NovelToon NovelToon

Jodoh Tak Diundang

JTD Bab 1

Nayla memutar bola matanya malas. Pemandangan di depannya pagi ini benar-benar membuat nafsu makannya tidak enak.

Bagaimana tidak ia harus bertemu dengan sepasang suami istri gesrek, yang kebetulan menginap di kediamannya. Siapa lagi kalau bukan sang kakak Hendra, si raja julid dan istrinya Silviana yang bermulut ember bocor, kebocoran mulut kakak iparnya ini melebihi dirinya.

Sering kali Nayla kena omel sang Bunda karena kebocoran mulut kakak iparnya ini, kakak iparnya ini sangat suka mengadukan kelakuan Nayla di luaran sana yang sering ngedate dengan bergonta-ganti pria.

Memang tidak dapat dibenarkan apa yang dilakukan Nayla di luar sana dengan nge-date bergonta-ganti pasangan. Namun Nayla tetaplah Nayla, yang ingin menikmati masa mudanya dan menyeleksi dengan ketat calon imamnya nanti. 

Dia sangat ingin memiliki sosok suami yang bisa menuruti semua keinginannya. Dari mulai meladeni hasratnya berbelanja, tidak membatasi pergaulannya dan ia juga menyeleksi tingkat kebucinan calon imamnya pada dirinya. Tapi tenang saja meskipun Nayla suka bergonta-ganti pasangan dia tetap bisa menjaga mahkota dan kehormatannya sebagai seorang wanita dengan baik.

“Bunda, kok mereka belum pulang sih?” Pekik Nayla yang bertanya pada sang Bunda yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka.

Pekikan suara Nayla seketika membuat Nayla menjadi pusat perhatian seisi meja makan. Jangan tanya bagaimana cara Hendra menatap adiknya.Tatapan mata Hendra saat ini sudah seperti seekor singa yang sedang kelaparan. Di mana Singa ini seperti sudah siap untuk menerkam mangsanya.

Sedangkan Gunawan Ayah Nayla hanya menggelengkan kepalanya berulang-ulang ketika mendengar perkataan Nayla,  sudah menjadi hal biasa bagi dirinya jika Hendra dan Nayla bertemu, mereka pasti akan seperti  Tom and Jerry.

Sedangkan Riska sang bunda memilih untuk diam tak menanggapi  pertanyaan Nayla yang dapat dipastikan akan memancing keributan di pagi ini.

“Kamu kenapa nanya kayak gitu dek? Kamu nggak suka kalau Mas dan mbakmu ini tinggal lebih lama di sini?” tanya Hendra dengan tatapan matanya yang tajam.

“ Siapa bilang nggak suka, suka-suka aja kok,  Nay-kan cuma nanya sama Bunda, kenapa kalian belum pulang?” jawab Nayla tanpa melihat lawan bicaranya.

“Iya maksud pertanyaan kamu itu apa nanyain kita belum pulang? Kesannya tuh kamu lagi ngusir masmu ini dek,” balas Hendra yang  belum melepaskan pandangannya dari Nayla.

“Baper banget sih Mas jadi orang, aku tuh cuma nanya bukan lagi ngusir. Iya kan Yah?”  bantah Nayla yang menyeret sang Ayah dalam perdebatan mereka.

“ Ayah iya sajalah, biar Nayla senang,” jawab sang Ayah yang membuat Nayla tersenyum manis pada sang Ayah, kemudian merengutkan wajahnya saat melihat Hendra sang kakak yang masih menatap dirinya.

Perdebatan mereka pun terhenti ketika Riska  sang Bunda meminta mereka untuk segera memakan sarapan yang telah ia siapkan untuk keluarga kecilnya itu.

Setelah selesai sarapan Nayla tiba-tiba saja menyandarkan dirinya ke bahu Riska. Nayla bersikap manja seperti biasanya ini, pastinya karena ia sedang ada maunya. Riska yang mengerti kebiasaan sang anak langsung bertanya maksud dan tujuan Nayla padanya.

“Ayo katakan pada Bunda! Kamu sedang mau apa dengan Bunda humm?” tanya Riska membuat Nayla langsung tersenyum kegirangan.

