NovelToon NovelToon

Wanita Kesayangan CEO Dingin

Bab 1: Tiga pangeran tampan

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

Seorang gadis berparas cantik memiliki pipi tembem terus memasang wajah cemberut nya di depan kedua sang kakak yang menatap biasa seperti tidak terjadi apapun.

"Satu saja janji tidak lebih, please," mohon Ara mengatupkan kedua tangan penuh harap.

"Tidak, ayo pulang," ajak Yanto kakak pertama Ara, ia membalas tatapan Ara dengan tatapan tajam tanpa rasa kasihan dengan permohonan sang adik terus mengemis.

"Kak Yudha ple-"

"Kakak juga tidak mengizinkan mu, sekarang kita pulang," potong Yudha cepat kakak kedua Ara.

"Kak, Ar-"

"Gak usah ngelawan Ara, kita pulang sekarang," tegas Yanto kali ini ia langsung menarik lengan Ara pelan, membawa pergi meninggalkan supermarket.

Dia tidak ingin terus berlama akan membuat adik kecil nya merengek seperti anak kecil.

Selama perjalanan balik ke rumah, Ara terus memasang wajah cemberut sebal terhadap kedua kakaknya.

Ara di rawat kedua Kakaknya sejak ia berusia 7 tahun, dan kedua Kakaknya saat itu baru lulus SMA.

Masa lalu yang buruk membuat kedua kakak beradik pria tersebut membawa Ara pergi, mereka tidak ingin sang adik terus di salahkan sang Papa penyebab dari kematian sang Mama yang melahirkan nya.

Melihat Ara tiap hari di siksa kedua pria tersebut memutuskan cukup sudah penderitaan Ara. Mereka tidak ingin melihat sang adik seperti ini hingga dewasa.

Dengan kerja keras kedua pria bersama satu sahabat nya mereka berhasil membangun sebuah perusahaan yang kini menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia.

Kepintaran yang mereka miliki membuat mereka tidak lama berada di titik terendah, dalam 1 tahun setengah mereka sudah bisa menikmati semua hasil dari kerja keras mereka.

Tapi semua yang kini mereka miliki tidak membuat mereka puas, tidak membuat mereka bahagia. Kepuasan dan kebahagiaan mereka akan ada jika melihat sang adik tercinta bahagia, tersenyum lebar.

Kedua pria tersebut ada dan kuat hingga sekarang semua karena adik tercintanya Ara, tanpa Ara tidak ada semangat untuk mereka berada sampai di titik ini.

Tiba di depan mansion mereka segera turun dari mobil dan masuk kedalam. Wajah Ara masih cemberut sebal karena kedua kakaknya begitu keras melarang nya untuk tidak memakan Coklat.

Padahal coklat adalah makanan favoritnya nya.

Kedua pria melihat itu membiarkan saja nanti juga wanita itu akan kembali seperti biasa.

"Kak Johan," Ara berlari dengan suara manja memeluk seorang pria yang sudah di anggap seperti kakaknya sendiri.

"Ara kenapa kok datang-datang sedih? katakan pada Kakak siapa yang berani buat Ara seperti ini? biar Kakak beri pelajaran," ucap Johan mencoba menghibur gadis manja yang sudah ia anggap adik nya sendiri, sebab ia tidak memiliki adik perempuan.

Johan bisa tau apa yang terjadi pada gadis manja tersebut, melihat wajah santai kedua pria yang pulang bersama Ara tidak menunjukkan sesuatu aneh, ia dapat menebak pasti ada permintaan Ara yang tidak di izinkan kedua pria itu. Dan tentu larangan tersebut bukan semata sengaja melainkan untuk kebaikan Ara sendiri pasti nya.

"Kak Yanto dan Kak Yudha tidak mengizinkan ku makan coklat padahal aku ingin coklat, kak," aduh Ara dengan wajah cemberut.

Johan mengangguk, kini ia mengerti wajah cemberut sejak kedatangan gadis manja ini karena perihal tidak mendapatkan coklat.

"Ara sayang, Dokter sudah pernah bilang bukan, untuk beberapa hari kedepan Ara jangan makan Coklat kalau tidak gigi Ara akan kembali sakit, emangnya Ara mau gigi nya jadi ompong?" Johan menatap Ara, gadis itu dengan cepat menggeleng kepala.

