Eps 1
.
.
.
Braakkk !!!!
Criitt...
Sebuah mobil Mewah tiba-tiba saja dihantam dengan kuat oleh sebuah truk tronton besar dari belakang hingga terpelanting dan berbalik beberapa kali.
"Aaahhhh !!!" pekik gadis pengendara yang menaiki mobil Bermerk Itu.
Sunggingan senyum terlihat jelas dari wajah pria bertopeng yang menaiki Truk tronton itu, yang kemudian ia segera pergi dari sana membiarkan Seorang wanita yang berusaha keluar dari mobilnya yang mulai akan terbakar.
"To..long !!!" Teriak gadis itu.
Ia terus mengumpulkan semua tenaganya agar bisa keluar.
Beruntung, Tak lama banyak orang berdatangan dan membantu Gadis itu keluar dari mobilnya.
.
.
Dilorong rumah sakit, begitu terdengar cepat deru langkah tapak kaki sepasang pria dan wanita paruh baya yang dalam raut wajahnya penuh kekawatiran.
Tujuan mereka adalah ruangan UGD sesuai kabar yang mereka dapatkan.
Beberapa perawat yang berlalu lalang disana menjadi sasaran pertanyaan kedua orangtua itu.
"Bagaimana keadaan anak saya sus ??"Tanya Melani. Wanita paruh baya itu.
"Nyonya dan tuan adalah orangtua pasien ya ?? Pasien sedang ditangani dokter. Tolong menunggu sebentar ya ??" Ucap sang perawat dengan lembut.
Melani mengusap wajahnya yang berlinang air mata. Pria yang berstatus suaminya itu berusaha menenangkan Melani dengan memeluknya.
"Tenanglah.. Deyna tidak akan kenapa-kenapa.."
"Kenapa anak kita keras kepala sekali pa..dia terus kabur dari penjagaan kita.."Tangis pilu Melani membuat Exel hanya bisa menguatkan istrinya saja.
Tak lama pintu ruang UGD terbuka. Dan brankar berisi Deyna yang masih memejamkan mata juga dibawa keluar guna dipindahkan diruang rawat.
Dokter yang turut keluar menunduk hormat saat melihat siapa yang ada dihadapannya. Pasangan Pengusaha Milyarder dan keturunan bangsawan yang memiliki aset dimana-mana, termasuk dirumah sakit itu.
"Selamat malam tuan..Nyonya..Maaf membuat kalian menunggu.."sapa sang dokter.
"ricard, Bagaimana kondisi anakku ??" Tanya Exel dengan serius.
"Nona hanya mengalami luka kecil tuan. Selebihnya tidak ada yang serius " terang Ricard.
"Kau yakin ?? Mobilnya meledak ??!" Tambah Melani.
"Iya Nyonya. Saya sangat yakin. Nona masih harus menjalani perawatan dan beberapa test, jadi Nona Deyna akan dirawat sementara disini." tutur Ricard.
Baik Exel maupun Melani sedikit bernafas lega. Setidaknya tidak ada yang serius yang dialami putri mereka satu-satunya.
.
.
Melani tak beranjak dari sisi pembaringan sang putri yang masih betah memejamkan mata. Kedua orangtua itu setia menunggu Deyra dirumah sakit tanpa bantuan perawat.
"Pa.. Panggil dokter Ricard, kenapa Deyna tidak bangun-bangun jika lukanya tidak ada yang serius ??" Protes Melani.
"Sabarlah.. Mungkin kan itu efek obat atau semacamnya."Balas Exel menenangkan Melani.
"Ma..pa.."Suara parau Deyna terdengar. Sontak dua orangtua itu segera mendekati brankar.
"sayang.. Kau sudah sadar ?? Apanya yang sakit nak ??"Melani menghujani pertanyaan kawatir pada Deyna sang putri.
Deyna berusaha duduk, hingga membuat Exel sang papa membantunya.
"Aku tidak apa-apa ma.. Jangan heboh begitu ??!!" Ucap Deyna
"Kau keras kepala sekali, papa kan sudah bilang jangan pergi sendiri. Itu sangat berbahaya !! Berapa sopir yang sudah kau kelabuhi dan selalu berakhir begini ?!!" omel Exel.
Deyna memejamkan mata. Omelan seperti ini sangat sering ia terima. Apalagi jika Deyna kabur dari para sopir yang ditugaskan sang papa menjaga dia selama kuliah.
"Deyna !! Kau dengar papa tidak !!" Sentak Exel.
"Papa, Deyna sedang sakit. Jangan dimarahi terus.." cegah Melani.
"Aku tidak marah, aku hanya mau dia sadar dan jangan egois, Mulai sekarang papa melarangmu menyetir sendiri, jika kau memaksa papa akan mengurungmu dan home scooling dirumah saja."Ucap Exel dengan tegas.
"Papa..."Rengek Deyna.
"Sudah sayang.. Menurutlah dulu, papamu hanya kawatir padamu.."bujuk Melani.
