NovelToon NovelToon

Kelebihanku

#1•Awal Dari semuanya

Perkenalkan namaku Dito Septian, umur 16 tahun, asli orang Jogja, tentu saja karna aku lahir di Yogyakarta, masih tinggal bersama dengan Ayah dan Ibu, Ibuku orang Kelaten, ayahku orang Jakarta. Sebelum pindah ke Yogyakarta, Ibu dan Ayah tinggal di Jakarta, karna bisnis Ayah dan juga Ibuku yang sedang mengandungku, membuat kedua Orang Tuaku harus pindah ke Jogja, dan lahirlah aku disana.

Seiring berjalannya waktu, aku tumbuh menjadi anak yang memiliki sifat ceria dan memiliki banyak teman, namun berubah ketika aku mulai duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, aku menjadi anak yang dicap pendiam dan aneh dilingkungan Sekolah, bahkan dilingkungan rumahpun tidak jauh berbeda dengan disekolah, temanku satu satunya hanyalah Dimas, itupun karna dia sodaraku.

Bagaimana tidak aku bisa dicap seperti itu, kalau aku saja sering sekali teriak dan ketakutan tiba-tiba. Kalian pasti sudah tau penyebab kenapa aku teriak dan ketakutan, apalagi kalau bukan, dan tidak lain karna ketakutan dikarenakan hantu, arwah, jin, dan sebangsa sejenisnya, yang mendekatiku, jujur aku paling benci ketika aku tidak sengaja bertatapan dengan mereka, apalagi ketika dia tau kalau kita tau keberadaanya, dia akan menjadi sok kenal dan sok akrab denganku, mendekatiku dan menatap mataku dengan tajam.

Sudah menjadi kebanggan terbesar bagiku kalau aku pernah merasakan menjadi anak remaja normal biasanya, tentu saja dulu ketika aku hanya anak remaja biasa, aku anak yang tidak terlalu tertarik dan percaya akan hal yang berbau hal-hal mistis apalagi dengan hal-hal yang berhubungan dengan hantu, bagiku mereka hanyalah mitos dan tidak ada didunia ini, aku sangat percaya diri pada opini itu dan yakin kalau hal itu tidak ada didunia.

opiniku benar-benar telah berubah tentang mereka, pandanganku terhadap mereka juga berubah, ketertarikanku terhadap mereka semakin tak terkendalikan, semua hal yang sudah ku tetapkan dan pikirkan tentang mereka berubah seketika bagaikan air yang sudah ditumpahkan. Ini semua berawal ketika hari pertamaku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, tidak menyangka kalau hal ini bisa menimpa anak seperti ku.

Aku ingin bertanya pada kalian, apa kalian memiliki rasa takut yang paling dalam?, apa kalian pernah melihat arwah orang yang sudah tiada?, melihat seklebat bayangan hitam dan terkadang melihat sesuatu yang tidak masuk diakal pikiran, bahkan hanya berbentuk sebuah asap atau bahkan seperti berbentuk seperti sebuah hologram, yang lebih parahnya dia menunjukan hal yang tidak pernah kita lihat dikehidupan nyata, seperti darah, bentuk badan yang tidak lengkap, luka luka yang bercucuran darah, wajah yang menyeramkan, mata yang melotot, dan lain sebagainya yang tidak bisa hanya dijelaskan lewat kata-kata.

Jika iya, selamat kamu sama sepertiku. Sekarang kita akan menjadi teman senasib, tentu saja hal itu bukan menjadi hal yang menyenangkan bagi kita semua yang merasakannya kan ya, malahan menjadi derita yang menakutkan. Tapi tenang saja perlahan dan seiring dengan berjalannya waktu, kita yang merasakannya akan mulai terbiasa dengan hal-hal tersebut, dan mulai bisa mengendalikannya.

Mulai berfikir kalau kelebihan ini adalah hadiah yang diberikan tuhan untuk kita, tapi tidak bagiku, bagi diriku, kelebihan ini adalah kesialan dan ketakutan terdalamku yang sebelumnya tidak pernah kubayangkan, sampai titik dimana aku berada pada mimpi terburukku dan ketakutan terdalamku.

Disinilah ceritaku berawal.

Yogyakarta, Jum'at 2 November 20XX

"Dit, bangun Sekolah?" ucap seorang wanita tua membangunkanku lembut, seraya membukakan gorden kamarku. Siapa lagi kalau bukan Ibuku, "Dit cepat bangun, kamu gak inginkan telat." seru Ibuku lagi membangunkan diriku yang masih terbaring diatas ranjang kamarku.

"Iya bu, Dito bangun, kasih Dito waktu semenit lagi ya." pintaku kepada ibu yang sekarang duduk di samping kanan ranjangku.