"Tidak, aku tidak mau ompong nanti seperti nenek-nenek," ucap Ara dan mereka melihat itu menjadi gemas dengan ekspresi wajah Ara yang tidak ingin terlihat seperti nenek-nenek.

"Sudah ini sudah malam, Ara masuk kamar bersih-bersih lalu tidur," ucap Yanto lembut mengusap kepala sang adik.

"Iya, aku tidur sekarang, selamat malam Kak," senyum Ara, sebelum pergi ia mendaratkan satu kecupan sayang di pipi ketiga pria tersebut.

Cup.

Cup.

Cup.

Ara berlari pergi meninggalkan mereka.

"Jangan lari Ara nanti jatuh," tegur Yanto khawatir melihat sang adik berlari, menggeleng kepala.

Namun wanita yang di beri teguran tidak mendengarkan malah terus berlari hingga tiba di kamar.

"Ara sudah besar sekarang, aku tidak menyangka bocah kecil yang kita rawat kini sudah besar dan besok akan memasuki bangku perkuliahan."

"Lo udah daftarin universitas yang bagus untuk Ara?" sambung Johan lagi menatap kedua pria kakak Ara bergantian.

"Hmmm, besok Ara sudah mulai kampus. Aku harap dengan Ara mengenal dunia luar Ara bisa bahagia," ucap Yanto masih cemas meski ini keputusan bersama.

"Aku juga berharap seperti itu, aku gak mau dengan keputusan ini malah membuat Ara mengingat masa lalu," seru Yudha juga cemas.

Selama ini Ara homeschooling sejak kejadian di bangku sekolah dasar Ara tidak ingin sekolah lagi. Dan kedua pria tersebut tidak bisa membujuk gadis itu hingga memutuskan homeschooling.

Bagi mereka kenyamanan Ara jauh lebih penting dari segala nya, jadi mereka tidak pernah memaksa sesuatu yang tidak membuat Ara nyaman.

"Kita sama-sama lihat perkembangan Ara bagaimana nanti," bijak Johan.

"Hmmm, lo di sini ngapain?" tanya Yudha, Yanto lebih memilih duduk mengecek ponsel.

"Kenapa gak boleh? biasanya juga gue di sini."

"Terserah, gue ke kamar duluan mau istirahat," pamit Yudha berlalu pergi meninggalkan mereka.

...----------------...

"Morning baby," sapa ketiga pria tampan melihat kedatangan Ara di meja makan sudah rapi dengan baju putih berkerak dan rok hitam panjang di bawah tumit kakinya.

"Morning too kak," senyum Ara menatap ketiga pria tampan bergantian yang tak kalah rapi dari nya.

"Ayo duduk," Yanto menepuk kursi samping nya, mempersilakan sang adik kesayangannya duduk.

Mempersiapkan roti bakar tabur coklat ke piring Ara, dan gadis cantik itu langsung melahap begitu cepat.

"Pelan-pelan Ara, jangan seperti itu nanti keselak," tegur Yudha menggeleng kepala melihat Ara.

Ara tak menghiraukan nya sama sekali, ia terus mengunyah roti bakar tabur coklat dengan nikmat dan tentu cepat.

"Ara sudah siap ke kampus hari ini?" tanya Johan melihat Ara seketika menghentikan makannya menatap mendengar pertanyaan nya itu.

"Entahlah Kak, Aku tidak tau," wajah Ara seketika murung, tertunduk.

"Sudah kalau Ara tidak nyaman tidak usah kuliah. Ara bisa kuliah online," ucap Yanto tidak ingin membuat adik kecilnya tidak nyaman.

"Tidak Kak, aku tetap ingin kuliah. Aku ingin merasakan seperti apa berada di lingkungan luar, aku bosan homeschooling," ungkap Ara jujur, meski ia sedikit takut berada di lingkungan luar.

"Ya sudah kalau Ara mau nya seperti itu Kakak tidak akan memaksa, tapi jika Ara tidak nyaman langsung katakan pada Kakak jangan memaksa diri, oke."

"Baik kak."

