Ini adalah kisah kerajaan besar Gyejeol (musim) yang indah dan memiliki kekayaan yang melimpah. di kerajaan Gyejeol setiap penduduk hidup dalam kecukupan dan damai.
Kerajaan Gyejeol memiliki kota-kota besar dan disana terdapat kerajaan kecil yaitu kerajaan Gyeoul (musim dingin), kerajaan Yeoreum (musim panas), kerajaan Bom (musim semi) dan kerajaan Gaeul (musim gugur).
Empat negara kecil ini tunduk kepada kerajaan Gyejeol karena yang melahirkan kerajaan kecil ini adalah kerajaan Gyejeol. Dan kerajaan kecil memiliki seorang pangeran.
Setiap pangeran akan dilatih dari sisi pengetahuan, kemampuan dan kepemimpinan sebelum mereka ikut serta dalam pemilihan raja baru untuk menggantikan raja Haneul (langit dari kerajaan Gyejeol)
Setiap pangeran dari kerajaan kecil tersebut memiliki paras yang elok dan kemampuan yang luar biasa. Banyak wanita-wanita dari seluruh penjuru tergila-gila dengan ketampanan para pangeran.
"Mari kita sambut para pangeran dari kerajaan kecil yang luar biasa, merekalah yang akan membuat negara ini semakin maju, berkuasa dan disegani dimana-mana." ucap Tuan Hae (Matahari) kepala seketaris kerajaan sekaligus adik dari raja Haneul.
Pangeran pertama dari kerajaan Yeoreum (musim panas) adalah pangeran Min Ho, pangeran yang dijuluki "yang diterangi kebaikan."
Pangeran kedua dari kerajaan Bom (musim semi) adalah pangeran Eunji, pangeran yang dijuluki "baik hati dan berhasil dalam hidup."
Pangeran ketiga dari kerajaan Gaeul (musim gugur) adalah pangeran Ye-Jun, pangeran yang dijuluki "tampan dan penuh talenta."
Dan terakhir pangeran dari kerajaan Gyeoul (musim dingin) adalah pangeran Ryeon, pangeran yang dijuluki "seperti teratai."
Keempat pangeran yang dipanggil berdiri dengan gagah dan memukau di hadapan raja serta para petinggi lainnya. Semua tamu undangan melihat keindahan dari setiap negara kecil sangat terkagum-kagum.
"Kepala Hae, apakah Nara sudah tiba?" tanya raja Haneul cemas
"Belum baginda, sepertinya nona Nara masih dalam perjalanan." ucap kepala Hae
Raja menghela nafas panjang memikirkan tingkah puteri Nara.
Acara penyambutan para pangeran berjalan dengan lancar dan disaat hampir selesai tiba-tiba pintu hall terbuka dan ternyata puteri Nara masuk dengan wajah ceria, tersenyum dengan manis lalu sesekali melambaikan tangan menyapa para tamu.
Beberapa orang berbisik dan membicarakan puteri Nara karena sikapnya seperti tidak menghargai raja Haneul. Nara mengetahui orang-orang yang sedang membicarakannya.
"Selamat siang tuan dan nyonya, maaf saya terlambat untuk menghadir penyambutan para pangeran." ucap Nara tiba-tiba dan membuat mereka menjadi canggung.
Setelah acara selesai Nara dipanggil raja untuk bertemu dan berkenalan langsung dengan para pangeran. Rencana raja adalah untuk menjodohkan Nara dengan salah satu pangeran.
"Nona, raja sudah menunggu." ucap Kepala Hae.
"Paman, apakah aku boleh makan sesuatu dulu? Aku sangat lapar." ucap Nara memelas.
"Nona!! Raja sudah menunggu." ucap Kepala Hae.
Nara memanyunkan bibirnya lalu berjalan menuju ruangan dimana para pangeran sudah menunggu.
"Tuan puteri Nara memasuki ruangan." ucap Kepala keamanan Tuan Nam.
"Ahh.. Tidak usaha seperti itu paman Nam." ucap Nara tersenyum
Tuan Nam hanya melirik memberi kode kalo para pangeran serta raja sedang melihat kearahnya.
"Ooh.. maaf, selamat siang." sapa Nara sambil membungkuk anggun
Para pangeran membalas sambutan puteri Nara.
"Baik, para pangeran.. Perkenalkan ini puteri Nara anak satu-satunya raja Haneul." ucap Kepala Hae.
"Dan ini adalah para pangeran dari kerajaan.." Kepala Hae belum selesai menjelaskan tiba-tiba Nara terlihat sibuk menarik gaunnya yang tersangkut.
