NovelToon NovelToon

Double : Face

01. Crystal Lavanya Ezevil

Seorang gadis dengan cara berjalannya yang anggun di lapangan sekolah SMA Golden Time membuat pandangan siswa lain tertuju pada dirinya, ia memiliki name tag Ezivel Crystal Lavanya. Menuju koridor dan memasuki ruang guru, ia melontarkan senyumannya dan memperkenalkan dirinya.

Crystal menggerakkan bibirnya dan mengiyakan pertanyaan guru wanita tersebut.

“Nama saya Crystal Lavanya Ezevil, mohon bimbingannya bu Sivaya! ” Kata Crystal yang tertuju pada guru wanita nan semangatnya memperkenalkan diri dengan menyebut nama lengkapnya.

Guru wanita itu bernama Sivaya Colane. Ia menyilangkan tangannya dan tersenyum setelah melihat kesopanan Crystal, sebagai seorang siswa.

Di sisi itu ada banyak siswa yang bergerumun mengelilingi ruang guru tersebut. Siswa cantik baru saja memasuki sekolah elit itu. Mata mereka juga berbinar saat memandang Crystal.

Para guru pria di sana bahkan mengintip dan diam - diam kagum pada kecantikan yang dimiliki Crystal.

Paras yang cantik dengan rambut coklat keemasan. Crystal juga memiliki sepasang mata biru yang sangat indah dan senyumnya yang sangat cantik. Belum lagi ditambah dengan uraian rambut warna coklat keemasannya yang berkilauan.

Crystal hanya tersenyum karena ia sudah sedikit terbiasa menghadapi keadaan tersebut.

~ Tring Tring Tring~

Di tengah tengah kekaguman para siswa dan guru, bel sekolah yang menunjukan kalau sudah waktunya masuk kelas membuat kecewa para siswa karena harus menyudahi sat melihat kecantikan Crystal.

Karena sudah sedikit tenang dan tidak berisik lagi guru kembali mengajukan beberapa pertanyaan.

“Sekolahmu sebelumnya terlihat lebih baik dari sekolah ini. Lalu apa alasanmu pindah ke sekolah yang bahkan tidak sebaik sekolahmu dulu? ”

Crystal hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan bu Sivaya. Namun, senyum itu tidak terlihat secerah senyuman pertama yang ia lontarkan. Seakan mengerti Sivaya hanya mengangguk saja.

“Lalu bagaimana dengan nilai keterampilan dan pendidikan mu-”

“Sekolah di sini hanya menerima siswa yang nilainya tinggi saja bukan? Itulah alasannya saya pindah ke sekolah ini. Dan untuk nilai nilai yang ibu tanyakan, ibu bisa melihatnya di rapor yang ibu pegang, ”Jelas Crystal yang memotong ucapan Sivaya, dan langsung menjawabnya karena sudah menebak pertanyaan yang akan dilemparkan.

Sivaya yang menanggapinya semakin diam dan berpikir siswa seperti apa Crystal ini sebenarnya. Karena saat memeriksa rapornya Angka dan Huruf di dalamnya tidak ada apa pun selain 100 dan A+

“Jangan sungkan jika kau membutuhkan bantuan ku, sekarang ayo pergi ke kelas dan berkenalan dengan teman teman barumu.”Ucap Sivaya lalu beranjak dan mengantar Crystal.

Saat berjalan di koridor, setiap siswa yang duduk di dekat jendela kelas mengintip Crystal yang tengah lewat. Banyak siswa yang memberikan siulan dan tepuk tangan sebagai sambutan hangat.

Crystal menanggapinya dengan senyuman yang cerah lagi. Setelah sampai di kelasnya, ia masuk, memperkenalkan diri dan dipersilahkan duduk di tempat yang kosong.

“Nama mu Crystal kan? nama ku Echa. ” Ucap seseorang yang duduk sebangku dengan Crystal. Crystal hanya sedikit tersenyum karena merasa sedikit tidak nyaman karena tiba tiba saja Echa berbicara formal dengannya.

