^^^Alangka baiknya para readers membaca Novel : "CLBK [Cinta Lama Belum Kelar]" sebelum membaca ini, karena Novel "Romantika Hidup" adalah lanjutan dari Novel tersebut.^^^
...~•Happy Reading•~...
^^^Flashback.^^^
^^^~°°°~ Istri Marons yang bernama Rallita, ditemukan tewas di selokan dekat komplek perumahan tempat tinggalnya. Marons dicurigai sebagai pembunuh istrinya. Dalam situasi demikian, Marons mengikuti saran pengacaranya yang bernama Danny untuk menyewa seorang detektif swasta, agar bisa cari pembunuh sebenarnya. Supaya Marons terhindar dari status tersangka, yang bisa mempengaruhi bisnis dan masa depannya.^^^
^^^Kaliana adalah seorang detektif swasta wanita yang sudah teruji kemampuannya memecahkan berbagai kasus pembunuhan bersama team kerjanya bernama 'Sopape'. 'Team Sopape' beranggotakan lima orang. Yaitu; Kaliana, Pak Yosa, Yicoe, Novie dan Putra.^^^
^^^Tanpa diketahui Marons, Kaliana adalah teman dekatnya di SMP. Walaupun tidak mengetahui identitas Kaliana sebenarnya adalah Anny yang dikenalnya di SMP, Marons bersama Kaliana dan team sopape dibantu oleh penyidik kepolisian bernama Bram berhasil memecahkan kasus tersebut. Dalam gelar perkara yang diadakan Bram dan Kaliana, terungkap pelaku sebenarnya bernama Chasina Queensa. Chasina adalah Istri Jaret, selingkuhan Rallita, istri Marons.^^^
^^^Jaret adalah cinta lama Rallita yang belum kelar di masa lalu dan terus berlanjut. Marons adalah teman dekat dan baik, yang dimiliki oleh Kaliana. Tanpa disadari oleh Kaliana, Marons adalah cinta pertamanya. Dengan segala cara, Kaliana dan team sopape menolong Marons. ~°°°~^^^
^^^Flash Off^^^
Chasina Queensa adalah salah seorang owner suplemen kesehatan berbahan dasar madu. Produknya bisa dijumpai di Supermarket besar dan terkenal di Indonesia dan Mancanegara. Pabrik pengelohan semua produk, berada di Kerawang. Usahanya secara struktur berada di bawa perusahan orang tuanya. Tetapi semua yang berhubungan dengan usahanya dikelolah sendiri oleh Chasina sebagai pemilik. Sehingga berita penangkapannya menggeparkan masyarakat, dan terutama para karyawan Queensa's Ltd.
Dalam kesedihan dan putus asa, Chasina melihat gelang besi di tangannya. Sambil menunduk, dia berjalan keluar bersama petugas. Dia tidak memikirkan apapun, selain apa yang dikatakan Kaliana. Chasina mau melakukan apa yang dikatakan Kaliana, karena ada secerca harapan di hatinya, saat mendengar apa yang dikatakan Kaliana.
Setelah meminta ijin kepada petugas, Chasina berjalan ke arah mobilnya. Dia meminta sopirnya pulang dan tinggal di rumah orang tuanya, sampai ada perintah darinya. Dia juga meminta sopir menyampaikan apa yang sedang terjadi. Dia juga memberitahukan tempatnya ditahan, agar orang tuanya bisa mengunjunginya.
Dia khawatir orang tuanya minta pengacara keluarga untuk membelanya. Sehingga dia perlu berbicara dengan Papanya, sebelum mengambil suatu tindakan. Dia ingin melakukan apa yang diminta Kaliana dengan menyewa pengacara Marons. Karena dia percaya, sebagaimana yang terjadi dengan Marons, mungkin dia masih bisa tertolong.
Jadi dalam perjalanan ke kantor polisi dengan tangan diborgol, Chasina terus berdoa dan berharap ada jalan keluar yang bisa menolongnya dari apa yang terjadi. Air matanya terus mengalir sepanjang jalan, membayangkan hidupnya akan berakhir di balik terali besi. Dia juga makin tertekan, melihat Jaret dan Papa Rallita yang ada bersamanya dalam mobil, memandang dia dengan murka.
