Yeshika Charlos, seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun baru saja keluar dari Bandara di jam sebelas malam. Ia berjalan menyeret kopernya menyusuri jalan setapak menuju halte bus sesuai janjinya pada Omnya.
" Om payah nih! Masa' jam segini aku harus nunggu di sini sih, mana sepi banget lagi." Gerutu Yeshi mengusap usap lengannya yang terasa dingin.
Drt.... drt...
Ponsel Yeshi berdering, ia segera mengangkat panggilan dari Om tersayangnya.
" Halo Om, Om udah sampai mana?" Tanya Yeshi.
" Maaf sayang, Om tidak bisa menjemput kamu karena Om ada urusan yang mendesak. Om kirim Tian untuk menjemputmu, tunggu lima belas menit lagi ya."
Klik...
Yeshi menghembuskan nafasnya kasar. Ia mematikan sambungan teleponnya.
" Ada lagi alasannya, selalu saja begitu. Sebenarnya sayang nggak sih sama ponakannya. Kenapa juga tadi aku malah memilih nunggu di sini, tau gitu aku nunggu di cafe depan Bandara aja tadi sambil makan malam." Ucap Yeshi merutuki kebodohannya.
Sambil menunggu jemputannya datang, Yeshi memainkan ponselnya sampai....
" Hai cantik."
Yeshi menoleh ke samping dimana seorang pria bertubuh kekar duduk di sampingnya. Tercium jelas aroma alkohol yang menyengat dari mulutnya.
" Gawat dia mabuk, aku harus segera pergi dari sini." Batin Yeshi.
Yeshi beranjak hendak meninggalkan tempat itu tapi tiba tiba pria itu mencekal tangannya.
" Mau kemana cantik? Sini aja temenin abang ganteng." Ucapnya.
" Lepas!!!" Yeshi menepis tangan pria itu. Ia tidak tahu jika tindakannya membuat pria itu murka.
" Cantik cantik galak bener, kau harus di kasih pelajaran."
Tiba tiba pria itu hendak mencium Yeshi, Yeshi mencoba memberontak.
" Tolong... Tolong... " Teriak Yeshi saat pria itu memeluk Yeshi dari belakang.
" Siapapun tolong aku!!!" Yeshi berteriak lagi.
Sampai...
" Lepaskan dia!" Suara menggelegar dari belakang Yeshi. Siapa lagi kalau bukan Tian.
" Tolong aku!" Ucap Yeshi.
Tian menarik tubuh pria itu lalu...
Bugh... Bugh... Bugh....
Tian memukuli pria itu dengan membabi buta. Yeshi menatap Tian dengan tatapan yang sulit di artikan. Jantungnya berdebar kencang melihat ketampanan Tian. Entah mengapa semua gerakan Tian nampak seksi di matanya.
" Om.. Ponakanmu jatuh cinta. Aku harus bisa mendapatkannya." Batin Yeshi.
Christian Anderson, seorang pria berusia dua puluh delapan tahun. Berwajah tampan hidung mancung dan bertubuh tinggi. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.
" Nona." Tian menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Yeshi membuat Yeshi tersadar.
" Ah iya." Sahut Yeshi nervous.
" Maaf saya terlambat. Kenalkan saya Christian, orang yang di utus oleh tuan Reno untuk menjemput anda." Ucap Tian menyodorkan tangannya.
" Yeshi. Tidak pa pa yang penting kau datang tepat waktu. Terima kasih sudah menolongku." Sahut Yeshi menjabat tangan Tian.
Tian tersenyum kepadanya.
" Mari Nona!" Tian mempersilahkan Yeshi masuk ke mobil.
Yeshi masuk ke mobil begitupun dengan Tian. Ia melakukan mobilnya menuju rumah Yeshi.
" Apa kau bekerja di kantor om Reno?" Tanya Yeshi.
" Iya Nona. Saya bekerja di bagian divisi keuangan." Sahut Tian sopan. Yeshi menganggukkan kepala tanda mengerti.