Crystal baru menyadari setelah melihat ke sekeliling bahwa siswa di kelasnya terbilang sedikit, tanpa menghitungnya Crystal bahkan bisa menebak saat masuk kelas bahwa di ruangan itu hanya terdapat 10 siswa saja.

“Echa.” Echa tersentak saat itu karena tiba tiba saja Crystal mendekati telinganya dan berbisik.

“Kenapa? ” Tanya Echa

“Kok kelas ini kayaknya paling dikit deh siswanya? ada yang aneh gak sih? Bahkan gak perlu hitung untuk tau berapa jumlah siswanya,” bisik Crystal.

“Sebenarnya kelas kita ini adalah kelas yang paling rendah nilainya. ”Ungkap Echa yang membuat Crystal menyeru. Serentak mata para siswa lainnya mengarah ke Crystal bahkan guru sekalipun.

“Kenapa Crystal ada masalah?”Tanya Sivaya penasaran.

Crystal sangat ingin menanyakan maksud Sivaya dengan menempatkan nya di kelas itu. Namun, melihat situasi sepertinya itu bukan waktu yang tepat.

Sembari pringas-pringis Crystal hanya mengatakan, “Engga kok bu, kaget aja tadi ada kecoa lewat. Hehehe, ”

“Mana ada hewan menjijikan itu ada di sekolah ini, fokus lah belajar! ” Ujar Sivaya.

“iya bu,”

Crystal sangat memandang tinggi dan hormat Sivaya sejak ia melihat nya tadi pagi karena ia terlihat berbeda dari guru lainnya. Namun setelah ditempatkan di kelas itu pandangannya berubah seketika, apa maksud Sivaya dengan melakukan hal ini? Banyak pertanyaan tiba-tiba masuk ke dalam benaknya. Crystal bahkan sempat berpikir kalau orang yang ia temui hari ini bersosok misteri dan tertutup.

“Jangan terkejut dengan hal seperti ini, jika ingin protes nanti temui saja bu Sivaya!” Ucap Echa yang memberi saran untuk Crystal.

“Kau pikir aku tidak akan melakukannya, Ini sudah aneh, masa siswa teladan di masukkan ke kelas rendah? Kan gak adil !”Gerutu Crystal kesal.

Echa yang mendengar gerutuan itu terkejut, siswa pintar masuk ke kelas rendah? Ia sedikit menjauhi Crystal kala itu, dan Crystal yang melihatnya hanya diam saja karena tidak menyadari hal itu.

Setelah memulai jam pelajaran, Crystal sama sekali tidak bisa fokus karena memikirkan dirinya berada di kelas yang paling rendah padahal nilai di rapornya sangatlah sempurna.

Hampir seluruh siswa di kelas itu tertidur dalam kelas secara terang-terangan, termasuk Echa. Crystal yang biasanya amat-teramat rajin belajar, kini ia melamun dan memikirkan hal yang mengganggu nya.

~Tring tring tring~

Bel jam istirahat berbunyi, Crystal membangunkan Echa namun anak itu begitu sulit dibangunkan, ia bahkan membuat beberapa suara agar Echa terbangun.

Crystal menghela nafasnya berat karena belum sampai sehari, hari pertama di sekolah barunya tidak berjalan seperti yang ia inginkan.

Untuk kali pertamanya ia menyenderkan kepalanya di meja sekolah, menutup matanya dan hendak tidur. Namun, ia membuka lagi matanya karena berpikir itu bukanlah hal yang bagus.

Crystal menyadari sesuatu kala melihat ke luar pintu, tidak ada satu pun siswa yang lewat untuk menuju kantin, saat memeriksa kelas lain, ternyata kelasnya ada dipaling ujung lorong. Tidak heran kenapa kakinya terasa pegal saat menuju ke kelas tadi bersama Sivaya.

Crystal kembali masuk ke kelasnya dan duduk di bangkunya, ia merenungkan maksud Sivaya. Biasalah, anak pintar tidak perlu bertanya tanya dan hanya perlu berpikir saja.

“JANGAN MENDEKAT! ”

....

‘Bersambung’

Dilike donk karya pertama aku bun 😁

.

.

