NovelToon NovelToon

Mencintai Sepupu Kedua (Tak Bisa Berpaling)

Hubungan yang berakhir

Tak pernah terlintas di benak ku sebelumnya, aku dan sepupuku terlibat perasaan yang sukar untuk di jelaskan, bahkan setelah dirinya memutuskan hubungan secara sepihak denganku,  yang bahkan aku tidak mengetahui apa alasan utamanya lebih memilih mengakhiri kisah kami yang bahkan sudah terjalin lima tahun. Marah, sedih dan kecewa itulah yang aku rasakan, aku mulai meraba diri ingin mengetahui dimana letak kesalahanku tapi semuanya nihil aku tidak dapat menemukannya.

Aku mencintainya begitu besar namun dia seakan enggan untuk bertahan denganku, aku tidak bisa terus-terusan seperti ini aku harus mengetahui alasan bang Rega memutuskanku, ini sulit untuku membunuh rasa yang membuncah di hatiku sama saja dengan melenyapkan separuh tubuhku. Namanya Regantara Suhendi dia cinta pertamaku cinta yang begitu manis, dan memberi warna dalam hidupku, aku masih terikat saudara,  ada hubungan kekerabatan dengannya dia putra dari sepupu ibuku, kakeknya dan nenekku adik kakak sama ibu tapi lain ayah.

aku membulatkan tekad dan niat untuk menemuinya, berharap ada yang tersisa dari cintanya menginginkan hubunganku berlanjut dan di selamatkan, padahal hanya tinggal dua semester lagi aku lulus kuliah dan berencana ingin melamarnya,  biar saja aku di katakan agresif karna ingin melamar pria idamannya, toh dia kekasihku karna faktanya memang seperti itu sedalam itu cintaku padanya,  tapi rencana itu hancurlah sudah saat beberapa minggu lalu mas Rega menghubungiku melalui ponsel dan memutuskan hubungan kami, aku terkejut tapi apalah dayaku aku harus menyelesaikan ujian terlebih dahulu sebelum aku mengajukan cuti,  memang hubungan kami RDL aku berada di Swis untuk menyelesaikan pendidikanku, kami bertemu hanya dua bulan sekali, mas Regalah yang mendatangiku atau saat libur semester tiba aku sendiri yang menghampirinya. seperti saat ini aku memberanikan diri untuk mendatanginya untuk memperjelas hubungan kami.

Namun saat aku tiba di rumah kakek Rudi suhendi keadaan nampak ramai seperti sedang ada acara,  yang keketahui setelah tanteku mengatakan bahwa acaranya adalah mengumumkan hubungan baru antara mas Rega dangan seorang wanita yang masih ku kenal,  yang tak lain wanita itu anak dari Kakak ibuku bernama Sarah, seakan di hujam belati kalbu ini begitu perih tersayat-sayat, sebegitu tidak berartikan aku di matanya, sampai hati mas Rega lelakukan ini padaku, hilang sudah pertanyaan yang ku persiapkan sedari tadi semua sudah terjawab dengan jelas di hadapanku.

"Katakan jika apa yang tante Hana katakan itu bohong mas!,  kamu tidak benar-benar menjalin hubungan dengan mbak Sarah kan, bagai mana bisa kau melakukan ini padaku mas? ". mas Rega tidak menjawab satu pertanyaanpun yang aku tanyakan.

"Apa kabar Dhira?" Tiga ka itu dapat memusnahkan keraguan dalam dada ini, ternyata ini bukan mimpi, pria yang ku cintai telah memiliki hubungan baru dengan wanita lain.

"Aku tidak pernah merasa seburuk ini sebelumnya". Jawabku sinis, sedangkan mas Rega hanya tersenyum paksa lalu menundukan kepalanya.

Semua mata menatap kearahku seakan menertawakan aku yang nampak seperti orang bodoh yang tidak mengetahui apa-apa.

Dalam hati aku bertanya-tanya sejak kapan hubungan keduanya terjalin, mungkinkah jika mas Rega menjalin hubungan dengan mbak sarah di saat mas masih terikat hubungan denganku,  dan justru alasan terbesarnya memutuskan hubungan dengaku adalah mba sarah, Ah rasanya kepalaku berdenyut nyeri senyeri hatiku yang hancur,  aku harus pergi dengan segera dari Sini sebelum aku meledakkan tangisan.

"Kau pria paling kejam yang pernah ku temui". Ada alasan mengapa aku mengatakan hal seperti itu.

