NovelToon NovelToon

Renjana

Queena

Queena Crodella Bumantara gadis manja, petakilan, dan selalu ceria. Siapa yang tak mengenal anak dari pemilik SMA Bumantara ini? Selain sikapnya yang ceria dan ramah, gadis yang sering di sapa Queena itu juga cantik dan imut. Banyak kaum adam yang menyukainya namun , gadis itu malah mengejar laki-laki dingin, cuek, dan irit bicara seperti Arseno Gardapati Wirasena. Meskipun laki-laki yang kerap disapa Arsen itu memiliki sikap yang Cuek, dingin, dan irit bicara tapi banyak kaum hawa yang menyukainya karena wajah tampan bak dewa Yunani yang berhasil menarik perhatian para kaum hawa itu. Termasuk Queena yang juga menyukai laki-laki tersebut.

Arsen dikenal memiliki sikap yang tegas saat menjadi ketua OSIS jadi tak heran ia ditakuti dan disegani oleh seluruh murid SMA Bumantara. Selain itu Arsen juga laki-laki yang pintar dan sering mendapatkan juara dalam berbagai Olimpiade yang diikutinya. Namun, siapa sangka laki-laki itu memiliki sisi tersembunyi yang sangat mengejutkan. Laki-laki yang terkenal good boy itu ternyata ketua dari geng motor yang bernama Black Fortem yang terkenal dengan keganasannya.

"Kak Arsen tunggu," teriak Queena saat melihat Arsen yang baru saja keluar dari kelasnya. Arsen yang mendengar suara yang sudah begitu ia kenali itu menghembuskan nafasnya kasar saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Arsen sudah begitu hafal dengan suara gadis yang kerap kali menganggu nya tersebut.

"Kak Arsen, kamu kapan sih suka sama aku? Aku udah lama tau suka sama kak Arsen," ucap Queena sambil mengerucutkan bibirnya kesal. Memang gadis tersebut tak pernah malu dan lelah untuk mengungkapkan perasaannya lebih dulu pada Arsen. Entah sudah berapa kali Queena mengatakan pada Arsen namun, yang jelas sudah tak terhitung lagi.

"Gak akan pernah. Jadi mending lo berhenti suka sama gue karena itu bahaya buat cewek manja kayak lo. Berhenti buat ngejar-ngejar gue," ucap Arsen tajam sambil menunjuk ke arah wajah Queena yang membuat gadis itu memundurkan kepalanya.

Setelah mengatakan hal tersebut Arsen langsung meninggal Queena yang mengerucutkan bibirnya kesal. Queena sudah biasa mendengar ucapan tajam dan sinis dari Arsen tapi tetap saja gadis itu mengejar Arsen. Queena masih kelas X, sedangkankan Arsen laki-laki itu kakak kelas Queena tepatnya kelas XI dan Queena sudah menyukai Arsen saat MOS dan ia sudah mengejar Arsen semenjak MOS juga, tapi hati Arsen masih saja belum luluh pada Queena.

Berbagai ucapan Arsen yang begitu menusuk memang acap kali membuat Queena sakit hati namun hanya sebentar dan selanjutnya ia akan kembali untuk mengejar Arsen. Seolah tak ada kapok nya untuk terus mengajar laki-laki dingin itu.

Queena melangkahkan kakinya menuju rooftop. Bukannya berjalan ke arah kelasnya kini gadis tersebut malah lebih memilih untuk berada di rooftop dan menenangkan dirinya. Hal yang selalu ia lakukan jika sedang berada dalam kondisi yang tidak baik.

“Kalau aja cinta bisa memilih, aku juga gak bakal suka sama kak Arsen. Capek,” ucap Queena dengan bibirnya yang mengerucut kini gadis itu menghembuskan nafasnya kasar.

Memangnya siapa yang bisa untuk menentukan untuk siapa hatinya singgah? Tak ada yang bisa melakukannya. Bahkan banyak yang mengatakan cinta tak perlu alasan lalu bagaimana bisa Arsen malah dengan mudah mengatakan untuk Queena menghapus perasannya pada laki-laki itu?

