Di Batas Waktu (1)
Prolog
Adel dan Sakha bersekolah di SMA yang sama di kota B. Penampilan Adel yang tomboi dan lebih suka bergaul dengan laki-laki membuatnya dekat dengan banyak teman laki-laki termasuk Sakha. Mereka memang tidak sekelas namun mengikuti ekstrakurikuler yang sama.
Kedekatan mereka tidak hanya di lingkungan sekolah, namun juga di luar lingkungan sekolah. Bahkan Adel sering di ajak ke rumah Sakha yang membuat ia akhirnya dekat dengan kedua orang tua Sakha.
Ketika memasuki kuliah, Sakha harus ikut orang tuanya pindah ke kota J dan akhirnya meneruskan kuliah di sana. Sementara Adel sendiri tetap berkuliah di kota kelahirannya.
Di lingkungan kuliah inilah, Adel akhirnya bertemu dengan orang-orang baru yang lambat laun merubahnya dari segi pakaian juga kebiasaannya. Tidak ada lagi Adel yang tomboi. Kini Yang ada hanyalah Adel yang baru dengan gamis dan kerudung yang menutupi dada. Juga tidak ada lagi Adel yang suka berteman dekat dengan laki-laki, yang ada hanyalah seorang Adel yang membatasi interaksinya dengan laki-laki jika tidak ada kepentingan sama sekali.
Hal ini pula yang membuatnya menjaga jarak dari Sakha. Sedikit demi sedikit ia mulai jarang berkomunikasi dengan Sakha padahal sebelumnya mereka masih sering bertukar kabar atau saling bercerita. Walaupun Adel sudah jarang berkomunikasi dengan Sakha, hubungannya dengan kedua orang tua Sakha masih terjalin dengan baik. Bahkan ketika beberapa kali Adel datang ke kota J, ia akan berkunjung ke rumah Sakha. Na ia selalu datang saat Sakh tidak ada di rumah.
Hingga suatu hari, Mama Sakha menghubungi Adel mengabarkan keadaan Papanya Sakha yang kritis. Namun, ketika Adel berkunjung ke rumah sakit, dia di kagetkan dengan permintaan Papa Sakha untuk menikah dengan Sakha. Adel yang memang pernah dan masih memiliki perasaan terhadap Sakha akhirnya mau untuk menikah dengan Sakha. Apalagi tidak ada penolakan dari Sakha membuat Adel berpikir bahwa Sakha juga menerimanya.
Namun, setelah menikah, Adel baru tahu bahwa Sakha tidak benar-benar menerima pernikahan itu. Sakha ingin mewujudkan keinginan terakhir sang ayah sementara sang kekasih, selalu menolak untuk ia nikahi tanpa alasan yang jelas bahkan hingga akhirnya hilang kabar, membuatnya menerima permintaan sang ayah menikahi Adel.
Adel yang tak ingin mengecewakan siapapun akhirnya tetap menjalankan pernikahan ini sekalipun Sakha sudah memberikan batas waktu pada pernikahannya. Berharap hati Sakha terbuka dan mau menerima pernikahan ini dan juga menerimanya sebagai seorang istri seiring berjalannya waktu.
***
" Terimakasih istriku", ucap Sakha setelah selesai menyatu dengan sang istri.
Adel hanya mengangguk lemah. Tenaganya habis untuk melayani sang suami.
"Aku akan mandi lebih dahulu". Sakha pun pergi meninggalkan Adel untuk membersihkan diri.
Lagi-lagi Adel hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Dari arah ranjang, ia hanya memandangi sang suami sampai akhirnya masuk ke kamar mandi.
Hingga tanpa terasa air matanya menetes membasahi pipinya. Sedih, itulah yang ia rasakan. Sekalipun suaminya tak pernah memukul atau berkata kasar padanya, tetap saja hatinya terasa perih. Karena sampai detik ini, sang suami masih menaruh harapan pada cinta pertamanya yang masih ia cari keberadaannya.