Lima belas menit mereka sampai di rumah Yeshi yang saat ini di tempati oleh tuan Reno. Yeshi melenggang masuk ke dalam di ikuti Tian dari belakang sambil membawakan koper Yeshi.
" Dimana om Reno? Kenapa sepi sekali?" Tanya Yeshi menatap Tian.
Lagi lagi jantungnya berdebar dengan kencang.
" Tuan Reno sedang ada urusan di luar Nona, anda di minta langsung ke kamar saja." Sahut Tian.
" Urusan apa malam malam begini?" Tanya Yeshi duduk di sofa tuang tamu.
" Saya tidak tahu Nona." Sahut Tian.
" By the way, jangan panggil aku Nona donk! Kelihatannya nggak pantas banget, kamu kan lebih tua dari aku." Ujar Yeshi.
" Maaf saya tidak bisa Nona." Sahut Tian.
" Ini perintah! Dan harus di laksanakan! Panggil aku Yeshi saja." Titah Yeshi.
Tidak mau melawan tuannya, akhirnya Tian menganggukkan kepala tanda setuju.
" Baiklah Yeshi." Ucap Tian.
Yeshi tersenyum simpul mendengarnya, entah mengapa rasanya hatinya begitu dingin seperti tersiram air es.
" Kalau begitu aku panggil kamu Mas aja gimana? Mas Tian, biar kelihatan akrab saja. Aku kan di sini tidak kenal siapapun. Aku juga tidak punya teman, mau kan kau menjadi temanku?" Tanya Yeshi menatap Tian.
" Suatu kehormatan untuk saya jika anda mau berteman dengan saya No...
" Yeshi." Sahut Yeshi memotong ucapan Tian.
" Iya, maksud saya Yeshi." Ucap Tian.
" Berarti kita teman, dan sebagai teman kau harus membantuku dalam segala hal." Ucap Yeshi.
" Saya akan berusaha." Sahut Tian.
" Ya sudah kalau gitu aku ke kamar ya. Sampai jumpa besok pagi teman baruku." Ucap Yeshi.
" Sampai jumpa, selamat malam Yeshi." Ucap Tian sambil tersenyum.
" Malam." Sahut Yeshi berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Yeshi merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang. Ia menatap langit langit kamar sambil membayangkan wajah Tian. Ia tersenyum senyum sendiri.
" Senyumanmu melelehkan dunia adek, bang. Aaaa Mas Tian.... Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Aku tidak percaya aku bisa merasakan jatuh cinta, padahal selama ini banyak pria yang mengejarku tapi tidak satupun yang bisa mencuri hatiku. Aku akan mengatakannya pada om Reno. Aku harap om Reno bisa membantu mendekatkan aku dengan Mas Tian." Monolog Yeshi.
Ceklek...
Pintu terbuka, nampak tuan Reno berjalan mendekati Yeshi.
" Sayangnya Om udah sampai to." Ucap tuan Reno duduk di samping Yeshi.
" Belum... " Sahut Yeshi cemberut.
" Jangan cemberut gitu donk! Kan Om lagi ada urusan." Ujar tuan Reno.
" Urusan apa yang lebih penting dari menjemput keponakan sendiri? Apa Om tahu kalau aku tadi di ganggu sama preman? Bagaimana kalau aku kenapa napa? Bagaimana kalau Mas Tian tidak datang tepat waktu?" Oceh Yeshi menatap omnya.
" Mas Tian?" Tuan Reno mengerutkan keningnya. Dari sekian ocehan Yeshi ia lebih tertarik dengan kata itu.
Mengingat Tian membuat Yeshi tersenyum lagi.
" Kenapa malah senyam senyum gitu? Kesambet setan Bandara?" Selidik tuan Reno.
" Aku jatuh cinta Om." Ucap Yeshi.
" Jatuh cinta? Pada siapa? Katakan pada Om! Om akan melamarnya untukmu." Ucap tuan Reno.
Yeshi menatap omnya sambil tersenyum.
" Mas Tian."
Deg...
Jantung tuan Reno terasa berhenti berdetak. Benarkan keponakannya ini jatuh cinta pada Tian yang sama?