“Bunda, Ayah. Nanti siang boleh ya, Nayla jalan sama Amel? Rencananya siang ini kita mau pergi ke toko buku buat cari buku referensi. “ jawab Nayla meminta izin kepada ayah dan bundanya.

Mendengar jawaban sang adik Hendra pun ikut menyahut, “ Dasar modus, akal bulus, Amel atau Amar? Toko buku atau bioskop? Ayah Bunda jangan mau dibohongin terus sama si tukang modus!” Sahut Hendra yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Nayla.

“ Apa sih Mas kalau nggak tahu diem aja deh, aku tuh beneran mau ke toko buku cari buku referensi buat nugas sama Amel, “ sahut Nayla dengan wajah kesalnya pada Hendra.

Nayla mengalihkan pandangannya kepada sang Bunda,  dia menggoncangkan tubuh Sang Bunda dan terus meminta izin dari sang Bunda untuk pergi bersama Amel siang ini.

“Bun ayo dong bun, izinin Nay, kalau Bunda izinin Nay, pasti ayah akan bilang iya tapi kalau Bunda nggak izinin pasti ayah bilang enggak,” rengek Nayla sambil terus menggoncangkan tubuh Riska.

“Nay kamu tuh setiap hari kayaknya jalan terus, selalu aja ada alasan ini itu, coba sekali-kali kamu tuh pulang lebih awal,” ucap sang bunda yang membuat Nayla memanyunkan bibirnya.

“ Yah Bunda kok ngomongnya gitu sih,  hari ini tuh aku emang mau ke toko buku Bun,  please Bun izinin dong,” ujar Nayla memohon.

“Kayaknya mulai hari ini Bunda nggak akan kasih kamu izin keluar rumah, kecuali kuliah dan pulang kuliah kamu harus langsung pulang!” sahut bunda yang menolak permintaan Nayla dengan tegas.

Mendapatkan jawaban penolakan dari sang bunda, Nayla pun menatap sang ayah dengan tatapan memohon. Sadar akan arti tatapan sang anak Gunawan pun akhirnya bersuara.

“Nayla sayang benar apa yang dikatakan Bundamu, mulai hari ini kamu hanya diizinkan keluar rumah hanya untuk kuliah saja dan mulai hari ini kamu akan diantar jemput dengan pak Udin sopir pribadi ayah,” tutur Gunawan yang makin membuat Nayla menekuk wajahnya.

Berbeda dengan Nayla yang sedih dan kecewa, sepasang suami istri di hadapan Nayla terlihat tersenyum senang mendengar penuturan Gunawan.

“Ishhh …. Kalian semua jahat, ini semua gara-gara Mas Hendra,  aku jadi nggak boleh pergi kemana-mana,  udah kayak Burung Dalam Sangkar, mending banget sangkar emas ini mah sangkar butut,” oceh Nayla dengan kekesalannya pada Hendra.

“Lah kok jadi nyalahin Mas sih?” tanya Hendra yang seakan tak mau disalahkan.

“Iya aku harus nyalain siapa lagi? Mas-kan yang tadi mempengaruhi Ayah sama Bunda, mulut Mas tuh udah kayak kompor meleduk tahu nggak?”

“Apa kata kamu kok mulut Mas kayak Kompor Meleduk?”

“Iya Kenapa Mas nggak terima aku katakan kaya gitu,” sungut Nayla yang sudah berapi-api pada Hendra.

“Ayah, Bunda. Calon suami Nayla kapan datang sih? Sepertinya lebih cepat lebih baik menikahkan mereka, Nayla sudah ingin hidup bebas dari pengawasan kita, ini anak benar-benar gak bisa disayang-sayang,” tanya Hendra pada Riska dan Gunawan yang membuat mata Nayla seketika membola mendengarnya.

“Apa calon suami?” pekik Nayla dengan suara melengking nya. Ia sangat terkejut dengan pertanyaan Hendra kepada kedua orang tuanya.

“Nggak usah sok kaget gitu, Kamu tuh udah biasa bikin dosa, jalan sama cowok gonta-ganti lagi, daripada kayak gitu mendingan kamu tuh cepat nikah Nay, supaya gak menimbulkan fitnah.” ucap Silvi yang makin membuat Nayla membulatkan matanya, rasa terkejut dan kesal kini sudah menjadi satu.

