Namaku Rya Tsania, Hari ini aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Aku adalah siswi kelas dua belas di salah satu sekolah favorite di jakarta. Aku bergabung bersama teman-teman ku, aku terkenal cantik dan pintar namun sedikit tomboy.
Aku mudah bergaul dengan siapa saja karna aku senang punya banyak teman, aku bisa tertawa dan bercerita. Berbeda dengan suasana rumahku, orang tua ku selalu sibuk bekerja, kakak dan adik ku juga sibuk dengan dunia nya masing-masing.
Terkadang aku merasa seperti orang asing dirumah ku sendiri. Kami hanya bertemu di meja makan, saat jam makan tiba. itupun jika memang anggota keluarga sedang dirumah, terkadang kami tidak bertemu sama sekali karna setelah selesai aktifitas kami masuk ke kamar masing-masing.
Lama kelamaan aku menjadi bosan, aku semakin berani mencoba hal baru karna menurutku semuanya bebas saja, siapa yang peduli.
#Di sekolah
"Heyy!!" seseorang menepuk pundakku, aku menoleh menatap orang di belakangku dan ternyata itu Boy, teman ku yang selalu ada untukku. Boy adalah tempat ku berkeluh kesah, menceritakan semua beban di otakku.
"Hey, kemana aja baru nongol?" kata ku sambil menoleh dan menyunggingkan senyum tipis.
"Ada aja.. kenapa? lu kangen yaaaa?" dia tersenyum menggoda sambil memasang wajah so ganteng kepedean gitu.
"Dih apaan si lu, pede banget.." kata ku ketus sambil membereskan buku ke dalam tas.
"Fakta kali, penyakit ganteng gue kan Kronis jadi gak bisa di ganggu gugat haha." Sambil mencubit pinggang Rya pelan namun Rya hanya mengedik dan tidak menimpal candaan itu.
"Diem deh!!" Rya menepis tangan Boy yang usil mencubitnya.
"biasa aja kali sensi amat lg dateng belanda ya? hahaha."
Aku hanya menggelengkan kepala sambil sibuk dengan buku dan tasku.
" Udah makan belum? pulang bareng yuk.. kita makan di caffe X. gue yang telaktir." Boy membungkuk dan meraih pandanganya ke arah Rya yang sibuk tertunduk menutup tas nya.
"whaaa tumben ada angin apa nih.. Apaan sih lu senyum-senyum mulu gitu ish, bukanya ganteng malah serem tau!!"
"Dih di bilang memang ganteng, rugi amat sih mengakui.." Boy berdiri di samping Rya yang sudah menggendong ranselnya dan akan beranjak dari bangku nya namun Boy dengan sigap berdiri di depan Rya dan menahanya untuk pergi. "Marah-marah mulu tar cepet tua lho.. Gimana mau gak?" dia mencubit hidung Rya dengan gemas karna tidak menjawab pertanyaanya.
"Boy, lu kenapa sii godain gue mulu? gue lg gak mood bercanda!!" Nada bicara Rya meninggi dan langsung menyeringai memasang wajah kesal.
"Iya iya sorry, lagian daritadi lu manyun terus sih, gue cuma pengen ngehibur lu doang.. jelek tau.. Nih gini nih baru cakep.." Boy menarik dua ujung bibir Rya agar tersenyum
"Ish.." Rya menepis tangan usil Boy lagi.. "Sorry yaa gue jadi judes gini.. lu tau kan kalo gue gini berarti kenapa?"
"Its ok gue ngerti.. udah jangan manyun mulu, otewe yuk? laper nih.." Boy mengusap perutnya.
Aku mengangguk mengiyakan ajakan Boy. Dia menuntunku ke parkiran menuju mobil tanpa perduli dengan jutaan pasang mata yang selalu menatap ke arahnya.
Satu sekolah sudah tidak merasa aneh, sudah sejak lama mereka bergosip bahwa aku dan Boy berpacaran.
Bodo amat, aku gak merasa risih sama sekali..
Tak lama kemudian kita sampai di caffe X. aku tak berbicara sepatah kata pun sejak tadi, pandangan ku hanya melihat ke luar jendela saja.
.
.
.
#Di caffe
Setelah sampai di caffe kami langsung duduk dan memesan makanan. aku masi terdiam, mulutku seperti dikunci oleh pikiran ku yg sedang berantakan.