Aku mengemudikan mobil dengan berderai air mata tak dapat aku sembunyikan luka hati yang semakin dalam setelah mendengar langsung bahwa mas Rega akan menikahi mbak Sarah.

.

.

Saat tiba di rumah mama menghampiriku "Dhira mengapa kamu menangis?".

Tidak kuat rasanya mendengar pertanyaan mama yang mana mengingatkanku kembali pada pria itu pria yang tidak ingin ku sebut namanya dalam doaku.

"Mas Rega akan menikah dengan mba Sarah ma, apa yang harus Dhira lakukan?, sedangkan tujuan ku hidup untuk menikah dengannya, sakit ma,  sungguh Dhira tidak berdusta sama sekali".

"Ya nak mama sangat paham apa yang kamu rasakan, bersabarlah waktu akan menyembuhkan semua luka yang ada dalam hatimu, mama di sini berjanji akan membantumu menyembuhkan semuanya". Aku yakin mama berusa menghiburku,  tapi aku juga melihat luka yang sama di matanya atau bahkan lebih lebar luka seorang ibu yang berperan membawaku ke dunia ini, tapi satu hal yang menjadi pertanyaanku mengapa mama tidak terkejut mendengar hal ini.

"ma, tolong katakan yang sejujurnya pada Dhira apa mama mengetahui hal ini sebelumnya?"

"Ya nak. Mama tau,  Itu sebabnya mama melarangmu pulang beberapa waktu lalu mama tidak ingin melihatmu semakin terluka".

Di peluk lagi tubuh wanita tercintanya, luar biasa sakit tidak dapatkah hubungannya di perbaiki.

"Apa mas Rega menjalin hubungan di belakangku ma? ".

"itu tidak mungkin Dhira,  Rega dulu sangat mencintaimu yang mama ketahui dia menjalin hubungan dengan sarah setelah memutuskan hubungannya denganmu".

"apa mama tau mengapa mas Rega mengakhiri hubungan kami".

"Sungguh mama tidak mengetahuinya Dhira".

"mama Dhira pergi dulu aku ingin mencari jawabannya sendiri".

Nadhira pergi meninggalkan kediaman orang tuanya tujuannya saat ini adalah apartement milik Rega,  Dhira memarkirkan mobilnya dengan sembarang keluar dengan terburu-buru melemparkan kunci mobilnya ke petugas parkir di basmant itu.

Nadhira tertegun saat menekan tombol pintu apartment Rega yang sama sekali sandinya tidak lelaki itu rubah,  masih tetap sama yaitu tanggal jadiaannya ada apa semua ini mungkinkah Rega juga masih mencintainya sama seperti dirinya,  sebentar lagi ia akan menemukan jawabannya.

Tidak sabar menunggu kedatangan Rega, berkali kali Dhira mengubah posisi duduknya berdiri dan sesekali berjalan-jalan tak tentu arah,  cemas gelisah tentu saja, jarum jam seakan enggan untuk berpindah. Dhira enggan mengalihkan pandangan dari pintu, berharap yang di tunggunya cepat kembali.

Setelah beberapa waktu menunggu.

Ceklek, (pintu terbuka).

Menampilkan wajah sayu dan lelah dengan kemeja yang kusut melekat pada tubuhnya, ingin sekali Dhira menjatuhkan tubuhnya kepelukan lelaki kekar yang selalu ia rindukan.

"Mas Rega! " Nadhira bergunam lirih,  nyaris tak terdengar.

Rega terkejut dengan kehadiran mantan kekasihnya. "Apa yang kau lakukan di sini? "

"aku sedang mencari jawaban dari semua pertanyaan yang bersarang di kepalaku mas, tentang apa alasan kau mengakhiri hubungan kita secara sepihak? Dan tentang mas Rega sudah melamar mbak sarah,  bagai mana bisa mas Rega melakukan semua ini kepadaku,  katakan mas jika ini hanya prank, ulang tahunku bahkan sudah terlewat mas,  aku mohon jangan seperti ini". Rega mengutuk dirinya sendiri membenci kelakuannya yang menyakiti wanita di hadapannya.

"Hubungan kita sudah berakhir". Ungkap Rega dengan suara serak menahan tangis sama halnya ia juga terluka dengan keadaan.

.

.