Lalu tiba-tiba seseorang masuk dan melihat Nara yang sibuk dengan gaun yang tersangkut segera menolongnya. Nara mencoba mencari tau siapa yang membantunya. Pria itu lalu berjalan ke arah para pangeran berdiri.
"Hmm.. Baiklah, Puteri Nara silahkan duduk." ucap Kepala Hae
Nara segera mengikuti perintah dan sekali lagi memberi salam kepada para pangeran dan tentunya kepada raja juga.
"Baiklah, karena kalian sudah berkumpul, silahkan nikmati perjamuan ini dan saya berharap kalian bisa berkerjasama dan berteman untuk memajukan negara ini." ucap raja Haneul sambil melirik ke arah Nara yang asik menikmati hidangan.
Dalam perjamuan yang disiapkan raja untuk puteri Nara dan para pangeran tidak berjalan begitu lancar, karena Nara hanya fokus menikmati makanannya dan begitu pun dengan para pangeran.
"Hmm.. Kepala Hae, sepertinya pertemuan ini menjadi kacau. Lihat Nara, dia hanya fokus dengan apa yang ada di hadapannya. Apakah anak itu tidak tertarik dengan para pangeran yang ada di depannya?" tanya raja cemas
"Tenang Yang Mulia, tuan puteri saat ini sedang mengamati para pangeran, kita serahkan saja pada puteri Nara." ucap kepala Hae
Setelah menyantap beberapa makanan dan merasa kenyang, Nara mulai memperhatikan satu per satu pangeran yang duduk di hadapannya.
"Ayah, pasti sengaja membuat perjamuan seperti ini." ucap Nara dalam hati.
"Hmm.. Haii semua.. Terima kasih sudah makan bersama, semoga kita semua yang berada disini bisa bekerja lebih giat dan membuat negara kita semakin maju." ucap Nara tersenyum
"Terima kasih puteri, oh iya.. perkenalkan saya Eunji dari kerajaan Bom, dan ini adalah pangeran Min Ho dari kerajaan Yeoreum, dan ini adalah pangeran Ye-Jun dari kerajaan Gaeul dan yang tadi membantu tuan puteri adalah pangeran Ryeon dari kerajaan Gyeoul." jelas pangeran Eunji
Nara memberi senyuman terbaik ke setiap para pangeran dan mereka menyambut senyuman Nara tetapi ada satu pangeran terlihat dingin dan hanya menatap ke depan dan tidak melirik ke arah Nara sama sekali.
"Wah.. Kenapa dia terlihat sangat berbeda." ucap Nara dalam hati sambil sesekali mengamati pangeran Ryeon.
"Baiklah, silahkan para pangeran menikmati makanannya, saya pamit undur diri." ucap Nara
Nara bangkit berdiri dan ternyata gaunnya tersangkut kembali dan hampir membuatnya terjatuh, dan untung saja Ryeon berdiri tidak terlalu jauh di belakang Nara dan sekali lagi membantu Nara untuk berdiri dengan benar. Nara terlihat malu dan canggung karena sudah dua kali melakukan hal yang memalukan.
"Tuan puteri, apa perlu dibantu keluar?" tanya Ye-Jun
"Oh tidak perlu, saya bisa kok." ucap Nara mencoba tersenyum untuk mengalihkan rasa malunya
"Baiklah kalo seperti itu, hati-hati, tuan puteri." ucap Eunji
Nara segera pergi meninggalkan para pangeran.
"Adduuuhh.. Kenapa aku pakai baju ini, salah pilih lagi kan, untung ayah tidak lihat, kalo liat pasti akan marah besar." ucap Nara
Sekali lagi Nara kembali hampir terjatuh, dan kali ini yang membantu adalah pangeran Ye-Jun.
"Kamu gak apa-apa?" ucap Ye-Jun
"I..Iyaa gak apa-apa, terima kasih sudah membantu." ucap Nara.
"Lain kali hati-hati puteri, mau ku antar, sepertinya gaunmu menghalangi jalanmu." ucap Ye-Jun
Nara melihat robek pada gaunnya makin lebar, dari pada nanti makin parah, lebih baik menerima bantuan dari Ye-Jun.
"Baiklah, tolong bantu bawakan ujung gaunku." ucap Nara. Lalu Ye-Jun segera membantu Nara.
"Sudah, disini saja. Terima kasih pangeran.. Hmm?" Nara lupa nama pangeran ini.
Ye-Jun tersenyum melihat tingkah puteri Nara.
