NovelToon NovelToon

DELIA ( Terpaksa Menikah )

1.Tidak Mau Menikah

"Aku tidak mau menikah dengannya pa" tolak Delia dengan tegas

"Ayolah Delia papa mohon, hanya ini satu-satunya cara supaya perusahaan kita lebih maju" Ucap papa berusaha membujuk Delia

"Tapi aku masih ingin kuliah pa" Delia terus berusaha menolak permintaan papanya, dia tidak mau menikah begitu saja dengan seseorang yang baru dia kenal dalam sekali pertemuan.

Flash back on

Siang itu Delia pergi berkunjung ke kantor papanya, hanya sekedar untuk membawakan makan siang papanya. Seperti biasa, Delia selalu di antar sopir.

Setibanya dikantor ia langsung di sambut oleh penjaga keamanan di sana.

"Siang nona" Sapa penjaga keamanan dengan ramah

"Siang juga" balas Delia sambil tersenyum, Delia memang selalu ramah pada semua karyawan itu sebabnya dia sangat di sukai.

Ia langsung menuju tempat resepsionis

"Papa ada ? " tanyanya dengan sopan

"Tuan ada di ruangannya nona, kebetulan sedang ada tamu penting"

"Oh baiklah, terima kasih"

"Sama-sama nona"

Setelah mengucapkan terimakasih Delia langsung menuju lift, lalu menekan angka dimana ruangan papanya berada.

Sesampainya di sana ia mengetuk pintu, walaupun ia putri dari pemilik perusahaan tapi ia tak pernah seenaknya keluar masuk tanpa mengetuk pintu.

Perlahan ia mengangkat tangan lalu mengetuk daun pintu.

"Masuk" Jawab papanya dari dalam sana

Delia masuk dengan mengulas senyum dibibirnya, lalu ia mendekati meja dan meletakan makanan untuk papanya disana.

"Aku bawakan makan siang untuk papa" Ucap Delia dengan tersenyum manis, sehingga membuat seseorang yang sedang duduk disofa terpaku melihatnya.

"Terimakasih sayang" Papa bangkit dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Delia.

"Sayang perkenalkan dia tuan Gino Abraham, beliau yang akan menjadi penanam saham terbanyak diperusahaan kita"

Delia tersenyum seraya mengulurkan tangan.

"Perkenalkan saya Delia Alexandra, putri dari papa Joy Alexander"

Deg

Gino langsung mematung mendengar nama Delia, ia tak menyangka setelah sekian lama menanti akhirnya hari ini datang juga.

Ia terus menatap Delia, dari matanya saja ia sudah bisa mengenali gadis kecilnya.

Delia merasa heran kenapa pria dihadapannya malah diam menatung sama sekali tidak menyambut uluran tangannya, hingga akhirnya ia kembali bersuara.

"Tuan, anda tidak apa-apa ?"

Gino tersadar dari lamunannya segera meraih uluran tangan Delia.

"Gino Abraham" Jawabnya kemudian dengan raut wajah yang susah di artikan.

Delia tersenyum seraya melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Ma'af pa, aku harus pergi hari ini ada mata kuliah siang.

" Baiklah, hati-hati dijalan sayang!" Nasehat papa seraya mencium pucuk kepala putri kesayangannya.

Tanpa di sadari keduanya sejak tadi Gino terus menatap Delia, hingga gadis itu menghilang dibalik pintu.

"Ma'af tuan bisa kita lanjutkan pembicaraannya ?" Ucap papa joy yang mana berhasil membuyarkan lamunan Gino.

"Ehem"

Gino langsung berdehem untuk mengurangi kegugupannya, entah mengapa setelah mendengar nama Delia membuat pikirannya melayang entah kemana. Hingga sebuah rencana melintas begitu saja dalam benaknya, ia tak peduli dengan apapun yang pasti dia hanya ingin memiliki gadis kecilnya.

"Baiklah saya setuju, saya akan menanam saham sebanyak 50% di perusahaan anda" yang mana ucapan Gino ini sudah berhasil membuat papa joy berbunga-bunga, mungkin saja dia sudah besorak ria jika tak mengingat siapa orang yang ada di hadapannya.

"Tapi dengan satu syarat" Lanjutnya kemudian, dan seketika itu juga senyum di bibir papa joy langsung menghilang.