.

.

02. Dia anak baru itu

Di kelas lain, tepatnya kelas 3-7 seorang remaja pria hendak merapikan dan memasukan bukunya ke dalam tas, namun tasnya direbut dan bongkar isinya oleh beberapa anak nakal di sana.

“Kalian ngapain?”Tanya anak yang mempunyai hak atas tas nya.

Anak anak yang mengganggunya, mereka adalah triplets.

Juna, Widra dan Satya.

“Ayolah Jef, gabung aja sama kita! , jadi kau tidak perlu membabu terus dikeluarga mu. ” Ucap satya.

Jefrie yang punya hak atas tasnya pun menggepalkan tangan erat, seolah siap untuk memukul wajah mereka yang tersenyum dengan bangganya setelah mengolok-olok keluarganya tanpa mengetahui apapun. Namun, apa boleh buat, penerima beasiswa harus waspada dengan perilakunya agar beasiswanya tidak terancam.

“Kembalikan tasku! ” Ucap Jefrie yang meminta kembali tas miliknya.

“Emangnya Kau cuman punya tas ini aja ya? Gak ada yang lain gitu sampai kau keliatan takut gitu?”Olok-olokkan Juna keluar begitu saja dengan lagaknya yang sombong tanpa pikir panjang.

“Kembalikan! ” Pekik Jefrie. Seolah urat nadinya terputus ia hampir saja mengayunkan kepalan tangannya ke wajah Juna. Namun, permintaan Widra membuat dirinya sadar dan mengurungkan niatnya.

“Hei Jefrie Reymonza Agraish, tolong kau antarkan ini ke kelas 3-9. Nanti akan aku kembalikan tas milikmu.”Pinta Widra seraya mengambil tas Jefrie dari genggaman Juna dan memberikan Piper bag ke tangan Jefrie.

Kedua saudranya langsung tidak habis pikir dengan kelakuan Widra, padahal bagi mereka, ini adalah waktu yang tepat untuk mengganggu Jefrie yang sok cool menurut mereka.

Ya, sikap menyebalkan Jefrie membuat mereka kesal. Selalu sibuk bekerja dan selalu menolak ajakan mereka, Tentu saja itu melukai harga diri Triplets.

“Harus ku berikan kepada siapa? Lebih cepat lebih baik bukan?”Desak Jefrie sembari mengambil langsung piper bag itu karena ingin cepat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Widra.

“Anak pintar. Letakkan saja di bangku yang paling ujung.”Senyum tipis widra setelah mengatakan kalimatnya, dan berbalik pergi. Tentu saja diikuti oleh kedua saudaranya dengan tas yang terus saja berganti tangan.

Jefrie yang hanya menghela nafasnya, mulai beranjak dan menuju kelas 3-9.

Sebelum melangkah masuk ke kelas itu, di sana Jefrie melihat Crystal yang tengah menggeletakkan kepala nya di meja. Terlihat kecewa, Jefrie memandangi Crystal yang menghela nafasnya dengan berat.

“JANGAN MENDEKAT! ”Teriakan tiba tiba dilontarkan Echa yang baru saja bangun dari tidurnya membuat Crystal melompat ketakutan.

Jika tidak mengingat tas yang masih disandra tiga saudara, Jefrie mungkin sudah tertawa lepas kala melihat Crystal yang melompat terkejut karena sebuah teriakan.

Dia anak baru itu.

Remaja itu hanya tersenyum tipis dan menebak dibatinnya saja.

Crystal yang tadinya masih terkejut, reflek langsung memukul pelan lengan Echa. "Apa yang kau mimpikan sampai teriak begitu? " Tanya Crystal terheran-heran.

Echa yang merasakan pukulan pelan itu, menatap Crystal dengan rasa penasaran. “Apa kau tidak pernah olahraga?”Tanya balik Echa yang sekaligus mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin menceritakan hal apapun tentang mimpinya.

Crystal yang menyadari kalau Echa sedang mengalihkan pembicaraan itu tersadar begitu saja. Karena tidak ingin merasa tidak nyaman ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Echa.