“Ck! Apa kak Arsen gak pernah suka sama orang?” pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di kepala cantik gadis tersebut. Senyuman miring tercetak jelas di wajah cantik Queena dengan pikirannya kali ini.

“Aku harus buat kak Arsen suka sama aku. Aku harus berjuang lebih keras lagi untuk dapetin kak Arsen. Kalau aku dapetin kak Arsen, aku bakal jadi orang paling beruntung karena jadi cinta pertama kak Arsen,” ucap Queena dengan senyumannya yang kini mengembang dengan begitu sempurna kala pemikiran tersebut tiba-tiba terbesit di kepalanya.

Entah bagaimana gadis tersebut bisa untuk memikirkan hal tersebut. Bersama Arsen sepertinya Queena memang akan menjadi gadis yang harga dirinya akan jatuh karena begitu kuat memperjuangkan Arsen dan mengejar laki-laki. Namun tak ada yang salah bukan? Tak akan ada bedanya laki-laki ataupun perempuan, bukankah ini yang dinamakan dengan kesetaraan gender?

Zaman kini semakin maju dan pola pikir seharusnya juga semakin maju kan? Kita tak bisa hanya berkutat dengan pola pikir masa lampau yang berpikir hanya laki-laki yang mengejar dan perempuan menunggu. Pikiran kita juga harus modern bukan? Bukan hanya perkembangan saja yang makin modern.

“Semangat Queen. Kamu pasti bisa,” teriak Queena dengan senyumannya yang mengembang begitu sempurna.

Setelahnya gadis tersebut memilih untuk segera menuju kelasnya sebelum kelas dimulai dan ia belum ada di kelasnya. Bisa mengamuk ayahnya saat mengetahui hal tersebut mengingat bagaimana sikap protektif papanya itu.

Dengan  begitu semangat kini gadis tersebut menuruni rooftop untuk menuju kelasnya yang berada di lantai paling bawah.

***

Suara bel yang menandakan jam pulang sekolah membuat para murid memekik senang karena akhirnya perjuangan mereka belajar seharian di sekolah selesai juga.

“Queena mau kemana? Kenapa buru-buru?” suara teriakan tersebut berasal sahabat Queena yang kini sudah melihat sahabatnya itu berlari keluar dari kelasnya. Walaupun sudah tahu kemana sahabatnya itu akan pergi namun tetap saja ia menanyakannya.

“Ada misi,” teriak Queena tanpa mengindahkan teriakan dari sahabatnya tersebut dan terus melanjutkan langkahnya yang kini berjalan ke arah parkiran.

Saat sampai di parkiran kampus bisa di lihat kini seorang laki-laki sudah bersiap di atas motornya untuk segera pergi. Melihat hal tersebut Queena tersenyum dengan begitu lebar dan segera menghampiri laki-laki yang tak lain adalah Arsen.

Tanpa aba-aba gadis tersebut langsung ke atas motor Arsen dengan senyumannya. Para siswa dan siswi lain yang melihat hal tersebut hanya bisa menggeleng dan tidak sedikit yang melihat hal tersebut langsung mencibir tingkah Queena yang mereka anggap murahan. Meskipun mereka ingin rasanya mengucapkannya secera terang-terangan, namun jelas mereka tak akan berani. Mengingat Queena adalah putri kesayangan pemilik sekolah.

Melihat pemandangan gadis cantik tersebut mengejar-ngejar Arsen memang bukanlah hal mengherankan karena rasanya itu sudah menjadi tontonan sehari-hari mereka. Bahkan mereka yang melihat saja sudah lelah dengan tingkah Queena entah bagaimana gadis tersebut tak lelah mengejar Arsen.

“Turun,” perintah Arsen begitu tegas. Jelas bukan Queena namanya jika mengikuti ucapan Arsen karena kini gadis tersebut malah semakin mengeratkan pelukannya pada Arsen. Arsen hanya bisa memejamkan matanya menahan amarah melihat tingkah gadis yang kini berada di belakangnya itu.