"Ye-Jun, tuan puteri. Saya harap puteri sudah ingat dengan nama saya." ucap Ye-Jun
"Baik, terima kasih pangeran Ye-Jun." ucap Nara lalu berpamitan.
"Puteri, dari mana saja, saya mencari kemana-mana." ucap Dayang Bong.
"Iya, maaf ya.." ucap Nara tersenyum.
Di pagi yang cerah puteri Nara sudah bersiap untuk jalan-jalan ke desa untuk mencari bunga dan menemani kepala dayang Bong mencari bahan untuk membuat ramuan mandi.
"Tuan puteri, tolong pakai ini. Agar tidak mencolok saat kita ke pasar nanti." ucap dayang Bong
"Baiklah, sudah ya bibi Bong." ucap Nara menggoda
"Puteri, jangan memanggil seperti itu di istana." ucap dayang Bong.
"Baiklah kepala dayang Bong, ayo kita berangkat." ucap Nara
Saat di pasar, Nara sangat menikmati dan senang melihat warganya yang begitu rukun dan terlihat bahagia.
"Puteri, tunggu disini sebentar ya, saya mau membeli ramuannya di toko sebelah sana. Tolong jangan pergi kemana-mana." ucap Kepala dayang Bong
"Iya, dayang Bong." ucap Nara sambil tersenyum
Saat dayang Bong pergi ke toko membeli ramuan, Nara tidak bisa menahan diri untuk melihat toko penjual bunga, akhirnya Nara memutuskan untuk pergi melihat bunga yang dijual toko itu.
"Selamat pagi nona, sedang mencari bunga apa?" sapa penjual itu ramah
"Pagi nenek, saya mau lihat-lihat dahulu ya, karena bunganya cantik-cantik semua." ucap Nara bersemangat sambil melihat-lihat bunga
"Silahkan nona cantik, pilihlah yang benar-benar ingin kau pilih dan membuatmu bahagia." ucap nenek penjual bunga
Saat Nara sedang memilih bunga apa saja yang akan dibeli, dan saat ingin mengambil bunga Lili ternyata seseorang sudah mendahului Nara.
"Berapa ini nek?" tanya seseorang itu kepada nenek penjual bunga
"Selamat pagi anak tampan, kemana saja, kok baru mampir ke toko nenek, ini untuk siapa? Kekasihmu?" tanya nenek menggoda pria itu
Nara hanya memperhatikan mereka berdua dan memutuskan untuk membeli bunga yang lain.
"Nona cantik, sudah putuskan untuk membeli bunga apa?" tanya nenek penjual bunga
"Lho, bukannya nona sudah mau ambil bunga Lili itu? Maaf ya sudah dibeli orang lain." ucap nenek penjual bunga.
"Tidak apa-apa nek, saya sudah putuskan untuk memilih yang lain, hmm.., tolong siapkan bunga teratai ini saja." ucap Nara
Pria yang membeli bunga Lili itu memperhatikan Nara, seperti pernah melihat dan mendengar suara itu.
"Terima kasih nek, semoga usaha nenek semakin lancar ya." ucap Nara lalu pergi.
"Ada apa tuan muda? Kok diam saja, tidak pernah melihat wanita cantik ya? Atau kau kaget karena dia memilih bunga teratai?" ucap nenek penjual bunga
"Aku pamit dulu nek." ucap Pria itu
"Dasar anak muda, tidak bisa melihat bunga cantik dan harum.
"Nona, kemana saja, saya mencari berkeliling kemana-mana." ucap dayang Bong.
"Maaf dayang Bong, aku tidak tahan melihat bunga-bunga yang dijual disana." ucap Nara
"Lalu nona beli bunga apa?" tanya dayang Bong
"Ini, teratai." ucap Nara sambil tersenyum
"Ya sudah, mari kita pulang puteri." ucap dayang Bong
Di perjalanan pulang tiba-tiba mereka melihat seorang anak kecil menangis. Nara langsung menghampiri anak itu.
"Haii, kenapa menangis? Dimana orang tuamu?" tanya Nara ramah
Anak itu menatap Nara lalu menangis kembali
"Tenang ya, ini coklat untukmu lalu bertahu kakak kenapa kamu menangis disini?" ucap Nara
Anak itu menerima coklat yang diberikan Nara lalu menghapus airmatanya. Lalu menceritakan yang terjadi.
"Jadi kamu terpisah oleh orang tuamu di pasar ya, kalo gitu mari kakak bantu cari orang tuamu." ucap Nara sambil mengulurkan tangannya.
Nara membawa anak itu kembali ke pasar lalu mencari toko dimana anak itu berpisah dengan orang tuanya. Nara meminta tolong kepada orang sekitar untuk membantu mencarikan orang tua anak itu.
