Plaaaaaakk..
"Asal kau tau.. Irwanto dan Yani bukan orang baik-baik Igoo.. Seharusnya kau pakai akalmu untuk mencari tau kebenaran yang ada. Jangan bertindak hanya dari satu pihak. Sekarang kamu lihat.. Mama mu hampir mati karena menyelamatkan kamu..!!!!"
"Paaa.. tenang Pa. Biar aku bicara sama Igo. Sekarang Papa jaga Mama..!!" bujuk Bang Isyad.
~
"Abang tau Merida mungkin orang yang baik. Tapi orang tua kita tidak berkenan dengan hubunganmu. Kamu sudah dewasa Go, perpisahan memang menyakitkan.. hanya saja kamu masih lajang. Ini belum terlambat untuk mengambil keputusan..!!" Nasihat Bang Isyad.
"Aku cinta sama Rida Bang"
"Sabar Go. Wanita di dunia ini tidak hanya Rida..!!"
-_-_-_-_-
"Jadi Abang lebih percaya orang tua Abang? Papa Mamaku tersakiti karena orang tuamu Bang."
"Kita tidak tau apa yang terjadi di masa lalu. Mungkin lebih baik kita mengalah" ada ucap Rida yang tidak sesuai di hati Bang Igo. "Maaf.. Rida..!!!"
\=\=\=
"Selamat datang kembali Lettu Panjer Mas Galigo. Selamat menjalankan tugas di tempat yang baru..!!" Sapa Danyon menyambut adik-adiknya yang baru masuk ke dalam Batalyon.
"Sambutannya hanya ini Bang? Nggak ada ladies nih?" Jawab Bang Igo dengan gaya nakalnya.
"Tak sampluk lho lambemu. Ini Batalyon Go" tegur Bang Thomas sampai menepak kepala Bang Igo. "Kalau itu bicara nanti di ruangan Abang.." Bisik Bang Thomas.
"Tau nih bocah. Jangan keras-keras, nanti ketauan kalau aku juga mau" kata Bang Unggar litting Bang Igo.
"Gua mah nggak munafik Gar. Mau ya mau" ucap jujur Bang Igo.
"Waaahh.. kamu harus cepat cari pawang Go. Biar ada yang urus."
"Saya nggak niat nikah Bang, khan sudah ada Unggar" tangan Bang Igo mencolek dagu Bang Unggar sampai pria itu melompat menjauh.
"Eeehh.. jangan macam-macam ya Go, begini ini aku masih doyan perempuan..!!" Bentak Bang Unggar merasa geli.
"Halaaaahh.. biasanya juga mau ku colek" kata Bang Igo melirik nakal.
Danyon sampai ikut menatap Bang Igo kemudian berganti melirik Bang Unggar. "Kalian jangan buat masalah di Batalyon ya..!! Saya tidak mau ada anggota yang ACDC..!!" Danyon menegaskan setegas-tegasnya.
"Ya Allah Bang, sumpah saya nggak aneh-aneh" Bang Unggar mulai kelabakan dengan ancaman seniornya.
Bang Igo pun tertawa sembari meremas adik kecilnya. "Jangan pura-pura lupa lu Gar"
"Astagfirullah.. kalian berdua push up..!!!" Bentak Danyon.
:
"Matamu lodong. Gara-gara mulut celometanmu itu kita jadi kena hukum begini" gerutu Bang Unggar.
"Hahahaha.. rasakan lu. Tau khan sekarang rasanya di kerjain????" Bang Igo tertawa terbahak melihat ekspresi kesal sahabatnya.
"Oohh begitu ya, kau benar-benar mencari perhatianku." Bang Unggar melepas seragam luarnya lalu mendekati Bang Igo dan menyetuh dada bidangnya.
"Heeeeehh Gar.. Ojo kurang ajar..!!!!" Bentak Bang Igo saat tangan Bang Unggar sudah menjalar hingga ke perut bawah Bang Igo.
braaakk..
"Astagfirullah..!!!!!!!!" Danyon membuka pintu di saat yang tidak tepat.
"Baaang.. ini nggak seperti yang terlihat..!!" Bang Igo panik sampai menepak tangan Bang Unggar.
"Kalian ini keterlaluan..!!!!!"