"Apa syaratnya tuan?" Tanya papa joy dengan perasaan yang mulai gusar.

"Aku ingin putrimu menjadi milikku, jika putrimu bersedia menikah denganku maka aku akan menandatangani surat kontrak kerja sama kita"

"Tapi tuan" baru saja papa joy akan melayangkan protesnya tapi pria dihadapannya sudah menatapnya dengan tajam seolah-olah ingin menelannya hidup-hidup, alhasil papa joy hanya bisa menelan salivanya susah payah.

"Saya tidak ingin ada penolakan, lakukan apa yang saya inginkan. Saya beri anda waktu tiga hari dari sekarang untuk bisa membujuk putri anda dan dalam waktu tiga hari saya akan mempersiapkan segalanya"

Setelah mengucapkan apa yang menjadi keinginannya, Gino langsung pergi begitu saja dari ruangan papa Joy diikuti oleh asisten pribadinya yang bernama Roxy.

"Agrrrrhhhh"

Papa joy berteriak Frustasi.

"Bagaimana caranya aku membujuk Delia?" Bukan perkara mudah bagi papa Joy untuk bisa membujuk Delia, mengingat sifat putrinya yang keras kepala.

Flash back Off

"Papa mohon sayang" Untuk kesekian kalinya papa Joy memohon pada putrinya walau ia sendiri tidak yakin akan berhasil, tapi ia akan terus berusaha sampai Delia bersedia.

Entah harus dengan cara apalagi Delia menolak keinginan papanya, tidak mungkin dia mengatakan jika dia mencintai pria lain, mengingat sang papa yang tak pernah merestui hubungannya dengan kekasihnya yang bernama Daniel. Hingga selama tiga tahun pacaran dengan kekasinya harus menjalin hubungan secara kucing-kucingan dengan papanya, bertemupun harus secara diam-diam kecuali dikampus karena mereka memang satu kampus.

Masuk Rumah Sakit

"Ma'af pa aku tidak bisa" Hanya kata itu yang Delia ucapkan sebagai bentuk penolakannya.

Hancur sudah harapan papa Joy, bagaimana nanti nasib perusahaannya yang sudah ia bangun dengan susah payah. Apakah akan hancur hanya dalam waktu sekejap, mengingat siapa orang yang sedang ia hadapi bukanlah orang yang sembarangan.

Dan tiba-tiba saja ia merasa sesak di dadanya, seolah tidak ada pasokan udara untuk mengisi paru-parunya. Ia memegang dadanya yang terasa nyeri dan detik berikutnya ia ambruk tak sadarkan diri.

Delia yang sedang berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terletak dilantai dua akhirnya menghentikan langkahnya ketika ia mendengar seseorang terjatuh, ia membalikan tubuhnya. Sontak matanya langsung terbelalak ketika mendapati papanya sudah terbaring dilantai dengan keadaan tak sadarkan diri.

"Papaaaaa"

Teriak Delia menggema, hingga para pekerja dan pelayan dirumah itu berlarian menuju arah sumber suara, disana terlihat Delia sedang menangis histeris sambil terus mengguncang tubuh papanya yang diam saja tak bergerak.

"Nona. apa yang terjadi, tuan kenapa ?" Tanya pelayan dengan khawatir.

"Tidak tau, tiba-tiba saja terjatuh. Tolong bantu angkat papa, kita bawa papa kerumah sakit sekarang!"

Isak tangis tak berhenti keluar dari bibirnya, Delia takut sampai terjadi sesuatu dengan papanya. Cukup sudah dia kehilangan mamanya saat dia masih berusia enam tahun, ia tak ingin lagi kehilangan papanya satu-satunya orang yang ia punya.

Dengan dibantu pekerja dan pelayan ia mengangkat tubuh papanya yang tak sadarkan diri ke mobil.

Mobil melesat dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit, untung saja jalanan sedang lenggang hingga bisa cepat sampai dirumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit papa Joy dibaringkan dibrankar kemudian dibawa keruang IGD, Delia yang khawatir hendak ikut masuk mendampingi papanya.

"Nona silahkan anda tunggu diluar!" Ucap perawat sambil menutup pintu ruang IGD, Delia hanya menjawab dengan anggukan pasrah. Walau sebenarnya ia ingin sekali masuk dan bearada disamping papanya.