Tiba-tiba seorang wanita menghampiri Nara dan anak perempuan yang kehilangan orang tuanya.
"Boram, kamu gak apa-apa?" tanya seorang wanita
"Omma." anak itu memanggil wanita itu
"Terima kasih nona sudah membantu kami." ucap wanita itu kepada Nara
Boram dan ibunya berpamitan lalu ke arah pria yang ada di toko bunga dan terlihat wanita dan anak perempuan itu berterima kasih kepadanya.
"Nona, mari kita pulang." ucap dayang Bong
"Iyaa, bungaku dimana dayang Bong?" tanya Nara
"Nona, bunganya.. Nona maaf sepertinya ketinggalan disana." ucap dayang Bong
Nara menghela nafas..
"Hmm.. Sepertinya kalo kita kembali kesana, bunga itu pasti sudah hilang. kita pulang saja dayang Bong." ucap Nara terdengar sedih
"Baik puteri." ucap dayang Bong
Saat mereka hendak kembali pulang dan meninggalkan pasar tiba-tiba seseorang memanggil mereka.
"Jeogiyo (permisi)!!" Seseorang memanggil
Nara menghentikan langkahnya dan mencari tahu siapa yang memanggilnya. Ternyata pria yang membeli bunga Lili, dan sedang memegang bunga teratai Nara.
"Terataiku.." ucap Nara sambil menunjuk ke arah bunganya
"Oh iya, ini milikmu." ucap pria itu sambil menyerahkan bunga teratainya.
"Kamsahamnida." ucap Nara dan segera pergi meninggalkan pria itu.
"Jamsimanyo.. Ini untukmu." ucap pria itu lalu menyerahkan bunga yang ada ditangannya dan pergi begitu saja.
"Nona, sepertinya saya pernah melihat pria itu. Wajahnya sangat tidak asing." ucap dayang Bong.
"Hmm.. Begitu ya, ya sudahlah.. Ayo kita pulang." ucap Nara
"Baik puteri." ucap dayang Bong
Dalam perjalanan pulang ke istana Nara terus berpikir tentang pria yang memberikan bunga padanya.
"Hmm.. Sepertinya dia adalah salah satu pangeran kemarin, tapi untuk apa pergi ke pasar?" ucap Nara dalam hati.
"Puteri, bunga-bunganya mau ditaruh dimana?" tanya dayang Bong
"Oh, tolong taruh di kamarku saja dayang Bong." ucap Nara
"Baik puteri, sekarang silahkan istirahatlah. Hari ini puteri pasti lelah." ucap dayang Bong.
"Baiklah, terima kasih dayang Bong." ucap Nara
Di tempat lain..
"Tuan muda tampan, kenapa kembali lagi ke sini?" tanya nenek penjual bunga.
"Tidak apa-apa nenek Jung." ucap Ryeon
"Tapi dimana bunga yang kau beli tadi?" tanya Nenek Jung
"Ku berikan kepada seseorang yang sangat menginginkannya." ucap Ryeon asal
"Omoo, jangan bilang kau berikan untuk wanita yang tadi ya? Sepertinya wanita itu dari keluarga bangsawan, gaya bahasa dan caranya bersikap sangat berbeda." ucap Nenek Jung
Ryeon hanya diam dan membantu nenek Jung merapikan bunga-bunga yang baru tiba di tokonya.
"Nenek Jung, bolehkah bunga ini untukku?" tanya Ryeon.
Nenek Jung mengerutkan keningnya dan menatap Ryeon.
"Tumben sekali, ya sudah, ambil saja." ucap Nenek Jung
Ryeon kembali ke istana dan membawakan makanan yang dibelinya di pasar lalu memberikannya ke teman-temannya.
"Wahh.. Kau habis jalan-jalan ke pasar lagi?" tanya Eunji
"Oh iya, tadi aku melihat kau sedang memberikan bunga lili kepada siapa Ryeon?" tanya Min Ho
"Daebakkk..Ryeon kau punya kekasih?" ucap Eunji
"Ya.. Jinjja?" tanya Min Ho
Ryeon menghela nafas panjang mendengar ucapan teman-temannya.