Mau tak mau Arsen akhirnya melajukan motornya menuju gerbang sekolah karena ia yakin kini di depan sana sudah ada sopir ataupun ayah gadis tersebut yang sudah menunggu untuk menjemputnya. Arsen hanya harus menahannya sebentar saja, hanya sampai gerbang depan. Dan dengan bantuan ayah atau sopir Queena ia bisa lepas dari gadis tersebut.

Senyuman Queena kini mengembang sempurna saat Arsen melajukan motor nya tanpa banyak protes seperti biasanya. Gadis tersebut hanya tak tau rencana yang sudah Arsen susun saja.

***

Gadis Manja

Seorang gadis cantik berjalan ke arah ruang makan dengan senyumannya yang mengembang sempurna di wajah cantiknya. Gadis yang selalu membawa energi positif bagi orang di sekitarnya kecuali pada Arsen tentunya, gadis tersebut memang begitu murah senyum. Hingga sulit rasanya untuk melepaskan senyuman di wajah gadis tersebut.

Saat ia sampai di ruang makan, ternyata disana sudah terlihat orangtua dan kakaknya yang sedang makan bersama. Queena memang memiliki seorang kakak perempuan yang jarak usianya hanya berjarak satu hari saja darinya. Tidak, mereka bukan kembar namun memang memiliki jarak umur yang begitu dekat.

"Morning all," sapa gadis itu dengan ceria. Dan segera duduk di sebelah kanan Daddy nya yang duduk di kepala meja. Suasana ruang makan yang awalnya begitu tegang dan dingin itu langsung berubah menjadi cerah kembali setelah hanya ada warna suram sedari tadi di meja makan.

"Morning juga sayang," sapa orang tuanya kompak dengan senyuman yang menghiasi wajah mereka.

"Morning Queena," sapa kakaknya sambil tersenyum. Kakaknya itu ini duduk di samping ibunya dan menikmati makanannya.

"Kamu mau selai apa sayang?" tanya Dhisi- sang Mama menawarkan. Queena terdiam sejenak, berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari ibunya itu.

"Ehm, coklat aja deh mah," jawab Queena yang mendapat anggukan dari Mamanya dan dengan segera sang mama memberikan sarapan untuk anaknya itu sesuai yang Queena inginkan.

Kini gadis tersebut mulai menikmati sarapannya. Sedangkan Dhisi kini menuangkan susu untuk Queena. Tak ada pembicaraan lain di meja makan tersebut. Karena baru akan bersuara jika Queena yang akan berbicara. Hubungan keluarganya memang tidak sebaik itu. Meskipun keluarganya begitu baik pada Queena namun mereka seolah hanya memperdulikan Queena dalam hubungan keluarga tersebut.

"Dad, Queena bawa mobil sendiri aja ya Dad," pinta Queena pada Daddy nya yang sedari tadi hanya diam. Daddy nya memang selalu begitu, sangat irit berbicara. Sikap laki-laki yang menjadi kepala rumah tangga itu memang begitu dingin dan menakutkan. Namun berbeda jika bersama dengan putri bungsunya itu. Sikap laki-laki tersebut akan begitu berubah.

"Gak sayang, kamu tetep Daddy yang anter jemput," ucap Carol- ayah Queena final. Seolah tak menerima penolakan. Queena yang mendengarnya mengerucutkan bibirnya. Ayahnya itu memang begitu tegas dan protektif pada nya hingga terkadang ia iri pada kakaknya yang seolah memiliki kebebasan padahal umur mereka sama saja dan hanya berjarak beberapa bulan.

"Ihh Daddy, kak Dewi juga gak papa bawa mobil sendiri kenapa aku gak dibolehin sih?" tanya Queena dengan mengerucutkan bibirnya kesal dengan sikap Daddy nya yang sangat protective padanya berbeda dengan sikapnya pada kakak Queena yang biasa saja.

