Ella bekerja di sebuah rumah mewah untuk merawat seorang pria paruh baya seusia ayahnya. Ia begitu telaten dan sabar dalam merawat Rangga.
Dan entah kenapa, keduanya malah saling merasakan cinta. Walaupun pada awalnya ibunya Ella tak merestui pernikahan mereka. Tetapi karena keduanya sudah saling mencintai hingga pada akhirnya, Ella menikah juga dengan Rangga yang seusia ayahnya.
Ella menikah dengan wali dari pengadilan karena ayahnya pergi entah kemana sejak dirinya masih di dalam kandungan.
"Ella, apa kamu tidak menyesal telah menikah denganku yang umurnya dua puluh tahun lebih tua darimu?" tanya Rangga.
"Mas, tak usah lagi mempermasalahkan umur. Yang namanya sudah cinta mau apa lagi. Aku sama sekali tidak menyesal kok."
Mendengar perkataan dari Ella membuat Rangga sangat bahagia. Tapi rasa bahagianya tidak bisa di rasakan oleh anaknya yakni Sigit yang saat ini sedang ada di luar negeri. Ia tidak bisa hadir di acara pernikahan Rangga karena sedang banyak urusan pekerjaan.
Esok harinya, Ella mengajak Rangga untuk jalan-jalan di taman.
"Wah, anaknya manja sekali sama ayahnya. Pasti sang ayah sayang banget ya sama anak?"
Tiba-tiba ada salah satu ibu mengatakan hal itu di hadapan Rangga dan Ella. Ibu itu tidak tahu jika mereka ini adalah pasangan suami-istri bukan ayah dan anak.
Dengan beraninya Ella pun mengatakan bahwa dirinya adalah istri bukan anak. Sang ibu hampir tak percaya, tetapi kemudian ia pun meminta maaf karena tidak tahu akan hal itu.
Perkataan dari wanita itu sempat membuat Rangga tidak percaya diri.
"Kamu lihat kan, mereka pikir aku ini ayahmu bukan suamimu. Karena jauhnya jarak usia kita. Kamu baru dua puluh tahun sedangkan aku sudah empat puluh tahun," ucapnya sedih.
Ella berusaha menghibur hati suaminya supaya tidak bersedih lagi dan tak memikirkan apa yang telah di katakan oleh wanita tadi.
Sementara di dalam hati Rangga sempat terbesit rasa curiga dan tak percaya pada Ella. Ia sempat berpikir buruk jika Ella hanya menginginkan kekayannya saja. Sebenarnya ia tidak cinta sama sekali pada dirinya. Tetapi sejenak rasa itu di tepisnya.
******
Esok harinya, Sigit kembali ke rumah karena tugas di luar negeri sudah selesai. Dia akan kembali memimpin perusahaan yang ada di Indonesia.
Dia begitu kaget pada saat melihat ibu tirinya. Karena ibu tirinya begitu muda dan sangat cantik luar biasa. Bahkan sejenak Sigit terperangah tak berkedip saat berkenalan dengan Ella.
"Pah, jadi ini istri papah?" tanya Sigit hampir tak percaya.
"Iya, Sigit. Memangnya kenapa, nggak percaya ya? tanya Saka sama Ella, kami ini suami istri sah atau tidak," ucap Rangga.
"Astaga, papah. Nggak perlu sewot begitu, aku percaya kok."
Mata Sigit terus saja menatap ke arah Ella. Di dalam hatinya memuji kecantikan Ella. Selama ini ia berkenalan dengan banyak wanita, tetapi baru kali ini ia melihat wanita secantik Ella.
Sigit merasa heran, kenapa wanita secantik Ella mau menikah dengan Papahnya yang sudah tua.
"Papah ke kamar dulu, Ella kamu lanjutkan saja makanmu ya."
"Iya, mas."
Tanpa ada rasa curiga sama sekali, Ella melanjutkan makannya. Walaupun ia tahu masih ada Sigit. Dan kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Sigit. Ia pun mengatakan banyak hal pada Ella.