"Tidak, ayo sekarang bangun." tegas Ibuku mencubit kakiku, walaupun tidak terlalu sakit tapi cubitan itu membuatku segera bangkit.

"Bagaimana matamu?, apa masih tiba-tiba buram?" tanya Ibuku memastikan keadaan mataku yang sebulan ini sedang tidak baik, entah kenapa, secara tiba-tiba mataku kadang menjadi buram dan terlihat beberapa siluet yang berbentuk macam-macam tapi yang paling sering adalah berbentuk seperti manusia, kalau mataku sudah kembali normal seperti semula, siluet itu akan menghilang tiba-tiba dari pandangan mataku.

#2•Rumah Sebelah

Lumayan agak jarang bu minggu-minggu ini, tapi akhir-akhir ini Dito malah jadi sering banget cium bau amis, kadang kadang juga bau busuk,  apalagi kalau bau bunga kamboja sering banget. Kayaknya ada yang aneh deh bu, sama diri Dito." jelas aku kepada Ibu yang berada disamping kiri ranjangku.

Ibu terdiam, keheningan ada di antara aku dan ibu, kita sama sekali tidak berbicara dan mengeluarkan sepatah katapun, tak beberapa lama Ibu mulai mengeluarkan suara kembali.

"Ibu akan cari tau. Sekarang kamu bersiap-siap saja dulu untuk berangkat kesekolah, bisa telat nanti kamu." 

"Iya bu, Dito siap-siap dulu." akupun menuruti perintah Ibu, bersiap dan beranjak dari ranjangku untuk segera bergegas ketoilet, selesainya aku mandi, aku melihat kamarku yang sudah bersih dan tertata dengan rapi.

Akupun melanjutkan persiapanku untuk memakai seragam yang telah Ibu siapkan dengan menggantung seragamku di pintu gagang lemari. Ketika aku sedang mengancing kancingan seragamku satupersatu, aku memiliki satu kebiasaan yang selalu aku lakukan setiap saat ketika aku sedang memakai seragam atau kaos biasa, aku terbiasa melakukan siulan dengan kencang namun berirama sembari mengancing seragam Sekolahku.

Tidak ada masalah dihari hari sebelumnya, namun dihari ini ketika aku sedang asik bersiul tiba tiba, ada suara siulan yang membalas siulanku entah karna pikiranku yang sedang negatif atau karena aku sedang kelelah. Aku tidak salah mendengar kalau ada yang menjawab siulanku dengan kencang, aku mulai mencari dari mana asal suara itu berasal dan siapa yang menjawab siulanku.

Aku mulai menjernihkan pikiranku dan berpikir kalau ini hanyalah suara siulan dari tetangga sebelah yang sedang iseng terhadapku. Tentu saja aku tidak berpikir kalau itu suara hantu atau semacamnya, aku anak yang kurang tidak menggubrisnya dan langsung turun kebawah untuk memakan sarapan yang sudah disiapkan Ibu.

Meski masih ada rasa sedikit penasaran, dengan asal suara misterius siulan itu, aku memberanikan diriku untuk bertanya kepada Ibu. apakah rumah sebelah sudah dihuni oleh orang atau belum, karna setauku rumah sebelah sudah kosong semenjak ada penghuninya yang menggantung diri sendiri.

"Bu." panggilku kepada Ibu yang sedang menyiapkan sarapan Ayah.

"Ya ada apa?"

"Ibu tau rumah yang ada disebelah rumah kitakan?"

"Ya. Memangnya ada apa."

"Memang rumahnya sudah ditempati orang." semakin aku bertanya, semakin rasa penasaran dalam diriku bertambah.

"Kemarin sih..., Ibu dengar-dengar sudah ada yang menempati, kurang tau deh benar atau enggaknya." jelas Ibu kepadaku, "Cepat habiskan sarapannya dan langsung berangkat." perintah Ibu kepadaku, yang sedang melahap sarapan dengan cepat.

Aku berpikir untuk tidak memikirkan kejadian yang baru saja terjadi, apalagi kata Ibu barusan rumahnya sudah ditempati, mungkin penghuninya yang membalas siulanku. Aku berjalan kaki menuju sekolah yang kebetulan tidak jauh dari rumah, ketika sedang berjalan tidak sengaja berpapasan dengan mbak Tin pemilik toko kelontong, ponjok Komplek dekat rumahku.

"Dito, kasep pisan." ucap Mbak Tin menyolek bahu kananku. Mbak Tin memang orang Sunda, sembilan puluh lima persen aku bisa berbahasa Sunda karna mbak Tin, apalagi karna disekolah SMPku waktu itu, ada sedikit tambahan pelajaran bahasa Sunda, menjadi nilai tambah bagiku dekat dengan Mbak Tin yang sangat fasih sekali bahasa Sundanya, mangkanya sampai sekarang aku dekat dengan mbak Tin apalagi dia sudah menganggapku sebagai adiknya.