"Jungkir balik dari ujung lapangan Utara sampai ke selatan..!!" Perintah Danyon.
...
Malam hari Bang Igo kabur dari barak dan menyambangi dunia malam yang sangat dekat dengannya. Sebenarnya sholat dan mengaji tidak pernah ia tinggalkan namun juga berbanding terbalik dengan kelakuannya saat ini yang sulit di terima oleh akal sehat.
"Ngamar yuk..!!" Ajak seorang wanita malam.
"Saya nggak bisa lama di luar. Saya ini satpam yang kabur" alasan Bang Igo sembari menyelipkan kedua tangan nakalnya untuk meremas dua bongkah lembut nan menggemaskan.
"Aku sudah naik nih" kata wanita tersebut.
"Sorry baby, kamu cari laki-laki yang lain saja ya. Waktu saya benar-benar mepet." Jawab Bang Igo menolak.
"Ayolaah.. sebentar saja. Aku maunya sama kamu..!!" Ajak wanita tersebut sedikit memaksa.
'Astagaaaa.. gila saja kalau aku menyentuhnya. Ini jatahnya my wife.'
"Maaf cantiikk.. aku tambahi bonus menemaniku hari ini ya.. kamu cari laki-laki lain" Bang Igo mengecup kening wanita tersebut.
Meskipun dengan cemberut, wanita itu menerimanya. "Oke deh. Thanks ya.. tapi lain kali kamu harus mau, karena aku tidak mengecewakan." wanita tersebut menyambar bibir Bang Igo.
"So pasti sayang..!!"
.
.
.
.
"Alhamdulillah bebas. Kalau aku tadi sampai kebablasan.. tamatlah riwayatku..!!"
Bang Igo segera mengambil langkah cepat untuk keluar dari gedung club tersebut. Tanpa ia sadari ada sorot lampu mengarah padanya.
"Astagfirullah.. apa nih?"
***
baaagghh.. buugghhh.. baaghhhh.. buugghh..
Papa Ricky menghajar putranya dengan tangannya sendiri. Amarahnya benar-benar tak terkendali melihat kelakuan putranya.
"Sampai kapan kamu akan jadi laki-laki tidak berguna seperti ini?????? Berapa banyak wanita yang kamu jamah di luar sana?????"
"Aku memang nakal, tapi tidak pernah menyentuh mereka" jawab Bang Igo sampai merintih terkapar di lantai.
"Siapa yang akan percaya mulut banci mu itu??????" Bentak Papa Ricky. "Ingat Igo. Kamu punya Mama. Kamu juga punya adik perempuan..!!!!!"
"Apa yang bisa buat Papa percaya padaku?? Aku tidak pernah gegabah Pa"
"Apa main perempuan di luar itu tandanya tidak gegabah??????" Suara Papa Ricky semakin meninggi. Papa Ricky melayangkan tendangannya hingga Bang Igo tak sadarkan diri.
"Seret dia keluar..!!!!!!" Perintah Papa Ricky pada anak buahnya.
//
"Jangan Papaaaa..!!!" Mama Tisha memeluk putri kecilnya karena mabuk.
"Darimana anakmu itu dapat minuman dan benda-benda macam itu ma.. Bau rokok juga menguar. Aku harus bilang apa sama Bang Ricky, beliau meminta kita untuk menjodohkan anak kita sama Igo" kata Papa Hara.
"Kita bicara saja keadaan ini agar Bang Ricky tidak kecewa Pa" saran Mama Tisha.
"Nanti Papa akan temui Abang Ricky di kantornya"
-_-_-_-_-
"Saya juga punya masalah yang sama Har. Igo kedapatan pulang dari club malam, jadi saya urungkan niat saya menjodohkan Igo sama Punai. Kasihan Punai nantinya."
Kening Papa Hara berkerut, pasalnya ia tau betul.. senakal-nakalnya seorang Igo, tidak mungkin ia gegabah. Ia pun tau record seorang Igo karena sejak dari siswa hingga menjadi anggota dan dalam penanganan nya. Igo tak pernah melenceng dari jalur. "Saya rasa, saya berani mengambil resiko. Kita nikahkan mereka Bang..!!"
