Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing, namun berbeda dengan mereka yang menjadi pembimbing takdir. Mereka diberikan tugas untuk membimbing setiap takdir yang telah tertulis di sebuah buku perpustakaan. Begitulah yang diceritakan oleh sebuah dongeng kepada mereka sepasang anak kembar.
"Kakak, aku ingin pergi ke negeri dongeng jika benar-benar ada,"
"Disana pasti banyak sekali hal-hal yang indah dan luar biasa," ucap salah seorang kembarannya dengan tatapan berbinar-binar
"Tentu saja, sangat banyak,"
"Aku harap kita pergi bersama," ucap kembaran yang ada di sebelahnya
Setelah ucapan itu seorang gadis hilang entah kemana seakan-akan dia tidak ada di dunia. Orang tuanya panik dan khawatir sedangkan kembarannya hanya bisa termenung dan marah, karena tidak bisa melakukan apapun.
Bertahun-tahun setelah gadis itu hilang, keadaan membaik dan keadaan kembali normal. Seolah-olah gadis itu tidak benar-benar ada, dan orang tuanya menerimanya dengan berat hati, meskipun mereka tidak benar-benar menerima situasi tersebut karena bagaimanapun juga, putri mereka menghilang secara misterius.
"Ciel, kamu sudah membereskan barang-barangnya? kita akan segera berangkat,"
"Iya ma," ucap laki-laki itu dari balik pintu
"Haduh anak ini, kenapa selalu saja seperti ini? padahal sudah besar," gumam sang ibu dengan kesal
"Sudahlah ma, bagaimanapun juga wajar berperilaku seperti itu," ucap sang ayah yang berusaha menenangkan sang istri yang sedang mengomel kesal atas perilaku putranya
Dibalik pintu kamar, seorang anak laki-laki terduduk dengan tatapan malas mulai membereskan barang-barangnya hingga dia melirik sebuah bingkai foto yang tidak jauh pandangannya.
"Huh... Arabella sudah menghilang selama enam tahun. Jika kita berdua masih bersama, kita akan memiliki wajah yang mirip dan tumbuh dewasa bersama,"
"Aku yakin dia baik-baik saja, meski keberadaannya saat ini tidak diketahui,"
“Sekarang saatnya kembali ke Indonesia, melihat rumah lama itu.” Kata lelaki itu sambil tersenyum kecut pada bingkai foto, di mana ada dua orang anak yang tersenyum bahagia.
Setelah selesai membereskan barang-barangnya, anak laki-laki bernama Ciel Idris Aryasatya Kawindra yang memiliki darah keturunan Inggris dan Indonesia, kembali ke rumah neneknya yang berada di Indonesia tempat adik tercintanya menghilang.
"Ciel, kejutan untukmu," ucap seorang gadis yang datang tiba-tiba ke arahnya memeluk laki-laki itu di bandara
"Listina, bisakah kamu melepaskannya? Ciel bisa saja tercekik dan kemudian mati karenamu yang tiba-tiba memeluknya," ucap seorang laki-laki dengan tatapan kesal sambil menarik kerah baju perempuan itu untuk menjauh dari Ciel
"Apa masalahmu udin? Ciel saja tidak mempermasalahkannya," ucap Listina yang mendongak ke arah lebih tinggi dengan kesal
"Panggil namaku dengan benar, namaku Sholahudin," ucap Solahudin dengan tatapan kesal
Ciel dengan cepat mundur dari dua orang yang berdebat seperti kekasih, tidak ingin terlibat dalam situasi yang hanya akan menyebabkan masalah baginya. Dia tidak ingin terjebak di tengah
Beberapa jam kemudian sampailah mereka ke sebuah pedesaan yang terkenal dengan legenda-legenda seperti dongeng. Sesampainya mereka langsung disambut oleh kedua orang tua paruh baya dengan tatapan rindu dan terharu, di dampingi beberapa temannya yang tadi bertengkar.
"Apa kamu yakin dia adalah orang yang terpilih? Tidak meyakinkan,"
"Udin, apakah kamu berbicara sesuatu?" tanya Ciel dengan tatapan kebingungan
"Mungkin hanya perasaanmu saja, karena kebanyakan melamun," ucap Solahudin dengan tatapan kebingungan
Setelah mendengarkan jawaban dari sahabatnya, dia kemudian tenggelam ke dalam pikirannya. Dan berpikir mungkinkah memang tadi hanya pikirannya saja atau memang benar-benar terdengar.