Isshh…. dasar kakak ipar gak ada akhlak, asal nimbrung aja,fitnah apa maksudnya coba, selama ini yang menebar fitnah itu Anda, umpat Nayla kesal di dalam hatinya.

“Ayah Bunda. Jangan bilang kalau aku ini mau dijodohin? katakan kalau semua ini hanya lelucon Mas Hendra dan Mbak Silvi aja?” tanya Nayla dengan tatapan tajam kearah sang Bunda dan juga sang Ayah.

Riska dan Gunawan hanya saling menatap satu sama lain, yang malah makin membuat Nayla penasaran.

Duhh, Ayah sama Bunda susah banget sih buat jawab iya atau enggak, nasib gue dan masa depan gue bagaimana jawaban mereka sekarang nih. Gak lucu banget gue baru jadian semalam sama Tyo, masa harus putus gara-gara perjodohan sih, mana siang ini habis dari toko buku dia janji mau beliin barang inceran gue lagi, anjirrrr banget nih dua makhluk astral, gumam Nayla dalam hatinya. Ia sangat berharap ini hanya bualan pasangan gesrek di hadapannya saja.

JTD Bab 2

“Ayah sama Bunda kok diem aja sih dari tadi, Nayla butuh jawaban Bunda, Ayah!” Pinta Nayla yang sejak tadi hanya melihat kedua orang tuanya terdiam.

“Bun jawab tuh anakmu bertanya padamu!” pinta Gunawan pada sang istri.

Gunawan terlihat enggan menjawab pertanyaan Nayla. Karena menurutnya ini belum saatnya Nayla mengetahui tentang perjodohan.

“Ishh…Ayah, anak mu itu juga bertanya padamu, bukan hanya dengan bunda saja. Lagi pula Ayah yang menerima pinangan mereka waktu itu bukan, jadi Ayah saja yang menjawab pertanyaan Nayla,” tolak Riska yang juga merasa enggan menjawab pertanyaan sang anak.

Gunawan terlihat menghembuskan nafasnya dengan kasar, beberapa kali terdengar ia berdeham sebelum memulai menjelaskan pada Nayla tentang perjodohan ini.

“Jadi begini sayang, Ayah sama Bunda mau menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat lama Ayah, lebih tepatnya Ayah sudah menerima pinangan mereka terhadapmu dua minggu yang lalu,” jelas Gunawan dengan pandangan mata yang tak lepas dari Nayla.

Tentu saja penjelasan Gunawan membuat Nayla terkejut. Nayla refleks ia menutup kedua telinganya yang merasa panas mendengar penjelasan sang ayah barusan.

“Ayah, Kenapa ayah nggak tanyakan dulu sama Nayla sih? Seharusnya Ayah itu bertanya dulu sama Nayla, Nayla bersedia atau tidak, jangan seperti ini Ayah main langsung jawab iya saja tanpa kompromi sama Nayla terlebih dahulu. Ini tuh hidup Nayla, Yah. Nayla berhak menentukan siapa yang akan jadi calon imam Nayla nantinya.” Omel Nayla yang menyesali sikap sang Ayah yang asal menerima saja.

“Nayla kamu tidak boleh bicara seperti itu dengan ayahmu,” tegur Riska saat Nayla tak bisa lagi menahan emosinya.

“Tapi Bunda, ayah itu keterlaluan. Bunda tahu sendirikan masa depan Nayla tuh masih panjang, Nayla juga belum selesai kuliah. Masa Nayla udah dijodohin aja sih. Ini sih namanya di kuliahin untuk menikah bukan di kuliahin untuk menggapai cita-cita.” jelas Nayla panjang lebar.

“Memangnya apa sih cita-cita kamu, dek? IPK kamu ajah pas-pasan,”cetus Hendra yang membuat Nayla menatapnya tajam.

“Bisa gak sih Mas Hendra mulutnya diem aja, gak usah ikut-ikutan deh,” sungut Nayla yang di balas Hendra dengan menaikkan kedua bahunya bersamaan dengan mulutnya yang manyun lima belas centi.

“Nayla sayang, meskipun kamu menikah dengan anak sahabat Ayah itu, kamu akan tetap bisa kuliah seperti biasanya kok. Ayah janji sama kamu, kamu pasti bisa menggapai cita-cita kamu yang entah apa itu, Ayah sendiri gak ngerti, jadi gimana kamu mau ya?” tambah Gunawan yang seakan sedang membujuk Nayla.