"Ella, umurmu baru dia puluh tahun. Bahkan lebih tua aku lima tahun. Tetapi kenapa kamu mau menikah dengan papahku yang umurnya selisih jauh darimu? apa kamu hanya ingin menikmati semua kekayaan papahku saja?"
Mendengar apa yang barusan di katakan oleh Sigit, membuat Ella tersinggung. Ia pun menghentikan makannya seraya menjatuhkan sendok dan garpu di piringnya.
"Asal kamu tahu ya, aku bukan wanita seperti itu. Aku meniksh dengan Mas Rangga karena aku memang benar-benar cinta padanya. Bukan karena hartanya! camkan itu baik-baik!"
Sigit terkekeh melihat kemarahan Ella," kamu kalau marah semakin bertambah cantik. Sayangnya kecantikan kamu ini sia-sia karena menikah dengan orang yang salah yang sudah lanjut usia."
Ella tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Sigit, ia malah berlalu pergi dari hadapannya. Selera makannya sejenak hilang begitu saja mendengar apa yang dikatakan oleh Sigit.
"Aneh, seharusnya ia senanf karena papahnya sudah memiliki pendamping hidup. Bukan malah memperolok seperti ini. Sifatnya benar-benar beda dengan, Mas Rangga. Ia begitu lembut dan ramah, tidak seperti Sigit yang urakan seperti ini. Tak bisa menjaga tutur katanya!" batin Ella kesal.
Saat itu juga ia menyusul suaminya yang saat ini ada di kamarnya. Biasa rutinitas pagi, Ella menyiapkan obat untuk suaminya dan mengajak jalan-jalan ke taman sejenak.
"Mas, kamu pasti belum minum obatnya bukan?"
"Hem, sudah sayang. Aku nggak mau terlalu merepotkan dirimu. Karena aku juga ingin lekas benar-benar sehat supaya lekas kembali ke kantor," ucap Rangga tersenyum.
Ella tersenyum dan ia membujuk suaminya untuk mau di ajak jalan-jalan ke taman. Tetapi Rangga menolak dengan alasan dia malu jika di kira jalan dengan anaknya lagi.
Dia minder jalan dengan Ella yang begitu terlihat jelas masih sangat muda.
"Ya sudah, jika Mas nggak mau kita ke taman. Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja di sekeliling rumah ini? olahraga sejenak, katanya ingin sehat total dan tidak mengkonsumsi obat lagi."
Ella memang pintar membujuk Rangga, hingga ia pun mau untuk di ajak jalan-jalan mengelilingi sekitar rumah. Dengan sesekali bercanda ria, hingga terlihat sangat jelas kebahagiaan terpancar di raut wajah Rangga.
Sigit yang sempat mendengar cekikikan guyonan antara Rangga dan Ella bukannya senang. Ia justru iri pada papahnya sendiri. Ia berpikir jika Papahnya itu tak pantas mendapatkan Ella yang begitu cantik badan masih sangat muda.
"Dasar Papah rakus! masa iya dia itu makan daun muda? seharusnya Ella itu pantasnya bersanding denganku yang masih muda dan cocok jika bersanding dengan Ella! lihat saja, pah! aku kan buat Ella itu pergi dari hidupmu, dan ia akan segera bersama diriku!" batin Sigit mengepalkan tinjunya.
Sigit tak memungkiri jika dirinya benar-benar telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Ella. Hingga ia akan menggunakan segala macam cara untuk bisa mendapatkan Ella dan menyingkirkan Papahnya sendiri.
Sebagai seorang anak, bukannya turut bahagia melihat kebahagiaan yang saat ini di rasakan oleh papahnya, tetapi ia malah iri dan cemburu. Dan tak rela jika Rangga terus bahagia bersama dengan Ella. Entah apa yang ingin ia lakukan untuk bisa menghancurkan rumah tangga Rangga dan Ella.
Semakin ia melihat kemesraan yang sedang terjadi diantara Ella dan Rangga, semakin amarahnya bergemuruh. Rasa cemburu terus saja menghimpit hati, Sigit.
