NovelToon NovelToon

Dewa Yang Diremehkan

01. Perdebatan Tiap Hari!

Siang hari di pemukiman Harshfield.

Krieet!

Suara pintu berderit terbuka perlahan di apartemen kumuh di area perkampungan pinggir kota Harshfield.

Berjalan masuk secara perlahan seorang pemuda berumur 16 tahun, yang takut kena omelan dari bibi dan pamannya.

"Gavin!!! Apakah itu kamu?!"

"Cepat kemari! bantu aku cuci baju laundry ini semua!"

"Dasar anak tidak berguna, kerjanya baca buku terus. Apa menariknya sih buku yang kamu baca?"

"Tidak bisa menghasilkan uang, cuma bisa merepotkan saja kamu ini."

"Dasar anak tidak bisa diharapkan ,jangan jadi seperti pamanmu yang pemabuk berat itu yang juga tidak berguna."

Nama perempuan yang mengomel adalah Amelia Swatch, dia yang memungut serta mengasuh Gavin yang dia temukan di depan pintu rumahnya.

Dengan sepucuk kertas bertuliskan nama Gavin D. Frey di atas keranjang bayi tersebut.

Meski Amelia dan Peter suaminya yang membesarkan Gavin, mereka tidak mau dipanggil ayah dan juga ibu.

Karena Amelia takut terhadap Peter yang pencemburu juga pemabuk, serta kasar.

Jadi Amelia hanya bilang ke suaminya bahwa bayi tersebut merupakan anak dari saudara jauhnya Amelia yang tidak bisa mereka besarkan karena keterbatasan ekonomi mereka.

Sehingga Amelia lebih suka dipanggil Bibi daripada Ibu.

"Gavin, kamu dengar tidak apa kata bibi?"

"I.. Iya bibi Amelia, saya segera ke sana untuk mencuci laundry nya."

Gavin segera berlari setelah menaruh tas sekolah,berganti pakaian dan berganti sepatu ke sandal rumah untuk segera membantu mencuci pakaian pelanggan laundry bibinya.

Kemudian.

Braakk!

Suara pintu terbuka keras.

"Amelia! Di mana kamu sayang?!"

Hik!

Suara cegukan karena minuman keras.

Masuklah Peter yang mabuk seperti biasa, padahal masih siang hari.

"Amelia, kamu ada uang tidak?"

"Sayang, aku butuh 10 dollar saja untuk investasi di temanku. Katanya nanti pasti ada profit 3x lipat dalam sebulan."

Peter awalnya pekerja kantoran yang keuangannya cukup stabil, juga suka berinvestasi.

Suatu saat dia awalnya berinvestasi kepada temannya yang kelihatannya sukses, dan mendapatkan tawaran hasil yang menggiurkan.

Awal investasi sebanyak 2 kali,hasilnya berjalan baik dan mendapatkan profit yang sesuai janjinya.

Kemudian setelah 2 kali investasi, Peter merasa yakin juga tergiur dengan hasilnya dan akhirnya Peter memasukkan semua uang tabungan untuk hasil berikutnya.

Kemudian ternyata temannya ini tiba - tiba menghilang,juga tidak dapat dihubungi.

Dari situ Peter mulai tidak fokus bekerja dan suka mabuk - mabukan, sehingga kinerjanya menurun membuat dia tergeser dari posisi dia bekerja, dan sekarang menempati posisi kurir dan cleaning service di tempatnya bekerja.

"Peter, sudah berapa kali aku sudah bilang jangan pernah berinvestasi yang tidak jelas lagi!"

"Kamu sudah menghabiskan uang tabungan untuk pernikahan dan juga tabungan masa depan kita untuk investasi mu yang tidak berguna dulu itu."

Sambil menyetrika baju Laundry, Amelia berdebat dengan Peter.

Peter Membalas, "Hah, Apa maksudmu Sayang?! Ungkit saja terus, aku kan sudah meminta maaf kepadamu."

"Apa kamu masih tidak Terima? Lalu mengapa kamu masih mau menikah denganku? "

Amelia pun menghela nafas, " Kamu ini kerjanya tiap pulang istirahat selalu mabuk terus, sudah makan sana dahulu,cuci muka dan minum Air jahe di meja biar mabuk mu berkurang. Lalu kembalilah bekerja."