Pernikahan mereka sudah menginjak bulan kedua, namun tidak sedikitpun keinginan Sakha untuk bisa menemukan Lisa surut. Berbagai cara ia lakukan, mulai dari menanyakan kepada kerabat Lisa, sahabat-sahabatnya juga siapapun yang sekiranya tahu keberadaan Lisa. Namun tak sedikitpun informasi yang ia dapatkan. Mereka kompak menjawab tidak tahu. Sakha sebenarnya tidak percaya bahwa tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan Lisa. Namun, ia tidak bisa memaksa mereka. Pada akhirnya, Sakha hanya bisa berusaha semampunya dan berharap bisa bertemu dengan Lisa suatu hari nanti.
Sambil mengeratkan genggamannya pada selimut yang menutupi tubuhnya, Adel hanya memandangi langit-langit kamar. Berharap esok atau lusa, suaminya bisa mulai membuka hati untuknya. Doa pun selalu ia panjatkan di setiap selesai melaksanakan ibadah wajibnya juga di sepertiga malam, pada setiap harinya. Ia sudah berusaha keras untuk menjadi istri yang baik. Sekarang, hanya tinggal berharap pada Sang pembolak-balik hati, agar suaminya bisa melupakan cinta masa lalunya.
Tidak lama, pintu kamar mandi terbuka. Dengan rambut basah dan tubuh yang sudah terlihat segar, Sakha keluar. Adel turun dari tempat tidur secara perlahan dengan sudah memakai pakaian lengkap, ia pun berlalu menuju kamar mandi.
Flashback on
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". ucap Sakha sesaat mereka sampai di kamar Sakha.
Deg
Adel terdiam saat mendengarnya. Ia membeku. Kata-kata Sakha seolah menghempaskan mimpinya yang ingin menikah sekali seumur sehidup.
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu.". Sekuat tenaga, Adel berusaha untuk tidak menangis walaupun dadanya terasa sesak.
"Kamu yakin?", Sakha menatap manik hitam Adel. "Saat kau tahu di hatiku hanya ada satu nama dan itu bukan namamu, apakah kamu yakin akan tetap melayani ku? Memenuhi semua kebutuhan ku bahkan kebutuhan biologis ku?" Tanyanya tak yakin.
"Aku akan melakukannya sebagai baktiku sebagai istrimu. Sekalipun kamu terpaksa menikahiku juga tak ada namaku di hatimu, aku akan tetap menjalankan kewajiban ku " jawab Adel seyakin-yakinnya.
"Kalau begitu bersiaplah untuk malam pertama kita. Sekarang, aku akan kembali ke rumah sakit dulu mengantarkan pesanan Bunda. Kamu beristirahatlah ". Pesan Sakha sambil berlalu meninggalkan kamarnya.
Tubuh Adel akhirnya luruh ke lantai setelah kakinya yang terasa lemah di paksa untuk tetap berdiri. Air matanya mengalir deras. Ia kira, Sakha akan mencoba untuk menerima kehadirannya sebagai istri sekalipun belum ada cinta di hatinya. Karena Adel tahu, nama Lisa masih bertahta di hati laki-laki yang kini sudah sah jadi suaminya. Namun, ternyata ia justru meminta Adel untuk tidak berharap lebih pada pernikahannya.
Flashback off
Di Batas Waktu (2)
Waktu berjalan begitu cepat. Alarm berbunyi dengan nyaring. Dengan mata yang tertutup, tangan Adel berusaha mengambil handphone di atas nakas. Sekian lama mer4b4-r4b4, tak kunjung ia temukan. Sakha yang merasa terganggu dengan suara alarm pun segera mengambil dan menyerahkan handphone itu kepada Adel.
" Terimakasih, Mas", ucap Adel sambil mematikan alarm di handphonenya.
"Hmmm ... ", Sakha hanya membalas dengan deheman.
Adel melihat jam di handphone, ternyata alarm kedua yang ia dengar. Alarm yang di stel agar berbunyi sebelum waktu adzan subuh tiba. Sedangkan alarm pertama yang di stel agar Adel bangun di waktu sepertiga malam justru terlewatkan. Sepertinya, alarmnya di matikan oleh Sakha. Seperti yang sudah-sudah karena Adel yang terlampau lelah dan mengantuk.
Memasang alarm setelah menjalankan kewajibannya sebagai istri untuk melayani suami, sudah menjadi kebiasaan bagi Adel. Berbekal pengalaman yang akhirnya telat bangun karena ia yang tak bisa bangun seperti biasa dikarenakan masih mengantuk. Seperti biasa pula, alarm yang terdengar dan berhasil membangunkannya adalah alarm kedua, sedang alarm pertama selalu di matikan oleh Sakha.