"Mbak Tin, kata Ibu suruh mampir tuh kerumah. Udah lama sekalikan mbak Tin tidak mampir kerumah." jawabku memberitahu mbak Tin.

"Yah Dit, nyuwun sewu, bukannya mbak taingin kerumahmu, tapi mbak lagi banyak pesanan."

"Oh gitu Mbak, nanti Dito kasih tau Ibu deh. Yaudah deh mbak, Dito berangkat dulu, takutnya telat." jawabku kepada mbak Tin.

Akupun membalikan badanku dan mulai bergegas pergi. beberapa langkah ku melangkahkan kakiku, mbak Tin memanggilku kembali.

"Dit!" teriak Mbak Tin memanggilku.

Aku menoleh dan merespon teriakkan dari mbak Tin.

"Ada apa mbak?" tanyaku

"Kamu sudah tau belum, kalau rumah disamping rumahmu ada kejadian-kejadian mistis, banyak warga komplek yang bilang kalau ternyata rumah itu belum ditempatin sama sekali manusia, tapi anehnya dirumah itu seperti ada orangnya, lampu depan yang nyala sendiri, lampu taman yang kedap kedip, pintu jendela yang terbuka dan tertutup sendiri, air taman keran yang berputar sendiri, pak RT dan Satpam komplekpun sudah mengmeriksanya berkali-kali tapi tidak ada orang sama sekali di dalam rumah itu."

#3•Kakak Cantik

Aku tertegun dan tak berbicara sepatah katapun, entah karna aku terkejut dengan apa yang baru saja mbak Tin katakan padaku, atau karna siulan yang baru saja kudengar.

"Hei Dit!, kenapa diam saja kamu? Ada masalah?" ucap mbak Tin mengagetkanku yang sedang terdiam.

"Ah enggak mbak, yaudah Dito berangkat Sekolah ya, sudah telat nih." pamitku kepada mbak Tin yang terlihat khawatir kepadaku.

"Oh yasudah, hati-hati ya. Titip salam keibumu ya Dit." 

Akupun salim kepada mbak Tin, dan langsung bergegas kesekolah.

1 Menit kemudian, sesampainya aku didepan gerbang sekolah, aku melihat pak Samat sipenjaga sekolah yang mulai menutup pagar sekolah.

"PAK TUNGGU DULU!" teriakku kepada pak Samat.

"Ya cepat Dit larinya." jawab pak Samat membalas teriakkanku, aku memang murid baru disekolah tapi aku sudah dekat dengan pak Samat, aku bisa dekat dengan pak samat karna dia yang menggendongku ketika aku tiba-tiba pinsang disekolah, aku ingat waktu itu ada kejadian aku pingsan diSekolah, kondisinya sedang ada pelajaran b.Indonesia terus secara tiba-tiba saja aku melihat sebuah bayangan hitam besar, tepat didepan mataku. Spontan aku langsung pingsan karna pada saat itu aku memang sangat-sangat terkejut, begitulah ceritanya bagaimana aku bisa dekat dengan pak Samat.

"Terimakasih pak." seruku berterimakasih kepada pak Samat.

"Ya sama-sama cepat sana masuk." 

Akhirnya aku sampai diSekolah tanpa hukuman. Aku berjalan menyusuri koridor Sekolah, letak kelasku paling ujung koridor Sekolah jadi agak jauh dari pintu masuk Sekolah, tapi masih bisa bersyukursih karna kelasku tidak di lantai atas, jadi aku tidak harus menaiki tangga setiap pagi.

"Dit." panggil Dimas, sahabat sekaligus sodaraku. Karna kebetulan kita keterima diSekolah yang sama terus kelas yang sama juga, jadi sangat menguntungkan bagiku, untuk tidak bersusah payah lagi mencari teman sebangku.

"Gimana matamu Dit?, sudah baikan? Aku dapet informasi nih, tapi kamu yakin gak sama informasiku?" tanya Dimas memastikanku untuk mempercayai informasinya.

"Iya wes, aku percaya. Cepet kasih tauku." jawabku penasaran dengan informasi yang ingin Dimas sampaikan.

"Aku dapet informasinih dari internet. Disini dijelaskan ciri-ciri mata Indigo, kamu tau istilah Indigo ga?" jujur aku tidak tau hal-hal yang berbau hal mistis apalagi hal yang berhubungan dengan dunia lain.

"Gak, gak tau Dim." jawabku.