Suatu pagi yang indah, Ella melakukan aktivitasnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Karena ia benar-benar ingin mengabdi sepenuhnya pada suaminya.
Walaupun di rumah mewah itu sudah ada beberapa asisten rumah tangga. Tetapi ia selalu turun tangan sendiri untuk memasak. Ia yang dulunya adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit.
Hingga ia hapal dengan menu masakan yang sehat untuk suaminya yang membuat penyakit diabetes dan juga hipertensi. Ia benar-benar menjaga pola makan suaminya agar selalu sehat.
Walaupun ia sudah menjadi seorang nyonya rumah dari suami kaya raya, tetapi ia tidak pernah sombong. Kepada siapapun juga kepada para pelayan yang ada di rumah tersebut.
"Mas, apa kamu serius jika pagi ini akan mulai berangkat ke kantor? memangnya kamu yakin dengan kesehatanmu sendiri!" tanya Ella di sela selesai memasak dan ia akan mandi pagi.
"Sudah, sayang. Kamu nggak usah khawatir ya? berkat perawatan dari istriku tercinta ini, aku kini benar-benar sudah sehat total."
Pada saat Rangga menghampiri Ella akan menciumnya, tiba-tiba Sigit melintas dan dengan tujuan akan menemui dirinya.
"Ist, mas. Aku bau bumbu belum mandi, tuh lihat apa kamu nggak malu di lihat anakmu?" tolak Ella lalu ia beralih ke toilet yang ada di kamar tersebut.
Melihat tingkah Papahnya itu, Sigit merasa sangat kesal sekali. Ia semakin terbakar api cemburu.
"Sigit, lain kali ketuk pintu dulu. Ada apa pagi-pagi ingin menemui papah?" tegur Rangga yang tak suka dengan sikap Sigit yang tak bisa menjaga sopan santun.
"Pah, seharusnya jangan menyalahkan aku. Salah siapa pintu dibuka lebar seperti itu. Aku datang hanya ingin tanya saja, apakah papah mau ke kantor bareng sama aku atau tidak?" tanya Sigit kesal.
Rangga mengatakan jika dirinya tidak akan berangkat bersama dengan Sigit. Apa lagi kantor mereka berbeda arah. Rangga akan berangkat dengan sopir pribadinya saja.
Mendengar akan hal itu, sejenak terlintas pikiran jahat di benak Sigit untuk membuat celaka papah kandungnya sendiri. Ia pun menyunggingkan senyumnya, hingga Rangga heran.
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?"
Pertanyaan dari Rangga mengagetkan lamunan Sigit," nggak apa-apa pah."
Saat itu juga Sigit berlalu pergi dari kamar Rangga. Dan ia melangkah ke kamarnya sendiri.
Beberapa menit kemudian...
Setelah acara sarapan selesai, Sigit terlebih dahulu berangkat ke kantornya. Dan tak berapa lama, Rangga juga pergi. Tetapi Ella tak membiarkannya pergi begitu saja, ia membawakan bekal makan siang yang sehat untuk Rangga. Dan juga telah ia siapkan obat serta minumannya.
*********
Tanpa sepengetahuan siapapun, Sigit memerintah orang bayaran untuk menyabotase rem mobil milik Papahnya. Di saat jam makan siang, dimana semua orang yang ada di kantor di sibukkan dengan makan siang di luar kantor. Begitu juga dengan sopir pribadi, Rangga. Kesempatan ini tidak di biarkan begitu saja oleh dua orang bayaran Sigit.
Salah satu menyabotase rem mobil, dan salah satunya melihat sekelilingnya aman atau tidak. Hanya beberapa menit saja tugas mereka tak berhasil dengan lancar.
Dan pada saat sore hari menjelang pulang kerja, terjadilah hal yang tak di inginkan. Yakni mobil yang di tumpangi oleh Rangga menabrak sebuah tiang listrik besar. Dimana si sopir sengaja membelokkan mobil pada saat akan menabrak mobil yang lain.
Mendengar kabar kecelakaan tunggal yang menimpa suaminya. Ella pun sangat cemas, ia langsung pergi ke rumah sakit dimana Rangga dan sang sopir mendapatkan perawatan medis.