"heyy!!!" Boy menggoyangkan tanganku membuyarkan lamunanku.
"E-eh iya kenapa boy?" Rya memasang wajah bingung namun Boy hanya tertawa mengejek.
"daritadi gue liat muka lu kaya emak-emak yang lagi mikirin beras didapur habis tau gak!! hahaha" Boy masih tertawa dengan jokes recehnya itu.
"Please deh gak lucu!!" lagi lagi Rya menyeringai memasang wajah kesal.
"Kebiasaan deh kalo udah gini susah banget di bikin ketawanya.. hmm emang ada apa lagi sih? jangan dipikirin terus, ceritain aja gue siap dengerin kok." Boy tersenyum tipis menatap Rya dan mengusap punggung tangan Rya..
"Gue bosen sama hidup gue!" sambil menyilangkan tangan dan menarik tanganya yang sedang di genggam Boy.
"Maksud lo?"
"Lu tau kan keluarga gue gimana? Seakrang semuanya semakin monoton, gue bosen gue pengen suasana baru."
"Hmmm gitu.." Boy menyerap kalimat yang Rya lontarkan, kemudian sebuah ide muncul dikepalanya. Tenang aja yg penting sekarang lu makan dulu, abis itu gue sulap dan wujudin kemauan lu."
"Serius?"
Boy mengangguk dan tersenyum meyakinkan, sama hal nya dengan aku yang juga tersenyum menatap Boy, dia memang selalu dapat diandalkan.
.
.
.
Setelah selesai makan Boy mengajaku ke suatu tempat yang jauh sekali. Butuh beberapa jam untuk sampai karna kemacetan dan lain sebagainya.
"Huhh.." Rya menghembuskan nafasnya saat akhirnya tiba dikawasan puncak.
Boy membawa Rya ke sebuah villa milik mendiang kakek nya, villa yang cukup besar dan terawat. Kita langsung turun dan berjalan di halaman yang sangat luas.
"Gimana seneng gak gue ajak kesini?" dia tersemyum sambil mengusap rambutku.
"Keren, gue suka!!." aku tersenyum sambil melihat sekeliling.
"Duduk disana yuk.." sambil menunjuk gazebo ditengah taman.
Aku mengangguk dan kita berdua pun berjalan bersamaan menuju gazebo tersebut.
"Capek gak mau gue gendong?" Boy menghentikan langkahnya dan melihat ku.
"dih gue masi bisa jalan sendiri Boy!" kataku jutek sambil melihat malas.
"Udah sini cepetan!! kapan lg coba gue mau gendong elu?!"
Kemudian dia membungkuk didepan ku sambil menarik tangaku. Aku hanya menuruti sambil menyunggingkan senyum tipis. dalam hati ku berkata, kenapa gue seneng banget kalo lagi sama boy. walaupun hanya hal kecil yg dia lakuin, tapi itu selalu manis buat gue.
"Badan lu enteng banget sih. berat badan lu turun lagi yak?"
"Gak tau, tapi sama sih gue juga ngerasa kurus banget sekarang. Padahal lu tau sendiri kan kalo gue doyan makan".
Boy terdiam dan terus berjalan menuju gazebo, kemudian kita sampai dan duduk bersama.
"Rya.."
"Heeemm.."
"Lu gausah pikirin apa yang gak perlu dipikirin, tanpa sadar lu ngerusak diri lu sendiri. liat deh muka lu keliatn tua, badan lu jd krempeng. itu semua gara gara lu mikir terlalu keras.." Kata Boy sambil menyisipkan rambut Rya di belakang daun kuping nya.
Aku hanya diam dan menatap pemandangan taman dengan tatapan kosong.
"Lu gaboleh ngerasa sendirian, gue selalu ada disini buat lu. Mulai sekarangjangan pernah jadiin apapun sebagai beban.. oke.." Boy menggoyangkan lengan ku dan membuat tatapan kami bertemu.
"Gue cuma mau kayak org lain Boy, keluarga gue utuh tapi gue ngerasa gak punya siapa-siapa. gue pengen punya suasana rumah selayaknya keluarga, gimana sih keluarga? gue punya keluarga kan?."
Aku menatap Boy dan berbicara sambil menahan emosi yg ingin meledak. Entah kenapa amarahku memanas jika bicara soal ini.