Delia duduk dikursi tunggu dengan perasaan gusar, ia benar-benar takut terjadi sesuatu pada papanya. Hingga perasaan bersalah kini mulai menghantuinya, andai ia tak menolak keinginan papanya mungkin hal ini tak akan terjadi dan papanya pasti sekarang dalam keadaan baik-baik saja.

"Papa, Delia mohon bertahanlah! Delia janji akan menuruti keinginan papa. Tapi Delia mohon jangan tinggalkan Delia sendiri pa!"

Delia terus menangis hingga sesegukan, tanpa ia sadari seseorang disana sedang berdiri menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Orang itu adalah Gino, entah kenapa pria itu ingin sekali melihat wajah Delia mungkin bisa dibilang pria itu merindukan Delia. Dan sesempainya dihalaman rumah Delia ia malah melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya.

Sungguh melihat Delia menangis mumbuatnya sakit, dan akhirnya pria itu mengikuti mobil Delia menuju rumah sakit.

Setelah hampir satu jam dokter keluar dari ruang IGD, Delia langsung bangkit dari duduknya lalu berjalan mengahpiri pria yang memakai jas putih itu "Bagaimana keadaan papa saya dok?" Tanyanya dengan nada penuh kekhawatiran.

"Tuan mengalami serangan jantung, tapi keadaannya sudah stabil dan sebentar lagi bisa dipindahkan keruang perawatan" Jawab pria berjas putih itu dengan tersenyum.

Akhirnya Delia bisa bernafas lega.

Setelah beberapa jam kemudian papa Joy dipindahkan keruang rawat, dan sekarang ia mulai siuman perlahan ia membuka kedua matanya yang terasa berat.

"Delia" Ucapnya dengan suara lirih

"Paa" Delia tersenyum seraya menggenggam tangan papanya.

"Papa minta maaf nak, papa_" Ucapan papanya terhenti ketika Delia menempelkan jari telunjuknya dibibir, mengisyaratkan agar papanya tidak terlalu banyak bicara.

"Papa jangan terlalu banyak bicara dulu, dokter bilang papa harus banyak istirahat!"

Delia menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan, ia akan mengambil sebuah keputusan penting dalam hidupnya.

"Aku yang seharusnya minta maaf pa, karna keegosianku akhirnya papa jadi sperti ini. Aku janji akan menuruti keinginan papa, aku bersedia menikah dengan tuan Gino abraham tapi ini bukan untuk perusahaan aku melakukan ini demi papa"

Hanya senyum yang terukir dari wajah papanya disertai dengan cairan bening yang keluar dari sudut mata sebagai jawaban, entah ia harus bahagia atau tidak dengan keputusan putrinya. Dalam hati kecilnya ia merasa bersalah karna sudah mengorbankan perasaan putri semata wayangnya hanya demi kelanjutan perusahaannya, andai bisa memutar waktu mungkin ia akan memilih untuk tidak mengenal seseorang yang bernama Gino Abraham.

Delia Menangis

Ditempat lain, Gino terus memulas senyum ia merasa sangat bahagia akhirnya apa yang ia impikan akan jadi kenyataan walau terkesan mamaksa tapi peduli apa dia yang penting ia bisa memiliki Delia.

"Roxy" Ucapnya pada sang asisten yang sedang berdiri disamping tempat duduknya.

"Ya tuan"

"Persiapkan pernikahan untukku dan Delia, lusa kami akan menikah!"

"A-apa tuan, Ma-maksud anda?" Tanya Roxy dengan terbata, ia tak sanggup melanjutkan pertanyaannya begitu mendapati tatapan tajam tuannya. Setika Pria itu langsung menundukkan kepalanya.

"Apa kurang jelas apa yang aku ucapkan barusan?"

"Ma'af tuan, saya mengerti dan akan segera dilaksanakan" Roxy membungkuk memberikan hormat pada tuannya lalu pergi meninggalkan ruangan dengan perasaan bingung, ada apa dengan tuannya bukankah selama ini tuannya tidak tertarik dengan pernikahan bahkan selama ia bekerja bersama Gino belum pernah ia melihat Gino dekat dengan seseorang walaupun ada seorang wanita yang selalu mengejarnya tapi tidak sedikitpun Gino menggubrisnya.

Gino termenung sejenak memejamkan matanya, bayang-bayang bersama gadis kecilnya tiba-tiba melintas begitu saja dalam pikirannya.