"Dok, bagaimana kondisi suami saya?" tanya Ella panik.
"Alhamdulillah, kondisi pasien tidak parah. Hanya luka ringan di pelipisnya dan juga kakinya."
Dokter juga mengatakan jika kondisi si sopir juga tidak apa-apa. Ella bisa bernapas lega setelah tahu suaminya baik-baik saja. Tapi tidak dengan Sigit, ia sangat kesal mengetahui jika kondisi Papahnya baik-baik saja.
Padahal ia ingin sesuatu hal buruk terjadi papahnya supaya dirinya bisa memiliki Ella sepenuhnya.
"Sialan, bagaimana mungkin papah bisa terhindar dari maut. Padahal sudah jelas sekali anak buahku menyabotase rem mobilnya, karena salah satu dari mereka sempat merekam aktivitasnya dan mengirimkannya padaku. Jadi tidak mungkin jika mereka berbohong padaku," batin Sigit.
Demi rasa cintanya pada Ella, ia bisa berbuat nekat terhadap papah kandungnya sendiri.
Tak berapa lama, ia pun tersenyum sinis mempunyai suatu rencana baru di mana ia akan menghasut Papahnya jika kecelakaan yang terjadi padanya adalah karena unsur kesengajaan.
Pada saat Ella tidak ada di samping Rangga, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Sigit. Ia pun menghampiri papahnya dan mengatakan banyak hal buruk tentang Ella padanya.
"Pah, aku rasa kecelakaan yang papah alami ini bukan murni karena kecelakaan, tetapi ada yang berniat buruk pada papah. Ingin papah celaka."
Mendengar apa yang dikatakan oleh Sigit, Rangga memicing alisnya," apa maksud dari perkataanmu itu?"
Sigit pun mengatakan bahwa kemungkinan buruk, semua yang terjadi pada Rangga adalah ulah Ella.
"Astaga, kenapa kamu berprasangka buruk pada Ella? papah yakin sekali jika Ella tidak akan melakukan hal keji. Dia seorang istri yang sangat baik dan santun serta solehah."
Sigit sangat kesal karena usahanya menghasut Papahnya tidak berhasil. Walaupun berbagai kata ia lontarkan tetapi tetap saja Rangga percaya pada istrinya.
"Sialan, sebegitu cintanya Papah pada Ella hingga tidak bisa di hasut begitu saja. Apakah yang telah Ella lakukan pada papah hingga papah tak bisa di perdaya olehku?" batin Sigit kesal.
Tetapi ia tidak akan tinggal diam, ia akan mencari cara lain supaya bisa memisahkan Ella dari Rangga. Sigit memutar otaknya supaya bisa menemukan ide yang cemerlang.
Sejenak ia pun tersenyum bahagia, dan ia pun berpamitan pulang pada saat Ella telah datang kembali.
Akan tetapi seperginya Sigit, Rangga pun menanyakan sesuatu hal yang mengganjal di dalam hatinya.
"Ella, aku ingin bicara padamu. Tetapi aku minta kamu jangan marah ya, dengan apa yang ingin aku bicarakan atau aku tanyakan padamu."
Ella memicingkan alisnya," sepertinya kok serius sekali mas? katakan saja aku akan jawab dengan jujur dan tak akan marah."
"Ella, untuk apa kamu mau menikah denganku? apa maksud dan tujuanmu?" tanya Rangga seraya menatap menyelidik ke arah Ella.
"Mas, bukankah dari awal sudah aku katakan. Aku menikah denganmu karena aku tulus cinta dan sayang padamu. Tidak ada maksud apa pun selain itu. Kenapa juga Mas masih meragukanku?" Ella balik bertanya.
"Aku tidak meragukan cintamu, hanya saja setiap kali aku dengar kata-kata indah itu aku menjadi tersanjung," ucap Rangga berbohong.
Tetapi di dalam hatinya masih saja ada rasa gundah gulana, memikirkan apa yang barusan di katakan oleh Sigit.