°••° °••° °••°
Di sisi yang lain ; Peristiwa penangkapan pelaku pembunuhan yang disiarkan live di channel youtube sopape's membuat gempar di masyarakat. Apalagi mereka yang mengikuti kasus tersebut dan penasaran dengan tewasnya Rallita Gandire. Istri dan putri konglomerat.
Perkembangan kasus tersebut sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat, karena banyak isu yang berkembang. Diantaranya, aparat hukum bekerja lamban dan cendrung menutup-nutupi penyelidikan kasus tersebut. Atau, intervensi dari pemerintah, agar kasus tersebut jangan diangkat ke publik. Karena ada anak pejabat pemerintah yang terlibat.
Pemberitaan kasus tersebut menjadi liar, apalagi media masa mulai menganalisa berdasarkan dugaan mereka sendiri. Pemberitaan media jadi melebar kemana-mana untuk mencari perhatian publik. Setiap orang yang diduga terlibat diselidiki sendiri, termasuk Marons, suami korban.
Ada yang menduga korban dibunuh oleh suaminya, karena berbagai alasan yang diutarakan. Ada juga yang mengatakan dibunuh, karena persaingan bisnis keluarga. Dan masih ada lagi perkiraan yang diberitakan.
Banyak pihak mulai resah, terutama pihak-pihak yang disangkakan terlibat jadi tidak tenang. Sudah sekian bulan setelah peristiwa tewasnya Rallita, belum juga ada penetapan tersangka dalam kasus tersebut. Sehingga peristiwa penangkapan pelaku pembunuhan membuat kejutan yang mengejutkan.
Masyarakat tercengang, saat melihat siapa pelakunya. Apalagi yang ditangkap bukan hanya satu orang, tetapi tiga orang. Masyarakat jadi penasaran dan makin bertanya-tanya, saat melihat ayah korban juga ikut ditangkap.
Channel youtube sopape's dibanjiri banyak pertanyaan, untuk mengetahui kelanjutan pemberitaan. Semua orang tercengang dengan perkembangan pemberitaan dan juga animo masyarakat yang tidak terduga.
Putra yang berada dalam mobil Marons terkejut melihat channel youtube sopape'-s diserbu viewers. Mereka penasaran dengan video yang hanya berapa menit yang diupload Putra. Apalagi video penangkapan, hanya tercantum keterangan yang minim tentang proses penangkapan. Putra segera menghubungi Kaliana untuk membicarakan apa yang terjadi di channel sopape's.
Kaliana yang sudah ada di mobilnya dan duduk di samping Marons, jadi terkejut melihat Putra menghubunginya. Padahal mereka belum lama keluar dari mansion keluarga Rallita.
📱"Alloo Mbak Anna, tolong lihat channel sopape's." Ucap Putra saat Kaliana merespon panggilannya. Dari nada Putra, Kaliana tahu sedang terjadi sesuatu.
📱"Baik. Tunggu..." Kaliana segera lakukan yang diminta Putra. Dia terkejut melihat channel sopape's diserbu viewers yang penasaran tentang video live penangkapan yang disiarkan Putra.
📱"Putra, tolong bilang sopirnya menepi dan tunggu kami." Ucap Kaliana cepat dalam perkembangan yang tidak diduganya.
"Pak, nanti saja pergi makannya. Kita menepi sebentar ada yang harus dikerjakan." Tanpa sadar, Kaliana masih berbicara formal kepada Marons. Membuat Marons melihat Kaliana dengan alis bertaut, tapi tetap menepi sesuai permintaan Kaliana.
"Pak, tolong hubungi Pak Danny dan lainnya, kita batal pergi makan, ya. Nanti baru aku jelaskan." Ucap Kaliana cepat kepada Marons.
📱"Putra, jangan komen apapun sebelum kita bicara. Ada hal yang tidak boleh disiarkan untuk diketahui publik. Kita akan pulang ke rumah dan berbicara." Ucap Kaliana setelah berpikir cepat.
"Mengapa pulang ke rumahmu? Ke rumahku saja, lebih dekat dari sini. Lebih baik langsung ke rumah dan kita bicarakan di sana." Marons memberikan solusi melihat situasi dan posisi mereka lebih dekat ke rumahnya.
Melihat Kaliana masih berpikir, Marons mengambil ponsel Kaliana dan berbicara dengan Putra.
