NovelToon NovelToon

The Story Of Miss Buket

Bab 1 Misbuk

SMA 3 Taman Ria

Hari ini hari Senin. Semua siswa melaksanakan upacara bendera. Satu per satu siswa siswi menuju ke lapangan sekolah. Tak terkecuali Ilham Ariansyah. Ia dikenal sebagai murid pandai di kelas unggulan XII MIPA 1. Siapa yang tidak kenal dengan dia? Ketika kamu menyebutkan namanya, semua orang pasti tahu.

07.30 Upacara bendera dimulai. Tapi lain halnya dengan Ririn Maharani. Ririn adalah gadis pemalas dan sangat berantakan. Setiap pagi ia harus dibangunkan oleh Mamanya. Bahkan terkadang, harus disiram dulu baru bangun.

"Ririn, ayo bangun. Ini sudah jam berapa? Kamu tuh yah abis shalat tidur lagi. Gimana mau jadi anak yang membanggakan kalau kayak gini," panggil

Mamanya disertai kata-kata mutiara yang cukup menggangu kuping.

"Iya Ma, iyaaa. Tiap hari mama ngomongnya gitu mulu. Ririn bosan Mah. Harusnya kan Mama doain Ririn biar jadi orang sukses. Yah kalau gak jadi orang sukses, setidaknya jodoh Ririn nanti orang kaya Mah, hahahaha," balas Ririn sambil tertawa kecil.

"Kamu tuh ya, udah telat bangun, mimpi mau jodoh orang kaya. Mana ada yang mau sama orang malas kayak kamu." Mamanya mendengus pura-pura kesal.

"Ih Mama, gini-gini juga Aku ada yang suka loh mah. Banyak tahu, Ma" jawab Ririn lagi.

"Sudah Sudah. Sana mandi, tuh kamu sudah telat. Ini sudah jam berapa Ririn."

"Iya Mamaku sayang. Ummach" . Ririn pun berlari menuju kamar mandi.

⭐⭐⭐

"Jam berapa ini? Apa di rumah kamu jam nya rusak?" tanya pak satpam kepada Ririn. Yah, hampir tiap Senin ketika upacara bendera Ririn suka langganan terlambat. Pak satpam sampai kewalahan dengan sikap Ririn yang seperti itu.

"Iya pak maaf, Ririn janji gak akan gini lagi"

"Ini janji kamu udah kesekian kalinya Ririn. Gak bisa dihitung. Udah banyak melebihi bintang di langit," kata pak satpam lagi dengan wajah malas.

"Ih bapak, kan Ririn udah minta maaf. Plis lah pak. Biarin Ririn masuk."

"Yaudah iyya, masuk gih."

"Nah gitu dong pak, makasih yah pak," jawab Ririn dengan senyum di wajahnya.

Tanpa Ririn sadari, dari arah lapangan seseorang sepertinya sedang memperhatikannya. Ia pun terus melangkah. Tapi kemudian ia benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda.

"Ah, perasaan aku aja kali. Gak mungkin Rin, kamu sadar diri dong," ujarnya pelan memberitahu dirinya sendiri.

Tring... Tring....

Waktu pergantian jam.

Hari ini kelas XII MIPA 5 belajar tentang seni budaya. Mereka semua diajarkan untuk melukis menggunakan serpihan kertas. Semua murid antusias mengerjakannya.

Triiiiing..

Bel panjang telah berbunyi. Itu tandanya waktu pulang telah tiba. Ririn dan teman-temannya berjalan kaki menuju gerbang sekolah. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, sekumpulan murid berkumpul menyaksikan sesuatu.

"Eh, ada apa tuh? Kok jadi banyak orang begitu?" tanya Mikaila dengan wajah yang nampak sangat penasaran.

"Gak tahu, yuk yuk kita lihat," jawab yg lain sambil berlari menuju arah kerumunan. Sesampainya mereka di sana. Ternyata, ada kejadian adu mulut antara Nisa dan Ralin. Mereka adu mulut karena Nisa cemburu

Mereka adu mulut karena Nisa cemburu Ralin dekat-dekat sama Ilham.

"Hey, kalian berdua tuh ya. Geer. Diantara kalian, gak ada tuh yg dipilih sama Ilham. Dia tuh naksir sama Ririn," kata Mikaila.