" Mas, aku duluan ke kamar mandi ya?", Ucap Adel sambil menyibak selimut dan turun dari tempat tidur.
" Hmm.. ", lagi-lagi hanya deheman yangenandakan suaminya mendengar apa yang di ucapkan Adel.
Setelah sekian lebih dari 15 menit, Adel selesai dengan aktivitas mandinya. Dengan pakaian yang sudah ia kenakan, Adel menghampiri Sakha.
"Mas, ayo ke kamar mandi dulu. Sudah masuk waktu subuh", Adel menyentuh pundak suaminya.
Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa suaminya bangun.
Adel pun sedikit menundukkan badannya, kepalanya mendekati telinga Sakha.
"Mas, ayo bangun. Nanti waktu subuh nya habis", bisik Adel sambil menggoyangkan lengan Sakha.
"Ya", jawab Sakha singkat.
Perlahan matanya terbuka. Melihat posisi wajah istrinya ada sebelahnya, tanpa aba-aba, Sakha mencium bibir sang istri sebentar.
"Morning kiss", ucapnya sambil segera bangun dan berlalu ke kamar mandi.
Deg!
Adel masih terkejut saat sang suami melakukan morning kiss yang seminggu ini selalu ia lakukan. Hatinya berdebar-debar tak karuan.
Apakah Mas Sakha sudah mulai membuka hati untuknya?, Adel bertanya dalam hati.
Sikap Sakha yang semakin manis dari hari ke hari membuatnya selalu berbunga-bunga. Tapi, sejenak kemudian Adel ingat bahwa jangan sampai dirinya jatuh cinta terlalu dalam. Sebelum ada kepastian dari Sakha, siapa yang jadi pilihannya. Karena sampai saat ini, tak ada kata cinta yang Sakha ucapkan juga hari-harinya yang masih ia isi dengan pencarian sang kekasih yang belum di ketahui keberadaan. Belum dikatakan mantan, karena belum ada kata putus. Itu yang selalu Sakha tekankan saat Adel mengingatkan bahwa dia sudah memiliki istri.
Ya, posisinya sebagai istri di batasi waktu oleh suaminya sendiri. Sangat menyedihkan menyaksikan suami sendiri masih terjebak dengan kisah masa lalu yang belum terselesaikan. Akibatnya juga akan berimbas pada masa depan pernikahannya.
"Huhhh", Adel menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Setelah selesai mandi, Sakha segera mengambil posisi sebagai imam sholat. Hal yang menjadi kebiasaan mereka setelah menikah. Selalu sholat subuh berjamaah. Selesai sholat, Adel mencium tangan Sakha dengan takzim. Setelah melepaskan tangannya, dan akan segera kembali ke posisinya, Sakha justru memegang kepala Adel dan mengecup kening sang istri.
Deg.. deg.. deg..
Lagi-lagi Adel di buat terkejut dengan sikap Sakha. Sakha hanya tersenyum melihat keterkejutan Adel.
"Biasakanlah! Aku akan selalu melakukannya setelah kita shalat berjamaah". Ucapnya sambil beranjak mbereskan sajadahnya.
"Baik", jawab Adel singkat.
Sakha hanya terkekeh melihat sikap Adel. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia sangat suka melihat wajah terkejut Adel. Dimatanya, ekspresi itu sangat lucu.
Apakah aku mulai menyukainya?, tanya Sakha dalam hati, namun ia segera menggeleng. Dia bukan orang yang mudah jatuh cinta.
Tidak mungkin, sangkalnya.
Sementara Adel masih di posisinya. Dia mencoba mengembalikan detak jantungnya.
Ada apa dengan Mas Sakha? Akhir-akhir ini dia selalu membuat jantungku berdegup kencang, pikir Adel sambil membereskan mukenanya.
" Apa ada info tentang Lisa?" Tanya Sakha tiba-tiba sesaat ia duduk di tempat tidur.
Deg!
Baru saja hatinya berbunga-bunga, tapi langsung layu seketika.