Mendengar ucapan sang Ayah, Nayla langsung membulatkan matanya. Ayahnya seakan tak serius membujuk dirinya, dan malah terkesan meledek.

“Big NO, Ayah! ini bukan zamannya Siti Nurbaya, sekarang ini zamannya Siti Markonah. Apa Ayah sama bunda pikir Nayla ini cewek yang nggak laku sampai harus dijodoh-jodohin segala?”

“Iya ini emang zamannya Siti Markonah, yang kerjaannya suka mengumbar cinta di setiap tikungan,” lagi-lagi Hendra menyela pembicaraan antara Nayla dan sang Ayah sembari menahan gelak tawanya dengan susah payah.

“Mbak Silvi, suruh suami mu itu untuk diam! Pengen Nay jahit aja tuh mulut julidnya itu,” perintah Nayla pada kakak iparnya yang langsung mencubit suaminya untuk diam.

“Sudah marahnya Nay? Kalau sudah, dengarkan ayah! Sekarang kamu tinggal pilih saja terima penjodohan ini atau___,”  Gunawan menggantungkan ucapannya  dan terdiam beberapa saat.  Hal itu membuat Nayla penasaran dengan ucapan sang ayah yang menggantung.

“Atau apa, Ayah? Cepat katakan Ayah! Jangan buat Nayla mati penasaran nantinya,”

“Atau semua fasilitas yang ayah berikan padamu Ayah sita,”  ancam Gunawan dengan tatapan mata menyeringai.

Nayla terdiam seketika, dia berpikir sejenak bagaimana nasibnya tanpa fasilitas dari sang ayah.

“Jadi bagaimana Nay, kamu mau kan dijodohkan dengan anak sahabat Ayah?”  tanya Gunawan sekali lagi.

“Tapi, Ayah__,”

“Nayla sayang,  kami melakukan ini semua demi kebaikanmu. Jadi tolong terima perjodohan ini dengan hati yang ikhlas. Bunda yakin kalau kamu akan hidup bahagia bersama pria yang dijodohkan Ayah dan Bunda nanti,” rayu Riska seraya mengusap punggung sang putri.

Riska menatap sang putri dengan tatapan yang mengiba. ia berharap dengan tatapannya hati Nayla akan luluh dan benar saja hati putrinya itu luluh dan menerima dengan pasrah perjodohan ini.

“Ya udah, aku terima, tapi ada tapinya loh ya?”

“Tapi apa sayang?” tanya kedua orang tuanya bersamaan.

“Kalau orangnya jelek kaya Om-Om dan gak tajir, Nayla gak mau nikah sama dia ya?” ancam Nayla.

“Kamu tenang saja Nay, jodohmu itu tajir melintir dan pastinya ganteng kayak Oppa Oppa Korea,” sahut Silvi, seakan sudah mengetahui jodoh adik iparnya ini.

“Ciusan Mbak? Kok Mbak tahu sih, atau jangan-jangan mbak udah kenal sama calon imam aku itu ya?” tanya Nayla pada Silvi dengan wajah yang begitu serius.

“Tentu tahulah karena orang yang dijodohin sama kamu itu adalah CEO perusahaan di tempat aku bekerja,” jawab Silvi yang membuat Nayla berbinar.

“Wah beneran nih, tapi beneran ganteng kan Mbak bukan kayak om-om dengan perut buncit dan kepala botaknya?” tanya Nayla lagi untuk meyakini dirinya.

“Iya beneran ganteng, tapi sayangnya dia itu irit bicara dan terkesan dingin dan tertutup,” jawab Silvi.

“Oooo begitu ternyata orangnya, ”balas Nayla yang kemudian beranjak dari duduknya.

“Mau kemana kamu?” tanya Gunawan pada Nayla.

“Kuliah Ayah, emang mau kemana lagi,” jawab Nayla enteng.

“Ingat pesan Ayah sama Bunda, pulang langsung pulang, jangan kemana-mana!” Gunawan coba kembali mengingatkan pesannya pada sang putri.