"Hust, apaan sih Mik. Kalau ngomong jangan asal," jawab Ririn sambil menutup mulut Mikaila.

"Ups, maaf deng," ujar Mikaila lagi.

"Ha?? Ririn?? Eh mana mau Ilham sama gadis kampung kayak kamu, dilihat aja gak bikin selera," kata Nisa sambil tertawa mengucilkan Ririn.

"Iya ih. Iyyyuh, gak banget deh hahahhaha." Ralin menambahkan seolah dia orang paling sempurna.

" Heh, jaga mulut kamu." Mikaila langsung menjambak rambut Nisa dan Ralin.

"Heeee, Mik. Ayo pergi. Gak usah pikirin kata mereka," panggil Ririn sambil meninggalkan mereka semua.

Ririn memang hanya anak desa yang bercita-cita tinggi. Ia bersekolah di SMA Taman Ria karena mendapat beasiswa. Dan yang memberikan mereka beasiswa adalah ketua Yayasan yang ada di sekolah. Beliau adalah orang tua dari Nisa.

Nisa merupakan personil "The judes" yang merupakan geng yang ada di sekolahnya. Dan dialah ketua gengnya. Sedangkan Ralin dan Mila adalah anggotanya. Karena hal tersebut Nisa suka semena-mena dan bertindak semaunya. Karena itulah banyak siswa yang takut dan tak berani melawan pada dirinya.

⭐⭐⭐

"Assalamualaikum Ma, aku pulang!" teriak Ririn ketika ia hendak memasuki Tokonya. Ririn merupakan anak dari penjual buket. Setiap hari ia mengantarkan orderan dari pelanggan mamanya. Habis pulang sekolah begini, ia tidak langsung ke rumahnya melainkan ke toko buket sederhana milik ibunya.

"Wa'alaikumussalam iya Rin. Kamu udah pulang sekolah. Gimana tadi di sekolah?"

"Iya mah. Alhamdulillah lancar-lancar aja Mah." Ririn langsung memeluk ibunya. Semenjak ia ditinggal ayahnya, ia selalu seperti itu. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya untuk mencintai orang tua satu-satunya yang tersisa.

"Kalo gitu kamu makan dulu, terus bantuin mama nganter paket ini ke Bu Maryam."

"Siap bosss, ummach," jawab Ririn sambil mencium pipi ibunya.

Ririn pun mengganti pakaiannya dan lanjut makan siang. Setelah itu, ia pun bersiap mengantar paket milik pelanggan.

"Yang mau diantar yang mana Mah?"

"Itu yang di kantong merah Rin."

"Oke Mah, aku berangkat yahh. Assalamualaikum."

"Hati-hati sayang. Wa'alaikumussalam," teriak Bu Mirna sambil melempar senyum.

⭐⭐⭐

"Assalamualaikum Bu. Pesanan buket dari Store Sisterlillah!" teriak Ririn dengan rasa hati-hati.

Sedangkan dari dalam sana.

"Adduh, siapa sih. Ganggu banget. Gak tahu apa ini jam tidur siang," ketus Yusuf sang pemilik rumah.

"Assalamualaikum Bu Maryam" teriak Ririn lagi.

"Iya iya, tunggu bentar. Berisik amat ishh," jawab Yusuf dengan wajah kesal.

"Ada apa sih? Bu Maryam nya gak ada di rumah," ujar Yusuf sambil menggosok matanya.

Namun ia berubah menjadi baik ketika ia melihat ke arah depannya. Ternyata gadis yang teriak, berisik dan mengganggu tidurnya tadi adalah gadis cantik yang belum pernah ia temui sebelumnya.

"Eh, ia maaf kak jadi mengganggu. Ini ada pesanan Bu Maryam dari toko kami kak. Tadi pagi ia memesan buket coklat dan buket bunga," jelas Ririn dengan sedikit terbata-bata.

"Aahh, Iyya silahkan masuk" Yusuf mempersilahkan masuk.

"Gak usah Kak. Aku buru-buru soalnya mau nganter buket yang lain juga," kata Ririn berbohong. Sebenarnya ia sangat malu karena tadi ia berteriak beberapa kali. Kalau ada kekuatan untuk menghilang dari sana pada saat itu juga, mungkin ia sudah lakukan.

"Oh gitu, ya udah kalau gitu. Makasih yah, nanti saya yang akan memberitahu mama kalau pesanan buketnya sudah datang."