Gavin sudah terbiasa melihat perdebatan paman dan bibinya tiap hari seperti ini.

Cuma bisa tersenyum dan menerima nasibnya yang memang dia lahir dan di besarkan oleh keluarga ini tanpa mengetahui keberadaan orang tua kandungnya.

...

Distrik Northwest.

Sreek.. Sreek...

Suara sepeda Gavin yang mengantarkan baju langganan Laundry bibinya di perkotaan.

Setelah mengantarkan Laundry, Gavin berhenti sebentar dan duduk di taman kota setelah membeli Hotdog dan membaca buku pelajarannya.

karena bibinya berpesan bahwa dia tidak masak makan malam, jadi kembalian uang laundry untuk Gavin membeli makan malamnya sendiri lalu sisa kembalian diberikan kepada bibinya.

Saat Gavin mau makan, tiba - tiba ada kakek berpakaian lusuh duduk di sebelah Gavin mengajaknya berbincang,

" Halo Nak."

" Oh Halo kakek." Gavin menoleh dan tersenyum tulus.

"Wah kelihatannya serius sekali membacanya, buku apa yang sedang kamu baca nak? " Si Kakek bertanya.

"Ini cuma buku pelajaran saja kakek, karena setiap malam saya selalu sibuk mengantarkan laundry ke pelanggan."

"Jadi setelah selesai mengantarkan beberapa, saya sempatkan untuk membaca buku pelajaran." Jawab Gavin dengan wajah tetap membaca buku.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu anak muda?"

Sang kakek bertanya kembali.

" Gavin D. Frey, Kek. " Jawabnya.

"Oh, Gavin D. Frey. Bagus juga namamu nak."

"Gavin artinya Garuda Putih bisa juga Kemenangan, lalu Frey yang berarti yang diagungkan."

"Maaf kakek bertanya lagi, inisial D. Pada namamu apa ya kepanjangannya? " Dengan wajah penasaran kakek bertanya.

Kemudian Gavin menjawab dengan santai dan tidak berfikir buruk, " Saya juga tidak tahu, karena saya dibesarkan oleh paman dan bibi."

"Katanya saya anak dari saudara jauh bibi saya, saat bibi saya mau menghubungi saudaranya tersebut, dia tiada kabar dan tidak dapat dihubungi."

"Nama Saya hanya di tuliskan di sepucuk kertas 'Gavin D. Frey'. Ya hanya itu saja sih kek ceritanya, dan sampai sekarang saya juga tidak penasaran sih."

"Lagipula saya sudah senang sudah dibesarkan dan hidup seperti ini."

Kemudian Kakek tersebut memberikan nasehat, "Ya Hidup itu juga ada beberapa hal yang belum bisa diungkapkan."

"Jadi tetaplah ceria dan kerendahan hati seperti ini, suatu saat masa depanmu akan bisa mengubah hidupmu, bahkan dunia... Hahaha.. "

Lalu Gavin Menoleh ke arah kakek tersebut dan mencoba bertanya,

"Apa maksud Kakek?"

Tetapi saat Gavin menoleh Kakek itu sudah menghilang.

"Yah, mungkin kakek sudah pulang, apa mungkin karena aku terlalu serius membaca dan tidak terlalu memperhatikan."

"Ah, sudahlah. Sudah waktunya pulang."

Gavin bersiap menaiki sepeda, tetapi ada sebuah buku yang terlihat sangat tua di posisi kakek tersebut duduk sebelumnya.

Tanpa pikir panjang Gavin membawa buku tersebut sambil bergumam,

'Lebih baik aku bawa saja buku ini, mungkin besok bisa bertemu kakek itu lagi dan kukembalikan bukunya.'

Dengan itu Gavin membawa bukunya pulang ke rumah sambil menaiki sepedanya.

Setelah sampai Rumah Apartemen.

Gavin menaruh buku milik kakek tersebut di meja,dan Gavin tetap melanjutkan membaca buku pelajarannya, karena besok harinya akan ada ujian sekolah.