Kembalikan keperawananku

Dhira menggelengkan kepalanyanya dengan berutal, ia sama sekali tidak bisa menerima keputusan sepihak dari Rega, bagaimana mungkin pria yang ia cintai memutuskannya begitu saja, mereka memulai hubungan karna persetujuan keduanya maka jika ingin mengakhirinya juga harus keputusan bersama sedangkan di sini Dhira tidak ingin mengakhiri hubungannya.

"Katakan mengapa kau begitu tega terhadapku?"

"Dhira!" Rega memanggil lirih, ia sebenarnya tak tega melakukan ini tapi dia juga punya alasan untuk yang ia lakukan.

"Mas Rega pernah berjanji untuk selalu mencintaiku, tapi kenapa kau tega sekali?" Kecewa yang kini meraup seluruh jiwa Nadhira, pria yang di cintainya kini sudah berpaling kepada wanita lain dan masih sepupu mereka.

Ingin sekali Regantara berteriak bahwa sesungguhnya ia tidak pernah mengingkari janjinya, sampai di detik inipun Rega masih dengan cinta yang sama untuk gadis dihadapannya.

"Kita tidak di takdirkan untuk bersama Dhira mengertilah!" Rega mulai prustasi menjelaskan bahwa hubungan mereka sudah berakhir.

"Apa yang membuatmu berpaling dariku Rega? Apa yang Sarah miliki sedangkan aku tak mempunyainya, katakan apa kurangnya aku? ." Dhira kesal dia tidak lagi memperdulikan bahasanya.

"Kau tidak memiliki kekurangan kau sempurna tapi maaf, kita tidak bisa bersama."

"Haha, Omong kosong." Dhira tertawa sesaat lalu setelahnya ia terisak. " Hiks... Hiks... Setelah semua hal kau ambil dariku sekarang membuangku."

"Maafkan aku, Dhira. Sungguh aku minta maaf." Rega tertunduk menyembunyikan hatinya yang juga tengah terluka.

Dhira meluruh ke lantai dengan lunglai, gadis cantik itu terlihat menyedihkan dengan kedua matanya yang membengkang, rambutnya sudah tidak beraturan menambah poin untuk predikan wanita patah hati.

"Ku mohon Rega kasihani aku!..." Dhira masih meraung dengan tangan terkepal, mencoba menyadarkan Rega agar mau melanjutkan hubungannya, tapi sepertinya tidak berpengaruh sama sekali Rega masih bungkam.

Rega menyugar surai hitamnya dengan gusar, harus dengan apa ia menjelaskan bahwa hubungan mereka tidak dapat di perbaiki.

"Berikan aku satu alasan saja, mengapa kau lebih mengakhiri hubungan denganku sedangkan kau justru memulai kisah dengan wanita itu."

Rega masih bungkam, tidak bisa berterus terang apa sebenarnya penyebab ia mengambil jalan ini, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan ini atau Dhira tidak akan menyerah untuk terus mendatanginya.

Dhira bangkit dari duduknya, dengan kasar ia mengusap seluruh air matanya yang meluruh meskipun ia tidak dapat menghentikan tangisnya, tapi ia tidak ingin terlihat semakin menyedihkan. Ia akan mencoba cara lain, dengan langkah gontai Dhira mendekati laki-laki yang cintai, Dhira memeluknya pria itu dari arah belakang.

"Kau tidak ingin menjawab." Dira membalik tubuh pria yang berada di pelukannya. "Apa Sarah lebih memuaskanmu, aku bisa melakukan apapun yang kau inginkan." Tangan Dhira kini trampil melepas kancing kemeja Rega.

Rega terkesiap mendengar kalimat wanita itu, ia tidak menduga jika Dhira akan akan seberani itu.

"Dari mana aku harus memulai?" Dhira sudah menyelinapkan jemarinya kebalik kemeja yang tengah Rega kenakan, bahkan ia sudah membelai dada bidang itu.

Untuk sejenak Rega menikmati sentuhan itu, matanya terpejam untuk sesaat sungguh jiwanya tak ingin melewatkan ini, bayangan malam panas antara dirinya dan Dhira kini sudah menguasai sebagian besar isi kepalanya.

Tiba-tiba Rega membuka matanya saat tangan Dhira kini sudah berani mengusap daerah terlarangnya, dengan sigap Rega mencekal pergelangan wanita yang masih ia cintai.

"Demi apapun Dhira jangan seperti ini, jangan membuat dirimu seperti seorang penggoda di hadapanku." Rega mengatakan itu dengan nada memelas, dan mencoba menekan hasrat liarnya.