Adel selalu merasa sesak saat Sakha bertanya kepadanya tentang Lisa dengan wajah tak berdosa. Menanyakan info kekasih hati pada istri sendiri. Sungguh miris.
Di Batas Waktu (3)
" Apa ada info tentang Lisa?" Tanya Sakha tiba-tiba sesaat ia duduk di tempat tidur.
Deg!
Baru saja hatinya berbunga-bunga, tapi langsung layu seketika.
Adel selalu merasa sesak saat Sakha bertanya kepadanya tentang Lisa dengan wajah tak berdosa. Menanyakan info kekasih hati pada istri sendiri. Sungguh miris.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Tidak ", jawab Adel singkat.
Karena hatinya mulai tak nyaman, Adel segera membereskan mukenanya. Memakai gamis dan kerudung lalu segera pergi ke dapur untuk memasak sarapan pagi.
Di dapur, mama mertua Adel ternyata sedang mengiris wortel dan ada Bi Lastri yang sedang memasak ayam. Bi Lastri adalah ART yang ada di rumah mama mertuanya.
"Kita akan masak apa hari ini, Ma?", tanya Adel sambil menarik kursi dan duduk di samping sang mertua.
" Kita masak ayam bumbu kecap, sayur capcay dan perkedel kentang juga sambal ", jawab mertua Adel mendikte makanan yang akan di hidangkan.
Setelah tahu apa yang akan di buat, Adel segera membantu mengupas kentang rebus yang masih hangat.
"Apa kamu bahagia dengan pernikahan mu saat ini?", tanya Mama Ria, mertua Adel tiba-tiba.
Padahal, selama ini Mama Ria tidak pernah bertanya hal tersebut. Ia hanya menyimpulkan sendiri dari interaksi keduanya di depan semua orang yang menunjukkan bahwa mereka suami istri yang harmonis.
"Alhamdulillah, Mah", jawab Adel di iringi senyuman.
"Alhamdulillah kalau begitu " , jawab Mama Ria tersenyum ke arah Adel. "Apa Sakha masih mencari perempuan itu?", Mama Ria kembali bertanya.
Ya, perempuan yang di maksud adalah Lisa. Hubungan Sakha dan Lisa serta masalah perginya Lisa tanpa kabar juga di ketahui oleh kedua orang tua Sakha. Pencarian Lisa pun Mama Ria tahu. Walaupun bukan dari mulut Sakha sendiri. Karena, Sakha sudah pasti menyembunyikan hal tersebut dari sang ibu.
Adel hanya mengangguk pelan. Hatinya kembali sakit jika berbicara mengenai Sakha dan Lisa.
"Masih", lagi-lagi jawaban Adel singkat. Tak ingin Mama Ria tahu bahwa hatinya tidak baik-baik saja jika mendengar perubahan suara Adel.
"Maafkan Sakha, ya. Pencarian perempuan itu pasti melukai hatimu sebagai seorang istri.", diam sejenak. " Mama minta, bersabarlah. Mama yakin lambat laun Sakha akan sadar, siapa yang harusnya jadi prioritas dia, dan yang pasti bukan perempuan itu", tambahnya.
"Aamiin. Semoga saja, Ma", Adel pun mengharapkan seperti yang di harapkan Mama mertuanya.
"Sejujurnya, Mama bersyukur di saat Almarhum ayah Sakha meminta Sakha menikah, dia menghilang. Lalu Sakha bersedia menikahimu sesuai keinginan almarhum. Walaupun mungkin terpaksa. Tapi, Mama yakin dengan apa yang ada padamu, Sakha perlahan akan mencintaimu dan menerimamu sebagai istrinya serta melupakan perempuan itu", jelas Mama Ria panjang lebar.
Jika di tanya kenapa Mama Ria tidak mau menyebut nama Lisa, jawabannya karena Mama Ria tidak terlalu menyukai Lisa. Sikap angkuhnya, juga rasa dirinya yang lebih tinggi derajatnya dari Sakha membuatnya tak yakin jika mereka menikah, Sakha akan di hormati sebagai suaminya.