"Iya gue ngerti, tapi semua nya gak bakal selesai cuma dengan dipikirin. Yang ada tar lama lama lu bisa stress, depresi.. Amit amit dah gue punya temen cantik tapi gila haha." Boy terkekeh sendiri.
"Trus gue harus gimana?"
"Gue tau beban lu Rya, cuma gue gak mau ngeliat lu ngerasa terbebani. makanya gue selalu siap dengerin lu, nampung semua keluh kesah lu. se-enggak nya biar lu bisa berbagi, biar lu gak menanggung beban itu sendirian." Boy mengusap air mataku yang tiba-tiba menetes lalu memeluk ku.
"Lho kok mewek sih.. udah ah jangan nangis, jelek tau. nih gue ajarin gimana caranya ngeluarin power di dalam diri lu.. Mau gak?" Boy mengusap punggungku pelan, mencoba menenangkan ku.
"Sekarang lu duduk disitu. posisi meditasi lu tau kan? sekarang lu merem dan rileks serileks mungkin. tenang aja ini bukan hipnotis kok."
Aku hanya mengangguk mengiyakan. Setelah melakukan apa yang Boy katakan dan beberapa saat kemudian aku merasa sedang berada di dimensi lain.
Namun meskipun begitu aku masih bisa mengontrol kesadaranku. Tak lama kemudian aku mendengar suara, suara yg tak asing. Boy. yaaaa boy.
"Rya, sekarang lu dengerin gue. Didalam diri lu itu ada rya yg lain, coba deh lu ajak hati dan pikiran lu kerjasama. Panggil semuanya, kumpulin semua rasa itu. Sedih, sakit, kecewa, senang, bahagia. Ajak mereka buat ngumpul di diri lu. bersahabat lah dgn rasa yg ada di diri lu terutama sm senang dan bahagia."
Aku hanya mendengar dan melakukan apa yg boy katakan, aku melatih semua rasa yg ada didalam diriku dan yaa benar saja aku menjadi lebih baik. beban dikepala dan hatiku terasa lebih ringan.
@30 menit kemudian@
"Oke, sekarang buka mata lu tapi lu harus janji terutama sama diri lu sendiri buat ngebebasin pikiran lu.. lu harus bahagia Rya."
Aku menyerap setiap kalimat yg Boy katakan dan kemudian perlahan membuka mata. Aku mengerjapkan mata mencoba menyesuaikan cahaya yang menyeruak lalu aku menatap Boy dan tersenyum.
"Boy makasii banyak yaa, gue ngerasa lebih baik sekarang." ujar Rya sambil tersenyum.
Tak terasa hari sudah mulai gelap, langit terlihat mendung dan benar saja hujan pun turun.
"Ujanya gede baget, ayo cepet kita masuk!!" ucap Boy sambil menarik tanganku dan kita berdua pun lari menuju villa, karna hujan yang sangat deras kita berjalan sedikit menunduk dan menempatkan satu tangan didahi mencoba menembus pandangan dari air yg berjatuhan itu.
Tanpa sengaja Boy menabrak seseorang dan ternyata orang itu adalah mang udin si penjaga villa. dia terlihat sudah memakai mantel dan membawakan payung.
"Haduuuh den, maaf telat abis hujanya tiba tiba dan langsung deras gini." ucap mang udin sambil membuka payung dan memberikan nya kepada Boy.
"ia gapapa mang, yaudah ayo.. cepetan kita masuk.. kasian Rya kedinginan." ucap Boy sambil mengajaku lanjut berjalan.
Setelah sampai didalam villa, Boy menyuruh mang udin untuk menyiapkan makan malam, Kemudian Boy mengajaku ke lantai atas menuju kamar utama.
"Hmmm, ciaaaan.. Jadi basah, maaf yaa." ucap Boy sambil mengerucutkan bibir dan tertawa sok gemes.
"ia dingin tau, didalem ada alat mandi gak?" tanya Rya sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"ada."
"air panas?"
"ada."
"baju?"
"ada gak yaaaaaaaa?"
Boy hanya menjawab asal setiap pertanyaanku sambil terus berjalan menuju kamar. Menyebalkan sekali. Sampai akhirnya kita berdua menemukan sebuah pintu yang besar dan kita berdua menghentikan langkah. Boy membuka kan pintu dan mempersilahkan ku masuk.