Deyna mendegus kesal. Selama hidup dari kecil hingga kini ia sudah mulai berkuliah, Tak ada kebebasan yang ia rasakan. segala sesuatu tentang hidupnya sudah diatur dan dalam pengawasan sopir serta anak buah sang papa.
Nyatanya menjadi seorang putri satu-satunya dari pasangan konglomerat tak menjamin kebahagiaan yang sesungguhnya.
.
.
.
.
Bab 2
.
.
.
Karna keadaannya sudah membaik, Deyna diperbolehkan pulang pagi itu. Dengan didampingi kedua orangtuanya Deyna tiba diistana megah milik sang papa.
Wajah Deyna sejak tadi masih saja ditekuk karna keputusan sang papa yang melarangnya berkuliah sampai Deyna mau dikawal saat keluar dari rumah.
Tanpa berkata apapun, Deyna memilih berlari masuk kedalam kamarnya yang berada dilantai dua rumah megah itu.
Exel dan Melani hanya bisa saling pandang.
"Kau yakin dengan keputusanmu pa ??" Tanya Melani.
"Iya. Aku masih menunggu seseorang yang tidak akan bisa dikelabuhi Deyna."Jawab Exel.
"Who ??"Melani begitu penasaran.
"Kau akan tau nanti. Besok dia datang. perintahkan pengawal menyiapkan kamar untuk dia."Ucap Exel yang langsung pergi keluar.
Melani hanya bisa patuh saja. Dan segera memerintahkan Beberapa pelayan menyiapkan sebuah kamar.
.
.
Didalam mobil Exel membuka ponselnya dan hendak menghubungi seseorang.
Benda pipih itu bertenger ditelinga Exel saat ia selesai mengetikkan nomer.
"Jadi bagaimana ?? Anda bersedia kan ??" Tanya Exel saat panggilan sudah terhubung.
...
"Baiklah. Saya langsung jemput anda saja besok pagi."ucap Exel dengan senyum sumringahnya.
Panggilan segera berakhir saat keduanya sudah saling setuju.
.
.
Deyna membaringkan tubuhnya dikasur mewah miliknya. Ia mengutak atik ponsel yang sejak semalam dimatikan sang papa.
Puluhan pesan masuk terlihat dan membuat Deyna kawatir. Sebab banyaknya pesan itu dari kekasih rahasianya.
Iya, Deyna yang keras kepala tetap menjalin hubungan dengan seorang pria tanpa sepengetahuan sang mama dan papa.
"aduh.. Jangan sampai Dia marah padaku.." ucap Deyna yang buru-buru menghubungi Killer sang kekasih.
Tuttt..
Tutt..
"Halo Kil.. Sorry ya kemarin aku mengalami kecelakaan jadi ponselku mati dan aku dirumah sakit.. Please jangan marah ya ??" Baru saja panggilan terhubung Deyna sudah ngoceh menjelaskan.
"Oh.. Sayang.. Kau baik-baik saja kan ?? Tidak ada luka serius ??" Tanya Killer dalam sambungan panggilan.
" Tidak ada. Hanya kakiku sedikit memar."Balas Deyna.
Hening tak ada jawaban.
"Kil ??" panggil Deyna.
"Oh.. Iya.." Killer bersuara kembali.
"Kau marah padaku ??" tanya Deyna.
"tentu saja tidak.. Bagaimana aku bisa marah padamu..em.. Ngomong-ngomong bagaimana bisa kau kecelakaan ??" Killer
"Aku juga tidak terlalu mengerti. Tiba-tiba saja ada mobil besar menabrakku dari belakang."Tutur Deyna.
"Kau melihat pelakunya ??" tanya Killer cukup penasaran.
Deyna terdiam sesaat mengingat. "Dia memakai masker dan topi. Aku tidak terlalu memperhatikan."
"Keluargaku pasti mengusutnya ya ??"
"Aku juga tidak tau.. Tapi Kill.. Gara-gara kecelakaan ini aku dilarang keluar lagi dengan papaku.." curhat Deyna.
"Sabarlah.. Besok-besok pasti papamu bisa diluluhkan. Jadilah anak baik dulu ya sayang.."Ucap Killer.
Deyna hanya menggangguk pelan.
"Ya sudah. Aku harus bekerja. Kau istirahat saja dulu.. Jangan lupa makan dan minum obat."Pesan Killer.
"Kau juga..Kuliah dan bekerja itu sangat melelahkan.."Timpal Deyna.
"See you baby.. I Love You.."
"I Love you to.." Deyna tersenyum bahagia.
.
"Sialan !! Sulit sekali membunuh anak itu !!" Umpat Killer dengan memukul meja dihadapannya.
"kau kurang keras menabraknya."Balas salah satu rekannya.
"sepertinya aku harus pakai cara lain."Ucap Killer dengan senyum misteriusnya.
"Why ??"
Killer tak menjawab. Ia hanya menatap tajam kedepan. Matanya menyorotkan kebencian dan dendam yang begitu dalam. Seolah bisa membunuh siapa saja yang ditatap.