📱"Putra, bilang sopir antar kalian ke rumah saya dan tunggu kami di sana. Atau berikan ponselmu untuk sopir. saya akan bicara dengannya." Ucap Marons serius.
📱"Baik, Pak. Saya berikan ke sopir saja." Ucap Putra lalu menyerahkan ponselnya kepada sopir Marons. Setelah berbicara dengan sopirnya, Marons mengembalikan ponsel Kaliana.
"Mari kita pergi beli makanan untuk kita makan malam di rumah. Agar bisa berpikir baik, setelah perut terisi." Ucap Marons yang melihat Kaliana tertegun dan sedang berpikir. Kaliana tidak bisa mengelak, solusi yang ditawarkan Marons lebih baik dalam situasi seperti ini.
Marons sedang mengirim pesan kepada Danny dan Yogi tentang rencana makan malam yang batal. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Melihat siapa yang menghubunginya, Marons segera merespon.
📱"Alloo, kau ada di mana?" Tanya Ayah Marons saat Marons merespon panggilannya.
📱"Alloo, Yah. Lagi di jalan. Bagaimana?" Marons terkejut mendengar suara Ayahnya saat menyapa.
📱"Apa benar, sudah tertangkap pembunuh Rallita?" Tanya ayah Marons yang telah melihat viedo singkat proses penangkapan pelaku pembunuhan yang lagi viral dan dibahas di media sosial.
📱"Iya, Yah. Nanti di rumah baru kita bicara. Ooh iya, Yah. Tolong bilang Ibu, aku tidak pulang ke rumah. Ini mau pulang ke rumahku, ada yang mau diurus soal itu." Marons berkata dan mengakhiri pembicaraan dengan ayahnya yang bisa mengerti maksud Marons.
Padahal Ayahnya sangat penasaran dan ingin tahu, mengapa besannya ada ikut ditangkap. Dalam video tersebut, tidak dirinci tentang siapa pelaku pembunuhan dari ketiga orang tersebut.
"Ni, kita beli fast food saja, agar bisa cepat pulang. Dan berhenti memanggilku Pak. Katanya sudah mengenalku, tapi masih saja seperti itu." Marons protes dengan panggilan Kaliana padanya.
"Sudah terbiasa beberapa bulan ini, jadi kalau sudah serius begini, lupa. Ooh iyaa, kita cari restoran fast food terdekat saja." Kaliana mengerti maksud Marons.
"Lalu dari mana muncul nama itu?" Tanya Marons penasaran.
"Entah... Tadi melihat tanganmu memutih, aku jadi khawatir terjadi sesuatu dengannya dan kau akan dituntunt karena melakukan penganiayaan." Kaliana berkata serius, mengingat apa yang terjadi di ruang GP.
"Kalau giginya mengungsi, apa termasuk penganiayaan?" Tanya Marons sambil tersenyum, lalu memegang kepala Kaliana dan mengucapkan "TQ".
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
...~•Happy Reading•~...
Di sisi yang lain ; Sebelumnya, Bram keluar membawa ketiga tahanan dengan beberapa petugas seperti yang dikatakan oleh Kaliana tanpa mengetahui rencana Kaliana. Dia tahu, ada rencana dibalik apa yang dikatakan Kaliana, tetapi dia tidak tahu seperti apa pastinya. Bram percaya, Kaliana melakukan sesuatu untuk mendukung kariernya.
Dia juga memgijinkan Chasina menemui sopirnya seperti yang diminta Kaliana. Jadi saat Chasina meminta ijin kepadanya, Bram mengijinkan sambil diantar oleh seorang petugas. Bram juga belum mengetahui rencana Kaliana tentang ijinnya Chasina. Tetapi dia tahu, Kaliana hanya memberikan sedikit kelonggaran setelah mendengar pernyataan Chasina yang mereka semua tidak menduganya.
Ketika mereka sedang dalam perjalanan membawa tahanan ke kantor polisi, dia dihubungi oleh pimpinannya dan menanyakan peristiwa penangkapan, membuat Bram terkejut. Dia tidak mungkin bertanya, pimpinannya tahu dari mana. Tetapi dia berpikir cepat tentang yang dikatakan Kaliana padanya. Dimana Kaliana telah menyediakan panggung padanya sebagai hadiah balak di pundaknya.
