NovelToon NovelToon

Mahar Untuk Rani

Terlilit hutang

Siang itu di sebuah mansion sedang terjadi perdebatan hebat antara pasangan suami istri dengan anak perempuannya.

Rania Salsabila adalah putri seorang pengusaha sedang berada di ambang kekecewaan. Gadis yang di panggil Rani itu di minta oleh kedua orang tuanya untuk menikah dengan pria yang tidak dia kenal dan dia cintai karena sebuah hutang.

"Tidak ayah, aku tidak mau. Aku bisa membantu ayah dan ibu melunasi hutang dengan cara bekerja. Bekerja apa saja aku mau, asal jangan nikahkan aku dengan dia. Dia sudah beristri ayah!" teriak Rani menolak perjodohan dadakan itu.

"Mau berapa lama kamu bekerja Rani? Dua tahun? Tiga tahun? Keburu kita semua tidur di kolong jembatan." tegas ayah Rani bernama Lukman.

"Ibu, bicaralah kepada ayah. Rani belum siap nikah paksa seperti ini, ibu kan perempuan ? Pasti ibu tahu bagaimana rasanya berada di posisiku?" pinta Rani kepada ibunya yang bernama Laras.

"Maaf sayang, kali ini kamu harus menuruti perintah kami demi kebaikan kita semua. Apa kamu tidak kasihan kepada kami, kepada kedua adik kembarmu Lili dan Lala jika kita semua akan menjadi gelandangan karena tidak mempunyai tempat tinggal lagi." sahut Laras.

"Tidak, Rani tidak mau. Kenapa kalian begitu tega kepadaku? Kenapa kalian menjual ku untuk melunasi hutang kita?" gadis itu menangis tersedu sedu.

"Cukup Rani. Ayah tidak mau berdebat lagi. Kami tidak menjual kamu, karena pria itu akan menikahi mu. Hidup mu akan terjamin di sana dan kita bisa mendapatkan kembali surat tanah kita. Kalau bukan kamu yang membantu kami, lalu siapa lagi? Semua aset ayah sudah tidak ada, tinggal rumah ini saja." tutur Lukma kepada putri sulungnya.

"Dari mana ayah tahu jika setelah menikah aku akan bahagia? Kebahagiaan macam apa yang di dapat dari sebuah poligami? Apalagi tanpa ada rasa cinta? Ibu, ayo jawablah. Kebahagiaan macam apa?" Rani tetap memberontak.

"Diam Rani!" Lukman berteriak karena merasa begitu kesal kepada putrinya yang sejak tadi membantahnya.

Laras berusaha menengahi perdebatan antara anak dan suaminya.

"Sabar yah, sabar. Kita bisa bicara baik baik, jangan emosi seperti itu," tutur Laras kepada suaminya.

"Bagaimana bisa sabar? Satu satunya harapan kita hanya Rani, tapi dia tidak mau mengerti. Ayah tidak sanggup lagi meneruskan hidup jika kita harus tinggal di kolong jembatan." Ketiganya terdiam dengan argumennya masing masing hingga akhirnya Laras memecahkan keheningan.

"Rani, maafkan kami jika menurut kamu apa yang kami lakukan ini salah. Tapi nak, cobalah mengerti keadaan keluarga kita. Kami juga tidak pernah berkeinginan akan terlilit hutang sebanyak ini , tapi mau bagaimana lagi? Ibu yakin Mahar adalah laki laki bertanggung jawab. Dia tidak akan menelantarkan kamu meski kamu istri keduanya. Kamu mau ya nak?" Laras mencoba bicara dari hati dengan sang putri.

"Entahlah bu, Rani masih belum bisa menjawab dan berpikir. Rani lelah , mau istirahat!"

Braakh,

Gadis itu menutup pintu kamarnya dengan kasar dan membuat Lukman semakin naik pitam.

"Dasar anak tidak tidak tahu diri!" Lukman menghujat putrinya sendiri.

"Sudah yah, nanti ibu bujuk dia lagi." Laras berusaha menenangkan.