...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......

...✨____________ 🌼🌼_______________✨...

Bab 2: Kulkas 100 pintu

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

Hari ini kampus Ara di mulai, ia akan di antar oleh kakaknya bernama Yudha. Yanto tidak bisa ikut antar karena kerjaan yang mendesak.

Ara tidak mempermasalahkan itu, siapapun yang antar ia tidak peduli, ia hanya ingin cepat tiba di kampus melihat suasana baru yang belum pernah ia rasakan.

Matanya begitu tabjuk melihat gedung kampus yang besar bertingkat, mulut nya terbuka hampir saja di hinggap nyamuk jika tidak di sadarkan cepat oleh Yudha pria tampan di samping kursi mengemudi.

Pria itu hanya menggeleng kepala melihat tingkah Ara yang menggemaskan. Ia sadar Ara begitu antusias tidak sabaran dengan lingkungan barunya.

"Kita sudah tiba, apa Ara akan duduk di sini tidak masuk?" Yudha menatap Ara yang diam mengamati lingkungan kampus.

"Ah, iya. Aku begitu tabjuk melihat gedung kampus begitu besar dan tinggi, aku tidak pernah melihat ini sebelum nya," ceria Ara tersenyum bahagia.

Yudha melihat keceriaan Ara ikut senang, ia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Ara.

"Sana masuk sebelum gerbang nya di tutup, nanti pulang Kak Johan yang jemput, kakak dan Kak yanto tidak bisa, Ara tidak apa-apa kan?" tanya Yudha tidak ingin membuat adik kecil nya sedih.

"Tidak masalah, aku akan menunggu Kak Johan. Kakak dan Kak yanto semangat kerja nya," senyum Ara, lalu membuka pintu mobil berlalu pergi.

Tiba di depan gerbang kampus Ara langsung masuk, matanya masih menatap tabjuk kini makin tambah tabjuk.

Meski memiliki kedua kakak yang kaya, tidak kekurangan apapun, Ara tidak pernah sombong, hidup nya terlalu simpel hingga tidak tau apa saja yang di miliki kakaknya.

Ara hanya tau satu hal, Kakaknya bekerja di sebuah perusahaan untuk menghidupkan nya, tidak ada lagi yang ia ketahui selain itu.

Ara berjalan tanpa sadar menabrak seorang di depan, seorang gadis di depan menatap dengan wajah sedikit kesal tapi meski begitu wajah nya tetap terlihat cantik.

"Maaf aku gak sengaja," suara Ara terdengar lemah, takut akan di marahi wanita di depan nya.

Namun wanita tersebut sedikit kaget melihat ekspresi wanita yang baru menabrak nya begitu takut, suaranya terdengar lemah seperti tak bertenaga.

Dia baru pertama bertemu wanita langkah seperti ini.

"Siapa namamu?" tanya wanita tersebut menatap Ara yang menunduk takut.

Perlahan memberanikan diri, kepala di angkat sejajar menatap wanita di depan nya.

"Mutiara, biasa di panggil Ara," sahut Ara wajahnya yang cantik dan pipi tembem membuat wanita di depan tak mampu menahan lagi dan mencubit pipi chubby Ara.

"Auw sakit," Ara kaget memengang pipi nya terasa sakit.

"Kau sangat mengemaskan. Perkenalkan namaku Nila. Sekarang kau teman ku," ucap wanita bernama Nila sepihak tanpa persetujuan Ara lagi.

Dia suka dengan kepribadian Ara, tangan nya menarik lembut pergelangan tangan Ara mengajak pergi.

"Kau mahasiswa baru di sini, kan?" Nila menoleh Ara yang diam menurutinya.

"Iya, aku mahasiswa baru, kamu?" tanya Ara yang merasa wanita di dekatnya tidak jahat meski wajahnya terlihat sangat galak.

"Kita sama mahasiswa baru, prodi apa?"

"Akuntansi," sahutnya.

"Kita sama lagi, aku juga akutansi," suara senang Nila melihat Ara.

Ini pertama bagi nya sesenang ini, sebelumnya ia tidak pernah dekat dengan wanita, bagi nya wanita yang di dekatnya munafik tidak ada yang benar tulus berteman dengan nya.