" Maksudmu Christian yang tadi menjemputmu?" Tanya tuan Reno memastikan.
" Iya Om, aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Lamar dia untukku Om! Aku tidak mau kehilangannya. Selama ini Om kan tahu kalau tidak ada pria yang bisa mencuri hatiku, tapi saat aku melihat Mas Tian, aku langsung jatuh hati padanya." Ujar Yeshi mengguncang lengan omnya.
" Bagaimana kau bisa mencintai seseorang tanpa menyelidiki latar belakang dan statusnya Yeshi?" Ucap tuan Reno sambil berdiri.
" Memangnya kenapa Om? Bukankah di keluarga kita tidak pernah memandang orang dari statusnya?" Tanya Yeshi berdiri berhadapan dengan tuan Reno.
" Tapi ini beda Yeshi. Perlu kau ketahui jika Tian sudah menikah."
Jeduarrrrrr......
Penasaran kelanjutannya? Tekan like vote dan kasih 🌹yang banyak buat author biar author makin semangat....
Di akhir bab dua puluh nanti, author akan memilih tiga pendukung terbanyak. Dan masing masing akan mendapatkan pulsa sebesar dua puluh ribu dari author..
Jadi rajin rajinlah Vote, like dan kasih hadiah buat author...
Miss U All....
TBC...
Jeduarrrr...
Bagai di sambar petir di siang bolong, tubuh Yeshi terasa kaku. Ia tidak menyangka, sekalinya jatuh cinta malah sama suami orang. Tapi rasa cinta dan keinginan memiliki lebih mendominasi dalam dirinya.
" Aku tidak peduli." Ucap Yeshi membuat tuan Reno melongo tak percaya.
" Apa maksudmu Yeshi? Kau mau merebutnya dari istrnya? Kau mau jadi seorang pelakor begitu?" Selidik tuan Reno menatap Yeshi tajam.
" Semua adil dalam cinta dan perang Om. Kalau dia mau, kenapa tidak? Yang penting kami sama sama mau. Berikan aku alamatnya Om, besok aku akan ke rumahnya untuk menemui istrinya." Ujar Yeshi.
" Yeshi jangan keterlaluan! Jangan merusak rumah tangga orang lain! Jangan merendahkan harga dirimu demi perasaan yang kau sebut cinta itu." Tutur tuan Reno memberi nasehat.
" Aku tidak akan merusak rumah tangganya Om. Aku rela jadi yang kedua asalkan aku bisa selalu bersamanya. Aku ingin selalu mendampinginya Om. Aku mencintainya, aku tidak mau kehilangannya walaupun aku tahu sangat sulit untuk mendapatkannya.Tapi aku akan berusaha Om." Ujar Yeshi.
Tuan Reno menyukai kasar rambutnya. Ia benar benar tidak percaya dengan pikiran Yeshi yang di anggapnya gila. Bagaimana bisa keponakan yang ia besarkan selama ini rela menjadi yang kedua. Benar benar bodoh, pikirnya.
" Om..... Aku mohon.. Ya ya ya ya." Yeshi menatap omnya dengan tatapan puppy eyesnya.
Tuan Reno menghela nafasnya. Ia tidak tega melihat keponakan tercintanya memohon seperti itu. Selama ini ia selalu menuruti apa keinginan Yeshi.
" Baiklah akan Om berikan alamatnya, tapi Om tidak mau ikut menanggung akibatnya. Kau sendiri yang harus menanggung konsekuensinya karena berani mengambil keputusan ini Yeshi. Jangan datang pada Om sambil menangis darah karena rasa sakit yang kau rasakan nanti. Om tidak akan menghiburmu." Ucap tuan Reno.
" Siap Om. Aku akan menanggungnya sendiri." Sahut Yeshi tanpa pikir panjang. Ia berpikir kehidupannya kelak akan bahagia walaupun ada tiga cinta dalam satu atap.
" Terima kasih Om, Om memang pria terbaik dalam hidupku." Ucap Yeshi memeluk tuan Reno.