"Ryeon, sejak kapan kau bawa bunga ke rumah, dan teratai?" tanya Eunji
"Sejak kalian sering main ke rumahku." ucap Ryeon lalu kembali melakukan aktivitasnya
"Sudahlah Min Ho, Eunji.. kalian mengganggu Ryeon saja." ucap Ye Jun
"Oh iya, menurut kalian tentang puteri Nara seperti apa?" tanya Eunji
"Yeppeo." ucap Min Ho
"Geurae, yeppeo." ucap Eunji
"Menurutmu gimana Ye Jun?" tanya Eunji
Ye Jun hanya tersenyum
"Ryeon, menurutmu seperti apa?" tanya Eunji
"Saram." ucap Ryeon
"Yaa, semua juga tau kalo puteri Nara manusia." ucap Eunji terlihat tidak puas dengan ucapan Ryeon.
"Yeppeo? Apanya yang cantik. Ada-ada saja mereka." ucap Ryeon dalam pikirannya lalu pergi meninggalkan teman-temannya.
"Pagi dayang Bong, hari ini bisa antar aku ke pasar?" tanya Nara semangat
"Puteri mau beli apa?" tanya dayang Bong
"Hmm.. Sepertinya aku perlu vas baru dan beberapa keperluan lain." ucap Nara
"Baiklah puteri, kapan mau berangkat ke pasarnya?" tanya dayang Bong.
"Sekarang, ayooo dayang Bong." ucap Nara sambil menarik tangan dayang Bong.
Seperti biasa Nara sangat bersemangat jika keluar dari istana dan bisa bertemu dengan orang baru. Semenjak Ratu meninggal puteri Nara sangat merasa bosan tinggal di istana, sehingga setiap ada kesempatan untuk pergi maka dia akan lakukan.
"Tuan puteri, saya akan mencari beberapa keperluan puteri di toko sana." ucap dayang Bong sambil menunjuk ke arah toko yang dimaksud dayang Bong.
"Baiklah, nanti ketemu di toko bunga ya dayang Bong." ucap Nara sedikit berbisik lalu pergi jalan ke beberapa toko.
Nara kembali ke toko bunga nenek Jung.
"Selamat datang Agassi, mau beli bunga apa?" tanya nenek Jung ramah
"Annyeonghaseyo Helmoni.." sapa Nara tersenyum ramah
"Hmm.. Bunga lili apakah ada nek?" tanya Nara
Nenek Jung tersenyum mendengar pertanyaan Nara.
"Nona, kau sepertinya baru pertama kali ke pasar ya, bunga lili dapat kau beli 1 minggu 2 kali, jadi kau bisa kembali lagi ke sini lusa ya." jelas nenek Jung
"Sayang sekali, baiklah nenek, terima kasih infonya." ucap Nara lalu kembali melihat-lihat bunga lainnya.
Nenek Jung memperhatikan Nara yang sedang melihat bunga-bunga.
"Nek, apakah bunga teratai ini di jual?" tanya Nara sambil menunjuk ke arah bunga itu
Nenek Jung tersenyum dan terdiam sejenak.
"Nona cantik tertarik dengan bunga ini?" tanya nenek Jung
Nara menganggukan kepalanya sambil memperhatikan bunga itu.
"Sejujurnya ini tidak dijual, tetapi karena nona sangat tertarik dengan teratai ini, baiklah saya akan berikan kepada nona." ucap nenek Jung
"Oh ya? Apakah tidak apa-apa diberikan kepada saya?" tanya Nara kembali
"Tidak masalah nona, karena saya yakin nona pasti akan merawatnya dan lagi hanya nona yang memperhatikan bunga teratai ini dan mau membelinya." ucap nenek Jung sambil tertawa
Nara tersenyum mendengar ucapan nenek Jung.
"Agassi, tidak usah bayar. Bunga itu saya berikan secara gratis." ucap nenek Jung lalu memberikan bunga itu kepada Nara.
"Tapi.. Seharusnya saya bayar, jangan seperti itu nenek, saya harus membayar bunga ini, karena nenek sudah membawa dan menaruh di tempat ini. Jadi terimalah nek. Jangan menolak ya, saya akan sedih." ucap Nara sambil tersenyum.
"Terima kasih nona, saya terima uangnya ya." ucap nenek Jung.
Setelah Nara memberikan uang itu kepada pemilik toko bunga, Nara bergegas mencari barang lainnya.
"Ryeon, siapa wanita cantik yang baru saja pergi dari toko bunga nenek Jung?" tanya Eunji.
Ryeon hanya mengangkat bahu dan tidak memusingkan pertanyaan Eunji.
"Nenek Jung, apa kabar?" sapa Eunji.
"Tuan muda, kemana saja? Mana yang lain?" tanya nenek Jung
"Hanya aku dan tuan muda ini nek, gimana kabar nenek?" tanya Eunji ramah
"Kau lihat, aku tampak semakin muda kan?" ucap nenek Jung sambil tertawa
"Tentu saja, sehat dan cantik seperti bunga...." Eunji belum selesai berkata sesuatu kepada nenek tiba-tiba Ryeon seperti kebingungan mencari sesuatu.