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit kini kondisi Rangga telah sehat, dia sudah berada di rumah kembali. Tetapi Ella melarangnya untuk kembali bekerja. Ia meminta supaya suaminya istirahat beberapa hari di rumah. Supaya kesehatannya benar-benar pulih.
"Mas, aku minta padamu jangan kerja dulu ya? istirahatlah dulu beberapa hari di rumah untuk menstabilkan kondisi tubuh," saran Ella pada saat berada di meja makan.
Hal ini membuat Sigit sangat kesal mendengarnya. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa Ella begitu perhatiannya pada, Rangga.
Dia ingin sekali ada seorang wanita yang benar-benar tulus cinta padanya seperti Ella cinta pada, Rangga yakni Papahnya. Karena selama ini jika ia dekat dengan seorang wanita, pasti wanita itu tidak benar-benar tulus cinta padanya. Hanya cinta dengan hartanya saja.
"Kenapa aku menjadi cemburu seperti ini? kenapa aku iri dengan papah yang di perhatikan oleh, Ella.
Sebenarnya aku yang lebih pantas untuk mendapatkan perhatian dari Ella, dari pada papah yang sudah tua. Karena aku lebih muda dan lebih kuat fisik, dan jalan masih membentang lebar," batin Sigit seraya menahan rasa kesalnya melihat begitu perhatiannya Ella pada Rangga.
"Sayang, aku akan bosan jika terlalu lama berada di rumah. Lagi pula aku sudah benar-benar sehat kok."
Namun perkataan Rangga di tentang oleh Ella. Ia tetap saja tak mengizinkan Rangga untuk lekas bekerja.
"Jadi Mas merasa bosan jika hanya di rumah saja bersamaku? aku ini membosankan ya, mas? ya sudah begini saja, mas libur saja. Aku biar pulang saja ke rumah Ibuku, jadi mas akan lebih kerasan jika nggak ada aku."
Ella pasang wajah cemberut dan masam di hadapan Rangga. Hingga pada akhirnya Rangga pun menyerah dan ia bersedia libur untuk beberapa hari istirahat di rumah. Ia tidak mau istri tersayangnya pergi ke rumah ibunya. Yang ada ia akan semakin kesepian.
"Sayang, apa nggak sebaiknya ibumu di minta tinggal di sini saja bersama kita? supaya ia tidak kesepian di kampung?" saran Rangga.
Sebenarnya Ella juga berharap demikian, tetapi ia tak berani mengatakannya pada Rangga, karena ia khawatir suaminya tak setuju. Mendengar saran dari suaminya, Ella menjadi sangat senang.
"Mas, apakah kamu serius dengan ucapanmu barusan?" tanya Ella ragu dan belum percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rangga.
"Serius, sayang. Bagaimana kalau kita ke kampung untuk jemput ibumu? sekalian kita healing supaya aku tidak begitu bosan. Kan bisa refreshing juga."
Ella pun mengangguk pelan seraya menyunggingkankan senyuman manisnya. Hal ini sempat di lihat oleh, Sigit. Ia begitu terpesona dengan senyuman dari Ella yang menampilkan gigi putihnya dan gigi gingsulnya.
Saat itu juga selesai sarapan, Ella mengemasi semua kebutuhan dirinya dan Rangga untuk pergi ke kampung. Pada saat itu, Sigit menghampiri Rangga yang sedang duduk di teras, menunggu Ella siap.
"Pah, aku boleh ikut nggak?"
"Lah kan kamu berangkat ke kantor? nanti kalau ada hal penting di kantormu bagaimana?" tanya Rangga.
"Hem, bilang saja aku nggak boleh ikut."
Melihat wajah murung Sigit, membuat Rangga tak tega. Hingga pada akhirnya, Rangga mengizinkan Sigit ikut pergi ke kampung dimana Ibunya Ella tinggal.
Sigit lekas berkemas pula untuk ikut ke kampung. Dia tersenyum lebar karena di dalam hatinya sudah merencanakan hal buruk untuk Rangga.