"Iya kak. Aku pamit dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Ah, bodoh. Kenapa Aku tidak menanyakan namanya?" Yusuf berbicara sendiri kepada dirinya. Sepertinya ia sedang terbayang-bayang oleh cewek pengantar buket tadi.

"Adduh, Yusuf Yusuf. Kenapa sih gak nanya aja. Kalau tahu namanya kan gampang nyari sosmed nya, huff."

⭐⭐⭐

*Bersambung.

Hai hai hai, jumpa lagi nih sama othor kece badai, baik hati dan tidak sombong.

Rate bintang lima dong para readers tersayang. Like dan komentar juga ya...

Udah gitu aja hehehe 😅

Bab 2 Misbuk

Ilham yang baru keluar dari kamarnya mendengar kakaknya berbicara sendiri.

"Kak ada apa sih, kayaknya lagi ada masalah ya? hahaha," tanya Ilham dengan gaya meledek.

"Heh, tahu gak. Aku tadi abis ketemu bidadari."

"Hahahaha, mana ada bidadari di siang bolong begini." Ilham tertawa semakin meledek kakaknya itu.

"Ih, gak percaya kamu. Kalau kamu lihat juga pasti kamu langsung naksir tauk?"

"Hahaha buat kakak aja deh," jawab Ilham sambil melempar bantal kepada Yusuf. Ia pun lari menuju ke dapur untuk mengambil minum.

"Ah, pokoknya Kamu harus nyari tahu siapa dia. Yah, harussss!" tekad Yusuf dengan nada tegas.

⭐⭐⭐

Di Sekolah.

"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo nak masuk dan perkenalkan dirimu," kata Bu Ratu seraya memanggil seorang siswa yang masih berdiri di depan pintu.

Rianti masuk menuju kelas dan memperkenalkan diri.

"Assalamualaikum teman-teman. Perkenalkan namaku Rianti. Pindahan dari sekolah SMA 1 Taman Ria,..." Tiba-tiba Ririn memotong pembicaraan Rianti

"Rianti!" seru Ririn dengan wajah kagetnya.

"Ririn, kamu juga sekolah disini?"

"Rupanya kalian saling kenal ya?" tanya Bu Ratu.

"Iya Bu, Ririn dulu teman sekelas saya. Kami pun sahabatan dari SD."

"Kalau gitu, kamu duduk dekat Ririn saja nak. Kebetulan ia duduk sendiri."

"Siap Bu. Terimakasih," Rianti menjawab dengan senyum diwajahnya.

"Aku seneng banget akhirnya kita satu sekolah lagi," kata Ririn sembari menggenggam tangan Rianti.

"Iya Rin, Aku juga seneng banget. Kita bisa sama-sama lagi. Untung papa ku ngambil proyek disini. Jadi kita bisa bareng-bareng gini."

"Iya, Alhamdulillah."

Tring... Tring... Bel pun berbunyi tanda istirahat tiba.

"Ke kantin yuk Ana."

"Ha? Ana? Emang disini ada yah yang namanya Ana?" tanya Mikaila.

"Hahahaha, iya Mik, Rianti tuh sering dipanggil Ana dulu," jawab Ririn sambil tertawa kecil. Lalu diikuti juga oleh Rianti.

"Haaaa? Rianti, Ana, Rianti, Ana, lah apa hubungannya coba? Gak nyambung Ririnnnnn," lanjut Mikaila dengan tawa diwajahnya.

"Hahahaha gak penting itu mah, yuk ke kantin dah lapar nih." Ririn menarik tangan Rianti dan Mikaila bersamaan menuju ke kantin.

Ririn, Rianti, dan Mikaila pun memesan makanan. Di Kantin sekolah terdapat beberapa menu makanan. Ada nasi, ayam goreng, ayam bakar, ayam crispy, ikan pallu'mara, ikan pallu ce'la, perkedel jagung, perkedel kentang, tahu dan juga tempe. Menu sayuran pun ada bermacam-macam. Ada sayur santan, sayur asam, dan cah kangkung.

"Nah Ana, di kantin kita ini, kamu bisa memilih apa saja yang kamu suka. Pilihan menunya banyak loh. Tuh, kalau mau makan ikan, ada. Mau ayam juga ada," kata Ririn menjelaskan.