“Hadduh Ayah, hari ini tolong izinin Nay, sekali ini aja buat pergi sebentar, soalnya Nay harus akhiri hubungan Nay sama Tyo yang baru hitungan jam karena perjodohan ini,” pinta nayla dengan memohon.

“Ok, tapi tidak lebih dari jam empat sore,” jawab Gunawan yang langsung mendapatkan pelukan dari sang putri.

“Makasih Ayah, Ayah memang terbaik,” bisik Nayla di telinga sang ayah yang membuat ayahnya kegelian karenanya.

Sementara itu di tempat yang lain seorang pria tampan dengan tubuh atletis sedang sibuk bersiap untuk pergi bekerja. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Bayu Pratama. ia tengah menyiapkan semua berkas-berkas yang akan dibawanya ke kampus dan juga ke kantornya.

“Bay, kemari lah kita sarapan dulu! Mommy sudah masakkan nasi kuning kesukaan mu,” pinta sang Mommy yang melihat Bayu melintasi ruang makan.

Ratna sengaja memasakkan nasi kuning kesukaan anaknya pagi ini. Karena ia merasa sang anak tengah menghindari dirinya dan juga sang suami. Hal ini terjadi karena permintaan mereka agar Bayu kembali berumah tangga dan memberikan Sultan seorang ibu pengganti.

Mendengar permintaan sang Mommy apalagi sang Mommy sudah repot-repot memasakan nasi kuning kesukaannya, membuat Bayu tak dapat menolak ajakan sang Mommy.

Tadinya Bayu berencana ingin sekali langsung berangkat ke kampus dan sarapan di kantin kampus seperti biasanya, namun hal itu ia urungkan karena dia harus menghargai masakan Mommy tercintanya itu.

JTD Bab 3

Di kampus seorang pria tampan memasuki kelas Nayla. Seketika semua mata langsung terfokus ke arah pria tampan itu. Dengan balutan kemeja putih dan jas abu-abu serta celana bahan Slim fit sangat pas dikenakan dengan tubuh proposional dan atletis yang dimiliki pria itu.

“Ganteng paripurna Mel,” gumam Nayla tanpa berkedip melihat pesona pria tampan dihadapannya itu.

“Bener banget Nay, pangeran dari negri mana yang nyasar kesini ya, Nay?”tanya Amel pada Nayla yang sama-sama mengagumi pria yang berdiri tepat di hadapannya. Sangat kebetulan sekali hari ini keduanya tengah duduk di meja paling depan. Hingga dapat memandangi wajah pria tampan dihadapan mereka ini.

Pria tampan yang baru masuk itu sejak tadi terus saja mengedarkan pandangannya ke seisi kelas, entah apa yang sedang ia cari. Seseorangkah? Atau sebuah kursi yang sangat beruntung dapat disinggahi oleh pria tampan itu nantinya.

Hampir semua wanita di kelas itu berharap, pria tampan itu bisa singgah di hati mereka atau lebih indahnya lagi menetap di hidup mereka sebagai teman hidup yang menyegarkan pandangan setiap hari.

“Selamat pagi semuanya. Perkenalkan saya dosen baru yang akan menggantikan Pak Adam,” sapa pria tampan itu dengan wajah datarnya yang terlihat begitu mempesona.

“Anjirrr.... Ternyata Dosgan Nay,” ucap Amel sambil mencengkram pergelangan Nayla gemas.

“Akhirnya ada satu alasan yang bikin gue rajin ngampus kalau dosennya sebening ini,” gumam Nayla yang terus memandangi sang dosen tampan itu tanpa berkedip.

Seolah tidak mendengar pembicaraan Nayla dan Amel, dosen tampan itu melanjutkan ucapannya.

“Perkenalkan nama saya Bayu Pratama, dosen pengganti untuk mata kuliah kepemimpinan,” ujar dosen tampan itu memperkenalkan diri.

“Status dong Pak… Bagaimana dengan status Bapak?” Pekik salah satu mahasiswa yang duduk di paling belakang yang bernama Ana.

Suara riuh sorak-sorai seisi kelas terdengar ketika Ana menanyakan hal pribadi pada dosen ganteng itu.

“Status saya sebagai dosen di kampus ini,” jawab Pak Bayu dengan santai. 