'Tapi aku mendengarnya dengan jelas tidak mungkin salah mendengarkannya,'
Ciel melihat sekeliling, tetapi tidak melihat siapa pun membuat helaan nafas berat dan berpikir kembali kalau itu hanyalah hal semu. Sudah seharian menjelajahi desa bersama teman-temannya, dan Ciel lelah. Dia hendak pergi tidur, namun ketika dia melihat stempel yang tidak dikenalnya pada sebuah surat yang tergeletak di atas mejanya.
"Surat apa ini? Kenapa menggunakan cap aneh di atasnya? Mungkinkah mereka sedang menjahiliku,"
Itulah yang terlintas di dalam pikiran Ciel karena mengingat sahabatnya yang telah bersama dengan dirinya sejak kecil selalu bersikap kekanak-kanakan. Tanpa pikir panjang dia memutuskan untuk menutup matanya.
"TENG... TENG... TENG..."
Sebuah lorong-lorong besar, dipenuhi berbagai macam pembicaraan siswa-siswi berseragam sekolah.
"Apa kamu sudah dengar kalau banyak sekali para murid yang lepas kendali akhir-akhir ini? Aku khawatir kalau aku adalah yang selanjutnya,"
"Kita membutuhkan para penuntun takdir, tapi semuanya mati begitu saja secara misterius,"
Setelah mendengarkan pembicaraan itu dia kembali berpindah ke sebuah ruangan yang memiliki jendela-jendela besar dan didepannya duduk seorang laki-laki yang terlihat cukup usia dengan tatapan lelah.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi sekarang,"
Kemudian kejadian yang sama terjadi, dia berpindah lagi ke sebuah tempat dimana, dia mendengarkan suara-suara orang yang berbicara.
"Apa kamu yakin dia adalah orang yang terpilih? Tidak meyakinkan,"
"Aku tidak ingin hal yang sama terulang seperti perempuan yang kita pilih, dia memilih untuk menghancurkan daripada memperbaiki,"
Suara lonceng kembali berdetang namun kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Yang memperlihatkan seorang gadis kecil yang berada di sebuah taman mawar di dampingi sekumpulan orang pengikut.
"TENG... TENG... TENG..."
"La... la... la..."
"Nona Arabella Idris Meena Kawindra, kami mengundang anda ke kerajaan akademi untuk membantu para siswa akademi kami yang mengalami Magische Explosion,"
"Dengan kemampuan anda yang merupakan pemegang kunci perpustakaan pemandu, saya yakin anda bisa menyelamatkannya,"
Setelah kebun mawar merah itu mekar, suasana kembali berganti ke mawar-mawar yang layu namun di tempat yang sama. Memperhatikan seorang gadis yang angkuh dan emosi.
"Kenapa aku harus menyelamatkan orang-orang yang memiliki banyak dosa? Itu adalah hal yang sangat tidak pantas,"
Sesudah Itu, menunjukkan orang-orang yang memiliki tatapan dingin dan aura membunuh. Dan beberapa orang berlari terbirit-birit karena takut akan kematian dari kekuatan itu.
"APA KAMU TAU KALAU PERBUATAN YANG KAMU LAKUKAN SANGAT MELANGGAR ATURAN AKADEMI,"
"LARI... ITU ADALAH MAGISCHE EXPLOSION,"
Suara lonceng kembali berdetang namun kali ini suaranya lebih pelan dari sebelumnya. Ciel berpikir mungkinkah ini adalah akhir dari mimpinya? Namun tiba-tiba sebuah suara muncul dengan terbalut cahaya.