"Eh iya Rin. Aku mau ayam goreng saja deh. Seperti kesukaan Upin dan Ipin hahahaha," jawab Ana sambil tertawa.

"Hahahaha, ada-ada saja kamu."

"Oh, rupanya kalian disini juga yah!" seru Nisa yang berada dari dibelakang. Nisa masih belum bisa melupakan kejadian tempo hari. Ia masih kesal dengan perlakuan Mikaila dan Ririn karena mereka merasa malu diperlakukan di depan teman-temannya.

Nisa and the gang lalu melangkah semakin dekat ke arah mereka. Rianti yang melihat Nisa semakin mendekat langsung mengambil posisi paling depan ingin membela kedua sahabatnya itu.

"Jangan mentang-mentang kamu orang kaya dan banyak uang, bisa seenaknya sama Ririn dan Mikaila yah."

"He? Tahu apa Lo anak baru?"

"Saya memang anak baru di sekolah ini. Tapi kalau kamu berbuat seperti itu, saya tidak takut. Selama saya berada di jalan yang benar, saya akan lawan kamu"

"An, sudah. Gak usah diladenin" Ririn buru-buru menggandeng tangan Rianti dengan maksud ingin menjauh dari Nisa and the gang. Ia tidak mau sahabatnya itu harus masuk BK karena berhadapan dengan Nisa. Ririn tahu Nisa bisa melakukan apa saja di sekolah ini. Termasuk mencabut beasiswa yang diberikan papa Nisa kepadanya.

"Tapi Rin, dia....."

"Sudahlah, yuk. Kita cari tempat duduk aja"

"Ish, kesel. Kenapa sih Rin, kamu harus ngalah Mulu. Dia itu emangnya siapa?" Tanya rianti dengan muka yang masih kesal mengingat kejadian yang tadi.

"Tahu gak, papanya Nisa yang punya yayasan ini. Kalau kita buat keributan sama dia, bisa-bisa beasiswa ku dicabut" Ririn menjelaskan dengan nada sedih sambil menunduk.

"Oh gitu, hmm.. gimana ya? Tapi perlakuan dia tadi tuh gak bener Rin"

"Aku tahu. Tapi kita hanyalah orang kecil. Mana berani melawan orang kayak dia"

"Awas Luh ya Nisa" seru Rianti dalam hati.

"sorry, sorry, aku gak sengaja" Ririn menundukkan pandangannya.

"Lain kali, kalau jalan hati-hati ya" jawab laki-laki itu sambil tersenyum dan mengambil buku Ririn yang jatuh ke lantai.

"Eh, Ilham. Abis darimana? Pulang bareng yuk" Nisa yang berlagak sok cantik itu menawarkan Ilham untuk pulang dengannya.

"Maaf Nis, Aku sudah ada janji dengan Roni."

"Oh gitu, ya udah deh. Lain kali aja," jawab Nisa.

Tringggg...

Bel pulang sekolah berbunyi. Satu per satu siswa meninggalkan kelasnya masing-masing. Tetapi Ririn masih di kelas karena ia mencari pulpennya yang belum ia temukan.

"Kalau gitu aku duluan yah Rin" kata Mikaila dan Rianti sembari berjalan menuju pintu kelas.

"Oke deh"

Sementara Nisa and the gang yang melihat Ririn tinggal sendirian, masuk ke kelas XII MIPA 5 menghampiri Ririn.

"Hey Ririn, ngapain Luh sok minta dikasihani sama temen Luh si, siapa tuh namanya."

"Rianti bosss" jawab salah satu anggota geng Nisa. Nisa tahu betul siapa Rianti itu. Dia adalah anak dari keluarga terpandang yang memiliki bisnis yang terkenal dimana-mana. Ia tidak mau anak sekelas Rianti bergaul dengan Ririn yang cupu itu.

Akan tetapi, Ririn tidak menggubris perkataan Nisa. Ia tidak mau terlibat masalah dengan Nisa. Ririn berjalan menuju pintu kelas, namun tiba-tiba ia bertabrakan dengan seseorang.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Ilham kepada Ririn.

"Eh iya gak kok. Lagian aku yang salah," jawab Ririn dengan senyum diwajahnya.

Nisa yang menyaksikan percakapan kedua orang itu terlihat sangat kesal. Ingin rasanya ia menjambak rambut Ririn. Tapi Ilham kan ada disitu. Nisa tidak mau di cap sebagai gadis jahat.