Karena terlalu banyak kiriman hari itu, Gavin tanpa sadar tertidur.

Kemudian saat Gavin tertidur, dia bermimpi sedang di suatu tempat yang tidak dia kenali.

Dia mencoba menjelajahi tempat itu dan ingin mencoba bertanya, tapi bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasanya.

Namun anehnya Gavin mengerti bahasa tersebut, mencoba memberanikan diri berinteraksi dia bertanya dengan bahasa yang biasanya anehnya kata-kata yang keluar dari mulutnya berbeda dan sesuai dengan bahasa orang - orang yang ada dalam mimpinya.

Gavin bertanya kepada pemuda yang terlihat umurnya sama dengannya, " Permisi, di manakah ini?"

Pemuda itu menjawab, " Oh, kamu orang baru ya?"

"Ini adalah dunia Deity atau para manusia bilang adalah dunia Dewa.dimana orang-orang pilihan yang dapat mengubah nasib sebuah galaksi di tangannya."

"Maaf kawan, kalau boleh tahu kamu dari Galaksi mana?"

Gavin tercengang, dan kaget.

Sehingga agak bingung dan gagap dalam menjawab,

"Du.. Dunia Deity.. Dunia Dewa.. "

"A.. Aku dari Galaksi Bima Sakti, penduduk Bumi."

Dalam tidurnya,tubuh Gavin di tempat tidur tiba - tiba melayang dan dahi Gavin bersinar mengeluarkan simbol aneh, dan juga Cover halaman depan buku kakek Tua itu mengeluarkan cahaya simbol yang sama dengan dahi Gavin.

Kemudian tubuh Gavin kembali ke tempat tidur seperti semula, juga buku tersebut tidak memancarkan sinarnya lagi.

02. Pagi Hari Yang Masih Sama.

Criip.. Criip..

suara burung di dekat jendela.

Gavin terbangun dan langsung melihat jam di Handphonenya.

waktu menunjukkan pukul 06.45.

"Gawat... gawat.. gawat.... sudah terlambat ini."

Gavin kemudian buru - buru mandi,ganti baju dengan seragam, mengambil nasi kepal dan memakannya sambil berlari secepatnya menuruni tangga apartemennya yang berada di lantai 7 menuju basement apartemen.

di pagi hari yang cerah, anginnya sejuk di musim dingin.

Pukul 07.00.

Sreek.. Sreek..

Suara Gavin mengayuh dengan cepat sepedanya menuju ke sekolah.

"Arrgh, Gawat.. Gawat.. Aku terlambat ke sekolah. Semoga masih sempat mengikuti ujian di jam pertama."

Tanpa sadar Gavin mengayuh sepedanya semakin kencang melebihi kecepatan orang normal mengayuh sepeda tanpa peduli apapun di sekitarnya bahkan kecepatan kayuhannya, yang dia pikirkannya bahwa dia terlambat masuk sekolah.

Padahal sepeda Gavin termasuk sepeda tua dari bahan rangka besi yang berat, tetapi Gavin merasa kayuhannya biasa saja, tetapi kecepatan yang dilihat orang sekitarnya itu luar biasa, bahkan mengalahkan motor yang melaju di jalanan.

Akhirnya tiba di sekolah pukul 07.15. Gavin berlari dari parkiran sepeda secepatnya ke kelas karena jam masuk sekolah pukul 07.20.

Dikarenakan posisi kelas angkatan Pertama Sekolah Menengah Atas berada di lt. 4 gedung.

Gavin mencoba melompati beberapa anak tangga supaya cepat sampai ke kelasnya, setiap lantai dibagi menjadi 2 tingkat tangga, masing2 berisi 10 anak tangga

Saat melompati anak tangga dia biasanya maksimal hanya bisa 1-2 anak tangga, tetapi pada cobaan pertama dari lt. 1 bukan cuma 1-2 anak tangga terlewati tetapi 1 tingkat anak tangga.

Gavin terkejut dengan apa yang terjadi, dia berfikir mungkin karena kebetulan dan juga efek adrenaline sehingga dia bisa melakukan lompatan tersebut.