"tadaaaa here we are.. baju buat ganti ada dilemari, alat mandi ada didalem." ucapnya so asique.
"Alay!!" kataku judes.
"udah sana cepetan mandi tar masuk angin, gue nunggu dibawah ya.." ucap Boy sambil tersenyum dan seperti biasanya dia mengusap rambutku meskipun basah.Aku hanya membalas senyuman Boy lalu menutup pintu dan segera masuk kamar mandi.
.
.
.
Setelah selesai mandi aku melihat sekeliling kamar, terlihat mewah, rapi dan terawat. aku berjalan sambil sesekali melihat potret keluarga Boy.
Boy adalah anak dari seorang pengusaha sukses. Dia adalah anak tunggal, kekayaan sangat melimpah tapi dia termasuk orang yg baik hati. Boy mudah bergaul dengan siapa saja tanpa melihat class. tak salah bila di sekolah dia selalu jd sorotan apalagi dikalangan para siswi.
Aku terus berjalan menelusuri kamar itu, seolah terpana dengan desain kamarnya dan tanpa sadar aku belum berbusana, aku hanya mengunakan handuk yg melilit tubuhku.
Lalu detik selanjutnya aku mendengar suara ketukan pintu, siapa lg kalo bukan Boy? yaa, aku lupa mengunci pintu sehingga Boy langsung masuk begitu saja dan membuat ku terkejut.
"Aaaaaa!!!!" aku berteriak sambil menutupi dada dan bagian bawahku saking kaget, padahal kedua bagian itu sudah tertutupi handuk.
"Sorry-sorry gue cuma takut lu kenapa-napa.. Lagian lu mandi doang kayak umroh, lama banget!" ucap Boy sambil celingukan.
"Udah sana.. gue mau pake baju dulu!" ucapku mengusir Boy.
"Ia ia, cepetan yak.. makanan nya uda siap tuh, gue nunggu dimeja makan." ucap Boy sambil tersenyum lalu pergi keluar dan menutup pintunya lagi.
Setelah itu aku berjalan ke arah lemari dan membukanya. And What?!!! aku terkejut melihat baju-baju yg ada dilemari itu.
Bagaimana tidak? semuanya berbentuk dress dan sangat pendek, Banyak lingerie transparan juga. sementara aku bukan gadis feminim dan kurang menyukai itu. apa Boy sengaja mempersiapkan baju seperti itu? gumamku sendiri.
Namun apa boleh buat kalo aku gak mau memakai nya masa ia aku harus keluar mengenakan handuk saja? Akhirnya pilihan ku jatuh pada sebuah baju berwarna hitam lalu mengenakanya.
Aku terkejut melihat diri sendiri di cermin, karna ini kali pertama aku menggunakan baju seperti ini. Dress mini berwarna hitam yg hanya membalut dada sampai lutut dengan tali berukuran satu jari di bahu.. bagaimana bisa didaerah puncak seperti ini mereka menyediakan baju seperti ini? pikirku. Aku mencari lagi sesuatu untuk menutupi bahu dan lenganku. lalu aku menemukan sebuah blazer dan mengenakanya. Setelah berpakaian, aku hanya menyisir rambut lalu bergegas menuju Boy yg sudah sejak tadi menungguku di meja makan.
"Wooww.." ucap Boy sambil menatapku aneh.
"Kenapa? ada yg salah?" tanya ku sambil memperhatikan penampilanku juga.
"Kok lu jadi cantik banget? tumben mau pake baju cewek haha.." dia tertawa konyol, entah memuji atau mengejek yang jelas aku tidak perduli, sekarang ini aku lapar, aku ingin makan.
"Dih emang cewek kali! lu kira selama ini gue apa? shemale? hahaha" timpalku kepada Boy.
"Eh tapi gue serius, lu cantik pake ini.." ucap Boy sambil tersenyum menatapku.
"Lu abis makan tumis biyawak ya? atau kadal rica-rica? perasaan lu makin lama makin alay deh.." ucapku sambil tertawa.
"Kali ini gue serius Rya.. lu kan pengen suasana baru nih. coba deh mulai sekarang lu ubah penampilan lu. feminim gini bagus tau."
"Gue gak pede, ah..!"