"Kalau gitu, Aku duluan yah." Ririn langsung berlari menuju gerbang sekolah. Ia tahu persis bagaimana perasaan Nisa kepada Ilham. Ia tidak mau mendapatkan masalah lagi. Walaupun ia tahu Ilham tidak suka dengan Nisa.

Ririn pun berjalan menuju gerbang sekolah sambil menunggu angkot.

Sepuluh menit... Lima belas menit... Namun semua angkot yang lewat di depan sekolah Ririn sudah terisi penuh oleh siswa-siswi yang lain.

⭐⭐⭐

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Bab 3 Misbuk

"Duh, masa iya gak ada satupun angkot yang kosong. Kalau lama gini, pasti mama nyariin. Mana mau nganter buket pesanan orang lagi. Huffft.." Ririn menghela nafas.

Tidak jauh ke belakang, tiba-tiba Ririn mendengar suara motor mendekati dirinya.

"Kenapa kamu belum pulang?" tanya Ilham. Ririn yang dari tadi gelisah berubah menjadi seperti tidak bisa bergerak. Dia merasa tubuhnya membatu.

"Eh mm, iya. Belum ada angkot yang lewat soalnya," jawab Ririn dengan perasaan tak karuan.

"Yuk, naik. Aku akan mengantarmu pulang. Roni sudah pulang tadi bersama Rian jadi aku sendirian," kata Ilham.

Tapi Ririn tidak menjawab. Ia hanya mematung seperti patung Pancoran. Dia merasa malu karena ini kali pertama ia diajak pulang bareng teman cowok. Dan itu adalah Ilham. Cowok cool yang diminati cewek-cewek di sekolah SMA 3 Taman Ria.

"Kenapa bengong? Yuk naik. Aku gak ngapa-ngapain kamu kok. Nih, tas ku. Aku taruh di tengah supaya kamu tidak berpikir macam-macam," kata Ilham lagi.

"Eh, i...i...iya.."

Dengan perasaan yang campur aduk, Ririn pun naik ke atas motor Ilham. Ia senang sekaligus takut. Senang karena akhirnya Ilham bisa mencair di hadapannya. Selama ini ia memperhatikan Ilham hanyalah sosok laki-laki yang sangat dingin.

Dia tidak menyangka akan satu motor dengan Ilham. Tapi disisi lain, ia juga takut kalau Nisa melihat ini semua, maka tamatlah riwayatnya. Dia pasti akan marah kepada Ririn dan mengancam akan mencabut beasiswa Ririn.

"Kenapa diam?" Tanya Ilham membuyarkan khayalan Ririn.

"Eh, gak ada yang mau di omongin juga kan," jawabnya dengan cepat.

"Oh, kamu kalau udah lulus mau lanjut dimana?" Tanya Ilham lagi.

"Kemungkinan besar sih aku tidak melanjutkan pendidikan ku. Karena aku harus membantu ibuku mengantarkan pesanannya. Lagian juga biaya kuliah mahal. Mana mampu aku sekolah tinggi-tinggi," jawab Ririn dengan senyum di wajahnya.

"Oh gitu," jawab Ilham dengan nada datar.

"Ish, nyebelin banget, masa aku sudah cerita panjang lebar tapi jawabannya oh doang," ucap Ririn dalam hati.

15 menit kemudian ..

Mereka pun tiba di toko buket milik ibu Ririn.

"Terima kasih ya udah nganter pulang," kata Ririn kepada Ilham sambil menentang tasnya di tangan.

"Iya," jawab Ilham dengan senyum manisnya.

Ilham pun melajukan motornya dan pergi meninggalkan Ririn. Ririn yang masih stay di depan kaca, tersenyum lebar lalu kemudian masuk ke dalam toko sang ibu.

"Eh, ini ada apa nih. Masuk gak beri salam, main senyam-senyum aja," kata ibu Ririn dengan penuh keheranan.

"Hehe, assalamualaikum Ma. Iya iya maaf Ririn lupa. Abisnya Ririn seneng banget Mah," jawabnya dengan senyum masih menempel di wajahnya.

"Ada apa nih, seneng begitu anak Mama, coba deh ceritain. Ngobrol sini sama Mama."