“Emm- itu jarang sih, kar-”

“Weekend besok mau ketemuan gak?”Tanya Echa yang memotong perkataan Crystal.

Crystal mengedipkan matanya berkali-kali karena ajakan yang tiba-tiba. Echa yang melihat kebingungan itu paham dan hanya diam.

Kesunyian sementara itu cukup untuk membuat keadaan mereka canggung. Wajarlah ya kan baru kenal, mba Crystal emang anak yang pemalu sejak ia masih kecil.

Saat ia masih TK tak jarang anak anak d isana mengganggunya karena sifat anti sosialnya itu. Namun seiring berjalannya waktu tepatnya waktu ia pertama kali masuk sekolah menengah Crystal sadar bahwa ia tidak bisa terus-terusan hidup seperti itu.

Kita bahas itu dibab lain ya!

“Mau ke kantin? ” Pertanyaan Echa yang sudah dinantikan sejak tadi membuat Crystal antusias dan langsung menjawab “Ayo! ”

Namun sebelum beranjak Echa menemukan sebuah Piper bag di bangku paling pojok. Jarang ada siswa di kelas itu yang mau makan di kelas karena tidak ingin membersihkannya setelah makan.

Echa mendekati Piper bag itu dan melihat sebuah note yang bertuliskan untuk Crystal.

“Ini Sepertinya untuk kamu deh, makan ini aja ya? Dari pada ke kantin, jauh na. ” Rengek Echa.

Crystal hanya mengangguk dan menatap pintu kelas dengan dengan bertanya tanya orang baik mana yang memberikannya makanan. Bahkan ada sepucuk surat di atas kotak bekal itu.

...‘Kantin sangat jauh dari kelasmu, jadi makan saja bekal yang ku berikan, agar kau tidak perlu berjalan menggunakan kaki berhargamu itu. Setiap jam istirahat akan ku kirimkan bekal seperti ini untuk mu.’...

Crystal membacanya dengan penasaran, walau hari pertamanya berantakan, masih ada seseorang yang bisa merapikan dan berusaha memberikannya kenangan yang berharga.

Echa dan Crystal amat senang, berlari kecil ke bangku mereka lalu melahap perlahan makanan di piper bag itu dengan sedikit canda tawa.

Sedangkan di kelas 3-4, kelas yang ditempati oleh 3 bersaudara itu, dengan asik dan bebas memainkan tas Jefrie yang mereka sandra. Saat Jefrie masuk ke kelas mereka, ia langsung mengambil tas nya dan pergi.

“Apa dia ada di kelas? ” Tanya Widra tentang keberadaan Crystal. Widra tau, dengan kecerdasan Jefrie ia tidak perlu menyebut nama Crystal agar mengerti.

”Hm ada, tapi aku hanya menaruhnya di meja pojok kelas saja. ”Ucap Jefrie lalu pergi begitu saja.

“Thanks, ya. Lain kali aku akan meminta pertolonganmu lagi, oke? ” Ucap widra yang sedikit meninggikan suaranya agar didengar oleh Jefrie yang sudah semakin menjauh.

Walau tidak ditinggikan, Jefrie masih bisa mendengarnya. Jefrie keluar dari kelas mereka dan berlari menuju kantin.

Koki Lena yang selaku koki di kantin sana sudah menunggu Jefrie sedari tadi karena ia sudah kewalahan mengurus kantin sendirian.

Dengan nafas yang terengah-engah, Jefrie memasuki dapur kantin dan langsung memakai celemek dengan cepat.

“Maaf Bi Len, tadi ada sedikit masalah jadinya terlambat ”Jelas Jefrie yang langsung meminta maaf atas keterlambatan nya.

“Kita bahas itu nanti. Sekarang bantu aku bagikan makanan ini !”Pekik Koki Lena seraya memberikan sendok untuk Jefrie.

Jefrie sekali lagi menunduk meminta maaf dan mulai membagikan makanan kepada para siswa-siswi yang sudah tidak sabaran karena lapar.

‘Bersambung’

Dilike dong.

Koment dan tambahkan Fav ya hihiih😁

.

.

.

.