" Sekarang tidurlah! Kau pasti lelah hari ini. Besok pagi temui Om di ruang kerja! Om akan memberikan alamat Tian padamu. Semoga kau bahagia." Ucap tuan Reno mengelus kepala Yeshi.
" Oke... Malam Om." Ucap Yeshi.
" Malam sayang." Sahut tuan Reno keluar dari kamar Yeshi.
" Biarlah aku memberikan alamatnya, toh belum tentu istrinya mau menerima Yeshi sebagai madunya. Dan Tian... Dia pasti akan menolak Yeshi, apalagi dia sangat mencintai istrinya itu. Semoga setelah penolakan Tian dan istrinya membuatmu sadar Yeshi." Batin tuan Reno menutup pintunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari dengan bermodalkan alamat dari omnya, Yeshi melajukan mobilnya menuju rumah Tian. Sesampainya di sana, ia segera turun dari mobilnya mendekati rumah sederhana milik Tian.
Terdengar suara keributan dari dalam sana.
" Aku bosan hidup dalam kemiskinan Tian... Cobalah cari pekerjaan lainnya. Atau kau ambil saja uang perusahaan, gampang kan." Ucap Rebeca.
" Kau benar benar gila Rebeca, hanya karena harta kau tega menyuruhku untuk menggelapkan uang perusahaan hah!!" Bentak Tian.
" Ya aku gila." Teriak Rebeca menatap tajam ke arah Tian.
" Aku gila karena hidup bersama pria sepertimu. Pria miskin yang tidak punya apa apa selain gubug reot ini. Aku menyesal menikah denganmu Tian. Dua tahun kita menikah tapi hidup kita seperti ini ini saja. Tidak ada perubahan sama sekali. Aku ingin seperti teman temanku Tian, aku ingin shopping ke mall, kumpul kumpul ikut arisan yang dapatnya ratusan juta. Aku malu hidup seperti ini terus Tian. Hidup seperti ini saja kamu mau punya anak, mau di kasih makan apa anak kita nanti hah." Ucap Rebeca dengan nada tinggi.
" Kalau kita punya anak, rejeki kita akan bertambah Rebeca. Siapa tahu hidup kita bisa lebih baik dari sekarang." Ujar Tian.
" Aku tidak mau, kalau kamu tidak bisa membuat aku bahagia maka aku akan meninggalkanmu."
" Rebeca!!!" Bentak Tian mengangkat tangannya.
" Kenapa? Mau menampar aku? Tampar saja. Dengan begitu aku bisa menuntut cerai darimu." Tantang Rebeca.
" Ya Tuhan.... Istri macam apa yang aku nikahi ini." Ucap Tian.
" Makanya kalau tidak mau aku tinggalkan, penuhi semua kebutuhanku. Aku tidak peduli bagaimana caramu mendapatkannya." Ucap Rebeca.
Tidak mau terpancing emosi lebih dalam lagi, Tian segera keluar dari rumahnya. Ia menghentikan langkahnya saat melihat Yeshi yang berdiri di depan pintu.
" Yeshi." Ucap Tian.
" Pagi Mas." Sapa Yeshi tersenyum manis.
" Pagi, mau bertemu denganku? Tapi aku harus berangkat kerja sekarang. Aku sudah terlambat." Ucap Tian menatap jam yang melingkar di tangannya.
" Aku ingin bertemu dengan istrimu, apakah aku boleh berteman dengannya?" Tanya Yeshi.
" Boleh, silahkan! Aku pergi dulu." Ucap Tian.
" Hati hati." Ucap Yeshi di balas senyuman oleh Tian.
Tian berlalu menuju jalan raya untuk menyetop taksi. Sedangkan Yeshi mengetuk pintu rumah Tian.
Tok tok..
Tak lama Rebeca keluar menemuinya.
" Ya ada apa ya?" Tanya Rebeca menatap penampilan Yeshi dari atas sampai bawah.
" Cantik bener... Semua yang di pakainya barang barang branded, pasti dia orang kaya." Batin Rebeca.
