"Yes.. Gooolllll......"Teriak Umay dan teman satu tim nya begitu bahagia ketika mereka bisa mencetak gol kegawabg lawan mereka.
"Umay, kamu memang jago sekali main bolanya" puji salah seorang teman Umay sambil mengacungkan jempol kearah Umay.
"Wajib jago dong... " jawab Umay pula bangga.
Selesai bermain bola, Umay dan teman-teman nya seperti biasa, akan selalu pergi berenang kesungai yang berada di tepi jalan di lorong sebelah lapangan bola.
"Umay..... "Teriak Siti dan Meri memanggil Umay yang berenang dari tepi jembatan.
"Ada apa? Ayo kemari berenang.. Dibagian sini air nya tidak dalam kok.. Cuma sedada saja.." jawab Umay sambil mengajak kedua sahabatnya untuk ikut berenang.
"Tidak... Kami tidak ingin berenang... Kami cuma mau kasih tau, Umi berpesan suruh Umay pulang, karena Abi sebentar lagi sampai dirumah.. Nanti kalo Abi tau kamu berenang, akan dipukul lagi.." ujar Meri pada Umay.
"Memang nya ini sudah jam berapa?" tanya Umay
"Jam 4 sore" jawab siti.
"Ya ALLAH... Oke... Aku pulang.. Aku juga belum sholat ashar.." jawab Umay segera berpamitan dengan teman-teman nya yang masih asik berenang di tepi sungai.
Umay kemudian berjalan gontai menuju rumah dengan baju gamisnya yang sudah basah kuyup dan kotor menyapu jalanan.
"Assalamualaikum Umi..." ujarnya tersenyum manis kearah Uminya yang sudah menunggu di depan pintu sambil menggeleng dan beristigfar melihat kelakuan anak perempuan satu-satu nya yang iya miliki.
"Umay bersiha badan dulu ya Umi" ujar Umay berlari kearah pintu samping rumah yang tembus dengan dapur.
"Duduklah... Inicteh hangat untukmu, agar tidak masuk angin..." ujar Umi menyodorkan teh pada Umay setelah iya membersihkan badannya.
"Makasih Umi..." ujar Umay menghujani Uminya dengan ciuman hangat penuh cinta.
"Bagaimana tadi main bola nya.. Menang lagi?" tanya Umi pada anak kesayangan nya.
"Tentu saja Umi... Tim Umay kan hebat-hebat" jawab Umay mengangguk kuat dan bangga.
Umi menggeleng lagi sembari tersenyum meilhat tingkah anak gadisnya.
"Umi... Umay tidak ingin masuk pondok pesantren... Umay maunya sekolah disini aja Umi.. Lanjut sekolah nya di MTsN tempat Abi mdngajar aja ya Umi..." rengek Umay lagi pada Uminya.
Umi tersenyum lagi.
"Umay sayang... Abi dan Umi hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.. Umi dan Abi ingin menjadikan Umay anak yang mandiri, sholeha, bertanggung jawab dan menjadi wanita tangguh.. Umi dan Abi berharap nanti di pondok pesantren, Umay akan belajar banyak hal tentang kehidupan sesama manusia, juga tentang hidup manusia pada tuhan penciptanya. Umi ingin anak Umi menjadi wanita sholeha yang bertanggung jawab dan tangguh menghadapi setiap masalah yang datang. Mamou berdiri sendiri dan selalu taat dan takut pada ALLAH.. Dan nantinya, anak Umi inilah yang akan mengantarkan Umi dan Abi menuju syurga nya ALLAH... " ucap Umi meluluhkan hati Umay.
Umay terdiam mendengarkan nasehat-nasehat Umi nya yang begitu lembuh menyentuh hati nya.
Sejujurnya, Umay tidak ingin pergi ke kota untuk melanjutkan sekolah nya di pondok pesantren milik keluarga Abinya, Umay ingin melanjutkan sekolahnya di kampung saja, di sekolah MTsN yang di pimpin oleh Abi nya yang menjadi kepala sekolah disana.
Umay tidak ingin jauh dari Umi dan Abi juga teman-teman nya yang begitu iya sayang.
Tapi nasihat-nasihat Umi membuat Umay kembali merasa ragu dan bimbang.
Waktu yang terasa begitu singkat bagi Umay.
Baru saja rasanya iya memulai sekolah nya di bangku SDN 0011di kampungnya, namun kini iya telah tamat menyelesaikan sekolah SD nya.
Dalam acara perpisahan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, Umay dan teman-teman nya tidak mampu membendung rasa sedih karena sebentar lagi mereka akan berpisah.
Apalagi ketika mereka semua tau kalau Umay akan pindah ke kota untuk melanjutkan sekolahnya di pondok pesantren.