Tapi setelah bertemu Ara ia sadar jika tidak semua wanita munafik, masih ada yang baik tulus padanya.

Naura terdiam mendengar itu ia masih tidak mengerti, hanya asal mengangguk. Pasalnya fokus nya bukan pada wanita di depan nya, tapi pada bangunan mewah, semakin ia berjalan maju semakin ia terpanah.

Nila yang sejak tadi mengatakan panjang lebar tak mendapat respon apapun seketika menghentikan langkah kaki nya. Saat itu juga Ara terhenti jidatnya menabrak kepala Nila.

"Auwh," Ara meringis kesakitan memengang jidatnya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Nila bingung wanita di depan yang baru beberapa menit menjadi teman nya sejak tadi terkena apapun yang kecil pasti meringis kesakitan seperti anak kecil saja.

"Gedung kampus ini sangat besar, aku tidak pernah melihat ini sebelum nya," jawab Ara semangat senang, sakit di keningnya tak lagi ia rasakan.

"Aneh, apa dia baru pertama datang? tapi penampilan nya mengatakan tidak seperti itu," gumam Nila berpikir bertanya-tanya, melihat Ara dari bawah hingga atas.

Semua yang di kenakan Ara harganya mewah, ia tau tidak ada yang di kenakan Ara dengan harga murah, meski ia jarang belanja, tapi ia tau karena sering menemani Mama nya belanja.

"Kau asli sini?" kini tatapan Nila menatap Ara menunggu jawabannya.

"Tidak, tapi aku sudah lama berada di sini sejak usia 7 tahun hingga sekarang," jawab Ara.

"7 tahun? tapi kenapa melihat gedung seperti ini kau seperti baru pertama melihat nya saja?" tanya nya lagi penasaran.

"Ini pertama untuk ku berada di lingkungan luar, aku sangat senang," senyuman tidak lepas dari wajah nya, ia terus tersenyum lebar.

"Dasar wanita aneh, bahagia apa nya melihat gedung seperti ini?" gumam Nila menggeleng kepala, ia tidak tau harus berkata apalagi.

"Ya sudah, ayo masuk sekarang jangan sampai kita telat dan di hukum senior," ucap nya menakuti Ara, dan benar saja baru mendengar itu Ara sudah bergidik geri.

Nila menarik tangan Ara segera masuk ke aula kampus. Ia sudah hafal dengan area kampus ini, bahkan bosan.

Jadi tidak sulit untuk nya mencari letak aula, 10 menit berjalan mereka pun tiba dan masuk tanpa mempedulikan ketiga pria yang menatap nya dengan tatapan tajam.

"Berhenti!" suara tegas seseorang terdengar jelas seperti siap mengintimidasi seseorang.

"Di mana sopan santun kalian? ini kampus bukan pasar asal masuk sesuka hati tanpa tata krama," tegas pria tersebut sorotan mata tajam menatap tak suka pada kedua wanita tersebut.

Ara mendengar itu menjadi takut, tertunduk tidak berani menatap pria yang memarahi mereka.

Nila yang sadar ketakutan Ara, menggenggam erat tangan nya. Ia sadar wanita yang menjadi teman nya sekarang sangat lah lemah tidak seperti nya kebal akan semua itu.

"Maaf, kita gak lihat, apa sekarang kita masuk, Kak Nick," tekan Nila pada nama seorang pria di depannya, bahkan ia membalas tatapan pria tersebut tanpa takut.

"Ayo kita masuk," Nila menarik tangan Ara pergi dari sini

Ara terus menunduk tanpa berani menatap wajah pria tersebut, ia takut. Sejak bersama kakaknya ia tak pernah di bentak, di marahi.

"Jangan takut dia memang seperti itu, tapi dia sebenarnya sangat baik," ucap Nila menyadari sejak duduk tadi, Ara tidak juga mengatakan sesuatu.

Wanita itu terus diam dengan pikiran nya.

"Semua ini karena mu Kak, kenapa wajah tampan mu kau gunakan untuk menakuti teman ku, lihat sekarang dia terus diam, aku bahkan merasakan seperti sedang berbicara dengan hantu saja," ucap nya dalam hati kesal dengan sikap Kakaknya tidak pernah berubah.