"Kamu yakin?? Igo itu sembrono. Tak ada yang bisa di banggakan dari seorang laki-laki. Tunangan saja saya belum setuju. Apalagi menikah..!!"
"Saya yakin Bang. Bukankah minus lawan minus jadinya plus" jawab Papa Hara mantap.
...
"Aku nggak mau Pa." Tolak Bang Igo.
"Mamamu sudah sering sakit karena kamu Igo. Kamu mau menyiksa hati Mamamu seperti apalagi?" Papa Ricky selalu emosi setiap berhadapan dengan putra keduanya. "Sekarang kamu tunjukan sama Papa kalau kamu memang mampu. Punai hanya seorang gadis kecil yang salah arah. Kalau momong istri saja kamu tidak becus, berarti kamu memang sampah. Banci kamu Go..!!" Ucap Papa Ricky tak main-main.
"Aku akan menyiksanya habis-habisan, setelah itu aku akan meninggalkannya untuk tidur dengan perempuan lain..!!" Ancam Bang Igo.
Papa Ricky menggeleng geli dan gemas mendengar celoteh putranya. "Oya??? Kalau Punai sampai menangis. Papa orang pertama yang akan menghajarmu, kedua.. seorang pria tidak akan sanggup beradu skill dengan wanita jika kamu telah menjadikannya seorang istri. Ingat Go.. suami..!!!!! Jangankan debat.. bisa seri saja kau sudah jago"
Tangan Bang Igo mengepal kuat.
'Kenapa harus Punai.. putri Om Hara yang paling kecil. Bukankah dulu rambutnya suka di kuncir dua, gendut, suka makan permen lollipop, giginya di pagar, makannya banyak sekali. Bisa bangkrut lah aku. Bisa-bisa gaji tidak cukup untuk satu bulan.'
"Cepat persiapan..!!!!!!" Bentak Papa Ricky lagi.
...
"Saya terima nikah dan kawinnya Galuh Intan Pualani binti Hara............"
~
"Alhamdulillah.." Bang Igo mengusap wajahnya menyadari dirinya telah melepas masa lajang.
"Papaaaaaa.. Punai kabur..!!!" Teriak Mama Tisha.
"Kabur kemana?? Kenapa nggak kamu jaga pintunya Maa..!!" Tegur Papa Hara.
"Punai lewat jendela Pa" kata Mama Tisha sampai sesak.
"Biar saya yang cari." Bang Igo meletakan peci kemudian menggulung lengan bajunya.
"Kamu tau wajah Punai?" Tanya Papa Hara.
"Tau Om. Gendut khan?"
"Lihat dulu Go... Itu fotonya" tunjuk Papa Hara.
Bang Igo memicingkan matanya sampai akhirnya melotot melihat foto yang terpampang di ruang tamu rumah pribadi Papa Hara.
Plaaakk..
"Kedip dulu..!!!!!" Tegur Papa Ricky menyadarkan Bang Igo.
"Saya cari sekarang..!!"
:
"Kenapa?"
"Aku tau Bang Igo itu orangnya hitam, rambutnya gondrong, kerempeng seperti batang sapu lidi, suka kencing sembarangan. Aku nggak suka" jawab Punai.
"Iyewwwwwhh.. Kalau aku ketemu laki-laki seperti itu aku nggak mau. Levelku khan Mbret Pitt." Kata Esi.
"Aku pun juga, levelku minimal seperti artis Korea." Punai pun tak mau kalah.
"Kalau wajah hanya seperti bakul borongan.. lebih baik diam. Lihat dulu kalau cari level. Tinggi hanya satu jengkal tertendang, dada rata, hidung pesek, kulit belang, rambut hura-hura masih saja berkhayal. Bangun Neng..!!!"
"Siapa lu??" Tanya Punai sembari berkacak pinggang.
"Kamu mau saja bolak-balik disini?? Berani sekali kamu tidak mengenali suamimu sendiri..!!!!!!" Mata Bang Igo tegas menatap Punai.
"Apaaaaa?????" Punai dan Esi saling menatap saking kagetnya.
.
.
.
.
"Jangan tarik tangan gue..!!! Jauhkan tangan lu yang kotor..!!" Bentak Punai.