Teman-teman Umay menangis sejadi-jadi nya tidak merekalan Umay untuk pergi meninggalkan kampung halaman.
"Umay... Nanti kalau sudah tinggal dikota jangan pernah lupakan kami teman-teman kampung mu ya..." ujar Heri, salah satu teman tim bola nya Umay.
Umay mengangguk kuat masih dengan linangan air mata.
"Tentu saja... Mana mungkin Aku nisa lupa dengan kalian semua... Kalian semua adalah sahabat terbaikku... Aku sayang dengan kalian semua.. Nanti, setiap Aku pulang pas libur smester, kita main bola dan berenang sama-sama ya..." ujar Umya pada rekan-rekan nya.
Semua pun menggguk kuat lalu kembali menangis bersama.
Beberapa guru yang melihat kejadian, merasa terharu dan ikut menangis lalu memeluk Umay yang juga merupakan anak didik terbaik di sekolah mereka.
"Anak-anak... Manri kita bersama-sama mendoakan Umya, semoga Umay di sekolahnya yang baru akan menjadi lebih pintar.. Lebih sholeha... Lebih banyak prestasinya dan lebih membanggakan lagi... Aamiin" ujar Buk Nani guru kelas Umay.
"Aamiin..." jawab yang lain bersamaan.
Selesai perpisahan di sekolah, malam nya Orangtua Umay mengadakan acara mendoa untuk keselamatan Umay yang akan berangkat ke kota besok pagi.
Sepanjang Acara Umay menangis di peluk Siti dan Meri bergantian.
Berat rasanya harus meninggalkan orang-orang terkasih.
Tapi apalah daya Umay, yang hanyalah seorang anak. Umay tidak mampu membantah perintah Abi dan Umi yang sudah sangat teguhdengan pendirian mereka untuk menyekolahkan Umay di Pondok Pesantren Al Hikmah milik keluarga Abi.
"Umay.... Sudah selesai semua nak?" tanya Umi masuk kedalam kamar Umay untuk melihat persiapan Umay yang akan berangkat besok ke kota.
Umay mengangguk pelan tanpa menjawab ucapan Umi.
"Umay... Umi tau, Umay sangat berat dan sedih karena harus berpisah dengan teman-teman Umay.. Tapi percayalah nak.. Umi dan Abi hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Umay.. Semata-mata karena Umi dan Abisangat mencinati Umay nak... Umay mengertikan?" tanya Umi sambil mengelus wajah Umay yang mulai dibasahi oleh air mata.
Umay kembali mengangguk pelan masih tanpa suara.
Umay tidak mampu menjawab atau berbicara lagi.
Dada nya terasa sangat sesak.
Ingin sekali rasanya iya berteriak menolak dengan kuat keinginan kedua orangtua nya.
"Umay gak mau berpisah sama Umi dan Abi.. Umay gak bisa Umi... Umay gak bisa kalau tidak ada Umi... Umay gak mau jauh dari Umi...!!" isak Umay memeluk Umi nya dengan erat.
Umay menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Umi. Umi pun tidak lagi mampu membedung air matanya mendengar ucapan anak gadis semata wayang nya.
"Umay... Umi akan selalu ada untuk Umay sampai kapanpun.. Tujuan Umi dan Abi menyekolahkan Umay ke pondok, agar Umay nanti bisa menjadi wanita sholeha yang mandiri nak... Semua kami lakukan karena cinta kami pada Umay... Emang nya Umay fikir Umi dan Abi tidak sedih harus berpisah jauh dari anak kesayangan Umi dan Abi? Umi dan Abi jauh lebih sedih dari pada yang Umay tau.. Tapi Umi dan Abi terutama tidak ingin memperlihatkan kesedihan kami pada Umay, agar Umay tidak semakin berat untuk ke pondok nak.. " ujar Umi lagi membujuk anak gadis nya.
"Umay... Umi dan Abi menaruh harapan yang begitu besar kepada Umay anak semata wayang Umi dan Abi.. Umi harap dan berdoa agar kelak Umay menjadi seorang wanita sholeha yang hebat sesuai dengan harapan Umi dan Abi.. Jadi, Jmi ingin Unay disana semangat mondoknya agar nanti bisa tercapai semua cita-cita Umay ya nak.." bujuk Umi mencium ubun-ubun Umay berkali-kali.
"Baik Umi... Doakan Umay ya..." ujar Umay pula masih dalam pelukan Umi nya.
"Pasti nak.. Selalu Umi doakan Umay didalam setiap doa Umi.. Abipun demikian nak.. Umi sangat sayang Umay.." jawab aumi mengangkat dagu anak gadisnya, menatapnya penuh cinta lalu mencium kening nya dengan hangat.
Cukup lama ciuman itu mendarat, hingga air mata Umi yang juga mengalir menyentuh kening Umay dengan pelan.