Bram segera mengambil ponsel lalu membuka semua sosial media yang dimilikinya. Dia melihat ada sebuah video viral penangkapan pembunuh Rallita Geradine. Dimana dia sedang keluar rumah keluarga orang tua Rallita dengan tahanan dan anggota lainya. Bram jadi mengerti apa yang dilakulan Kaliana.
Sehingga setelah tiba di kantor polisi dan tersangka dimasukan ke dalam tahanan sementara, Bram segera menghadap pimpinan untuk melapor dan menjelaskan apa yang terjadi. Pimpinannya sudah ada di ruangan, setelah menghubunginya. Dia menjelaskan, mengapa Jaret dan Papa Rallita juga ikut ditangkap, sebelum ditanya oleh pimpinan
Bram sudah siap dengan semua kemungkinan, saat mengetahui apa yang dilakukan Kaliana dan teamnya. Dia jadi lebih percaya diri untuk bicara dan menjelaskan kepada pimpinanannya tentang hasil penyelidikan dan penangkapan tersangka kasus tewasnya Rallita. Tuntutan penjebakan dan juga penggunaan narkoba oleh Jaret.
Pimpinan terdiam dan berpikir keras tentang kejadian yang tidak diduganya. Pimpinan sudah tidak bisa menutupi atau merekayasa kasus lagi, karena penangkapannya sudah viral. Selain video yang disiarkan oleh channel youtube sopape's, ada banyak petugas dan beberapa orang yang terkait dengan kasus tersebut, hadir dalam GP dan bisa menjadi saksi. Hal itu membuat pimpinannya lebih berhati-hati dalam membuat keputusan.
Tekanan masyarakat membuat semua aparat terkait harus bersikap profesional dan trasparan dalam menjelaskan apa yang terjadi. Baik para tersangka, duduk perkara dan bukti tentang kasus tersebut. Apa lagi dalam penangkapan tersebut, ada kaitan dengan orang penting dalam pemerintahan dan juga pebisnis yang punya nama.
Chasina bukan saja pengusaha, tetapi juga putri salah satu konglomerat, pengusaha besar di negeri ini. Sehingga perkembangan kasus makin membesar dan meluas. Seperti kata Kaliana, Bram melakukan tangkapan besar, karena ada orang besar terkait dengan orang-orang yang ditangkap.
Dalam sekecap, nama Bram sebagai penyidik kasus tewasnya Rallita Gandire menjadi buah bibir, dicari banyak orang dan tranding topik di twitter. Hal itu tidak terpikirkan oleh Bram, sehingga membuatnya super sibuk.
Dia dihubungi berbagai pihak untuk diminta wawancara tentang kasus tersebut. Oleh sebab itu, dia sibuk melayani banyak orang yang mencarinya. Baik secara langsung, maupun lewat telpon. Dia menyadari dari apa yang sedang terjadi, masyarakat perlu mengetahui bagian tertentu, terutama tentang Jaret dan Papa Rallita.
Bukan hanya nama Bram yang tranding, tetapi nama Chasina pun ikut tranding setelah fotonya dishare oleh beberapa media. Banyak orang mencari namanya di media sosial untuk mengetahui lebih jelas, siapa dia sebenarnya.
Ketika mengetahui siapa Chasina Queensa, publik menjadi terbelah. Ada yang pro dan ada yang kontra. Melihat latar belakang keluarga dan juga kedudukannya, banyak orang tidak percaya kalau dia pelaku pembunuhan tersebut. Dia dibelah oleh publik yang simpati padanya. Begitu juga dengan para karyawan Queensa's Ltd membelanya dengan memposting kalimat-kalimat dukungan dan empati, karena mengenal boss mereka yang baik hati dan tidak sombong.
Tetapi ada banyak pihak juga mengatakan kata-kata tidak pantas bahkan memaki Chasina dengan kata-kata kotor. Mereka semua saling menuduh dan membela di media sosial. Apalagi setelah melihat suaminya ikut ditangkap, masyarakat jadi penasaran dengan apa yang terjadi. Para awak media berlomba-lomba mengejar setiap orang yang bisa memberikan keterangan. Terutama sumber berita penangkapan, channel youtube sopape's.