"Sudah tidak ada waktu lagi bu, lusa kita harus keluar dari rumah ini jika Mahar belum menikahi Rani." sahut Lukman dengan wajah panik.

Keluarga Rani terlilit hutang kepada Mahardika Permana, seorang Ceo yang sudah beristri. Pria itu memberi syarat rumit kepada Lukman. Jika tidak bisa membayar hutangnya yang senilai satu milyar, maka lusa mereka harus mengosongkan rumah kecuali Rani mau dia nikahi sebagai istri kedua.

Lukman awalnya adalah seorang pengusaha sukses yang mempunyai kantor cabang di beberapa tempat, namun tidak pernah dia duga bahwa tahun lalu usahanya mengalami kendala karena kebijakan baru pemerintah mengenai pemakaian suatu produk yang di larang.

Akhirnya proses produksi pun berhenti mendadak, semua karyawan terpaksa di berhentikan paksa dengan meminta jatah pesangon. Belum lagi denda yang harus di bayar oleh Lukman atas produksi produknya yang tiba tiba di larang itu sangatlah besar.

Hal itu membuat Lukman terpaksa menjual semua aset kekayaannya, hingga hanya tersisa rumah yang mereka tinggali. Namun karena biaya yang mereka keluarkan masih banyak, maka enam bulan lalu mereka terpaksa menggadaikan surat tanah mereka kepada Mahar dengan nilai 700 juta hingga melar menjadi satu milyar karena bunga dan keterlambatan membayar. Sebab pada surat perjanjian nya, pinjaman itu akan di kembalikan dalam waktu tiga bulan saja.

"Rani , Rani keluarlah nak," teriak Laras sambil menggedor pintu kamar putri sulungnya.

Rani yang masih terkena pukulan batin atas perjodohan dadakan itu, nampak bermalas malasan untuk membuka pintu.

"Ada apa lagi bu?"

Menerima tawaran

" Ayah kamu, ayah kamu tiba tiba pingsan nak. Ayo kita bawa ke rumah sakit. " dengan nafas tersengal Laras berbicara kepada putrinya.

"Astaga, ayah. Ayo bu, kita segera ke rumah sakit." sahut Rani. Meski sedang dalam keadaan marah dan kesal, namun gadis itu sebenarnya sangat menyayangi kedua orang tuanya.

"Rani sudah menelpon ambulan bu, mungkin sepuluh menit lagi datang." tukas Rani sambil membantu Laras mengangkat tubuh ayahnya yang tergeletak di lantai untuk di naikkan ke atas sofa.

Sepuluh menit kemudian suara sirine ambulan mendekat, dan Lukman segera di larikan ke rumah sakit terdekat.

Setelah mendapat perawatan, akhirnya dia pun siuman. Namun Lukman nampak mengalami tekanan batin dan pikiran yang luar biasa sehingga membuat tekanan darahnya sangat tinggi.

"Suami saya sakit apa Dok? Kenapa tiba tiba pingsan?" tanya Laras.

"Pasien mengalami serangan jantung dadakan dan hipertensi. Kondisi ini sangat membahayakan, karena jika tidak di tangani maka akan mengakibatkan stroke permanen atau lebih fatalnya lagi akan menyebabkan kematian." tukas sang Dokter.

"Astaga, tidak. Tapi Dok, suami saya tidak mempunyai riwayat penyakit jantung." ucap Laras.

"Maaf bu,mungkin beliau sedang terlalu memikirkan hal yang berat hingga membuat kondisi drop dan menyerang jantung karena berdasar cek lab, kolesterol pasien sangat tinggi." jelas sang Dokter kemudian.

"Lalu bagaimana Dok, apa suami saya bisa sembuh?" tanya Laras.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau bisa semua permasalahan yang beliau pikirkan segera di atasi agat tidak semakin memperburuk keadaan." tukas sang Dokter lalu memohon untuk undur diri karena masih banyak pasien menunggu.