"Nih ya aku kasih tau, mata Indigo adalah mata yang bisa melihat makhluk halus, bahkan ya disini juga dikatakan selain bisa melihat, mata indigo juga bisa berinteraksi, sekaligus merasakan keberadaan makhluk halus, seperti mencium, merasakan, mengetahui keberadaan makhluk halus lainnya. Ciri-cirinya hampir sama dengan yang kamu rasakan, iyakan." Dimas menjelaskan kepadaku dengan sangat antusias, tapi jujur aku masih tidak percaya kalau aku memiliki mata Indigo.

"Gak lah Mas, mana mungkin aku bisa melihat makhluk halus. Gak percaya lah aku dengan hal-hal yang begituan." tolakku nenolak informasi dari Dimas.

"Tuhkan, sudahku duga kamu tidak akan percaya. Mau bagaimana lagi, yang penting sudahku beritahu ya. Urusan kamu percaya atau enggak itu urusanmu." Aku yang mendengar jawaban Dimas, mulai berfikir kembali kalau yang baru saja Dimas katakan ciri-cirinya hampir sama dengan yangku rasakan akhir-akhir ini."

"Oh ya disini juga diterangin kalau mata Indigo ada karna turun temurun atau karna keturunan. Memangnya Ayah dan Ibumu memiliki mata Indigo?" tanya Dimas penasaran kepadaku, aku tidak tau menau hanya bisa menjawab.

" tidak, Ayah dan Ibuku tidak pernah bercerita, ataupun hanya sekedar memberitahuku tentang mata Indigo." tentu saja mereka tidak pernah memberitahuku karna mereka lebih sibuk dengan bisnis mereka masing-masing ketimbang harus saling bercerita.

Bel masukpun berbunyi menandakan semua siswa harus belajar.

2 Jam aku belajar dan hanya duduk, akhirnya bel Istirahat berbunyi yang membuat seisi kelas riuh.

"Dit, yuk keKantin. Keburu rametuh kantin." seru Dimas menyuruhku untuk cepat.

"Iyak sabar." 

Dimas dan aku akhirnya berjalan menuju kantin, sesampainya kita berdua, kulihat kantin sedikit lumayan agak rame, tapi tidak terlalu berdesak-desakan. Aku dan Dimas memutuskan untuk makan bakso, kamipun akhirnya mengantri untuk memesanannya. Karna aku orangnya gabisa menunggu, aku memutuskan untuk mencari tempat makan untuk kita berdua, dan pesananku biar Dimas yang akan memesankannya.

Aku mulai berjalan, dan mataku mulai mencari tempat atau meja yang kosong. Tapi mataku tiba-tiba terfokus kepada meja kosong yang paling pojok kanan belakang, bagaimana tidak. Ada seorang kakak kelas perempuan berwajah pucat memandangiku tajam, mungkin dia ingin berbicara kepadaku. Akhirnya aku melangkahkan kakiku untuk menemuinya.

Saat dua, tiga langkah aku berjalan, Dimas dari belakang tubuhku menepuk pundakku.

"Oi mau kemana?, ayo duduk baksonya udah dimeja tuh. Keburu dingin entar." ucap Dimas 

"Iya-iya." 

Akhirnya aku menyantap bakso yang baru saja dipesan oleh Dimas.

"Dit, mau kemana tadi?" tanya Dimas tiba-tiba kepadaku.

"Tadi, kapan?" jawabku tidak mengerti apa yang dimaksud Dimas.

"Itu loh... pas tadi kamu lagi nyari tempat duduk." 

"Oh itu, aku gak sengaja ngelihat kakak kelas yang menatapku tajam, kurasa dia ingin berbicara kepadaku." 

"Dimana kakak kelasnya?, cantik ga." 

"Masih ada kali, tuh disitu." jawabku sembari menunjuk meja yang kulihat kakak kelas barusan.

"Ha mana?, salah liat kali." ucap Dimas tidak percaya dengan omonganku.

"Ih. tadi bener-bener ada dia disitu." tegasku untuk mempercayai Dimas atas apa yang baru saja kukatakan.

"Yaudah kalo iya mana?, masa tiba-tiba ilang kita aja baru beberapa detik duduk disini. Apa jangan-jangan! Tuhkan bener apa yang baru aja kita bahas, dikelas. Dit aku yakin kamu punya kelebihan yang gak kebanyak orang bisa." 

"Apaan sih Mas, tadi aku bener-bener liat dia kok. Nih aku baru aja inget, dia tuh masih hidup, kamu tau pasti ketua Chilliders diSekolah kita, kakak kelas yang cantik, yang kemarin baru aja kamu bilang kayak bidadari. Yang pas pembukaan acara MOS nah dia tampil. Nah itu dia cewek yang baru aja aku liat, tapi bedanya dia lumayan agak pucet mukanya tadi, mungkin dia lagi sakit kali ya." jelasku kepada Dimas.

"Masa iya sih, yaudahlah pusing aku mikir, lebih baik lanjut makan aja."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!