Lisa terlahir dari keluarga kaya, terbiasa dengan kehidupan kalangan atas. Namun, karena suatu hal, perusahaan sang ayah bangkrut. Akhirnya, ayah Lisa meninggal karena serangan jantung. Sementara ibunda Lisa, sudah meninggal karena kecelakaan saat Lisa masih kecil. Di saat terpuruk itulah, Sakha mulai bisa dekat dengan Lisa. Sakha sudah menyukai Lisa dari lama, tapi Lisa hanya melihat sebelah mata apalagi dengan latar belakang keluarga Sakha yang hanya terlahir dari ayahnya yang seorang karyawan di sebuah perusahaan. Bukan seperti kebanyakan temannya yang anak seorang pengusaha. Namun, karena di saat terpuruk itu hanya Sakha yang mau menerimanya di saat teman-teman yang lain menjauhinya, akhirnya Lisa mau menerima Sakha.
Perubahan kehidupan Lisa, tidak serta-merta membuat Lisa belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Sikap angkuhnya masih ada, mungkin sudah mendarah daging.
Belum lagi, beberapa kali Mama Ria pernah melihat Lisa berjalan dengan laki-laki lain dengan mesra di saat ia masih menjalin hubungan dengan Sakha. Bukan tidak mengingatkan Sakha akan hal tersebut, tapi Sakha sendiri yang tidak percaya dengan ucapan sang ibu karena ketika di tanyakan kepada Lisa langsung, dia menjawab itu sepupu jauhnya. Namun, Mama Ria tidak semudah itu percaya pada perkataan Lisa. Karena, bukan sekali dua kali ia melihat dengan mata kepala sendiri. Juga tidak mungkin sepupu akan bersikap semesra itu. Cinta memang membuat Sakha buta dan tuli.
" Mama bahagia, ada yang menemani di rumah setelah kepergian ayah Sakha. Semoga kamu dan Sakha bahagia sampai akhir hayat," harap Mama Ria. Air matanya tiba-tiba menetes, teringat sang suami yang lebih dulu pergi.
"Aamiin. Mama tidak perlu khawatir, selama Adel jadi menantu Mama, Adel akan selalu menemani Mama" Adel segera memeluk sang mertua. Ia pun ikut merasa sedih jika mengingat sosok sang ayah mertua.
Ya,, selama Adel masih jadi menantu Mama. Karena, saat Adel bukan menantu Mama lagi, Adel akan pergi. Karena bagaimana pun Adel tak berhak untuk tinggal disini. Batin Adel
"Mama tahu? Adel beruntung bisa memiliki mertua seperti Mama. Adel bahagia karena bisa lagi merasakan kasih sayang seorang ibu yang tidak Adel rasakan sejak kecil. Saat SMA dulu, saat Adel pertama di ajak Sakha ke rumahnya, Adel bahagia. Karena Mama dan Papa saat itu begitu baik pada Adel. Makanya Adel selalu berkunjung ke rumah walaupun Sakha tidak ada di rumah karena Adel merasa senang bisa dekat dengan Mama dan Papa." ,Jelas Adel panjang lebar. Mengingat masa lalunya saat pertama berkunjung ke rumah Sakha.
Adel dan Sakha memang berteam semenjak SMA. Mereka cukup dekat karena mengikuti ekstrakurikuler yang sama walaupun tidak satu kelas. Dulu, Adel cukup tomboy dan belum menutup auratnya. Sehingga untuk berteman pun ia lebih nyaman dengan laki-laki. Tapi, semenjak kuliah ia mulai berubah baik sikap maupun penampilan. Semenjak itu pula ia menjaga jarak dengan Sakha dan teman-teman prianya yang lain.
Namun, tetap menjaga hubungan dengan orang tua Sakha sekalipun jarang berkunjung ke rumah Sakha. Karena Adel hanya akan berkunjung saat Sakha tidak ada.
***
"Sampai kapan aku harus berada di sini?", tanya seorang perempuan pada laki-laki di sampingnya yang sedang meminum kopi sambil melihat ke arah kaca. Melihat kota dari ketinggian.
" Kalau kamu siap bertemu dia, dan menjelaskan apa yang terjadi. Kau bebas untuk keluar dari apartemen ini". Jelas sang pria sambil menatap sang perempuan yg terlihat bosan berasa di dalam apartemen beberapa bulan ini.
" Atau kalau kau mau ikut pergi denganku ke kampung halaman keluargaku." tambahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!