"Benahi bahasamu. Panggil saya Abang dan jangan tinggikan nada suaramu..!!!!" Bang Igo balik membentak Punai. Tangan itu menutup rok kebaya Punai yang tersingkap. "Beraninya pamer. Apa pahamu itu mulus????"
"Jangan sok kegantengan. Nai hanya terpaksa menuruti Papa, kalau tidak.. Nai malas di jodohkan sama pria macam ini. Menikahnya tidak usah jadi saja..!!" Kata Punai.
Bang Igo menyeringai gemas. "Terserah..!!!!"
...
Begitu sampai di rumah, Punai langsung berlari naik ke lantai atas membuat seluruh yang hadir dalam acara akad nikah jadi terdiam.
"Maaf.. maaf.. itulah kelakuan Punai." Ucap Papa Hara merasa sangat tidak enak dengan keluarga Bang Ricky.
"Nggak apa-apa. Saya maklum"
"Papa titip Punai ya Igo..!!" Pinta Papa Hara.
"Insya Allah Om" jawab Bang Igo.
"Om Hara Papamu..!!" Papa Ricky pun mengingatkan putranya.
"Maksud saya Papa.."
...
Malam ini juga Bang Igo memboyong Punai untuk langsung tinggal di asrama setelah mengambil seluruh barang Punai di kost mewah.
Punai ternganga melihat rumah dinas yang masih seadanya karena semua di lakukan secara mendadak.
"Astaga.. rumah ini sempit sekali..!!" Gerutu Punai.
"Nanging rupane cilik koyo omah doro, awakmu sek iso turu. Ora kepanasen, ora kudanan" sambar Bang Igo menanggapi.
Punai langsung memonyongkan bibirnya. Ia pun melanjutkan langkah kakinya. "Kita hanya pakai kipas??"
"Abang belum beli AC. Pakai yang ada dulu..!!!" Kata Bang Igo.
"Kamar mandinya dimana?" Tanya Punai sembari berjalan ke belakang rumah. "Iiiihh.. warna catnya pudar" protes Punai.
Bulu kuduknya pun bergidik, aroma rumah lama masih kental terasa.
"Kamu jangan ribut sama hal kecil. Cepat tata pakaianmu dan tidur..!!!! Jangan rewel.. Abang mau ke pos kesatrian..!!!"
"Sana pergi. Nai malas lihat wajah Abang" usir Nai.
"Dasar sok Nona. Kau pikir Abang suka?????" Bang Igo pun meninggalkan rumah setelah membanting pintu ruang tamu.
:
"Aku mau mengajakmu ke cafe tapi kau sudah punya istri. Padahal di cafe baru ada LC cantik. cantik sekali Go, seksi. Namanya Poppy"
"Oya?? Bisa di booking donk" kata Bang Igo seperti biasa dengan sengaja.
"Bisa lah, tapi kau yakin mau berduaan sama LC. Kau sudah punya istri." Tanya Bang Unggar.
"Amaaaann..!!!!"
"Okeee.. berangkat..!!!!"
***
Entah sudah berapa batang rokok yang telah di hisap Bang Igo. Sedari tadi tidak ada wanita yang menarik perhatiannya.
"Eeehh.. Poppy sudah selesai dengan tamunya. "Kamu mau masuk, atau aku yang masuk??" Tanya Bang Unggar.
"Aku mau masuk. Aku penasaran sekali, seberapa cantiknya si Poppy itu." Jawab Bang Igo.
"Oke lah kalau begitu. Hari ini aku sama Selia. Lain kali guliranku sama Poppy." Kata Bang Unggar.
"Hmm.." Bang Igo yang malas segera menuju room dua puluh empat."
~
"Haaaii.. mau di temani nyanyi lagu apa?" Tanya Poppy.
"Lagi koplo bisa?" Bang Igo mengunci rapat pintunya bahkan sampai menutup jendela kecil di pintu dengan jaketnya.
"Bisa donk" jawab Poppy.
Begitu mereka berdua saling berbalik badan, betapa terkejutnya mereka saat mendapati pasangan mereka sedang ada disana.
"Nai.. untuk apa kamu disini???" Suara Bang Igo langsung meninggi.
"Abang sendiri kenapa ada disini?? Bukannya tadi pamit ke pos kesatrian????" Poppy balik bertanya.