"Terima kasih papahku, sayang. Aku akan beraksi kembali. Dan kali ini pasti akan berhasil, nanti aku yang akan gantikan posisi Papah menjadi suaminya Ella," batin Sigit
Dia pun segera menelpon beberapa anak buah kepercayaannya untuk melancarkan aksinya tersebut.
Cintanya pada Ella sudah begitu besar, dan ia sudah tak sabar untuk bisa memiliki Ella. Bahkan ia sangat yakin, jika Rangga tewas, pasti Ella akan bersedia menjadi istrinya.
Beberapa menit kemudian...
Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil, bersama dengan salah satu sopir pribadi keluarga Rangga.
Baru dua puluh menit perjalanan, dan tepatnya di sebuah jalan yang tak begitu ramai. Tiba-tiba mobil terpaksa terhenti, karena ban mobil bocor secara tiba-tiba. Dan tak hanya itu, ada beberapa Preman dengan memakai topeng menghampiri.
Sopir dan Sigit sempat berkelahi dengan mereka. Bahkan Sigit meminta Rangga untuk tidak ikut melawan para preman. Dan pada saat salah satu preman mengeluarkan pisau dan ia dengan cepat akan menusukkan pisau tersebut ke arah Rangga. Ella memekik seraya ia berlari menghadang preman tersebut dengan posisi memeluk Rangga, hingga yang terkena tusukan adalah Ella di bagian pinggir pinggang.
"Aaahhh..." rintih Ella dan saat itu juga matanya terpejam tak sadarkan diri.
Darah mengalir deras dari luka tusukan tersebut. Sementara para preman segera kabur, khawatir mereka akan di laporkan ke aparat kepolisian.
"Ella sayang! Sigit.... bantu papah! kita harus cepat bawa Ella ke rumah sakit. Ya ampun, ini pisaunya pasti dalam, hingga sampai menancap seperti ini. Ella, maafkan aku ya?"
Sang sopir segera memanggil taxi yang kebetulan melintas. Karena ia harus mengganti ban mobil yang bocor hingga tak bisa mengantarkan Ella ke rumah sakit. Rangga dan Sigit yang membawa ke rumah sakit dengan naik taxi.
Rangga terus saja bergumam di dalam hatinya, ia menyalahkan diri sendiri. Karena tadi ia tak fokus dengan sendiri tetapi terus saja menatap ke arah Sigit dan pak sopir melawan para preman.
Sigit juga merasa khawatir dengan kondisi Ella. Ia sangat menyayangkan sikap Ella yang menurutnya terlalu bodoh dengan mengorbankan diri sendiri demi, Rangga.
"Ella-Ella, kenapa kamu begitu bodoh sih? seharusnya biarkan saja, papah yang terkena tusukan supaya kita bisa hidup berdampingan selamanya. Aku itu sangat cinta padamu. Jika seperti ini aku akan sangat merasa bersalah. Apa lagi jika terjadi hal buruk padamu, aku tidak kan pernah bisa mengampuni diriku sendiri selamanya," batin Sigit merutuki diri sendiri.
Tak berapa lama, sampailah taxi yang di tumpangi Rangga dan Sigit di pelataran rumah sakit. Sigit segera memanggil beberapa perawat untuk membantu mengangkat tubuh Ella yang tak sadarkan diri di pangkuan Rangga.
Segera Ella di larikan ke ruangan Instalasi Gawat Darurat untuk segera mendapatkan penanganan medis. Di mana dokter dan beberapa perawat akan segera mengoperasi luka Ella yang terkena tusukan untuk di ambil pisaunya yang menancap tersebut.
Selama proses penanganan medis, Rangga dan Sigit berada di luar ruangan. Dan Sigit berpura-pura pamit pada Rangga untuk sejenak ke toilet.
Pada saat di toilet, Sigit segara mengirim chat pesan terhadap salah satu anak buahnya.
[Kerja kalian gagal total, salah target. Ya sudah nggak apa-apa, tapi sekarang juga kalian harus segera pergi dari kota ini karena khawatir papahku akan melaporkan kasus ini ke kantor polisi.]
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!