Lalu dia mencoba melompat biasa dengan santai, pada percobaan ini dia melompati 1tingkat tangga lagi yang menuju ke lt. 2.

Gavin masih terkejut, dan sedikit bingung. Tetapi dia cuek saja karena sudah mau telat ujian sekolah.

Setelah sampai di lt. 4 dengan beberapa lompatan extremenya, dia masuk kelas tepat waktu bel sekolah berbunyi. Ujian pun segera dilaksanakan.

Siang hari saat pulang sekolah, Gavin tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir dulu di taman kota Northwest favoritnya untuk membaca buku untuk persiapan ujian semester esok harinya.

Saat dia mencari buku mata pelajarannya, dia menemukan buku yang di tinggalkan kakek kemarin sore di dalam tasnya,

"Loh, kok ada buku ini ya di sini. Seingatku aku tidak pernah memasukkan buku ini ke dalam tasku."

"Ah.. Yasudahlah , yang terpenting sekarang belajar dulu buat ujian semester besok."

Dengan begitu Gavin memasukkan kembali buku dari kakek tersebut ke dalam tasnya kembali.

Tanpa sadar Gavin sudah belajar cukup lama, dari siang hari sampai langit sudah berwarna jingga di mana matahari mau terbenam.

Gavin mengambil Handphone jadulnya, dan melihat jam.

"Waduh, sudah jam segini. Bakal dimarahin bibi ini kalau begini."

Setelah itu sampai di apartemen, Gavin memarkir sepedanya di basement apartemen.

Gavin menuju rumahnya di lt. 7. Rumah nomor 88. Saat Gavin masuk. Ada bau masakan yang harum memenuhi rumah tersebut.

"Hmm... Enak sekali harum makanannya, emangnya ada acara apa ya? Tumben bibi masak makanan yang enak kali ini. "

Setelah melepas sepatu, mandi dan berganti pakaian bersih. Gavin menuju ke ruang makan.

Di ruang makan sudah ada paman, dan bibinya duduk di kursi. Sambil tersenyum.

"Selamat Ulang Tahun ke 17 Gavin." Seru Amelia.

Dan seru Peter, "Selamat Ulang Tahun Nak."

Dengan wajah kaget, bersyukur, dan mata berkaca - kaca, Gavin kemudian berkata,

"Terima kasih Bibi dan Paman. Aku lupa kalau hari ini ulang tahunku, karena terlalu fokus belajar untuk ujian semester. "

"Aku sayang kalian bibi, paman. Sekali lagi Terima kasih. " Gavin tersenyum bahagia.

"Kami juga berterima kasih diberikan anak yang baik sepertimu Gavin, kami juga menyayangimu." Seru Amelia dan Peter.

Setelah perayaan kecil berlalu.

Malam itu Gavin bermimpi kembali hal yang sama seperti sebelumnya, tempat yang sama, juga penduduk yang sama.

Gavin heran, 'kok aku ada di sini lagi.'

Kemudian dia mencoba berinteraksi kembali dengan penduduk setempat kembali.

Karena pikir Gavin ini cuma mimpi, ya apa salahnya berpetualang di dalam mimpinya meski itu berbeda bahasa tapi dia bisa mengerti juga mengucapkan bahasa penduduk yang di dalam mimpinya.

Di dalam petualangannya dia mencari perpustakaan, dia menemukannya.

Tetapi penjaga perpustakaan sangat ketat, Gavin ingin masuk tetapi dicegah oleh kedua penjaga pintu perpustakaan tersebut.

"Maaf, anda tidak di ijinkan masuk."

"Hanya orang tertentu yang memiliki simbol keluarga kerajaan dan juga hanya orang yang ditunjuk sebagai wakil abdi salah satu keluarga kerajaan yang dapat memasuki tempat ini."

Akhirnya Gavin menyerah untuk masuk.

Lalu Gavin melanjutkan petualangannya ke sebuah kedai dan bertanya ke penduduk sekitar.

Menghampiri ke salah satu meja, "Permisi, maaf mengganggu waktu kalian. Bolehkah saya bertanya sesuatu?"

Salah satu orang di meja menjawab, " Silahkan."