" Maaf Mbak, kenalkan aku Yeshi, bos dari suamimu." Ucap Yeshi menyodorkan tangannya.
" Rebeca, silahkan masuk Nona Yeshi." Sahut Rebeca membalas ukuran tangan Yeshi.
" Yeshi saja." Sahut Yeshi.
Keduanya duduk di sofa yang mulai terlihat usang. Rebeca menyajikan minuman untuk Yeshi.
" Ada apa kamu kemari? Suamiku baru saja pergi." Ucap Rebeca.
" Aku sudah bertemu dengannya Mbak barusan. Aku ke sini memang ingin menemuimu. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu." Ujar Yeshi to the point.
" Apa itu?" Tanya Rebeca.
" Aku mencintai suamimu."
" Apa???" Pekik Rebeca menutup mulutnya dengan tangannya.
" Kau mencintaiku suamiku?" Tanya Rebeca memastikan.
" Iya, aku ingin dia menjadi milikku." Sahut Yeshi.
" Apa yang aku dapatkan jika aku bisa membuatnya menikahimu?" Tanya Rebeca.
Yeshi melongo, begitu mudahkah mendapatkan Tian dari istrinya?
" Aku akan memberikan semua milikku. Rumah mewah, mobil mewah dan uang satu triliun rupiah." Sahut Yeshi.
Rebeca melongo mendengar ucapan Yeshi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana bahagia ia hidup dalam kemewahan.
" Aku akan membuatnya menikahimu secepatnya, tapi kau hanya akan menjadi istri kedua untuknya karena aku tidak mau berpisah dengannya." Ucap Rebeca.
" Rugi kalau aku berpisah dengannya, siapa tahu setelah Yeshi bosan padanya aku bisa memberikannya pada yang lain." Gumam Yeshi dalam hati.
" Tidak masalah, yang penting aku bisa hidup bersamanya. Jadilah madu yang baik untukku, aku akan memberikan semuanya setelah pernikahan. Bagaimana?" Tanya Yeshi memberikan penawaran.
" Oke deal." Sahut Rebeca menjabat tangan Yeshi.
Yeshi menatap Rebeca, begitupun sebaliknya.
" Aku tidak menyangka ada seorang istri yang rela menukar suaminya demi harta." Batin Yeshi.
" Aku tidak pernah tahu jika ada orang bodoh sepertinya. Hanya demi suamiku dia rela memberikan hartanya padaku. Aku harus membuat Tian mau menikahinya. Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini." Batin Rebeca tersenyum smirk.
" Kalau begitu aku pergi dulu. Aku pegang kata katamu Mbak Rebeca." Ucap Yeshi.
" Kau tenang saja! Aku tidak akan melupakan janjiku padamu, begitupun denganmu." Ucap Rebeca.
" Tentu." Sahut Yeshi meninggalkan rumah Tian.
Rebeca...
Tekan like untuk mendukung karya author...
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC....
Malam ini Tian baru saja pulang kerja. Ia masuk ke dalam rumahnya. Ia terkejut saat Rebeca menyambutnya dengan hangat. Tidak biasanya Rebeca bersikap seperti ini. Ia yakin ada sesuatu yang di inginkan oleh Rebeca.
" Kamu sudah pulang, mandi dulu gih lalu makan malam. Aku sudah menyiapkan semuanya." Ucap Rebeca.
" Ada apa? Kenapa kau bersikap baik seperti ini?" Tanya Tian sambil mengerutkan keningnya.
" Nanti kamu juga akan tahu. Udah buruan mandi, aku udah lapar." Sahut Rebeca.
Tian masuk ke dalam kamarnya. Setelah mandi ia menuju meja makan. Rebeca mengambilkan makan untuk Tian membuat Tian semakin heran dengan tingkah istrinya. Mereka makan dengan khidmat.
Selesai makan Rebeca menarik tangan Tian menuju ruang keluarga yang tidak seberapa besarnya.