"Kan belum dicoba! udah kita bahas nanti, sekarang kita makan dulu.. Cobain nih masakan istrinya mang udin.. gue jamin lu bakal ketagihan.." ucap Boy sambil memperlihatkan beberpa hidangan.
"Ia gue udah laper nih, lu malah ngoceh mulu!"
Kita berdua duduk berhadapan sambil melahap makanan yang disajikan istri mang udin itu, dan benar saja masakan itu memang sangat-sangat lezat, membuat keduanya kalap.
"Gimana? enak kan?" tanya Boy di sela acara mengunyah.
"Iya nih, enak banget.. Gue sampe nambah.." jawabku sambil mengambil lauk lagi.
"Jih, Lu kan emang doyan makan!" sinis Boy. "Btw lu bisa masak gak?" tambahnya.
"Bisaaa, masak aer." jawabku sambil tertawa.
"Gue nanya serius pea." ucap Boy sambil mendelik kearahku.
"Gue gak bisa masak, tar aja kalo gue uda nikah.. gue pasti jago masak, belajar bareng sama suami.." kataku asal sambil tersenyum kilas.
"Nikah?" tiba tiba Boy tersedak dan menatapku.
"Enak sih enak tp pelan pelan aja kali gak bakal gue abisin kok!" ucapku sambil memberikan segelas air minum.
"Ini bocah udah mikirin nikah aja. emang lu mau nikah muda?" tanya Boy sewot.
"Nggak juga sii, pacar aja gue gak punya. Trus mau nikah sama siapa? Gorila?" ucapku santuy.
Boy hanya tertawa mendengar celetukan ku. Kita berdua lanjut makan dan sesekali bercanda ringan. Lalu setelah selesai makan Boy mengajaku ke sebuah balkon dilantai atas, kita berdua nongki dan disuguhkan pemandangan indah yang semakin indah karena ditambah bintang-bintang yang berkilauan.
Seperti sebelumnya kita terus berbicara ke kanan ke kiri, bercanda tak tentu arah tp sungguh itu adalah sebuah perasaan yg tak aku dapatkan dari siapapun. yaa hanya dengan Boy.
Hanya dengan dia aku bisa tertawa terbahak bahak bahkan sampai perut ku sakit. Padahal aku berteman dekat dengan Boy baru hitungan bulan, berbeda dengn keluargaku. padahal mereka bersamaku sejak aku lahir, tp yaaa ah sudahlah. Aku tak ingin memikirkanya. Aku hanya ingin menikmati masa masa ini. tertawa, tertawa, tertawa..
Hari semakin malam dan udara semakin dingin, Boy mengajaku masuk kedalam.
"Masuk yuk, dingin." ucap Boy sambil memeluk dirinya dan menggosok-gosok kulitnya dan aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Hmm.. Lu mau minum gak? gue punya anggur." ucap Bou sedikit berbisik.
"Jus anggur?" tanyaku dengan polos.
"hahaha.. ada ya gadis tomboy kayak lu tapi polos kaya pantat bayi! hahaha" Boy tertawa sebegitu ngakaknya atas pertanyaanku barusan.
"Terus apa? sumpah gue gak ngerti?" ucapku sambil menggaruk ceruk leher, ya karna aku memang benar-benar tidak mengerti maksud Boy.
"Ampuuuun deh, Lu tuh bener-bener yaa.." ucap Boy dengan seringai gemas. "Tunggu bentar, gue ambil dulu." tambahnya.
Aku hanya mematung menyaksikan punggung Boy yang perlahan menjauh. Aku belum mengerti apa yang sebenarnya Boy maksud. Lalu tidak lama kemudian Boy sudah kembali ke tempatku mematung tadi, terlihat Boy membawa beberapa botol minuman ditangannya.
Boy terlihat sibuk menata botol, gelas, membuka tutup botol dan menuangkan minuman itu kedalam gelas.
"Sini.." ajak Boy mengajakku duduk di karpet. "nih cobain.." tambahnya sambil memberikan gelas yang sudah diisi.
"Itu u apaan Boy? minuman rasa anggur?" tanyaku sambil memperhatikan minuman itu.
"Huuh.. dasar payah.. masa lu gatau? ini alkohol pea!" jawab Boy sambil mengisi gelas yang masih kosong.