Gavin melanjutkan bertanya, " Ada apa dengan perpustakaan tersebut?"

"Kenapa hanya orang tertentu yang di perbolehkan memasuki tempat itu?Bukankah perpustakaan adalah tempat umum ya?"

Orang itu menjawab, " Kamu orang baru ya di sini? Kamu pasti baru memasuki umurmu yang ke 17 kan hari ini?"

"Ya benar, saya baru saja berulang tahun yang ke 17 hari ini. Emangnya ada apa dengan hal tersebut?" Jawab Gavin sekaligus bertanya.

Jawab orang tersebut, " Karena dunia Deity ini hanya bisa dimasuki oleh orang terpilih atau keturunan langsung salah satu Dewa di dunia Deity ini."

" Syaratnya, orang tersebut harus genap 17 tahun baru bisa memasuki dunia Deity ini."

Pantas saja Gavin tengah malam sebelumnya bermimpi ke tempat tersebut karena Gavin tertidur saat belajar ,saat waktu menunjukkan pukul 00.00.

Saat itu juga Gavin sudah genap berumur 17 tahun!

Setelah itu Gavin terbangun, dan sudah pagi.

Kali ini dia tidak kesiangan, jadi masih bisa santai dalam menggowes sepedanya.

Di tengah jalan menuju ke sekolah, dia di soraki dan dipuji oleh beberapa pengendara motor.

"Hei, kawan kemarin kamu berkendara kencang sekali, sampai kaget saya anda salip. Padahal kecepatan motor saya kemarin sudah mencapai 100km/h."

"Hebat juga kamu berkendara dengan sepeda tua ini yang terkenal berat, kamu pasti atlit ya yang sedang berlatih."

" Yasudah, selamat berlatih kawan."

Dengan begitu pemotor itu mempercepat laju motornya.

Gavin membalas mereka dengan senyuman, dan melanjutkan perjalanannya mengayuh sepeda untuk menuju ke sekolah.

setelah sampai di parkiran sekolah, kemudian..

Swuut!

Prook!

Suara tomat di lempar ke arah Gavin, tetapi Gavin mengelak dan terkena sepedanya.

Gavin tetap diam, dan kemudian berjongkok untuk membersihkan sepedanya.

Lalu anak yang melempar tomat berpantun,

"Dasar kutu buku, temannya cuma buku. Jangan dekat - dekat kuy, nanti ikutan jadi cupu."

kemudian lanjut anak ini tertawa , "hahaha...ayo gengs kita naik ke kelas biarkan si kutu buku ini membersihkan sepeda bututnya."

03. Anak Kaya Yang Sombong!

Nama anak tersebut ialah Kenneth Douglas.

Dia merupakan anak tunggal dari Jorge Douglas, yang merupakan salah satu menteri yang berpengaruh.

Jorge juga merupakan sebagai penyumbang terbesar di yayasan sekolah Griffin High School.

Sekolah dengan prestasi terbaik dan prestisius, maka dari itu sekolah tersebut sangat ketat dalam menerima siswanya.

Sekolah tersebut juga memiliki beasiswa bagi murid yang pintar dalam nilai akademik, salah satu muridnya Gavin ialah murid terpintar di angkatannya pada saat penerimaan murid awal tahun ajaran.

Tapi lain cerita dengan Kenneth.

Karena status ayahnya tersebut, Kenneth sangat disegani oleh anak - anak di sekolah.

Bahkan pada saat awal penerimaan murid baru Sekolah Menengah Atas, Kenneth bahkan di sambut berlebihan oleh ketua Komite Yayasan Sekolah.

Namun dikarenakan tuntutan ayahnya yang tinggi dalam nilai akademik, Kenneth sangat standar dalam nilainya.

Maka dari itu dia membenci anak yang pintar, dan mulai suka membully mereka sebagai pelampiasan amarahnya karena dia tidak dapat meraih nilai yang di targetkan ayahnya.

Target utama kesukaan Kenneth yaitu Gavin, murid terpintar di kelasnya yaitu kelas 10-1, sudah anaknya pendiam dan tidak pernah berani menatapnya meski dibully apalagi membalas perbuatannya.