"Melalui Deyna aku akan mulai menghancurkan keluarga dan bisnis Paman Exel."Gumam Killer dengan gigi saling mengerat bahkan tangan terkepal kuat.
.
.
.
.
Masih pengenalan ya.. Nyimak..nyimak..🤗🤗🤗
Likenya jangan lupa ya.. Otor biar semangat. 👍👍👍
.
.
Bab 3
.
.
.
Hari sudah berganti pagi lagi seiring dengan jarum jam yang berputar.
Meski rasa malas untuk sarapan bersama sang papa, Namun deyna masih memiliki rasa takut jika sampai sang papa marah karna dia mengabaikan acara sarapan.
Namun saat tiba Dibawah, Deyna sedikit heran sebab yang terlihat duduk dimeja makan besar mereka hanya sang mama.
Deyna Meneliti mencoba mencari keberadaan sang papa.
"Pagi Nona..Silahkan.."Seorang pelayan yang memang bertugas melayani Deyna segera mempersilahkan Deyna untuk segera duduk.
"Oh.. Anak mama sudah turun.. Maaf sayang,mama tidak lihat.."Sapa Melani dengan begitu lembut.
"Papa mana ma ?? Tumben jam.segini.belum turun ??" tanya Deyna seraya duduk disisi sang mama dan menunggu pelayan menyiapkan makanan untuknya.
"Papamu ada urusan penting. Mama juga tidak tau untuk apa."Balas Melani.
Deyna.mulai meneguk susu terlebih dahulu.
"Em.. Ma, papa kan tidak dirumah. Em..Aku.bolehkan berangkat kuliah ?? Aku janji, akan menurut dengan sopir ??" Bujuk Deyna yang sangat faham.sang mama adalah orang yang tidak tegaan.
"Maafkan mama sayang. Papamu sudah pesan untuk.hari ini kau masih harus dirumah."balas Melani.
Deyna langsung cemberut dan berdumal.
"Tapi kau tenang saja. Besok sepertinya kau sudah bisa bebas kuliah lagi."tambah melani yang membuat alis Deyna malah bertaut menjadi satu.
"maksudnya ??" Deyna tak faham.
"besok kau sudah bisa kuliah seperti biasa. Papamu sendiri yang bilang. Bahkan kau akan bebas kemana saja"tutur Melani.
"Kenapa malah aku jadi curiga, Papa membebaskanku ?? Itu sangat mustahil."Timpal Deyna.
Melani hanya tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya.
.
.
.
Mobil Exel berhenti tepat didepan sebuah helikopter yang juga baru saja mendarat.
Tak mau menunggu lama Exel segera turun saat beberapa anak buahnya membukakan pintu mobil.
Senyumnya tak luntur sedikitpun saat melihat orang yang ditunggu menuruni tangga Helikopter itu.
Pria berkaca mata itu memberi hormat pada Exel yang dengan segera dibalas oleh Exel.
"Selamat datang"Sapa Exel.
"Siap tuan. Selamat datang."Balasnya.
"Biasa saja. Ini bukan dimarkasmu kan.."Canda Exel.
Pria itu tersenyum tipis seraya membuka kaca matanya.
"Kau sekarang sudah sangat dewasa. Sangat mirip Ayahmu. Abdi Negara."Puji Exel.
"Anda terlalu berlebihan tuan. Tapi anda orang yang sangat berpengaruh ya, buktinya anda bisa meminta saya dengan mudah."Pria itu kembali merendah.
Exel tertawa kecil. "Saya lakukan karna terpaksa. Karna saya yakin hanya kau yang bisa melakukan pekerjaan sulit ini."
Pria itu menggangguk pelan.
"Kita lanjut ngobrol dimobil saja bagaimana ??" tawar Exel.
"Baiklah. Mari silahkan."Pria itu mempersilahkan Exel terlebih dulu. Lalu kemudian dia mengekor dibelakangnya.
Pria itu sedikit menyunggingkan senyum saat banyaknya pengawal yang ada dalam penjemputannya.
"Baru kali ini aku merasa seperti tahanan.."Gumam Pria itu.
.
.
"Bagaimana rasanya bebas seperti ini ??" Tanya Exel dengan Candaanya. Saat melihat pria yang bersamanya tengah memperhatikan jalanan.
" Saya malah sedikit giguk. Biasanya hanya mengatur anak-anak dimarkas sekarang saya seperti orang biasa."Balas Pria itu.
Exel kembali terkekeh. "Ada saatnya kau harus memikirkan masa depanmu juga anak muda.."
"Saya malah belum berfikir kearah sana." timpalnya.
"Aku hanya tidak mau nasib Ayahmu menimpamu juga. Dia menikah diusia tua" Kembali kedua pria beda usia itu tertawa bersama dengan candaan ringan yang tak sengaja terlontar.
.
.
.
Pada nanya ya siapa pria itu ???
😁😁😁
Sabar ya ntar juga ada pengenalannya 🙏🙏🙏
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!