Pria itu tidak pernah bersikap lembut meski itu pada orang lain atau dirinya seorang yang sebagai adiknya. Dasar kulkas 100 pintu.

...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......

...✨____________ 🌼🌼_______________✨...

Bab 3: Hukuman hanya 3 jam

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

"Nick, dia adik lo masa gak ada lembut-lembut nya," tegur Geri bingung melihat sahabat nya tidak pernah bersikap lembut pada adiknya sendiri.

"Kita langsung mulai saja sepertinya semua sudah berkumpul," ucap Nick tanpa peduli perkataan sahabatnya itu.

Dia langsung pergi meninggalkan mereka naik ke atas panggung memulai PKKMB untuk mahasiswa/i baru.

"Selamat pagi semua, apa kabar hari ini?" tanya Nick basa basi sebenarnya ia pria yang malas berbasa-basi tapi tugas membuat nya tak bisa menghindar.

"Pagi juga Kak. Kita kabar nya baik," teriak semua para calon mahasiswa/i serentak.

Ara menepuk-nepuk kecil telinga nya, teriakan mereka benar-benar membuat telinga nya sakit, Nila melihat Ara berbeda dari para wanita yang ada di sini begitu semangat membalas pertanyaan Kakaknya Nick menggeleng kepala.

Dari semua wanita yang mengejar dan memuja ketampanan Kakaknya, kini ia baru sadar satu hal ada wanita yang sama sekali tidak tertarik pada kakaknya nya. Menarik, itulah yang di pikirkan Nila.

"Kenapa? apa kau tidak nyaman?" tanya Nila melihat Ara menggengam erat tangan nya.

"Sampai kapan semua ini berakhir? apa masih lama?" Ara berbalik tanya tidak menghiraukan pertanyaan Nila.

"Tidak juga 1 jam lagi selesai, apa kau tidak biasa berada di posisi seperti ini?"

"Iya, ini pengalaman pertama ku, apa aku bisa keluar lebih dulu dari sini?"

"Pertama? bukannya di setiap sekolah yang kau duduki akan melakukan acara seperti ini?" Nila menatap Ara dengan tatapan bingung tidak mengerti. Banyak pertanyaan di benak nya yang ingin di tanyakan mengenai kehidupan Ara menurut nya sangat aneh.

Ara menggeleng kepala.

"Aku homeschooling. Apa aku bisa keluar dari sini lebih dulu?" tanya nya lagi, ia merasa tak nyaman.

Nila diam sejenak, ia dapat melihat keseriusan wajah Ara, wanita itu seperti tidak biasa dan kini ia yakin ini pengalaman pertama bagi Ara berada di tempat seperti ini.

"Baiklah ayo kita pergi, aku juga malas berada di sini lama-lama," Nila menarik tangan Ara pergi.

Saat tiba di di depan pintu keluar, kedua sama-sama menari nafas lega.

"Bagaimana, apa lebih baik sekarang?" Nila menoleh menatap Ara mengangguk senang.

"Ya, lebih baik. Terima kasih," tulus Ara senyuman tak lepas dari wajahnya.

"Tidak perlu tidak terimakasih, aku juga memang mau keluar malas berada di dalam pengap," ujar Nila memang tidak suka ceramah kakaknya panjang lebar membosankan menurut nya.

"Ayo kita pergi dari sini sebelum kita ketahuan," ajak Nila agar mereka tidak di semprot Kakaknya jika tau mereka kabur saat acara belum selesai.

Tanpa mereka sadari pria yang berdiri di atas panggung memperhatikan kepergian dua makhluk yang pergi begitu tanpa sopan tersebut sudah seperti pencuri.

"Awas kalian sudah melanggar aturan kampus," ucap nya dalam hati memandang kepergian mereka.

...----------------...

Beberapa jam yang lalu semua mahasiswa/i kampus di ruangan aula telah di bubarkan.

Kedua sahabat Nick di buat bingung terus bertanya kenapa mereka di ajak mencari Nila bersama teman nya.

Semua area kampus sudah mereka cari, lagi satu tempat yang belum mereka cari dan kini mereka akan kesana sekarang.