"Rani, ibu mohon selamatkan ayah. Cuma kamu yang bisa membantu kami. Ibu mohon dengan sangat nak agar kamu mau menikah," pinta Laras sambil meneteskan air mata.

Rani semakin merasa tertekan, kini dia begitu tersudut dan tidak memiliki ruang untuk bergerak.

Gadis itu menjatuhkan dirinya di kursi ruang tunggu di rumah sakit tersebut, karena kakinya seakan lemas tak mampu menopang tubuhnya. Mau tidak mau, sepertinya dia akan melaksanakan pernikahan poligami dengan Mahar.

"Bagaimana tawaran saya kemaren? Saya harap kondisi anda saat ini tidak menjadi alasan untuk lari dari tanggung jawab. Jika besok putrimu tidak mau menikah dengan ku, maka besok juga kalian harus mengosongkan rumah kalian. Mengerti ?" kata Mahar saat sempat menengok keadaan Lukman di rumah sakit.

Lukman dan istrinya saling pandang mendengar gertakan Mahar. Ingin mereka jawab iya, tapi mereka ingat bahwa Rani menolak perjodohan itu. Namun jika menjawab tidak, maka besok pagi mereka akan benar benar menjadi gelandangan karena rumah mereka di segel.

"Cepat jawab. Kalian tidak melupakan tawaranku kemaren kan? Jika kalian keberatan juga tidak masalah, itu artinya kalian semua harus keluar dari rumah kalian besok pagi." sekali lagi Mahar menggertak keluarga Rani.

"Beri kami waktu sebentar lagi." Lukman meminta kepada Mahar sambil menahan rasa nyeri di dadanya.

"Tidak. Kalian terima tawaran ku atau besok kalian harus keluar dari rumah kalian." ucapan Mahat sangat tegas dan menusuk hingga ke relung hati Lukman dan Laras.

"Baik saya terima." tiba tiba muncul suara seseorang dari pintu yang rupanya adalah Rani.

" Rani? " Lukman dan istrinya terkejut sekaligus senang mendengar jawaban putrinya.

"Hei kamu gadis manis, ternyata kamu anak yang berbakti ya. Aku suka itu, menikahlah dengan ku dan hidupmu tidak akan kekurangan." ucap Mahar dengan mendekat ke arah Rani dan sambil mencolek dagunya.

Dengan pelan Rani menepis, namun pria itu malah kembali menarik dagunya hingga wajah Rani menghadap ke wajah Mahar.

" Kamu akan bahagia jika mengikuti permainanku, namun sebaliknya. Jika kamu mencoba untuk melawan, maka kamu tidak akan pernah mencium aroma kebahagiaan selamanya di hidupmu. Mengerti, kelinci manisku?" lirih Mahar tepat di hadapan wajah Rani.

Lukman sebenarnya sangat geram melihat cara Mahar berbicara kepada putrinya, karena sudah dapat tergambar bagaimana jika mereka sudah menikah nanti bahwa putrinya akan menjadi boneka mainan Mahar. Namun laki laki 55 tahun itu tidak bisa berbuat apa apa.

"Maafkan ayah Rani, maafkan." ucapnya dalam hati sambil memejamkan mata.

Pernikahan dadakan

Gaun pengantin, pesta kilat serta mahar pernikahan telah di persiapkan oleh Mahar malam itu untuk acara pernikahan keduanya dengan Rani.

"I Love You baby." suara serak itu nampak terdengar di sela sela permainan intim antara Mahar dan istrinya yang bernama Saskia.

Wanita itu tahu jika suaminya besok akan menikah dan dengan rela hati wanita itu memberi izin kepada Mahar untuk menikahi Rani. Bukan tanpa alasan dia memberi izin kepada sang suami, karena sebenarnya pernikahannya dengan Mahar adalah sebuah misi balas dendam yang tidak di ketahui oleh Mahar.

Dari pernikahan dengan Saskia selama dua tahun , Mahar belum memiliki keturunan karena tanpa sepengetahuan Mahar , Saskia selalu menelan pil kontrasepsi.

Keesokkan paginya.