Bang Igo melangkah maju kemudian mencengkram kuat pergelangan tangan Punai. "Kamu pergi tanpa ijin suamimu..!! Berapa harga tubuhmu sampai kamu bekerja seperti ini????" Punai memang baru beberapa jam menjadi istrinya, namun hatinya sudah tidak rela dan tidak ikhlas jika sang istri bekerja sebagai pemandu karaoke di club malam tersebut.
"Lepaas Bang..!! Sakiiiiit..!!" Punai memberontak agar bisa segera melepaskan diri dari Bang Igo. "Nai bekerja dan tidak menjual diri"
"Pulang sekarang..!!!" Bang Igo menyeret Punai dengan kesal. "Apa maksudnya memamerkan tubuh di hadapan pria lain?? Murah sekali kau ini..!!" Sungguh meradang hati Bang Igo memikirkan Punai.
"Lalu apa bedanya dengan Abang??? Pastinya Abang juga sering masuk ke tempat seperti ini. Kalau begitu apa bedanya Nai sama Abang??" Teriak Nai.
Buuughhhh..
Praaanngg..
Bang Igo menghantam kaca yang ada di belakang punggung Punai hingga istrinya itu sedikit ketakutan. "Kalau begitu mulai sekarang kita sama-sama tidak usah menginjak tempat seperti ini lagi. Abang kesini hanya untuk melepaskan penat dan beban pikiran meskipun Abang tau semua ini salah. Sedangkan kamu.. apa tujuanmu menginjak tempat ini????" Sorot mata Bang Igo menekan Punai.
"Nai butuh uang, karena tidak mungkin Nai minta sama Papa" jawab Nai.
"Apa yang kamu butuhkan? Motor.. mobil.. rumah??" Gigi Bang Igo masih mengatup geram. Tetesan darah mengalir dari sela jemarinya.
"Apa semua rahasia Nai perlu Abang ketahui?" Mata Nai mulai berkaca-kaca.
"Jelas.. karena mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki di tubuhmu.. itu semua milikku" ucap tegas Bang Igo.
"Memangnya Abang siapa?? Suaminya Nai?????" Pertanyaan Punai seolah meledek Bang Igo.
"Kamu perlu bukti apa??"
"Serahkan seluruh hartamu..!! Bukankah itu milik ku juga andaikan benar aku istrimu??" Tantang Punai sengaja menguji kesabaran Bang Igo dan membuatnya jengkel.
"Ada lagi?"
"Nai minta mobil sport..!!" Pinta Nai karena tidak mungkin Bang Igo akan mengabulkannya.
"Mahal juga ya..!!" Bang Igo menyeringai menanggapi tantangan sang istri.
"Jelas.. Nai wanita berkelas dan mahal. Bukankah ruang ini juga private dan VIP?" Jawab Punai dengan sombongnya.
"Hamil anak Abang dulu, baru Abang kabulkan"
"Oke.. siapa takut" Punai mendekati bibir Bang Igo lalu mengecupnya, perlahan hingga bibir Bang Igo menjadi basah. Tapi semakin lama, ada gerak tubuh yang berbeda dari Punai. Gadis itu terlihat sangat takut. "Sudah.. besok juga hamil. Mana mobilnya?" kata Punai kemudian menghindar.
"Apa ini?? Lakukan yang benar..!!!" Bang Igo kembali menarik Punai ke dalam pelukannya. Dirinya adalah seorang pria, sudah tentu kelakuan Punai sudah mengganggu gejolak hasratnya.
Punai begitu kaget sampai gemetar dalam dekapan Bang Igo.
'Kenapa badannya gemetar? Dia benar-benar tidak pernah melakukannya atau hanya akting?'
"Kamu kenapa? Tidak pernah berkencan dengan pria?"
Punai memajang wajah ketusnya. "Tentu saja pernah. Bukankah menemani tamu bernyanyi juga kencan?" Punai berusaha melepaskan diri dari Bang Igo. "Jangan macam-macam. Nai pekerja eksklusif.. kalau Abang bertingkah.. Nai panggilkan bodyguard" ancam Nai.
"Panggil saja..!!" Tantang Bang Igo.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!