"Penggoda? Siapa yang mengajariku seperti ini?" Dhira terkekeh sinis.

"Kau tidak perlu melakukan hal menjijikan ini untuk tetap mempertahankan hubungan kita."

"Bagian mana yang menurutmu menjijikan? Saat aku menggodamu?"

"Nadhira Putri." Rega geram dengan Dhira yang pemberontak seperti ini.

"Kau memanggilku dengan sangat lengkap, kau sedang memberitahu kepadaku jika kau sedang marah? Lalu bagai mana caranya aku memberitahumu bahwa aku juga sangat marah padamu."

"Semakin lama kau semakin menjadi pemberontak." Rega menghardik.

"Aku sejak dulu memang pemberontak, lalu kau baru menyadarinya saat sudah menjalin hubungan dengan wanita penurut." Dhira menyaut tak kalah sengit.

Tak ingin berlama-lama dalam kondisi seperti ini Rega memutar otaknya agar Dhira bisa pergi atau setidaknya ia yang akan pergi dari sana.

"Katakan! Dhira, kau menginginkan apa dariku sebagai permintaan maaf." Rega tidak berani menata mata wanita di hadapannya.

Dhira menatap pria yang kini tengah memalingkan wajah, sepertinya Rega serius mengatakan itu.

"Kau yakin bertanya itu padaku?"

Rega memutar leher, matanya kini bertautan sangat lama, keduanya seperti tidak ingin mengakhiri pandangan mereka. Dengan berani Dhira menangkup tengkuk pria di hadapannya, menariknya lalu ia ******* bibirnya dengan sangat lembut, Rega yang terbawa suasana seolah terhanyut dalam ciuman itu ia memejamkan mata menikmati rasa yang ada, mungkin ini ciuman terakhir dari wanita yang paling ia cintai, ******* dan menyesap bergantian bibir sensual itu dengan penuh perasaan, sampai terasa ada rasa asin di tengah ciuman itu Rega segera membuka matanya, ia melihat Dhira menangis di tengah matanya yang terpejam, dan rasa asin tadi adalah air mata wanitanya.

Dengan berat hati Rega meraih pundak Dhira dan menjauhkannya serta melepas ciuman.

"Baiklah, ini kau inginkan? Jika mungkin aku hanya minta kau mengembalikan keperawananku saja." Dhira pergi dari sana dengan luka yang menganga di sekujur jiwanya.

Rega hanya menatap kepergian Dhira sampai wanita itu tak terlihat. Sumpah ia menyesal dengan rasa yang tak mungkin ia jelaskan, air mata meluruh begitu saja, ia merasa sangat cengeng sekarang ini, dari tadi ia ingin Dhira meninggalkannya tapi setelah wanita itu pergi ia merasa tak rela.

Pria itu meluruh, hanya bertumpu pada kekuatan lututnya saja, ia bergetar dengan tangis yang menyakitkan, pundak dan punggungnya sampai tergoncang saat ia menangisi ketidak berdayaannya, percuma juga jika ia menjelaskan kejadian sebenarnya, yang pasti akan membuat Nadhira semakin terluka.

Untuk sesaat Rega menumpahkan amarahnya dalam tangisan saat ia kemudian segera berdiri dan berlari, meskipun tenaganya kini perlahan berkurang, ia harus mengantar Nadhira pulang jangan sampai wanita itu pulang sendiri, meskipun mungkin saja Nadhira sudah di perjalanan. Namun perkiraannya salah, gadis itu tengah berjongkok di sebelah mobilnya, mengembunyikan wajah dan airmatanya di balik lututnya. Kesakitan apa lagi yang ia berikan gadis itu menangis tanpa memperdulikan sekitar yang sangat sepi.

"Dhira." suara itu sangat serak, Rega mengulurkan tangan mengelus puncak kepalanya dan ikut melutut untuk mengurangi jarak keduanya.

Nadhira mendongak lalu kemuduan ia berdiri dan betgegas memasuki mobilnya.

Tok... Tok...

"Dhira, biar Mas antar! Dhira." Rega terus mengetuk kaca mobil, sedangkan Nadira sudah tak ingin memperdulikan pria itu lagi.

Dhira mengemudi dengan kecepatan tinggi, sedangkan di belakannya Rega menyusulnya, tak ingin jika terjadi sesuatu dengan wanitanya.

Seakan sudah tidak memerdulikan nyawanya, Dhira terus memacu kecepatan mobilnya ia tidak perduli meskipun beberapa kali ia hampir menabrak pengendara lain.