°•••° °•••° °•••°
Di sisi yang lain ; Kaliana dan Marons segera ke restoran fast food terdekat dengan posisi mereka berada. Melihat ketegangan Kaliana, Marons tidak mengajaknya bicara. Telepon dari Ayahnya membuat Marons menduga, telah terjadi sesuatu dengan kejadian penangkapan.
"Kau mau makan apa?" Tanya Marons saat mobil hampir mendekati drive trhu salah satu restoran fast food.
"Apa saja yang bisa dimakan untuk mengisi perut. Aku sedang tidak bisa berpikir tentang makanan." Jawab Kaliana, karena dia sedang menganalisa dampak pemberitaan Putra.
Biasanya dalam kondisi seperti ini, Yicoe dan Novie yang akan memikirkan semuanya dan dia hanya tinggal makan. Marons menganguk mengerti. Dia mengingat Putra suka makan fried chicken dan french fries. Dia membeli semua itu berikut nasi untuk mereka dalam jumlah yang lumayan banyak.
Melewati supermarket, Marons turun untuk membeli soft drink dan juga air mineral. Dia tidak mau berspekulasi tentang minuman di rumahnya, yang mungkin sudah tidak ada atau tidak bisa diminum. Saat berada di supermarket, Marons melihat berita dan video penangkapan pembunuh Rallita. Dia jadi mengerti, mengapa Kaliana begitu tegang dan membatalkan makan malam mereka.
Marons dengan cepat membeli yang diperlukan, agar bisa segera kembali ke mobil. Dia juga jadi ikut tegang, karena beritanya mulai simpang siur sesuai pemikiran dan analisa masing-masing orang yang ada di media sosial. Dia melihat juga ada fotonya disertakan sebagai suami korban.
Setelah ditinggal Marons, Kaliana hanya duduk dalam mobil sambil memperhatikan media sosial. Dia juga mengikuti berita tentang kasus penangkapan yang viral. Hal itu membuat Kaliana terus berpikir dengan serius.
"Apakah terjadi sesuatu?" Tanya Marons yang sudah kembali dari supermarket dan melihat Kaliana masih memegamg ponselnya dengan wajah serius, cendrung tegang.
"Aku sedang melihat berita di media sosial akibat dari apa yang diupload oleh Putra. Nanti di rumah baru kita bicarakan lagi, ya. Biarkan aku berpikir sejenak." Ucap Kaliana, melihat Marons sudah kembali dari beli minuman dan duduk di belakang kemudi.
"Baik... Ini diminum dulu." Ucap Marons memberikan satu kotak minuman dan dia sendiri minum air mineral yang dibeli untuknya. Kaliana menerima minumannya sambil melihat Marons dengan tertegun.
"Mengapa melihatku seperti itu? Apa aku sudah berubah lebih tampan dari sebelumnya?" Tanya Marons asal, karena dia tidak mengerti tatapan Kaliana. Dia mencoba bercanda, agar Kaliana sedikit lebih rileks.
"Kau masih mengingat ini?" Tanya Kaliana, sambil mengangkat kotak minuman di tangannya. Dia terkejut saat Marons memberikan satu kotak minuman tamarin kepadanya. Karena itu adalah minuman kesukaannya saat masih SMP.
"Astagaaa... Aku kira ada apa. Kalau tidak mengingatmu, lalu bagaimana tadi aku bisa ingat panggilanmu? Sudaaaa... Jangan banyak mikir. Minum itu, lalu istirahat sejenak. Aku akan bangunin, kalau sudah tiba rumah. Kau utang banyak sekali penjelasan padaku. Jadi jaga staminamu." Marons berkata sambil tersenyum untuk menenangkan Kaliana. Kemudian dia menyalakan musik, agar Kaliana bisa lebih tenang dan istirahat.
...~***~...
...~●○¤○●~...
...~•Happy Reading•~...
Kaliana jadi tersenyum mendengar apa yang dikatakan Marons. Walaupun proses penangkapan Chasina, Jaret dan Papa Rallita sedang viral dan membuatnya tegang. Tapi hatinya menghangat mengetahui Marons masih ingat hal yang sangat kecil darinya. Semua kekhawatirannya selama ini, bahwa Marons mungkin sudah melupakannya, sirna.
Kaliana memejamkan mata sejenak untuk mengurangi tekanan dan membagi perhatian kepada apa yang dilakukan Marons padanya. Selama ini, dia menganggap perhatian Marons kepadanya dikarenakan dia sedang menolongnya. Itu yang selalu dia ingatkan berulang kali kepada hatinya, agar tidak gegabah dan terus berhati-hati menghadapi sikap Marons.