"Umay juga sayang Umi dan Abi..." jawab Umay masih dalam isak nya.
Unay pun akhirnya menghabiskan malam dengan air mata yang terus saja menetes di sepanjang malam.
Hampir separuh perjalanan menuju kota Umay habiskan dengan menangis, hingga akhirnya iya terrtidur pulas dengan sedikit isak tangis yang tersisa.
Abi yang menyetir mobil dengan tenang mengendari mobilnya melaju perlahan sambil mendengarkan murrotal dari audio mobil. Sedangkan Umi yang susuk di samping Abi, sesekali memandang kearah belakang memperhatikan anak gadisnya dengan hati yang pilu.
Sesungguhnya Umi sendiripun begitu berat melepaskan anak kesayangan nya untuk berada jauh dari pandangan nya.
Abipun pasti demikian. Meskipun Abi terlihat garang dan sangat keras dalam mendidik Umay, tapi sesungguhnya Abi hanya ingin anak semata wayang nya menjadi anak yang sholeha dan bermartabat.
"Umi... "Ujar Abi menggenggam tangan kanan istrinya yang sedari tadi daim merenung jauh menatap jalan.
"Apa Umi marah sama Abi? Karena keputusan ini?" tanya Abi membuka pembicaraan dengan sedikit melirik kearah istrinya.
Umi menggeleng kuat.
"Tentu saja tidak Bi... Ini adalah keputusan kita berdua dan sudah berulang kali kita bicarakan. Umi hanya sedikit merasa berat Bi... Abi mengertikan maksud Umi?" jawab Umi pula balik bertanya pada suami nya.
Air mata yang sedari tadi dibendungpun akhirnya mulai tumpah.
"Sejak kecil Umay tidak pernah berpisah dengan kita Bi.. Bagaimana nanti dia disana? Bagaimana dia bisa mengurus dirinya? Bagaimana jika dia sakit? Bagaimana dan bagaimana, pertanyaan itu selalu membuat Umi lemah Bi.." ucap Umi perlahan menahan isak agar Umya tidak terbangun dari tidurnya.
"Umi sangat sedih melihat air mata Umay yang terus aaja menangis di tiga hari terakhir keberangkatan nya ini Bi..." kata Umi lagi.
"Apa keputusan kita ini salah Bi???" Lanjut Umi lagi bertanya.
Abi menggelengkan kepalanya kuat.
"Umi... Ingat tujuan kita membawa Umay ke pondok.. Semata-mata agar Umay mampu menjadi wanita yang sholeha, mandiri, bertanggung jawab dan tangguh.. Memang berat Umi, Abnipun sedih Umi.. Tapi ini semua kita lakukan demi kebaikan Umay.. Pecayalah Umi.. Ada ALLAH yang akan senantiasa menjaga Umay ketika penjanggan kita tidak sampai padanya.. Jangancpernah berhenti intik mendoakan Umay agar selalu dalam lindungan ALLAH SWT ya.. Insyaallah ini adalah keputusan yang sangat tepat untuk Umay.. Percaya pada Abi ya.." jawab Abi sembari mengelus tangan istrinya lembut.
Umi pun kemudian mengangguk pelan mendengar ucapan suaminya.
"Astagfirullah.. Astagfirullah... Ya ALLAH... Kami titip anak kami tercinta dalam penjagaan mu ya ALLAH.. Engkaulah sebenar-benar nya yang maha Penjaga, Maha Agung, Maha kasih dan Maha penyayang.. Aamiin ya rabbal alamiin.." doa Umi didalam hati sambil menyeka air matanya.
Setelah beristigfar berulang kali, Umi akhirnya merasa tenang dan kembali tersadar akan tujuan nya mengantar Umay masuk ke Ponpes Al Hikmah milik keluarga Abi, suami nya.
"Abi.. Nanti sebelum kita masuk Ponpes, boleh singgah di warung atau minimarket dulu? Umi ada yang terlupa bawain sesuatu untuk Umay.." kata Umi ketika teringan lupa membelikan pembalut untuk anak Umay yang mulai beranjak remaja.
"Emang nya lupa beli apa?" tanya Abi penasara.
"Abi... Umay kan sudah mulai beranjak dewasa.. Umur Umay sudah 12 tahun... Umi takutnya sebentar lagi iya akan mulai mendapatkan menstruasi, Jadi Umi harus siapkan Umay pembalut untuk dia berjaga-jaga.. sebenarnya dirumah Umi sudah mengajarkan Umay cara penggunaan pembalut, dan hal-hal yang harus Umay lakukan selama masa mensturiasi, tapi Umi lupa membekali pembalut di kopernya, jadi nanti kita singgah sebentar ya.." jelas Umi panjang lebar.
"Oke.. Baiklah..." jawab Abi singkat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!