Sebenarnya ia sangat mengerti ke mana arah pertanyaan mahasiswinya itu, namun ia tidak suka pertanyaan yang menyangkut hal pribadinya yang sangat privasi baginya itu di pertanyakan, sehingga ia pada akhirnya menjawab dengan membelokkannya. Terkesan kaku memang tapi itulah Bayu Pratama CEO dingin yang merangkap menjadi Dosen dengan kepribadian yang sangat tertutup.

“Sebelum kelas dimulai, saya akan bacakan beberapa peraturan yang harus ditaati kalian saat mengikuti kelas saya ini,” ucap Bayu tegas, seketika membuat seisi kelas terdiam untuk mendengarkan ucapan Bayu selanjutnya.

“Poin pertama bagi mahasiswi yang mengikuti kelas saya dilarang memakai make-up berlebihan apalagi menggunakan pakaian kurang bahan akan langsung saya berikan nilai D dimata kuliah saya,” Bayu berkata sembari mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kelas melihat satu persatu mahasiswinya yang terlihat menggunakan topeng make up yang sangat tebal.

Mendengar perkataan Bayu para mahasiswi  terdengar ribut, riuh saling bergeming satu sama lain. Mereka merasa keberatan dengan poin pertama yang diucapkan sang dosen ganteng itu.

Rasanya ingin sekali mereka menolak. Tapi Bayu sudah mengancam terlebih dahulu, ia akan memberikan sanksi dengan memberi nilai D di mata kuliah mahasiswinya jika tidak menuruti perintahnya. Kini mereka pun tak bisa berkata apa-apa lagi, mereka hanya bisa diam menerima dengan keterpaksaan.

Di depan kelas Bayu terus saja mengucapkan poin-poin yang harus dipatuhi para mahasiswa dan mahasiswanya, yang makin membuat mahasiswa dan mahasiswanya yang tadi yang bersemangat untuk mengikuti kelas Bayu menjadi lemah tak berdaya dan mendengus kesal karena terlalu banyak peraturan yang dibuat oleh dosen ganteng mereka itu.

“Percuma ganteng kalau killer. Bikin males aja ngeliatnya. Bukannya semangat buat kuliah tapi gue malah semangat buat bolos mata kuliah dia. Masih mendingan Pak Bonbon, biar kata dia kayak badut Ancol tapi dia tetap manis dan baik hati, gak kaya dia ganteng tapi seribu peraturan,” gerutu Nayla dengan suara yang tak sama sekali ia pelankan.

Dapat di pastikan semua teman kelasnya itu dapat mendengar gerutunya termasuk dosen ganteng itu. Apa yang dilakukan Nayla seolah ia sengaja kan untuk menyindir dosennya yang berdiri tak jauh dari mejanya itu.

Mendengar ucapan Nayla,  Bayu pun bereaksi, ia melihat ke arah meja gadis itu. Pandangan Nayla dan Bayu pun bertemu. Nayla terlihat sama sekali tidak takut dengan dosennya Yan tengah menatap tajam dirinya. 

Mungkin jika mahasiswa yang lain pasti akan menundukkan pandangannya jika di tatap setajam itu oleh sang dosen, tapi tidak dengan Nayla, dia tetap membalas tatapan tajam sang dosen dengan tatapan tajam pula.

Sungguh sangat berani sikap Nayla itu. Marah? Tentu saja Bayu rasanya ingin marah pada Mahasiswinya itu. Segera Bayu menghampiri Mahasiswinya yang sudah terang-terangan mengibarkan bendera perang padanya.

“Siapa nama mu?” tanya Bayu yang sudah berada di depan meja Nayla sambil mengetuk-ngetuk meja Nayla dengan jari telunjuknya.

“Nayla Putri Atmaja, Pak,” jawab Nayla dengan cepat dan suaranya yang lantang.

“Apa? Nayla Putri Kopaja?” ulang Bayu yang seakan meledek Nayla.

Mendengar Bayu salah menyebut nama Nayla, seisi kelas pun tertawa terbahak-bahak. Selain kaku ternyata dosennya ini juga pandai bercanda, pikir mereka.

“ATMAJA Pak, bukan Kopaja,” Nayla mengkoreksi namanya yang disebut salah oleh Bayu dengan wajah ketusnya.