"Nek, nek.. Bunga yang disini mana?" tanya Ryeon terlihat bingung mencari bunga.
"Anak muda ini, datang-datang malah tanya bunga, sudah ku kasih ke orang lain. Kau tidak niat memeliharanya." ucap nenek Jung
"Nekk.. aku kan kalo kesini selalu merawat, dan..." Ryeon belum menyelesaikan ucapannya nenek Jung memotong pembicaraan.
"Rumahmu besar, kenapa tidak kau bawa pulang? Menyusahkan saja." ucap nenek Jung kesal
Eunji yang tidak mengerti bunga apa yang dimaksud Ryeon dan yang diributkan hanya duduk terdiam dan terlihat bingung.
"Nekkk.. Jahat sekali!" ucap Ryeon kesal.
Nenek Jung menghampiri Ryeon lalu menepuk pundaknya.
"Tenang saja, bungamu itu pasti akan dirawat dan lebih disayang oleh pemilik barunya." ucap nenek Jung sambil tertawa.
"Nenek!!!" teriak Ryeon kesal
"Yaa.. Sudahlah Ryeon, pelihara saja bunga yang lain atau kita cari bunga itu, lagi pula sejak kapan kau pelihara bunga??" tanya Eunji
Ryeon hanya menatap dingin Eunji tanpa menjawab ucapannya.
"Kalian mau cari apa kesini?" tanya nenek Jung.
"Nek, bunganya??" tanya Ryeon kembali
"Kau!!" nenek berteriak
Eunji segera mengalihkan pembicaraan.
"Nek, kami kesini mau menengok nenek dan membeli beberapa bunga mawar ini." ucap Eunji.
"Ooh, baiklah.. Akan ku siapkan." ucap nenek Jung.
Setelah mereka mengobrol sebentar dan membeli beberapa bunga, mereka pun pamit untuk melanjutkan perjalanan.
"Heii anak muda, jangan marah lama-lama, kau akan bahagia karena bunga itu ada ditangan yang tepat." ucap nenek Jung tersenyum
Ryeon tidak merespon, lalu segera pergi meninggalkan toko nenek Jung.
"Ryeon, memangnya bunga apa sih?" tanya Eunji.
"Sudahlah.. ayo pulang." ucap Ryeon
"Yaaa.. Ryeon'a." ucap Eunji
"Kalian baru pulang, sini sebentar ada surat dari istana pusat." ucap Min Ho
Empat pangeran berkumpul dan pangeran Min Ho membacakan surat dari istana. Raja mengundang para pangeran untuk hadir dalam acara jamuan musim panas sore ini dan membahas keadaan disetiap perbatasan kota.
Mereka pun bersiap dan bergegas memenuhi undangan raja. Mereka tiba di istana dan berjalan menuju ke ruang tunggu tamu raja.
"Anakku, bisakah sedikit patuh kepada ayahmu?" tanya raja Haneul
"Aku hanya jalan-jalan ke luar, aku bosan di istana saja ayah." ucap Nara
"Tapi kalo kau pergi tanpa pengawal dan ada hal buruk menimpahmu bagaimana?" ucap raja Haneul
"Baginda raja, maafkan saya. Tolong jangan salahkan dayang Bong. Kedepannya saya akan memberitahu tuan Nam atau kepala Hae bila ingin pergi." ucap Nara
"Puteri, ini yang terakhir. Semenjak ratu tidak ada sikapmu sangat sulit ku mengerti." keluh raja Haneul
Nara membungkukkan badannya lalu berjalan mundur dan meninggalkan ruangan.
Ternyata empat pangeran itu tidak sengaja mendengar percakapan raja dan mereka berpapasan dengan Nara. Nara terlihat biasa saja lalu memberikan salam dan pergi. Ryeon memperhatikan bunga yang dipegang Nara, dan bunga itu seperti miliknya.
Tuan Hae, memanggil para pangeran masuk dan menunggu raja. Para pangeran tanpa bingung karena tidak sengaja mendengar percakapan raja dengan puterinya.
"Baginda memasuki ruangan." ucap kepala Hae.
Semua pangeran berdiri dan memberi salam.
"Maaf sudah menunggu dan terima kasih kalian menyiapkan waktu untuk ikut jamuan ini. Tapi sebelum kita menikmati jamuan ini, saya akan membahas soal keadaan di perbatasan kota." ucap raja Haneul.
Tok..tok..