"Aaaa, Mama kepo yah. Hihiii, tadi Ma. Aku kan lagi nungguin angkot tapi gak ada yang lewat. Kalaupun ada, pasti penuh. Jadi Ririn nunggu deh depan gerbang sekolah Ririn. Eh, taunya ada yang nyamperin Ririn. Tahu gak mah, siapa? Itu mah, yang idolanya cewek-cewek SMA 3. Aku seneng banget mah. Aku kira dia bakal dingin eh nyatanya nawarin Ririn pulang. Gimana gak bahagia Aku Maaah, hihiii," jawab Ririn dengan nada senang sambil memikirkan kejadian yang tadi.

"Oh gitu, suka itu wajar nak. Itu memang hak setiap orang. Namanya manusia kita punya perasaan. Tapi jangan berlebihan yah, ingat. Kamu masih kecil. Sebentar lagi kan ujian. Jadi harus fokus dulu yah," Mama menerangkan sambil berjalan ke arah Ririn.

"Iya mah, Ririn paham. Ririn kan dulu di ajarin sama Ayah, kalau punya mimpi itu harus fokus dulu. Jangan terpengaruh oleh hal-hal yang bisa menghambat mimpi kita," ucap Ririn sambil mengingat kembali masa-masa saat ia selalu dinasihati oleh Ayahnya dulu.

*Flashback lima tahun lalu*

Ayah, Ririn nanti mau jadi pengusaha. Ririn mau mempekerjakan orang-orang yah, kan bagus kalau Ririn punya usaha besar, nanti orang-orang akan terbantu dengan Ririn. Mereka bisa menghidupi keluarga mereka," kata Ririn kepada Ayahnya.

"Cita-cita kamu bagus Nak. Tapi ingat, kalau kita ingin menggapai sesuatu kita harus bersungguh-sungguh dan jangan terlena pada apa yang bisa menghambat cita-cita kita. Misalnya nih yah, kalau tadi Ririn mau jadi pengusaha, terus Ririn main hp nya siang dan malam tapi gak pernah mau belajar, kira-kira itu bisa menghambat cita-cita Ririn gak," tanya Ayah kepada Ririn.

"Yah, ayah. Masak gitu aja gak bisa jawab sih. Yaaa menghambat banget lah yah. Kalau kerjaannya cuma main hp doang kapan belajarnya? Nanti kalau seperti itu, yang ada cita-cita itu tidak akan tercapai yah."

"Nah, itu contoh kecil aja sayang. Jadi kalau Ririn mau jadi pengusaha, mau mempekerjakan orang lain, Ririn harus mulai dari sekarang ya. Rajin belajar dan rajin berdoa juga sama Allah. Allah kan maha tahu yang terbaik buat Ririn. Jadi Ririn harus banyak-banyak doa yah. Kalau Ririn sudah usaha dan sudah berdoa biarlah nanti Allah yang akan memberikan yang terbaik buat Ririn. Dan ingat, jadi pengusaha itu tidak mudah sayang. Kita harus siap untung dan juga siap rugi. Intinya Ririn harus mulai belajarnya dari sekarang. Supaya nanti cita-cita Ririn bisa tercapai."

"Oke siappp ayah bos. Hihiiii," jawab Ririn sambil tertawa kecil.

"Iya dong. Anak ayah harus jadi anak yang berbakti juga yah sama Ayah sama Mama juga. Ririn kan anak satu-satunya nih. Jadi Ririn harus bisa jagain Mama kalau Ayah sudah gak ada," kata Ayah Ririn sambil terbatuk-batuk.

"Ish, Ayah. Kok ngomong nya gitu sih. Kita akan sama-sama terus Ayah. Sama Ayah sama Mama. Kita akan seperti ini terus sampai Ririn tua. Sampai Ririn nikah, sampai Ririn punya anak," Ririn menjawab dengan nada agak kesal. Ia tidak suka kalau Ayahnya berbicara seperti itu.

"Iya Nak. Tapi, umur itu gak ada yang tahu sayang. Intinya kamu harus selalu jagain Mama yah Nak. Sayangi dia selalu. Jangan suka menentang perkataan Mama." Pria itu tersenyum lembut.

"Iya Ayah. Tapi Ayah jangan ngomong seperti itu. Ayah harus sama kita terus. Yah. Janji," Ririn menaikkan jari kelingkingnya dan diikuti oleh Ayahnya sambil memeluk Ririn.

⭐⭐⭐

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!