"Alkohol? dih lu mau ngeracun gue yaa?" tanyaku sambil memasang ekspresi apa yaaa namanya😅
"Kalo mau ngeracun, gue ngasihnya sianida, bukan anggur!" jawabnya sambil mengambil toples berisi kacang kulit.
"Yaudah gue gak mau!!" ucapku sambil memalingkan wajah dan menekuknya mirip bocah yang merajuk.
"Gak usah so ngambekan gitu deh! jelek tau.. marah-marah mulu tar cepet tua! tenang aja ini cuma bikin lo relax kok, biar tidur lu nyenyak.." jelas Boy.
"Katanya kalo minum ini tar gue bisa gak sadar!?" tangaku lagi.
"Iya kalo lu minumnya segalon."
"Bener nih aman?"
"Djamin, pakek asuransi! haha."
Setelah berdebat cukup sengit akhirnya aku menyetujui untuk meminum minuman itu. Boy memberiku segelas anggur dan tanpa ragu aku langsung meminumnya dan astagaaaaa... rasanya aneh. Pahit, menyengat dan pokoknya gaenak.
Tak terasa botol-botol anggur itu mulai kosong, Boy terus memberikan anggur itu dan Rya meneguk nya seperti orang gila..
Astaga kepalaku berat sekali, pendengaranku berdengung dan penglihatanku mulai buram. semuanya terasa blur. gumam Rya dalam hati.
Rya yang sudah merasa tidak kuat ingin mengakhiri ini, Rya mencoba untuk berdiri.
Praaakk!!!
Rya tidak sengaja menjatuhkan gelas yang ada ditangan nya. Sontak saja Boy langsung mendekat sementara dirinya hanya melongo heran.
"Lu gak paapa? udah fly aja ni bocah.. udah jangan minum lagi. Ini uda cukup, sekarang lu harus tidur!." ucap Boy sambil menjauhkan Rya dari pecahan gelas kaca itu. Rya hanya mengangguk pelan dan perlahan Boy menuntun Rya berjalan meuju kamar.
Bruuggg!!!
Rya jatuh tersungkur, imajinasi sudah mulai naik. Dia hanya tertawa cengengesan.
"haha gila.. gue dimana ini? ajaib.. This is magical.. jalan aja gue gak sanggup hahaha." oceh Rya sambil tertawa dan sempoyongan.
"Dasar pea.. malah ketawa! sakit gak?"
"Apasih lu? pegangin gue dong.. gue lagi terbang ini, takut jatoh." ucap Rya yang semakin melayang karna pengaruh alkohol.
"Sini sini, gue gendong.."
Tanpa basa basi Boy langsung mengangkat tubuh Rya dan membopong nya menuju kamar. Rya hanya terus tertawa. Entah rasa apa ini, Rya merasa seperti sedang terbang melayang bersama imajinasinya.
Tak lama kemudian mereka sampai dikamar, Boy merebahkan Rya diranjang besar itu.
"Sorry ya rya gue gak bermaksud bikin lu kaya gini.." Ucap Boy.
Rya hanya terdiam tanpa membalas perkataan Boy, mata nya terpejam sambil terus menikmati imajinasi hebat itu..
"Lu tidur disini yak, gue tidur dikamar sebelah.." ucap Boy lagi sambil menyelimuti tubuh Rya. "Gnite Rya.." tambahnya sambil mengusap kepala dan mencium pipi Rya kilas.
Tanpa mampu menjawab Rya hanya tersenyum kearah Boy. Rya sangat menikmati ini semua, rasanya sangat ajaib. Namun karna semakin lama rasa itu semakin kuat, tiba-tiba Rya merasa perut nya jadi tidak nyaman.
"Boy gue mual!!" Teriak Rya.
Boy yang sudah mulai berjalan meninggalkan kamar langsung berhenti dan balik berlari ke arah Rya saat Rya meneriaki nya.
"Kenapa? lu pengen muntah? Duh sorry yaa, gue gak kontrol.. lu jadi kebanyakan minum gini.." ucap Boy sambil membantu Rya untuk duduk.
Boy membawa Rya ke kamar mandi dan membiarkan Rya memuntahkan semua isi perutnya sambil sesekali memijit bahu nya pelan.
"Udah selesai? masih mual gak." Tanya Boy sambil memijit tengkuk dan bahu Rya bergantian
"Udah.. udahan.. gue uda baikan.." jawab Rya.