"Puteri, boleh saya masuk." ucap paman Hae.
"Silahkan." ucap Nara
"Puteri.. Maaf kalo paman harus berkata yang mungkin akan membuatmu kesal, tetapi tolong pahami maksud tujuan raja, baginda sangat kuatir dengan puteri dan berharap puteri bahagia." ucap Kepala Hae
"Paman, ayah... Maksudku raja selalu ungkit soal ibu, aku... Aku hanya ingin mencari hiburan dan melihat sesuatu yang baru, dengan aku pergi ke pasar, setidaknya aku belajar hal baru tentang para penduduk, apakah mereka mengeluh tentang raja, atau mereka ada kesulitan. Makanya aku senang kalo keluar. Tapi ya sudahlah.. Paman pasti akan berpihak pada ayah." ucap Nara lalu menghela nafas panjang.
"Puteri.." ucapan kepala Hae terhenti
"Tenang paman, aku akan bersiap dan duduk ikut jamuan yang diadakan raja." ucap Nara tersenyum
Kepala Hae pamit lalu meninggalkan kamar Nara.
Nara segera bersiap dan berdandan untuk ikut jamuan musim panas yang diadakan sore ini oleh raja bersama para pangeran dan para petinggi.
"Puteri, apakah sudah siap?" tanya dayang Bong.
"Sepertinya sudah dayang Bong." ucap Nara
Dayang Bong lalu masuk ke kamar Nara dan sangat senang melihat Nara.
"Puteri, saya terharu.. Puteri punya hati yang baik dan sangat cantik." ucap dayang Bong sambil menghapus air matanya.
Nara memeluk dayang Bong.
"Maaf ya dayang Bong, gara-gara aku dayang Bong jadi kena masalah." ucap Nara
"Tidak puteri, saya tidak apa-apa. Raja tidak menghukum kok." ucap dayang Bong.
"Syukurlah.." ucap Nara lalu melepas pelukannya.
"Ayo puteri, buat para tamu dan para pangeran terpana melihat puteri dari raja Haneul." ucap dayang Bong.
Nara berjalan dengan anggun dan semua tamu yang baru berdatangan melihat dan memperhatikan puteri Nara. Nara memberi salam dan mempersilakan para tamu untuk duduk.
Saat Nara tiba di taman tempat jamuan musim panas diadakan, raja tersenyum melihat puteri Nara dan memanggilnya untuk duduk di samping raja. Para tamu yang sudah hadir dan para pangeran berdiri dan memberi salam kepada puteri Nara. Semua berbisik dan kagum akan kecantikan dan keanggunan puteri Nara.
"Yeoppeo.." ucap Eunji.
"Hei, jaga ucapanmu." ucap Min Ho
Ye Jun hanya tersenyum melihat tingkah temannya sedangkan Ryeon seperti biasa hanya diam membatu.
Selesai jamuan, raja mempersilakan para tamu untuk menikmati jamuan penutup sambil menikmati pemandangan taman raja.
"Ayah, aku izin untuk jalan-jalan sebentar ke taman." ucap Nara berbisik ke raja Haneul.
Raja Haneul menganggukan kepala menyetujui keinginan puterinya.
Nara bangkit berdiri lalu berpamitan kepada para tamu.
"Puteri mau kemana?" tanya dayang Bong
"Aku hanya ingin duduk sebentar di taman dekat kolam. Dayang Bong pergi makan dulu saja, aku tunggu disana." ucap Nara
"Tapi Puteri.."
Tenang dayang Bong, raja mengizinkan kok." ucap Nara tersenyum.
"Baik puteri." ucap dayang Bong lalu pamit pergi untuk makan.
Disaat Nara sedang ingin bangkit berdiri dari duduknya dan ingin berjalan tiba-tiba pakaiannya yang panjang tersangkut dan membuat Nara hampir terjatuh.
"Sepertinya masalahmu hanya pada pakaianmu ya." ucap seseorang yang membantu Nara untuk tidak jatuh.
Nara segera berdiri lalu merapikan pakaiannya dan melihat siapa yang membantunya dan berkata seperti itu.
Ternyata salah satu pangeran yang menolongnya. Ryeon.
"Terima kasih sudah membantu." ucap Nara
Ryeon terdiam sesaat lalu tiba-tiba ingat akan sesuatu lalu bertanya kepada Nara.
"Tunggu.. Apakah hari ini kau pergi ke toko bunga?" tanya Ryeon
Nara terlihat bingung karena kenapa Ryeon tau kalo hari ini Nara ke toko bunga.