Suasana hati Kaliana membuat dia tidak bisa istirahat, walaupun sudah memejamkan mata. Dia kembali menegakan tubuhnya lalu agak condong kedepan. Kemudian dia meletakan kedua tangannya di dashboard lalu meletakan dagunya di atas tangannya sambil melihat lalu lintas di depan mereka. Hatinya begitu terharu, dengan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Marons.
Kaliana baru menyadari kehadiran Marons sebenarnya, setelah bisa berpikir dengan baik. Semua yang terjadi di ruang GP dengan Chasina dan identitasnya telah diketahui Marons, campur aduk bersama persiapannya untuk menepati janjinya kepada Bram. Hal itu membuat semua yang dilakukan Marons di tempat orang tua Rallita terasa samar. Tidak seperti sekarang, hanya mereka berdua, semuanya terasa berbeda.
Kaliana mengingat kembali pelukan Marons yang tiba-tiba membuat jantungnya mau lompat keluar. Sehingga mencoba menutupinya dengan bercanda, agar Marons tidak memperhatikan detak jantungnya yang tidak teratur.
Sekarang perhatian Marons untuk hal kecil darinya, sangat menyentuh hati. Hal itu memanggil pulang kesadarannya, bahwa harapannya tidak sia-sia. Seorang Marons Kasmara masih mengingatnya. Dia tidak mengharapkan lebih, tetapi kenyataan yang dihadapi membuatnya terhibur dengan hati membuncah.
"Apa yang kau pikirkan? Bersandarlah...! Agar aku bisa jalankan mobil ini lebih cepat. Kau tidak lapar? Atau kau tidak kasihan pada mereka yang sedang menunggu kita dengan perut lapar?" Tanya Marons, mengalihkan perhatian Kaliana dari apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya.
Marons tahu apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan Kaliana. Karena dia pernah melakukan hal yang sama saat mereka pertama kali pergi dengan mobil di malam hari untuk menenangkan diri sambil membicarakan kejadian yang baru dia alami di kantor polisi. Ketika dia mengetahui Rallita hamil dengan orang lain. Marons tidak bisa melupakan momen yang terjadi dengan mereka berdua malam itu.
"Iyaaa, maaf. Banyak hal yang terjadi hari ini, membuatku seperti di atas perahu yang sedang diayun ombak. Semuanya mengayun dan berputar di kepala dan hatiku. Semua membuatku tidak bisa mendefenisikan apa yang aku rasakan saat ini." Ucap Kaliana pelan, lalu menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi seperti yang diminta Marons. Kemudian dia memejamkan mata untuk menghindari Marons.
Kehadiran Marons lebih terasa dan sangat menyentuh hatinya. Marons tidak berubah setelah mengetahui identitasnya. Hanya sikap dan perlakukannya, lebih terbuka dan lepas setelah mengetahui dia adalah Anny, temannya dulu. Tetapi perasaannya tetap sama, seperti yang Kaliana rasakan selama mereka bersama beberapa bulan terakhir.
"Yaaa... Walaupun sangat terkejut dengan semua yang terjadi tadi, aku bersyukur untuk apa yang terjadi denganku. Melihat istri Jaret yang begitu sedih, membuatku memikirkan banyak hal yang kualami belakangan ini." Marons mengingat kondisi Chasina saat pengakuan dan juga saat dikenakan gelang besi.
"Mungkin aku laki-laki jadi bisa menyembunyikan semua rasa hati, akibat perbuatan Rallita. Atau mungkin juga Tuhan mengirimkan seseorang untuk menemaniku di saat aku hampir hancur." Marons mengakui, mungkin akan berbeda kondisinya jika tidak ada Kaliana sebagai tempatnya berbagi semua yang dialaminya.
"Tadi di ruang gelar perkara, siapa pun dirimu. Baik Kalia, baik Anny. Aku sangat bersyukur, kau ada bersamaku. Sehingga aku bisa seperti sekarang. Bisa mengangkat wajahku untuk hadapi apa yang akan terjadi di depan dengan lebih baik." Marons makin terbuka mengutarakan apa yang dia pikirkan dan rasakan.