"Dhira, kumohon jangan seperti ini, aku tidak akan bisa memaafkan diriku jika sampai terjadi hal buruk padamu." Di tengah ia mengemudi tak henti-hentinya ia berdoa untuk keselamatan wanita itu.

Cinta tidak sebodoh itu

Sudah cukup baginya untuk terus terluka, kali ini Dhira akan melakukan hidup sesuani keinginannya, dia akan melakukai apa saja yang ia kehendaki, lagi pula siapa yang akan menghentikannya, selama ini Regantaralah yang selalu berhasil membatasinya.

"Lihat saja apa yang bisa aku lakukan, jangan akan terus bahagia di atas hidupku yang medihkan ini, aku menyesal dudah mencintaimu sedalam ini, aku menyesal karna berharap padamu setinggi ini ternyata dirimu picik sekali Rega."

Puas hati Nadhira uji nyali dengan berkendara dia tidak memerdulikan Rega yang kini tengah mengejarnya. Dengan langkah gontai ia memasuki rumahnya, Dhirapun tidak memerdulikan ibunya saat memanggil.

"Tante, tolong bicaralah pada Dhira, berikan dia pengertian supaya dia bisa memahami bahwa hubungan kami tidak bisa di pertahankan." Rega memelas.

"Kau tahu bagai mana sikapnya bukan? Dhira keras kepala dia tidak akan mendengarkan perkataan orang lain sekalipun perkataanku."

"Dhira nyaris saja membunuh dirinya sendiri Tante, dia berkendara seakan berada di sirkuit balap." Aduan Rega dengan frustasi berharap Tantenya bisa sedikit membantu.

"Pulanglah. Nanti tante akan coba bicara."

Dengan enggan Rega mdlangkahkan kakinya meninggalkan Calon mertua tak jadinya.

Nadhira Pov

PRANG.. PRANG...

Terdengar suara barang-barang pecah dan berjatuhan, aku menghancurkan semua barang yang Rega pernah berikan termasuk ponsel mewah keluaran terbaru yang ia berikan beberapa bulan lalu. Bukan hanya tampan dan perhatian yang membuat aku tergila-gila pada sosok pria mapan seperti Regantara sepupu keduaku, dia juga kaya raya dan yang terpentik selalu mengikuti apapun yang aku inginkan, dia seorang pembisnis elevator yang bergerak di bidang alat-alat berat.

Mama membuka pintu kamarku dengan kunci cadangan, wanita yang kusayangi itu tidak ingin repot repot mengetuk pintu sepertinya, ia tau jika aku sedang marah aku tak akan membukakan pintu untuknya.

Mama terus mendekatiku dan ikut terduduk di atas lantai bersamaku bahkan persis di sampingku.

"Dhira, lupakan Rega, kau pasti mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya!" Gampang sekali Mama mengatakan semua itu, tidak tau saja Mama apa saja yang pria itu sudah ambil darinya.

"Aku tidak bisa Ma. Aku tidak bisa membiarkan Rega dan Sarah menikah." Aku masih kekeh dengan apa yang aku inginkan.

"Jangan seperti ini, Dhira, jangan merusak hubungan orang lain."

"Merusak hubungan orang lain? Hubunganku yang telah rusak Ma." Tekanku dengan kesal.

"Sekali lagi Mama minta lupakan Rega, dan lanjutkan kuliahmu, hanya tinggal satu semester lagi kau akan lulus sayang. Mama mohon." Mama semakin memohon padaku, meskipun seperti itu aku tidak perduli.

"Tidak, aku tidak akan melanjutkan kuliahku, untuk apa aku melanjutkan pendidikanku jika duniaku akan segera berakhir."

Nampaknya Mama geram mendengar ini semua, Mama langsung berdiri dengan wajah marahnya.

"Dhira jika kau tidak melanjutkan kuliah maka pengorbanan Rega akan sia-sia untuk melihatmu meraih cita-citamu, tidak sedikit uang yang Rega keluarkan untuk membiayai pendidikanmu di sana."

"Uang Mas Rega? Apa maksud Mama?"

"Ya semua fasilitas yang kau dapatkan di Swis adalah uang dari Rega, dia yang membiayai pendidikan, makan, dan tempat tinggalmu disana." Aku semakin terkesiap mendengar pengakuan Mama, aku pikir selama ini aku kuliah di sana itu menggunakan uang Papa, tapi ternyata itu uangnya Mas Rega. Tidak mungkin juga aku salah mendengarkan.