"Daddy bilang engga, ya engga Queen." tegas Carol yang membuat Queena kesal. Tak ada yang dapat membantu Queena, mereka semua terlalu takut pada Carol hingga mereka tidak dapat membantu Queena untuk bernegosiasi dengan Carol.

"Ya udah Queen bareng kak Dewi aja," ucap Queena mencoba keberuntungan lain. Setidaknya ia tak perlu mendapatkan sikap protektif papanya. Dan saat pulang sekolah ia bisa memiliki alasan untuk pulang bersama dengan Arsen.

"No, ayo cepet makannya nanti kamu terlambat," ucap Carol yang sudah selesai dengan makanannya. Queena mengerucutkan bibirnya kesal lalu bersalaman pada Dhisi yang di balas kecupan di pipi Queena.

"Aku berangkat," ucap Carol datar berpamitan pada istri juga anak pertamanya. Dhisi mengambil tangan Carol untuk di cium setelahnya Dewi juga melakukan hal yang sama.

Carol merangkul pundak Queena membawa anak gadisnya itu untuk berjalan keluar rumah.

"Mamah, kakak, aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum," teriak Queena sebelum jauh dari ruang makan. Dhisi hanya menatap kepergian suami dan anaknya dengan senyuman yang sulit diartikan begitupun dia Dewi. Jika Queena berkata iri pada Dewi maka begitu pula dengan Dewi yang merasa iri dengan perlakuan ayah mereka yang begitu berbeda pada adiknya itu.

***

"Dad, nanti jangan telat ya jemputnya aku capek tau nunggu lama. Dan jangan lupa beli bunga Lily putih kesukaan mommy, Daddy udah janji mau ajak aku kerumah Mommy," ucap Queena mengingatkan Daddy nya itu. Carol tersenyum melihat tingkah bawel anaknya itu sangat mirip dengan ibu gadis kecilnya itu.

"Iya sayang, daddy gak akan lupa. Udah sana masuk," ucap Carol setelah mereka sampai di depan gerbang SMA Bumantara. Queena mencium tangan Carol lalu berganti Carol yang mengecup singkat kening anaknya itu.

"Inget ya jangan nakal, belajar yang bener," ujar Carol sambil mengelus puncak kepala Queena sayang.

Queena segera turun dari mobil sang Daddy dan langsung berjalan memasuki area sekolah dan berjalan ke arah kelasnya sampai matanya menatap laki-laki dengan jaket hoodie berwarna putih, rambut disisir rapi, dan pakaian rapi, serta headset yang bertengger di telinganya. Kedua tangan laki-laki itu dimasukkan kedalam celana abu-abunya.

Queena segera berlari mengejar laki-laki itu setelah berada di samping laki-laki tersebut, Queena segera menarik headsetnya membuat laki-laki itu menoleh ke arah Queena dengan tatapan datarnya, merasa kesal dengan Queena yang selalu saja mengganggunya.

"Hai kak Arsen," sapa Queena dengan cerianya. Namun, laki-laki yang tak lain adalah Arsen itu hanya bergeming malas meladeni gadis manja di sampingnya itu.

"Kak Arsen gak boleh sombong tau kalau ada yang nyapa itu dijawab, jangan kayak Daddy nya Queena udah datar, dingin, irit bicara terus kerjaannya cuma kerja doang," ucap Queena kesal mengingat sikap Daddy nya itu. Arsen yang malas mendengarkan celotehan tidak jelas dari gadis di sampingnya itu mempercepat jalannya begitupun dengan Queena yang juga mengikuti langkah lebar dari Arsen namun karena tali sepatunya yang terlepas Queena malah terjatuh.

"Huaaa Kak Arsen," teriak Queena dengan matanya yang berkaca-kaca karena rasa sakit di lututnya yang sudah berdarah. Arsen yang masih belum jauh dan mendengar teriakan Queena langsung menoleh ke belakang dan ia sangat terkejut melihat Queena yang sudah terjatuh, dengan cepat Arsen berjalan ke arah Queena dan berdecak kesal saat gadis itu yang mulai berkaca-kaca.