"Nick untuk apa kita mencari Nila bersama teman nya?" tanya Geri langkah nya terus mengikuti arah Nick pergi.

"Memberi hukuman mereka telah kabur saat acara kampus belum selesai, meski Nila adik ku, aturan tetap aturan harus tetap di patuhi," ucap Nick, dan kini mereka telah tiba di kampus, benar dugaan nya kedua wanita tersebut berada di kantin sedang menikmati hidangan enak.

Nick mempercepat langkah nya, tiba di meja makan kedua wanita tersebut ia menarik mangkok bakso makan mereka.

"Kok bakso ku pindah?" cemberut Ara memonyongkan bibir, tanpa ia tau bakso nya bukan pindah sendiri tapi ada seseorang yang menarik.

Berbeda dengan Nila, wanita itu langsung mengangkat kepala ke atas menatap biang dari pindahnya bakso mereka.

"Gak usah reseh deh Kak, kita lagi makan. mending Kakak lanjut kerjain tugas kakak gak usah gangguin kita," ucap Nila kesal.

"Enak ya setelah kabur dari aula ke kantin makan enak. Sadar gak yang kalian lakukan ini melanggar aturan kampus. Jadi harus diberi hukum," tegas Nick menatap kedua wanita tersebut bergantian, Nila membalas tatapan sang kakak tanpa takut.

Kakaknya memang menyebalkan tidak pernah lembut padanya.

"Ikut Kakak ke ruang BEM sekarang," lanjut nya lagi berbalik pergi meninggalkan mereka.

Ara sejak tadi terus tertunduk tidak berani menatap pria tersebut. Ia sangat takut pertama kali bertemu pria itu sudah berkata kasar padanya, padahal orang terdekatnya tidak pernah seperti itu.

"Sudah jangan takut, aku bersama mu. Aku tidak akan membiarkan kulkas 100 pintu itu menyakiti mu," dengan suara tenang ia mencoba menyakinkan Ara dan syukur wanita itu langsung percaya.

Di ruang BEM.

"Kenapa pergi begitu saja? apa acara sudah selesai saat meninggalkan aula?" suara Nick kali ini terdengar lebih keras membuat Ara takut, menggenggam erat kedua tangan nya.

Mata Nick menangkap wanita di samping adiknya dari tadi diam menunduk.

"Kenapa dengan teman mu? kenapa terus tertunduk? apa dibawa ada orang?" tanya nya lagi pada sang adik.

"Ya, di bawa orang nya lebih baik dari pada di depan orang nya jahat," jawab asal Nila tidak peduli ucapan nya membuat sang Kakak kesal.

"Kau!" kesal Nick tidak melanjutkan ucapan nya lagi menatap kesal pada adiknya super cerewet paling heboh.

"Berdiri diri sampai jam 12, jangan berani duduk atau hukuman kalian di tambahkan," ancam Nick lalu pergi meninggalkan mereka.

"Nila, apa kita akan berdiri di sini sampai jam 12?" tanya Ara, kaki nya tidak akan kuat berdiri selama itu, ini masih jam 9. Berarti masih ada 3 jam.

1 jam saja ia tidak sanggup bagaimana ini 3 jam.

"Maaf Ara, tapi sebaiknya kita lakukan saja ancaman kakakku itu tidak main-main aku tau dia pasti akan memberi hukuman lebih dari ini jika kita melanggar," ucap Nila tidak memilih pilihan lain selain menuruti.

"Kamu bisa kan, Ara? kita cuman perlu 3 jam untuk berdiri setelah 3 jam kita akan bebas dari hukuman," sambung nya lagi tidak masalah dengan hukuman seperti ini bukan masalah besar.

Tapi berbeda dengan Ara, ini masalah besar ia tidak pernah menerima hukuman seperti ini. Kakaknya sangat menyayangi hingga tidak ada air mata jatuh menetes di wajahnya.

"Aku tidak bisa Nila, tapi bagaimana cara mengatakan sebenarnya padamu," ucap Ara dalam hati bingung. Ia tidak mau mengecewakan Nila hingga mau tidak mau menuruti saja hukuman tersebut.

...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......

...✨____________ 🌼🌼_______________✨...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!