.

03. Hari yang tadinya kacau mulai tersusun kembali

Ramainya suara perpaduan antara sendok, garpu dan piring menggema di aula kantin itu. Keringat koki Lena dan Jefrie mulai berjatuhan karena kewalahan.

Jefrie Reymonza, penerima beasiswa yang memiliki nilai dan prestasi tinggi. Memiliki 3 saudara dengan dirinya sebagai anak tengah, Walau memiliki seorang kakak yang juga bekerja, namun dia merasa masih memiliki tanggung jawab dikeluarga nya. Lalu di mana orang tua mereka?

Jangan ditanya lagi, yang Jefrie tau mereka kabur karena terlilit hutang, pemberi hutang terus saja mencari mereka kemanapun mereka pergi.

Namun orang tuanya selalu saja berhasil kabur, dan malah selalu menemukan 3 saudara yang tidak berdaya. Alfaro selaku kakak dari Jefrie dan keyla hampir seringkali ingin menyerah dalam kehidupan.

Namun apa boleh buat, ia memiliki adik-adik yang harus di lindungi dan juga mereka percaya bahwa hidup hanya sekali dan tidak boleh di sia siakan. Pasti akan ada sedikit lubang cahaya yang menerangi mereka nantinya.

“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa tumben sekali terlambat seperti itu? ”

“Ada sedikit kendala Bi, Beberapa anak menghalang tadi, hanya itu saja,”Jelas Jefrie yang menjawab pertanyaan Koki Lena.

Koki Lena Mendadak menyelipkan sejumlah uang ke kantong seragam Jefrie. Jefrie yang penasaran mengambil uang itu dan menghitung nya.

“Apa ini bi? Bukankah ini terlalu banyak untuk gaji mingguanku? ”Tanya Jefrie yang merasa janggal setelah menghitung uangnya.

Koki Lena tersenyum, Wanita paruh baya itu mengusap lembut kepala Jefrie, sedih rasanya melihat seorang remaja bekerja begitu keras, padahal ia juga adalah seorang ibu tunggal, membayangkan posisi Jefrie dan putranya tertukar, hatinya terasa tersayat,

Beliau pun menampik bayangan itu karena takut, dan mulai membantu Jefrie sebisanya.

“Ambil saja sisanya dan berikan pada adikmu, kemarin aku melewati sekolah adikmu saat akan menjemput putraku, dan melihat kalau keyla semakin kurus saja, katakan padanya untuk membeli makanan enak agar dia bisa gemuk seperti dulu,”Ujarnya.

Jefrie merasa sedikit terharu karena masih ada orang yang baik, namun.....

“Tidak bi, putra bi Lena mungkin lebih membutuhkannya untuk membeli perlengkapan sekolah. tentang keyla, bibi tenang saja. Nanti malam adalah hari ulang tahunnya. Aku akan memberikan kejutan dengan banyaknya makanan enak yang selama ini dia inginkan dengan uang yang selama ini ku kumpulkan, bibi jangan khawatirkan keluarga kami, kami akan berusaha keras untuk bertahan. ”Jefrie lebih memilih untuk menolaknya dengan lembut sembari mengembalikan sisa uangnya.

“Sebagai orang tua, aku merasa gagal saat melihat anak seumuran putraku bekerja begitu keras, dan aku tidak bisa membantunya, maafkan orang tua yang bodoh dan tidak berdaya ini nak...”Lirih Lena dengan air mata yang mengucur.

Sekali lagi Jefrie terharu, ia juga ingin menangis saat itu, namun ia menahannya dan memilih untuk menenangkan Bi Lena yang menangis terisak-isak. Jefrie meresa ia akan terlihat lemah jika menguraikan rasa sedihnya di depan Bi Lena.

Tangannya terangkat dan menepuk pelan bahu Bi Lena.

Brak!!

“Akhh apa ini Echa? kau curang lagi! ” Pekik Crystal.

“Apa maksud mu? Kau lah yang tidak sengaja menyenggolnya, lalu kenapa kau menyalahkan ku? ”

Ucap Echa yang membela diri.