"Iya, memang kenapa?" tanya Nara
"Hmm.. Apakah penjual bunga itu memberikan sesuatu secara cuma-cuma?" tanya Ryeon
"Maksudmu?" tanya Nara kembali
"Hmm.. Apakah nenek Jung memberikan atau menjual bunga teratai kepadamu?" tanya Ryeon
Nara terdiam sejenak..
"Iyaa, kata nenek itu aku boleh...." Nara belum selesai menjelaskan tiba-tiba Ryeon memotong pembicaraan.
"Baiklah, bisakah kau kembalikan padaku?"tanya Ryeon
"Tunggu.. Kembalikan? Memangnya sejak kapan aku mengambil milikmu dan apa? kembalikan??" tanya Nara terlihat semakin bingung.
Ryeon menarik nafas panjang..
"Temui aku minggu depan dan bawa bunga itu ke toko nenek Jung." ucap Ryeon
Ryeon belum jauh pergi meninggalkan Nara tiba-tiba.. Breeekkk..suara pakaian robek.
Ryeon menghentikan langkahnya.
"Dayang Bong, bajuku..." ucap Nara terlihat bingung dan malu.
Ryeon berjalan mundur, lalu melepas jasnya dan memakaikannya kepada Nara.
"Ayoo aku antar, disini tidak terlalu banyak orang." ucap Ryeon lembut.
Nara menerima pertolongan yang diberikan Ryeon dan Ryeon mengantar Nara ke kamarnya.
"Terima kasih.. Maaf. Tapi tolong bisa panggilkan dayang Bong." ucap Nara
Ryeon menatap Nara, seketika Nara terlihat cantik dan menarik di mata Ryeon. Lalu Ryeon sadar lalu mengalihkan pandangannya lalu pergi.
"Puteri, ada apa? Ada yang luka?" tanya dayang Bong.
"Tidak ada, tolong bantu aku berganti pakaian yang baru bibi Bong, kalo aku tidak segera ke tempat jamuan, raja akan mengirim pengawal untuk mencariku." ucap Nara cemas
"Baik tuan puteri." ucap dayang Bong
"Oh iya, puteri, ini jas siapa? Seperti jas..." ucapan dayang Bong terhenti karena Nara sudah memanggilnya kembali
"Ayooo dayang Bong, aku harus segera kesana." ucap Nara
"Ba..baik tuan puteri." ucap dayang Bong lalu segera menyusul Nara.
Nara kembali ke tempat jamuan dan disana raja belum terlihat mencari Nara. Nara melihat pangeran yang membantunya sudah duduk di tempat semula dan Nara kembali duduk di samping raja.
Jamuan musim panas pun selesai dan para tamu sudah berpamitan untuk pulang. Nara sesekali menatap Ryeon, mengingat sesuatu tapi Nara lupa.
"Oh iya, jasnya.." ucap Nara
Nara menyalami para pangeran dan mengajak berbicara sebelum Nara kembali ke kamarnya.
Saat Nara berhadapan dengan Ryeon, Nara hanya menatapnya lalu tersenyum dan pergi.
Para pangeran segera pamit dan meninggalkan istana. Tetapi tiba-tiba dayang Bong menghampiri pangeran Ryeon yang sedang berdiri menunggu teman-temannya yang masih berada di tempat jamuan.
"Selamat malam pangeran Ryeon. Maaf mengganggu." ucap dayang Bong.
"Selamat malam, tidak apa-apa dayang Bong. ada yang bisa saya bantu?" tanya Ryeon ramah.
"Hmm.. Saya ingin memberi ini dari puteri Nara." ucap dayang Bong lalu pamit dan meninggalkan Ryeon.
Sesampai di istana kerajaan Gyeoul, Ryeon segera membersihkan diri lalu beristirahat lalu teringat kertas yang diberikan dayang Bong. Ryeon segera membacanya.
Isi suratnya adalah...
"Annyeong..
Hmm.. Terima kasih untuk hari ini sudah membantu, kalo tidak ada dirimu disana mungkin.. Pasti akan kacau dan aku akan membuat malu raja, dan setelah itu akan ada gosip dimana-mana. Hahhaa.. Ups maaf.
Oh iya, untuk jasmu, maaf akan ku kembalikan minggu depan sekaligus bertemu di toko bunga ya.
sekali lagi terima kasih untuk hari ini. Dan kejadian tadi di taman itu menjadi rahasia kita berdua.
Jangan sampai teman para pangeranmu mengetahui. ingat hanya kita berdua saja."
Nara
Ryeon terlihat tersenyum membaca surat dari Nara.
"Puteri aneh." ucap Ryeon lalu tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!