Meskipun Arsen ingin tak memperdulikannya. Namun hati nuraninya merasa tak tega melihat gadis tersebut, akhirnya ia harus membantunya juga. Bagaimana Arsen masih memiliki hati nurani pada perempuan tersebut.

"Lo tuh udah gede bisa kan gak usah cengeng? Ck manja banget sih," ucap Arsen dan langsung menggendong Queena seperti karung beras. Queena sudah berharap Arsen menggendongnya ala bridal style namun kenyataan berkata lain, laki-laki itu malah menggendong Queena seperti karung beras.

"Kak Arsen kalau gendong itu yang ala bridal style dong masak kayak karung beras gini," protes Queena sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Diem atau turun?" ancam Arsen yang membuat Queena terdiam.

Ia pikir tidak apa lah digendong seperti karung beras yang penting di gendong Arsen. Dan sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian para penghuni sekolah saat melihat King SMA Bumantara menggendong Queena seperti membawa karung beras.

Namun tanpa gadis tersebut tahu kini Arsen menutupi paha mulus Queena dengan jaket nya agar tidak membuat para laki-laki bisa menatap paha mulus Queena dengan seenaknya dan menjadikan paha mulus gadis tersebut sebagai tontonan gratis dan ajang fantasi gila nya.

Saat sampai di UKS Arsen langsung mendudukkan Queena di ranjang UKS dan mulai mengobati lutut Queena. Arsen hanya dian selama mengobati luka Queena. Karena tak ada petugas UKS terpaksa ia lah yang harus mengobati luka di lutut gadis tersebut.

"Kalau kak Arsen baik gini, aku jadi rela deh tiap hari jatuh terus," ucap Queena dengan senyumannya. Tatapan gadis tersebut terus terarah pada Arsen yang tengah mengobati lukanya dengan begitu lembut, bahkan karena terlalu fokus menatap Arsen, gadis tersebut tak menyadari rasa sakit di lututnya.

"Ck bacot," ucap Arsen datar dan setelah selesai membersihkan dan mengobati luka Queena, Arsen langsung pergi meninggalkan Queena tapi sebelum pergi laki-laki itu berkata.

"Balik ke kelas kalau udah bisa jalan, jangan coba-coba untuk bolos,” lanjut Arsen memberikan peringatan pada gadis tersebut yang kini hanya mengangguk sambil tersebut.

“Kakak gak mau anter aku sekalian ke kelas dan mastiin kalau aku gak bolos?” tanya Queena berusaha untuk menggoda Arsen dan mencari kesempatan. Ia jelas tahu jika Arsen tak akan melakukan hal tersebut.

“Mimpi, lo,” ucap Arsen yang setelahnya langsung keluar dari UKS. Queena yang melihat nya hanya tertawa karena baginya Arsen begitu lucu.

***

Dewi

Queena masih saja berada di UKS karena ia merasa malas untuk kembali ke kelas nya. Ia takut kakinya akan kembali sakit jika ia gerakkan dan berjalan terlalu jauh, berlebihan memang tapi itulah Queena gadis itu sangat manja. Tak heran karena ayah nya memang memperlakukan putrinya itu bagai putri raja yang tak boleh lecet sedikitpun, dan apapun yang Queena minta ayahnya selalu memberikannya.

Dan itulah alasan mengapa Queena begitu mengejar Arsen. Apapun yang ia inginkan apapun yang ia sukai Queena selalu mendapatkannya hingga ia juga memberlakukan hal tersebut untuk Arsen. Ia menyukai Arsen maka ia harus mendapatkannya.

"Queena, kamu ngapain di sini?" tanya seorang gadis yang baru saja memasuki ruang UKS. Kening nya berkerut melihat Queena yang kini tengah melihat lututnya yang berdarah.

"Kaki Queena luka kak, kak Dewi ngapain ke sini?" tanya balik Queena kepada kakaknya itu. Sambil memperlihatkan kakinya yang berdarah.