"Aku pernah menikah dengannya, semua keburukannya akan mengikutiku. Mendengar pembahasan kalian tentangnya tadi, aku ingin keluar dari ruangan itu. Jika tidak ada kau, aku sudah pergi. Karena tidak tahan mendengar semua yang dia lakukan." Kembali terbayang apa yang Kaliana katakan kepada Fendry, adik Rallita dan yang terjadi dengan mereka. Hal itu membuat Marons mengusap wajahnya dengan kasar.
"Proses persidangan akan makin terbuka aibnya, dan makin banyak orang akan tahu perilakunya yang buruk. Dan aku adalah suaminya." Marons mengingat fotonya dipampang sebagai suami korban dalam pemberitaan di media sosial.
"Arro, lebih baik berhenti mengatakan itu. Agar aku tidak menyesal mengadakan gelar perkara tadi. Aku melakukan itu untuk membuat semuanya clear dalam pemberitaan. Tidak ada yang berpikiran negatif terhadapmu." Kaliana menegakan tubuhnya dan berbicara serius dengan Marons.
"Jika apa yang aku lakukan melukaimu, aku akan menyesalinya seumur hidupku. Jadi berhentilah menanggung semua perbuatannya. Biarlah dia membawanya pergi bersama tubuh, jiwa dan rohnya." Kaliana jadi sedih mendengar yang dikatakan Marons.
"Orang tuanya saja masih bisa beradu kata dalam kondisi mengetahui perilaku anaknya. Jadi mengapa kau merasa malu dengan semua yang dilakukannya? Bukankah masing-masing orang akan bertanggung jawab dengan perbuatannya? Jangan membuat apa yang aku lakukan menjadi sia-sia." Kaliana berkata dengan suara bergetar karena emosi dan sedih.
"Iyaaa... Aku tahu... Permintaanku masih sama. Tetaplah bersamaku, walau kasus ini telah selesai." Marons mengulurkan tangannya, lalu mengusap punggung Kaliana untuk menenangkannya.
"Sebenarnya, tadi sebelum berangkat ke gelar perkara itu, aku was-was bukan karena akan jadi terdakwa dalam kasus itu. Karena aku percaya, jika kalian bekerja dengan benar, aku tidak akan berada di posisi itu. Sebab aku tidak melakukan apapun untuk menyentuhnya, apalagi membunuhnya."
"Jadi soal itu aku tidak khawatir. Yang aku khawatir itu, jika kasusnya selesai dan aku tidak punya alasan untuk bertemu dengan kalian, terutama kau." Ucap Marons kembali bisa tersenyum mengingat apa yang dipikirkannya saat berangkat ke tempat GP.
"Setelah mengetahui kau adalah Anny, aku tidak perlu memikirkan cara atau alasan untuk bertemu denganmu." Ucap Marons tanpa menyembunyikan rasa senangnya.
"Kenapa begitu? Kita ada kontrak kerja sama. Jadi kasus ini selesai, ya, selesai kerja samanya juga. Sebenarnya, pekerjaan kami sudah selesai, saat gelar perkara itu. Tinggal bertemu dengan Pak Danny untuk menyerahkan hasil karja kami saja." Apa yang dikatakan Kaliana terhenti.
"Kau berani pergi?" Tanya Marons yang tiba-tiba menepi mobilnya lalu menatap Kaliana dengan serius. Hal itu membuat Kaliana terkejut dan tertegun.
Melihat wajah Marons yang serius menatapnya, Kaliana refleks mengakat kedua jarinya tanda, peace. Lalu Kaliana membuka kedua tangannya dan mendorongnya ke depan mengisyaratkan agar Marons menjalankan mobilnya kembali.
"Tadi katanya lapar, tapi malah berhenti. Nanti kita didemo Putra, karena perutnya meraung-raung mencari mangsa." Kaliana berkata untuk mengalihkan perhatian Marons dan menenangkannya.
"Yang membuatku berhenti tidak merasa bersalah. Tidak menjawab pertanyaanku. Biar nanti didemo sama Putra, Yicoe dan Novie." Marons berkata sambil kembali menjalankan mobilnya dengan wajah cerah. Kaliana kembali mengangkat dua jarinya sebagai tanda, peace. Marons hanya bisa menggelengkan sambil tersenyum.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!