" Tian aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Selama ini semua keinginanku tidak bisa kau penuhi, alasannya karena uang. Tapi kali ini aku ingin meminta satu hal yang tidak berhubungan dengan uang. Justru permintaanku akan menghasilkan banyak uang." Ucap Rebeca.
" Apa maksudmu Rebeca?" Selidik Tian.
" Menikahlah dengan Yeshi!"
Jeduar.....
" Apa???" Pekik Tian tak percaya.
" Iya menikahlah dengan Yeshi, jadikan Yeshi maduku dan Yeshi akan memberikan semua hartanya padaku. Rumah mewah, mobil mewah, dan uang satu triliun. Bayangkan Tian! Aku akan hidup enak dan bahagia dengan semua itu. Itu yang aku harapkan sejak dulu." Ujar Rebeca.
" Kamu gila Rebeca. Bagaimana kamu bisa menjual suamimu sendiri!" Bentak Tian.
" Semuanya demi uang Tian." Teriak Rebeca tak mau kalah.
" Kalau kau tidak mau menikahinya, kau akan melihat aku mati di depan matamu." Ancam Rebeca.
Rebeca tahu jika Tian sangat mencintainya. Ia yakin dengan ancaman itu Tian pasti mau menuruti semua keinginannya.
" Rebeca sadarlah! Tidak semuanya harus di ukur dengan materi. Uang tidak menjamin kebahagiaan Rebeca. Coba berpikir sekali lagi! Kau akan mendapatkan uang, tapi cinta dan kasih sayang ku harus terbagi. Apa kau tidak sakit hati melihat aku bersama wanita lain?" Tanya Tian.
" Tidak... Aku tahu cintamu hanya untukku, yang jelas aku ingin kau menikahi Yeshi untuk memberikan aku kebahagiaan yang tidak pernah kau berikan padaku. Aku bahagia hidup bergelimang harta Tian, tidak seperti sekarang ini. Mau beli skincare saja aku tidak bisa. Gajimu hanya pas pasan untuk makan dan membayar cicilan rumah ini. Aku tidak sanggup hidup dalam kemiskinan lebih lama lagi. Turuti kemauanku atau kau akan kehilangan aku." Sahut Rebeca.
Tian menyugar kasar rambutnya.
" Apa Yeshi ke sini untuk menawarkan semua itu padamu?" Tanya Tian menatap Rebeca.
" Dia ke sini hanya bilang kalau dia mencintaimu, lalu aku bertanya padanya, jika aku memberikanmu padanya apa yang akan aku dapatkan? Tidak ku sangka dia memberikan semua itu padaku. Ternyata dia benar benar mencintaimu. Jika tidak, tidak mungkin dia mau mengorbankan semua hartanya demi lelaki miskin sepertimu." Terang Rebeca.
Tian memrjamkan matanya. Selalu saja Rebeca menyebutnya seperti itu. Demi cintanya pada Rebeca ia rela bersabar menghadapi semua sikapnya selama ini.
" Bagaimana bisa dia bilang mencintaiku? Padahal kami baru sekali bertemu? Apa yang sebenarnya sedang ia rencanakan? Tapi tunggu...Rebeca benar, kalau dia tidak mencintaiku, kenapa dia mau memberikan semua hartanya pada Rebeca? Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kenapa harus aku yang menanggung semuanya? Menikah lagi tidak pernah terpikir dalam pikiranku, lalu ini? Rebeca memintaku menikahi wanita lain tanpa menceraikannya? Ya Tuhan.... Aku harus bagaimana? Aku sangat mencintai Rebeca dan tidak bisa mencintai wanita lain lagi, jika aku menikahi Yeshi rasanya tidak adil untuknya. Bukankah memiliki dia istri harus bisa bersikap adil? Satu istri saja aku tidak bisa memberikan kebahagiaan, lalu bagaimana dengan dia istri? Berikan aku petunjukMu Ya Rob. Apa yang terbaik untuk kami berdua." Batin Tian.
Tian beranjak dari sofa nya.
" Mau kemana?" Tanya Rebeca.
" Mau ke kamar." Sahut Tian.
" Kamu belum memberikanku jawaban Tian." Ucap Rebeca.