"Ayo bangun, lu tungguin bentar yaa.. gue mau nyuruh mang udin bikin teh anget biar lu enakan."
"Oke."
Boy menuntun Rya menuju sofa dikamar itu lalu pergi menemui mang Udin untuk membuatkan teh dan tak lama Boy kembali membawa mug berisi teh itu..
"Nih minum dulu.." ucap Boy sambil menyodorkan mug itu.
"Makasi yaaa.."
Rya meminum nya sambil sesekali meyakinkan diri bahwa dia sudah tidak mabuk. Namun kepala nya masi terasa berputar dan penglihatan nya masi blur. hanya pendengaran yg dia rasa sudah kembali normal.
"Laper gak? " tanya Boy.
"Iya nih.. perut gue minta di isi lagi.."
"Mau makan apa?"
"Gue pengen burger"
"Yaudah bentar.. gue nyuruh mang udin lagi.."
Boy selalu bikin gue senyum-senyum dengan perlakuanya, dia selalu memperlakukan gue kayak gue adalah orang spesial buat dia.. ish apasih ko gue mikir yg ngga-nggak.. inget Rya.. Lo itu cuma temen deketnya.. gak lebih. Rya berbicara sendiri saat Boy menemui mang Udin.
.
.
.
Sudah hampir 30 menit tapi Boy belum juga kembali, Rya berniat untuk menyusulnya tp baru saja mau berdiri tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Boy sudah tiba sambil membawa plastik berisi burger dan snack lainya.
"Ini pesananmu cantik, maaf membuatmu menunggu" ucap Boy sambil memberikan bungkusan itu.
"Apaan si lu, lebay tau gak.."
Mereka berdua mulai membuka bungkusan itu dan memakanya sambil terus tertawa membicarakan apa yg terjadi saat Rya sedang fly tadi.
Disela ngemil dan bercanda itu, Tiba tiba Boy menatap Rya, dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Rya. Rya sudah berprasangka bahwa Boy akan menciumnya, namun ternayta Boy hanya mengusap ujung bibir Rya yg berlumuran lelehan saus dan keju.
Kok gue ngarep Boy nyium gue ya? Gumam Rya dalam hati.
Sepertinya Boy adalah cenayang yang bisa membaca pikiran.. Karena setelah Rya bergumam dalam hati, wajah Boy jadi semakin mendekat dan membuat Rya diam terpaku.
Daaann.. tanpa aba-aba Boy mencium Rya dengan lembut. Boy ******* dan menghisap bibir Rya dengan sangat-sangat lembut. Sementara Rya hanya terdiam tanpa membalas atau menolaknya. Rya hanya memejamkan mata dan masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
Boy terus mencium Rya hingga membuat Rya terlena. Tanpa sadar Rya pun mulai membalas ciumanya, tangan nya sudah melingkar dileher Boy. Rya mengelus punggung Boy sambil terpejam menikmati ciuman nya.
Keduanya saling terbuai, mengecapi, menghisap, ******* dan membelitkan lidahnya didalam sana. Mereka mengabsen setiap bagian mulut masing-masing sambil saling meraba mnegelus bagian tubuh belakang.
TOK..
TOK..
TOK..
Ditengah adegan panas itu, tiba-tiba ada yg mengetuk pintu. Sontak saja mereka berdua kaget dan menghentikan ciuman itu. Boy langsung memundurkan tubuhnya dan menatap Rya.
"Siapa?" tanya Rya.
"Eh.. Gue gak tau.. Hmm.. bentar yaaa, Bentar gue liat dulu.." jawab Boy dengan gugup.
Boy menjadi salah tingkah, dia langsung berjalan menuju pintu dan membukanya. Dan ternyata itu adalah mang udin.
"Maaf ganggu den, dibawah ada telpon dari tuan besar." ujar mang Udin, namun Rya tidak bisa mendengarnya.
"Oh okey, bentar saya turun." jawab Boy.
Boy menatap ke arah Rya yang masih duduk ditempat adegan itu berlangsung, Boy menelan ludah lalu menutup pintu dan berjalan mengikuti mang udin.
Rya yang ditinggal begitu saja jadi bertanya-tanya.. ada apa? yaaa sepertinya sesuatu yg penting.
Aaaah udahlah biarin aja, sekarang gue cuma pengen rebahin badan..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!