Dewi segera menghampiri adiknya itu dan memeriksa lutut Queena namun beruntung hanya luka kecil saja. Jika tidak ayah nya pasti nanti akan murka saat melihat anak kesayangannya itu terluka. Bahkan bisa Dewi tebak saat Ayah nya melihat luka kecil di kaki Queena nanti laki-laki paruh baya itu akan begitu panik. Jika menyangkut Queena, Ayah mereka memang begitu berlebihan.

"Kakak lagi tugas jaga, ayo kakak bantu jalan ke kelas," ucap Dewi dan membantu adiknya itu berjalan  ke kelas mereka.

Yap, kelas mereka. Karena Queena dan Dewi memang satu kelas. Jarak umur mereka hanya satu hari jadi tentu saja mereka ada di satu angkatan yang sama. Banyak yang mengira kakak dan adik itu adalah kembar tidak identik karena wajah mereka yang jauh berbeda, namun nyatanya mereka adalah adik kakak dan bukan kembar. Tak hanya wajah saja yang berbeda namun sikap mereka jelas jauh berbeda. Dewi yang memiliki pembawaan yang dewasa dan tenang. Berbanding terbalik dengan Queena yang begitu manja, kekanakan, dan petakilan.

Jika kalian bertanya mengapa bisa jarak umur mereka begitu dekat namun mereka bukan kembar jawabannya karena mereka berdua berbeda ibu. Mereka satu ayah, namun ibu mereka berbeda. Dhisi bukanlah ibu kandung Queena tapi ibu kandung Dewi. Dan mereka serta orang yang tahu akan segalanya sengaja menutupi semua itu dan membiarkan orang berpikir jika mereka adalah anak kembar.

***

"Queena, lo dari mana aja sih?" suara cempreng dan pertanyaan itu berasal dari sahabat Queena - Calya gadis dengan rambut sebahu dan wajah imut itu memang memiliki suara yang cempreng.

Queena yang baru saja datang dengan dibantu Dewi segera menuju ke arah mejanya lalu duduk di samping sahabatnya tersebut dengan senyumannya, melihat kekhawatiran dari sahabatnya. Queena memang terlihat begitu beruntung memiliki kedua orang tua yang menyayanginya, kakak yang menjaganya, dan sahabat yang selalu mengkhawatirkannya. Namun dibalik semua itu ia masih ingin lebih, ia masih menginginkan ibu kandungnya untuk berada disisinya. Yang namanya manusia memang tidak ada puas nya bukan?

"Gue dari UKS, tadi gue jatuh," ucap Queena sambil memperlihatkan luka di lututnya yang sudah di obati oleh Arsen.

Sahabatnya yang melihat hal tersebut hanya bisa untuk menggelengkan kepalanya, tak heran dengan sahabatnya itu yang memang begitu ceroboh.

"Dasar ceroboh," hardik Kina yang juga merupakan sahabat Queena. Mendengar ucapan dari sahabatnya itu Queena hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Sedangkan Dewi kini sudah kembali ke UKS untuk tugas jaganya. Ia hanya ke kelas untuk mengantar adiknya itu.

"Gak ada yang luka lagi kan?" tanya Calya khawatir dan hanya di balas gelengan oleh Queena yang kini tersenyum menenangkan ke arah sahabatnya itu.

Calya menghembuskan nafasnya lega mendengar jawaban dari Queena. Karena sikap nya yang begitu manja dan memang umurnya lah yang paling muda dari sahabatnya yang lain membuat mereka semakin memanjakan Queena dan menganggap gadis tersebut sebagai adik sendiri.

"Eh kok gak ada guru sih?" tanya Queena saat tak melihat tidak adanya guru yang mengajar di kelasnya. Kelasnya kini bahlam begitu ribut karena tidak ada guru yang mengajar saat ini di kelas mereka.

"Lagi ke kamar mandi," jawab Kina yang hanya di balas anggukan dari Queena.

Meskipun Queena dan Dewi satu kelas mereka tidak duduk semeja, bahkan mereka sangat jarang terlihat bersama. Dewi duduk bersama sahabatnya begitupun Queena, dulu Queena dan Dewi berbeda sekolah saat SMP jadi tak heran mereka memiliki sahabat masing-masing yang mereka kenal dari SMP.