Seorang pengantin wanita telah di poles dengan make up hingga terlihat begitu cantik serta mengenakan gaun pengantin yang elegan. Di ruang lain, sang pengantin pria masih melanjutkan permainan panasnya dengan sang istri sebelum tiga puluh menit kemudian dia akan menikahi istri keduanya.

"Ayo baby, kita keluar sama sama. Aku tidak tahan lagi." rintihan manja itu terdengar tepat di telinga Saskia ketika mereka hampir mencapai puncak permainan.

Dan di menit berikutnya, permainan itu berhenti setelah mencapai garis finish.

Usai melakukan ritual panas, mereka segera bersiap siap menuju ke pelaminan. Memang sangat sulit di mengerti akal logika, namun itu kenyataannya.

Saskia mengantar pernikahan suaminya Mahar untuk Rani.

Sepasang pengantin telah duduk berdampingan dan siap untuk menjalani ritual pernikahan dadakan. Acara berlangsung dengan lancar dan beberapa waktu kemudian para tamu undangan telah menjadi saksi bahwa pernikahan mereka sudah sah.

Mahar memeluk kedua istrinya yang duduk di sisi kanan dan kirinya. Tidak ada kebahagiaan sejati di dalamnya layaknya senyum yang mereka pancarkan kepada para tamu undangan.

Dendam di hati Saskia, serta tekanan di batin Rani adalah rasa sesungguhnya yang singgah di hati mereka.

Sementara Mahar tidaklah peka terhadap keduanya. Dia berpikir dengan harta yang berlimpah, maka dia pasti bisa membahagiakan wanita mana saja. Dan dia memandang semua wanita pasti gila harta, termasuk pandangannya kepada Saskia yang merelakan dia menikah lagi pasti karena Saskia tidak mau kehilangan fasilitas hidup mewah ketika menjadi istrinya.

Setelah acara selesai, para tamu undangan mulai meninggalkan tempat. Kini tiga insan itu masih duduk di tempatnya. Kali ini Mahar mulai memberi aturan hak kepada keluarga kecilnya.

"Saskia, kamu tetap tinggal di mansion ini. Sementara Rani akan akan tinggal di mansion sebelah." ucap Mahar.

"Tidak, aku tidak mau." jawab Saskia.

"Kenapa?" tanya Mahar heran dengan penolakan istri pertamanya , karena tidak biasanya dia melawan ucapan Mahar.

"Aku ingin kita tinggal bersama di mansion ini." jawaban itu tentu mengejutkan Mahar dan Rani.

Sebagai istri pertama, Saskia memang lebih mempunyai hak untuk berbicara dari pada Rani yang hanya diam mengikuti permainan apa yang akan di lakukan suami dan madunya.

"Kamu yakin dengan apa yang kamu bicarakan? Padahal aku berniat memisahkan kalian agara kalian merasa nyaman." tanya Mahar.

"Aku akan lebih tidak nyaman ketika kamu berada di mansion lain, sementara aku tinggal sendiri di sini." tukas Saskia.

Ada satu rencana pembalasan yang akan di lakukan Saskia kepada Mahar, namun pria itu tidak mencium niat buruk istri pertamanya.

"Baiklah jika itu maumu. Rani, kamu mau kan jika kita tinggal bersama?" tanya Mahar kepada istri keduanya yang sudah menyerupai patung hidup karena sejak acara berlangsung, Rani tak mengucapkan sepatah kata pun.

Gadis itu mengangguk saja, karena bagi dirinya tinggal dimanapun statusnya akan tetap sama. Yakni sebagai istri kedua, apalagi pernikahannya tanpa cinta.

"Oke, jika memang ini kemauan kalian, maka mulai hari ini kita akan tinggal bersama. Rani, kamar kamu ada di lantai tiga. Sementara kamar Saskia ada di lantai dua. Aku akan adil kepada kalian, secara materi waktu dan urusan ranjang. Kalian faham kan?" tutur Mahar yang menyerupai guru SD yang sedang memberi wejangan kepada anak didiknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!