" Aku tidak mau menikahinya." Sahut Tian berlalu dari sana.
" Tian... Tunggu Tian...." Teriak Rebeca.
" Arghh sial!! Aku harus melakukan sesuatu untuk membuatmu mau menikahi Yeshi. Rumah mewah, mobil mewah, uang satu triliun impianku selama ini." Monolog Rebeca tersenyum smirk setelah mendapatkan ide.
...****************...
Jam makan siang Tian menuju cafe xx di depan kantornya sesuai janjinya pada Yeshi semalam. Ia menghampiri Yeshi yang duduk di meja nomer dua. Yeshi mendongak menatap Tian.
" Kau sudah datang Mas, silahkan duduk!" Ucap Yeshi tersenyum.
" Kenapa kau melakukan semua ini?" Tanya Tian duduk di depan Yeshi.
" Melakukan apa?" Yeshi balik bertanya.
" Kau mengining imingi istriku uang supaya dia mau membujukku untuk menikahimu." Ucap Tian.
" Apa istrimu bilang seperti itu? Atau hanya persepsimu saja?" Tanya Yeshi membuat Tian bungkam.
" Jujur, aku memang mencintaimu saat pertama kali kita bertemu. Aku memang sengaja menemui istrimu dan mengatakan perasaanku padanya. Aku sangat terkejut saat itu, biasanya seorang istri akan marah jika ada wanita lain yang mencintai suaminya. Tapi reaksi istrimu sungguh fantastis Mas, di luar dugaanku." Terang Yeshi.
" Istrimu malah menanyakan apa yang akan aku berikan jika kau menikahiku. Demi cintaku padamu dan ingin hidup bersamamu aku rela memberikan semuanya untukmu. Dan istrimu menerimanya, lalu dimana kesalahanku Mas? Istrimu sendiri yang wellcome padaku, lagian kau tidak berpisah dengannya. Dia masih istrimu kan." Sambung Yeshi menatap Tian.
" Kau salah karena mencintai suami wanita lain." Ucap Tian.
" Tidak ada yang salah dengan perasaan Mas, yang salah hanya keadaan. Aku tidak pernah merasakan seperti saat ini. Aku tidak pernah jatuh cinta pada pria manapun. Tapi saat aku melihatmu, jantungku berdebar Mas. Aku merasa ingin memilikimu, aku merasa tidak mau kehilanganmu. Apapun akan lakukan demi mendapatkan dirimu termasuk merelakan semua hartaku untuk istrimu." Ucap Yeshi.
" Aku tidak akan menikahimu, seandainya aku melakukannya itu karena terpaksa. Demi cintaku pada Rebeca." Ucap Tian.
" Kalaupun akhirnya kita menikah, kau hanya akan mendapatkan status itu tanpa bisa memilikiku apalagi cintaku. Karena cintaku hanya untuk Rebeca bukan yang lainnya." Ucap Tian penuh penekanan.
" Kita buktikan saja Mas! Yang jelas apapun perlakuanmu padaku nanti, aku tetap merasa bahagia karena bisa hidup bersamamu. Aku akan menanggung konsekuensi itu sampai dimana aku mampu bertahan. Jika pada akhirnya aku tidak sanggup bertahan lagi, saat itulah aku akan pergi." Sahut Yeshi membuat Tian melongo.
" Sampai jumpa di hari pernikahan kita nanti." Ucap Yeshi mengerlingkan sebelah matanya.
Tian menatap kepergian Yeshi dengan perasaan tak menentu. Bagaimana bisa ada wanita seperti Yeshi? Yeshi wanita terpandang, kaya raya, cantik sempurna. Ia bisa mendapatkan pria manapun dengan berbagai model. Tapi mengapa ia justru mengharapkan cinta pria miskin milik wanita lain?
Memang cinta sering membuat kita buta dan lupa. Apapun akan kita lakukan demi satu kata yang dinamakan Cinta.
Tekan like dan beri hadiah untuk mendukung karya author...
Terima kasih...
Miss U All...
TBC...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!