Saat Queena dan sahabatnya tengah asik mengobrol seorang guru masuk ke kelas mereka membuat Queena dan kedua sahabat terdiam dan mulai memperhatikan guru yang mengajar. Queena juga termasuk murid yang pintar hanya saja ia sangat lemah dalam soal hitungan berbeda dengan Dewi yang pandai dalam soal hitungan.

***

Queena dan kedua sahabatnya kini tengah berjalan menuju ke arah kantin saat matanya tak sengaja menatap laki-laki yang dicintainya berjalan jauh di depannya. Bahkan Arsen sudah berada di koridor berbeda dengannya. Namun jika sudah menyangkut Arsen, mata Queena seolah begitu cerah. Senyuman lebar langsung menghiasi wajah gadis itu.

"Guys gue nyamperin Kak Arsen dulu ya," ucap Queena dan segera menghampiri Arsen yang berjalan bersama kedua sahabatnya, tanpa menunggu jawaban dari kedua sahabatnya Queena malah langsung pergi. Kedua sahabat Queena hanya menggeleng melihat tingkah Queena.

"Hai kak Arsen, Hai kak Panca, Hai kak Edsel," sapa Queena dengan senyuman manisnya. Menyapa Arsen juga kedua sahabat laki-laki itu saat Queena sudah berada di samping Arsen. Arsen yang mendengar sapaan dari gadis di sampingnya itu kini malah menghembuskan nafasnya kasar.

"Hai Queena," sapa balik Panca da  Edsel dengan membalas senyuman gadis itu. Sedangkan Arsen, laki-laki itu menatap Queena datar. Rasanya semenjak kehadiran Queena di sekolah mereka hidup Arsen sudah tak bisa tenang lagi.

"Kak Arsen kalau ada yang nyapa itu dijawab ihh, kebiasaan deh. Kata mama Queena kita harus ramah dan baik sama semua orang jangan jadi kayak Daddy," ucap Queena kesal sambil mengerucutkan bibirnya membuat gadis itu terlihat sangat menggemaskan.

Sikap ayah nya memang tak berbeda jauh dari Arsen., begitu datar dan tak banyak bicara. Dan Mamanya, Dhisi memang sudah merawat dan menyayangi Queena seperti anak kandungnya sendiri, meskipun Queena adalah anak dari suaminya juga wanita yang dicintai oleh suaminya.

Arsen berjalan menjauh tanpa menghiraukan Queena yang sudah menghentakkan kakinya kesal karena Arsen kembali meninggalkannya. Meskipun Arsen sering kali menolaknya namun Queena sama sekali tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan laki-laki itu.

"Queena sama abang Panca aja kenapa sih? Dari pada sama si es batu itu," ucap Panca yang membuat Queena menggeleng dengan begitu tegas. Panca yang melihatnya menelan salivanya susah payah sedangkan Edsel kini malah menahan tawanya mendengar jawaban gadis di depannya yang begitu polos.

"Kak Panca emang ganteng udah gitu baik lagi tapi Queena gak suka sama kak Panca, udah ya Queena pergi dulu," ucap Queena dan segera pergi meninggalkan Panca yang sudah menatap Queena dengan melongo sedangkan Edsel sudah tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Panca dan penolakan Queena yang menggemaskan.

Gadis dengan fans laki-laki yang begitu banyak namun fokus nya hanya pada Arsen itu kini berjalan menjauh. Menghiraukan berbagai tatapan yang dan ucapan untuknya. Entah yang enak di dengar ataupun yang tidak enak di dengar. Namun Queena sama sekali tidak mempedulikannya. Kecuali jika ada yang menyapanya maka ia akan membalas sapaan itu dengan begitu ramah.

"Sabar bro emang cewek cantik gak cocok sama cowok buluk kayak lo," ucap Edsel dengan tawanya. Panca yang kesal langsung saja menoyor kepala Edsel dan segera pergi meninggalkan Edsel yang masih mengaduh kesakitan.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!