Setelah membersihkan bekas tomat di sepedanya, Gavin menarik nafas dan berusaha tenang untuk melupakan hal tersebut.

'Sabar Gavin... Sabar...' Gavin menenangkan dirinya sendiri, meski sudah mengepalkan tangannya.

Sekolah pun sudah waktunya masuk jam ujian pertama, Gavin pun menyelesaikan dalam kurun waktu 30menit.

Guru yang menjaga ujian berkata, " Seperti biasa ya Gavin,pertahankan kualitas nilai ujianmu untuk mempertahankan beasiswamu."

"Jika bukan karena beasiswamu, sekolah elite seperti Griffin ini tidak akan menerima anak Dusun dari perkampungan kumuh seperti Harshfield."

Guru penjaga tersebut bernama Thompson, guru tersebut mengajar pelajaran ekonomi sosial.

Berpenampilan setengah baya juga Gemuk, berpakaian Jas yang rapi, rambut potongan cepak, karena menutupi kebotakan di area tengah kepalanya.

Guru penjaga tersebut juga lebih menyukai dan menghargai murid yang mempunyai status sosial dan kekayaan daripada murid dari latar belakang orang berstatus rendah.

Gavin sedikit kesal dengan perkataan guru tersebut.

Kemudian Garvin pergi ke toilet untuk mencuci muka.

Sambil membaca buku,Saat Gavin mau menuju ke arah toilet pria.

Tiba - tiba muncul murid perempuan yang baru saja keluar dari toilet wanita sambil berjalan tertunduk tanpa melihat ke depan seperti mencari sesuatu.

Kemudian..

Bruuk!

Mereka berdua tidak sengaja bertabrakan dan jatuh berlawanan arah.

"Aduh."

Gavin langsung terduduk dan bukunya jatuh di depannya.

"Ouch." Teriak gadis tersebut.

"Maaf, apakah Kamu tidak apa - apa?" Seru Gavin, bermaksud menolong gadis itu untuk membantunya berdiri.

"Ah, saya tidak apa - apa." Kata gadis itu.

"Saya minta maaf juga, karena saya tidak melihat ke depan, karena sedang mencari salah satu Soft lens saya."

"Karena tadi selesai ujian sekolah saya terburu - buru berganti dari kacamata ke soft lens sambil berjalan ke arah toilet ini."

" Berniat mau saya pasang sambil jalan, tidak sengaja jatuh dari jari saya dan malah jatuh di sekitar sini."

Gadis itu menjelaskan kepada Gavin dan tetap melanjutkan mencari salah satu soft lensnya.

"Oh, ternyata begitu. Mari Saya bantu mencarinya." Gavin memberikan tawaran untuk membantu mencari.

Setelah beberapa saat.

"Ketemu! Apakah ini Soft lens kamu? " Kata Gavin.

Gadis itu segera mengucapkan Terima kasih kasih kepada Gavin, "Ah, iya.. Benar, Terima kasih ya sudah membantu menemukannya."

"By the way, silahkan anda ke toilet dulu, setelah Anda selesai jangan kemana-mana dahulu. Tolong tunggu saya memakai soft lens ini, saya akan traktir anda makan di kantin sekolah."

Gavin hanya mengangguk patuh.

' Yah, lumayan lah menghemat uang untuk makan siang.'

Setelah beberapa saat.

Pundak Gavin ada yang menepuk dari belakang.

" Hai, Maaf lama menunggu ya?"

"Ehm.. Tidak juga. Saya juga baru saja keluar dari toilet." Jawab Gavin.

"Oh ya, maaf atas ketidak sopanan saya. Perkenalkan namaku Cherylin, Cherylin Aciel dari kelas 10-2. Panggil saja Cheryl atau Alin juga bisa."

" Kalau boleh tahu nama anda siapa?" Cheryl bertanya.

" Halo salam kenal nona Aciel, perkenalkan namaku Gavin, Gavin D. Frey. Kamu bisa memanggilku Gavin, saya dari kelas 10-1." Balas Gavin menyapa dengan tersenyum.

Setelah perkenalan singkat, mereka berdua berjalan menuju kantin sekolah.

"Ehm.. Gavin kamu mau makan apa?" Cherylin bertanya.

