanpa menunda-nunda langsung menghubungi tante Erna. Akhirnya berhasil juga usahanya.
'Ikan pun masuk perangkap,' ucap Rosi dalam hati sambil tersenyum puas.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ...................
Notes :
Jangan lupa tekan LIKE, LOVE, dan komentarnya setelah membaca ya!
Terima kasih .... 😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!