"De, akhirnya kita akan bersama seperti janji kita dulu" Gumamnya seraya membuka kelopak matanya.

Dirumah sakit

Delia sedang menjaga papanya, tiba-tiba dering ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Gadis itu beranjak dari duduknya berjalan keluar takut jika dering ponsel mengganggu papanya yang sedang tertidur lelap.

Diraihnya ponsel itu dari dalam saku celananya dan melihat nama yang tertera disana.

"Daniel" Gumamnya pelan, kemudian menggeser tombol hijau yang tertera pada layar ponselnya.

"Hallo sayang" Sapa Daniel begitu panggilan tersambung

"Ya sayang" Jawabnya dengan gugup

"Heii kau kenapa, apa kau baik-baik saja?" Daniel merasa ada yang aneh dengan Delia tidak biasanya kekasihnya gugup saat menerima panggilan darinya biasanya Delia sangat bahagia, atau mungkin Delia sedang bersama papanya? begitulah pikir Daniel.

"Aku baik-baik saja" Jawab Delia berusaha untuk tetap tenang.

"Sayang kenapa hari ini kamu tidak masuk kuliah, kau tau? aku mencarimu bahkan saat ini aku sangat merindukanmu. Entahlah satu hari tak melihatmu rasanya bagian jiwaku ada yang hilang" Daniel terdiam tiba-tiba saja perasaannya tak enak apa mungkin karna ia terlalu merindukan Delia atau mungkin akan ada sesuatu yang akan terjadi?

Sementara itu Delia masih tetap terdiam tak menyahut ucapan Daniel dan tiba-tiba saja air mata lolos begitu saja tampa permisi dari pelupuk matanya.

Entah apa yang harus ia katakan pada Daniel pria yang sangat ia cintai, pria yang sudah tiga tahun menjadi kekasihnya. Tapi apa yang terjadi ia malah akan menikah dengan pria lain, pria yang sama sekali tidak ia cintai sungguh ini bukan harapan Delia.

"Maafkan aku" Lirihnya kemudian dan isak tangis keluar begitu saja dari bibirnya, sungguh membayangkan hal itu saja sudah membuat hati delia hancur. Dan bagaimana nanti jika Daniel mengetahuinya lalu bagaiman dengan perasaan Daniel? Pasti kekasihnya itu akan hancur sehancur-hancurnya.

"Sayang kenapa kamu menangis? Aku tau kamu juga pasti sangat mernidukanku tapi tidak perlu sampai menangis seperti itu sayang"

Daniel tertawa merasa sangat lucu dengan sikap Delia, hanya karna rindu kekasihnya itu sampai menangis. Daniel tidak tau saja apa yang sedang ditangisi oleh Delia, andai dia tau apa mungkin dia masih bisa tertawa serenyah ini bahkan untuk tersenympun ia enggan.

Perlahan Delia mulai tenang, ia menatap layar ponselnya yang masih tersambung dengan Daniel.

"Daniel, aku ngantuk" Delia mencoba mengakhiri pembicaraan mereka, jujur saja ia sudah hampir kehilangan akal sehatnya. Andai ini bukan rumah sakit mungkin ia sudah menangis sekencang-kencangnya.

"Baiklah sayang, kurasa setelah menangis kau butuh istirahat. Dan jangan lupa datanglah besok, aku sangat merindukanmu good night Honney i love you"

"Ya aku akan datang, mee to"

Delia memutuskan sambungan telponnya, setelah itu ia menyeka air matanya sebelum masuk kembali keruang rawat papanya. Ia tak ingin saat dia masuk nanti papanya sudah terbangun dan melihat air matanya.

Delia masuk, ia melihat papanya sudah terbangun dengan posisi bersandar.

"Pa, papa kenapa sudah bangun?"

"Papa terbangun karna merasa kamu tidak ada disamping papa, kamu dari mana sayang?"

Delia tersenyum mencoba untuk tetap tenang dihadapan sang papa.

"Aku dari kantin pa, apa papa butuh sesuatu?" Tanya delia mencoba memastikan.

"Papa tidak butuh apa-apa, tidurlah nak kau pasti lelah!"

Delia tersenyum kemudian berjalan menuju sofa merebahkan tubuhnya disana, benar kata papanya ia memang merasa lelah perlahan ia memejamkan matanya kemudian mulai masuk kealam mimpi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!