“Jika kau tidak ribut maka ini tidak akan-”

“Kalau gitu ayo kita susun ulang.”Ucap Echa yang memotong perkataan Crystal dan membuatnya kesal.

Di kelas yang sepi itu, mereka bermain Jenga di lantai. Ya di lantai dengan sebuah alas tikar yang tebal agar pakaian mereka tidak kotor, karena jika mereka bermain di meja, susunan jenga akan mudah roboh jika sedikit digoyangkan. Walau sekolah elit dengan meja yang kokoh, mereka berdua tetap saling tidak percaya.

Kalian pasti tau game Jenga bukan?

Permainan jenga ini bisa dimainkan 2 – 10 orang, pada dasarnya jenga dimainkan dengan cara memindahkan satu buah balok dari susunan mana saja, dan diletakkan disusunan paling atas (diletakkan saling-silang dengan susunan balok sebelumnya), memindahkan baloknya tidak boleh menggunakan dua tangan, setelah pemain pertama selesai memindahkan balok, diikuti pemain kedua, ketiga, dan seterusnya sampai susunan baloknya jatuh berantakan, yang menjatuhkan susunan balok tersebut, dialah pemain yang kalah.

Echa selalu membawa balok balok itu ke sekolah dan berharap ada yang mau bermain dengannya. Permainan kekanak-kanakan itu, di sekolah elit, yang benar saja kalau ada orang yang mau bermain dengannya.

Namun di hari itu ia bisa bermain dengan baloknya bersama siswa baru. Walau terlihat kekanak-kanakan, Crystal terlihat begitu menikmatinya. Hari yang tadinya kacau, mulai tersusun lagi karena hal-hal sederhana saja.

Setelah bermain beberapa kali lagi, Crystal sudah sangat kesal dan semakin antusias karena selalu merobohkan balok balok tersebut.

“Ha~ udah-udah, kau selalu saja merobohkannya.” Rengek Echa yang sudah mulai bosan karena Crystal selalu saja merobohkan baloknya. Yah memang, gadis seperti Crystal tidak pernah bermain permainan anak anak, semakin sering Crystal merobohkan, ia semakin bersemangat untung bermain, walau menyusun balok berulang-ulang sekalipun.

“Gak ada. Gak ada, Pokoknya aku akan bermain sampai kau yang merobohkannya dan-”

“Crystal aku haus, keluar yuk !”Ajak Echa yang memotong antusias Crystal begitu saja. Karena tidak mungkin kan Crystal terus ngotot main, sedangkan Echa kelelahan dan bahkan kehausan. Mau tidak mau Crystal harus menyelesaikan permainan itu.

Mereka pun keluar dan menuju ke mesin penjual minuman kaleng terdekat. Crystal memasukan beberapa koin dan menunggu mesinnya menurunkan minuman. Namun, setelah beberapa saat menunggu minuman tak kunjung turun.

Merasa penasaran Crystal menggoyang dan menggebrak mesin dengan sekuat tenaga.

“Apa kau benar benar tidak pernah berolahraga?”Tanya Echa dengan sedikit gemas saat melihat Crystal menggoyangkan mesin, namun mesin nya tidak goyang.

“Itu- Lalu bagaimana denganmu? Apa kau pernah berolahraga? Sepertinya sejak tadi kau hanya membahas tentang kekuatan saja. ”Tanya balik Crystal Sembari mengangkat lengannya dan memperlihatkan ototnya yang kempis alias tidak ada otot.

Pipi Crystal merah merona malu saat melihat lengan kurusnya, ia menurunkan tangannya dan berusaha menyembunyikannya dibalik tubuh kurusnya, lalu terdiam sesaat.

Pft...

Echa hampir tertawa saat melihat tingkah Crystal yang imut saat pipinya merona. Echa kembali meluruskan ekspresi nya.

“Lihat ya.... ” Ucap Echa seolah akan memperlihatkan sesuatu...

Brak!!....

Mesin penjual minuman di tinju seperti samsak saja...

‘Bersambung’

Di like dong bun 😅

Koment dan tambahkan Fav ya hihihi😁

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!