"Sejak kapan? Kenapa bukan kalian yang membiayaiku."

"Sejak hari pertama kau menginjakan kaki di sana semua itu menggunakan uang Rega, Usaha Papa sudah gulung tikar sejak kamu masih bersekolah di menengah atas, sekarangpun Papamu bekerja di kantornya Rega." Aku semakin terkejut mendengar penuturan Mama yang selanjutnya. "Jadi tolong jangan sia-siakan pengorbanan Rega Dhira, setidaknya buktikan jika kau mampu menjadi wanita sukses." Mama terdengar sendu di akhir kalimatnya.

"Tadinya aku berkuliah dan ingin menjadi Arsitek hebat hanya untuk memantaskan diriku bersanding dengan Rega ma, tapi sekarang aku tak mungkin menjadi wanitanya lagi, aku akan putus kuliah dan mencari pekerjaan untuk mengembalikan uang Rega meskipun dengan cara menyicilnya." Pungkasku.

"Pekerjaan apa yang akan kau cari? Tanpa ijazah kau akan sulit mendapatkan peketjaan, selesaikan kuliahmu, baru setelahnya kau boleh bekerja, dengan ijazah kau pasti akan mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang besar, maka mengembalikan uang Rega dengan cepat akan segera tercapai."

Benar juga apa yang Mama bilang, tapi aku tidak bisa terus bergantung pada pria itu.

"Dhira jangan sia-siakan pengorbanan Rega yang tanpa pamrih."

Dari sini aku marah kembali, apa kata Mama tanpa pamrih Rega bahkan sering memakai tubuhnya untuk memuaskan hasrat pria dewasa itu, setiap dua bulan sekali Rega menemuinya selama dua hari dan selama itu pula ia di pakai pria itu tanpa terlewat. Ternyata selama ini Rega memperlakukannya sebagai wanita penghibur yang sebenarnya ia bayar untuk hidupnya selama di Swis. Sekarang aku merasa sangat hina, bahkan Rega mengambil keperawananku di saat usiaku tujuh belas tahun sebagai hadiah annyversary satu tahun hubungan kami Rega meminta kegadisanku sebagai hadiah, kami melakukannya dengan sadar tanpa pengaruh obat ataupun alkohol. Inilah yang aku sesalkan aku terlalu percaya dengan kalimat-kalimat manis yang pria itu ucapkan hingga aku memberikan semua yang aku miliki termasuk harga diriku sendiri, sampai di mana Rega mencampakkanku aku merasa duniaku hancur berkeping-keping.

"Jangan selalu mendatanginya, biarkan dia hidup tenang, lagian sebenarnya kau tidak perlu membayar uang yang sudah Rega keluarkan untukmu."

"Ya karna dia sudah mengambil tubuhku selama ini sebagai bayarannya."

Mama menjatuhkan rahanfnya terkejut dengan apa yang keluar dari mulutku.

"Apa maksudmu Dhira?"

"Selama ini Rega sering meniduriku, dia tidak sebaik yang Mama pikir, dia tidak sepolos yang Mama kira, setiap Rega mengunjungiku dia selalu meminta aku melayaninya tanpa terlewat sama sekali, kau hitung saja Ma, berapa banyak anakmu ini menjadi pelacurrnya." Aku membuka semua aibku di hadapan Mama, aku sadar dan sengaja agar Mama tidak selalu berpikir jika Rega sangat baik hati tapi sebenarnya pria itu tidak sebaik yang terlihat.

Mama memandangku dengan mata penuh kekecewaan, aku memahami itu, seorang ibu mana yang bisa menerima jika putrinya menjadi pelampiasan hasrat seorang pria, apalagi Mama mengenal baik pria itu.

"Kenapa kau melakukan ini Dhira? kau itu bodoh kau tidak mempunyai harga diri sama sekali." Mama mrneriakiku dengan air mata yang luruh di kedua matanya, aku meluhat kehancura dan ke gagalan secara bersamaan ti tubuhnya yang rapuh.

"Maaf Ma, aku terlalu mencintai Rega, aku mencintainya."

"Tapi tidak seperi ini Dhira, kau menukar tubuhmu hanya demi cinta itu kebodohan, cinta tidak akan sebodoh ini Dhira, pantas saja kau seperti orang gila saat Rega memilih mengakhiri hubungan."

"Maafkan Dhira Ma!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!