"Terserah anda Nona Aciel mau mentraktirku apa." Jawab Gavin.

Tiba-tiba Cherylin berhenti dan berbalik ke hadapan Gavin.

"Hmph.. Dari tadi kamu terlalu sopan memanggilku Nona Aciel terus, sudah kubilang panggil saja Cheryl atau Alin."

"Kamu sudah kuanggap temanku, jadi jangan terlalu sungkan dan formal seperti itu." Sambil memarahi Gavin.

Tetapi wajah marahnya Cheryl sangat lucu, bukannya merasa bersalah malah membuat Gavin Reflek untuk tertawa.

"Hhmm.. Ha.. Ha.. Ha.. " Gavin kelepasan tertawa.

"Apa yang kamu tertawakan hah? Apa ada yang lucu di wajahku? Kamu benar-benar tidak sopan, menertawakan orang yang sedang marah." Teriak Cherylin sambil meninju lengan Gavin.

"Maaf.. Maaf... Habis aslinya aku bingung, tadi karaktermu pas di toilet itu kalem banget. Pas sekarang berubah 180 derajat jadi pemarah."

" Dan juga wajah marahmu benar-benar lucu merah kayak tomat.. Hahaha.. " Gavin tersenyum.

Dari kejauhan muncul Kenneth di kantin bersama kroconya.

Dia kemudian dia mendengar suara gadis yang dia suka, kemudian menoleh ke arahnya.

Ternyata suara keributan kecil itu berasal dari suara Cherylin dan Gavin.

Melihat itu Kenneth secara cepat menghampiri kedua orang tersebut.

"Woi Orang Udik, tumben banget kamu bisa muncul makan di kantin. Kantin ini kan tempat sakral bagi orang dusun sepertimu."

"Biasanya kamu kan cuma makan nasi kepal dan kentang tumbuk." Kenneth langsung menghina dan menunjuk batang hidung Gavin.

Melihat ini tiba-tiba Cherylin menepis tangan Kenneth yang sedang menunjuk hidung Gavin.

"Hei Ken, apa salahnya Gavin makan di sini, aku yang mentraktirnya karena telah membantuku. Apa urusanmu tidak memperbolehkan orang makan di kantin ini hah?!"

Kenneth memasukkan tangannya ke dalam sakunya, dan berkata kepada Gavin,

" Yah karena kamu sedang di traktir Tuan Putri dari keluarga Aciel yang terhormat."

"Kali ini aku melepaskanmu anak Dusun. Tapi lain kali kamu muncul di kantin ini lagi. Hancur kamu, Mengerti!"

"Cih... Apa hebatnya berlindung di balik punggung seorang gadis, dasar lemah tidak berguna. Ayo gengs kita ke lantai dua saja, di sini terlalu bau. Bau orang Dusun. ha ha ha.."

Dengan begitu Kenneth pergi menuju ke lantai dua.

Karena mendengar hinaan tersebut Gavin pun tidak mood untuk melanjutkan makan di kantin, dan pergi berjalan keluar dari kantin.

Tetapi..

"Gavin, tunggu! Jangan pergi!" Suara Cherylin memerintah Gavin untuk tidak pergi.

Gavin berhenti dan berbalik.

Lalu berkata dan tersenyum, " Aku tidak apa Nona Aciel, saya paham sekali posisi saya."

"Cuma saat ini saya mau kembali fokus untuk belajar saja untuk bisa mempertahankan nilai saya untuk beasiswa sekolah saya di Griffin High School ini."

"Jadi lain kali anda bisa mentraktir saya jika kita bertemu lagi."

Setelah mengatakan itu Gavin berbalik, kemudian membaca bukunya kembali.

Cherylin pun tidak mencegahnya lagi, dan hanya bisa bicara dalam hati,

'Maafkan aku Gavin, aku sebenarnya juga kesepian, tidak ada teman yang tulus, mereka mau berteman hanya karena status keluargaku.'

'Aku sesungguhnya membutuhkan teman sepertimu, yang tersenyum tulus apa adanya. Dan sejujurnya ini pertama kalinya aku merasa nyaman dengan seseorang.'

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!