“Oh, maaf, saya salah menyebut namamu. Jadi nama kamu Nayla Putri Atmaja rupanya,” ucap Bayu yang hanya di respon anggukan kepala oleh Nayla.

Entah mengapa setelah mengetahui namanya, Bayu bukannya marah atau bersikap bagaimana terhadap Nayla. Ia malah terdiam sesaat memandangi sejenak wajah Nayla, kemudian kembali kemejanya yang berada di sudut kiri ruang kelas.

“Dih, gak jelas banget. Sayang banget sih ganteng-ganteng tapi budi( budek dikit),” umpat Nayla kesal  melihat tingkah aneh Bayu padanya barunya.

“Ngomel mulu Lo Nay, udah deh jangan ngajakin perang mulu sama dosen, mau Lo jadi mahasiswi abadi di kampus ini?” bisik Amel di telinga sahabatnya.

“Ogah banget jadi Mahasiswi abadi kalau ketemu dosen kaya dia, bisa ngibing tiap hari gue kaya ondel-ondel,” balas Nayla sambil menatap kesal sang dosen yang kini menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Flashback On

Ratna menyendokkan sepiring nasi kuning untuk Bayu santap beserta lauk-pauknya.

“Cukup Mom, jangan terlalu banyak,” ucap Bayu yang menghentikan pergerakkan tangan Ratna yang sedang menyendokkan bawang goreng kedalam piring Bayu.

Ratna memberikan piring berisikan nasi kuning lengkap dengan lauk - pauknya kepada Bayu. Bayu tersenyum manis saat menerima sepiring nasi kuning penggugah selera itu. Bayu menyantap sarapannya pagi ini dengan begitu lahap.

“Bay, nanti malam Daddy harap kamu bisa datang ke rumah Tuan Gunawan Atmaja untuk membicarakan pernikahan mu dengan putri bungsunya,” ucap Tuan Pratama pada putranya.

“Dad, bisakah rencana pernikahan ini di batalkan. Aku sama sekali tak ingin menikah lagi. Aku sudah punya Sultan untuk apalagi aku menikah,” tolak Bayu yang seketika itu menghentikan suapannya. ia meletakkan dengan kasar sendok dan garpu diatas piring makannya.

“Tidak ada yang bisa di batalkan. Kau harus menikah dengan wanita pilihan Daddy. Sultan butuh sosok seorang Ibu, Bay,” putus Tuan Tama.

“Sultan sudah punya Ibu, Dad,” bantah Bayu dengan suara yang meninggi, ia seolah masih kekeh untuk menolak perjodohan dirinya dengan putri sahabat sang Daddy.

“Ya, Sultan memang masih memiliki ibu, Daddy sadari itu, Bay. Ibu yang rela pergi meninggalkan anak yang baru saja ia lahirkan, demi pria lain di masa lalunya itu,” ucap Tama yang mengingatkan Bayu pada kesalahan sang mantan istrinya itu.

Seketika Bayu terdiam dengan tatapan kosong, bayang kelam dimasa lalunya terbayang begitu saja terlintas dibenaknya saat ini.

Lamunan Bayu dimasa lalu pecah, saat pandangannya tiba-tiba tertuju pada Sultan yang berlari sambil memanggil namanya. Sultan berlarian kearahnya diikuti oleh suster pengasuhnya yang bernama Ida.

“Papi…, gendong Sultan dong! Sultan udah wangi, habis mandi sama suster Ida,” ucap sang putra yang berusia tiga tahun itu dengan menggemaskan.

Bayu segera berdiri dan menyambut tubuh Sultan yang ingin di gendong olehnya itu, beberapa kali ia mendaratkan ciuman di pipi chubby sang putra. Melihat hal itu Tuan Tama pun datang menghampiri Bayu, ia mencoba kembali merayu sang anak agar mau menerima perjodohan ini.

“Bukalah hatimu untuk wanita lain Bay, jika kamu memang belum bisa membuka hati mu, Daddy harap kamu tetap mau menikah dengan wanita pilihan Daddy ini demi kebaikan putramu kelak. Jangan sampai ketika ia beranjak besar. Ia merasa sedih dan minder tak memiliki seorang ibu,” ucap Tuan Tama sembari menepuk -nepuk bahu putra semata wayangnya.

 Flashback Off

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!