"Harapan yang semua orang hanya tersisa kepada dirimu, walaupun banyak sekali orang yang tidak akan percaya,"
"Aku harap memberikan dirimu kunci perpustakaan kepada dirimu bukanlah pilihan yang salah,"
"Aku juga berharap kepadamu untuk membawa kembali orang-orang yang memendam perasaannya hingga menyebabkan Magische Explosion terjadi,"
Pria itu tersentak kembali ke kenyataan di kamar tidurnya yang cerah dan cerah pada suatu pagi, setelah mengalami semua yang ada dalam mimpinya. Banyak sekali pertanyaan yang tiba-tiba bermunculan di dalam kepalanya setelah melihat seluruh percakapan yang ada di mimpinya. Apakah itu mimpi? Atau hanya kebanyakan bermain gawai dan menonton film fantasi? Namun terlintaslah sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan adiknya di pikirannya.
"Kenapa Arabella mengatakan hal semacam itu? Apa benar itu adalah dia?"
Setelah menyusun berbagai macam puzzle di dalam kepalanya, dia melirik ke arah surat di atas mejanya yang memiliki cap yang mirip dengan logo akademi itu.
"Apa yang dia maksud dengan pembimbing untuk membimbing mereka ke jalan yang benar?"
"Lebih baik aku sekarang, membaca isi surat ini untuk mengetahuinya,"
Setelah membaca surat itu, Ciel terkejut dengan informasi yang terkandung di dalamnya. Tiba-tiba, dia menemukan dirinya berada di tempat asing, mengenakan pakaian yang menurutnya aneh. Apa yang terjadi pada Ciel?
Ciel The Guide Of Destiny
Sebuah akademi yang begitu besar dan mewah di depan mata Ciel yang terkejut dengan tiba-tibanya dirinya berada di sebuah tempat yang hanya di lihat melalui mimpinya.
"Hei, kamu!" panggil seseorang dari arah belakang laki-laki itu, yang membuat Ciel menoleh ke arah belakangnya
"Aku belum pernah melihat laki-laki seperti dirimu dan juga kenapa kamu menghadang jalanku? Tidak bisakah kamu berjalan di tepi? Karena jalan ini hanya boleh dilewati oleh para Studentenrat,"
Seorang laki-laki tinggi dengan rambut hitam pekat dan mata merah Ruby menatap tajam ke arah Ciel, seperti orang yang kesal karena mengganggu pemandangan di depannya.
"Sudahlah, jangan marah-marah seperti itu,"
"Itu tidak baik untuk mana yang ada di tubuhmu, karena jika terus di tumpuk bisa membuat Magische Explosion terjadi menyebabkan seluruh siswa-siswi akademi terkena dampaknya," ucap seorang laki-laki yang berada di sampingnya dengan tatapan lembut dan tenang, menepuk pundak laki-laki yang bermata merah Ruby itu.
"Kali ini akan aku ampuni tapi tidak dengan lain kali, karena kamu adalah siswa baru," ucap laki-laki berwarna merah Ruby itu dengan tatapan dingin dan tajam meninggalkan Ciel begitu saja.
Ciel yang sejak awal diam dan berusaha tidak terlarut emosi dalam pembicaraan itu merasa lega. karena dia sadar tempat yang sekarang bukanlah tempat yang baik untuk bertengkar, sekali saja berbuat kesalahan mungkin dia bisa kehilangan nyawanya.
Karena Ciel datang ke akademi secara tiba-tiba dan tidak mengetahui jalan kembali ke dunianya, dia memutuskan untuk masuk ke dalam akademi yang terlihat seperti akademi bergengsi. Langkah awalnya mungkin adalah jawaban dari mimpi-mimpinya semalam.
Satu dua orang berbisik-bisik tentang bagaimana bisa siswa baru bisa diterima di pertengahan tahun ajaran, beberapa lainnya menjauh darinya karena terlihat aneh. Namun Ciel berjalan sampai di sebuah lorong sepi, yang entah lorong itu menuju ke arah mana.
"Selamat datang di Minunilor, akademi Verbrechen, akademi terbesar dan paling luar biasa,"
"Saya akan mengantar anda ke ruangan kepala akademi, jadi tolong tetap berada di belakang saya," ucap seorang perempuan dengan senyuman ramah untuk menyambut seorang siswa baru
Setiap lorong-lorong sepi yang dilewatinya dari awal tersesat, membuatnya tabjuk dengan kaca-kaca patri yang berwarna-warni, menampakan gambar-gambar indah seperti di negeri dongeng. Ciel sadar walaupun dia berada di dunia yang aneh dan misterius, dia tetap berusaha menikmati dengan waspada. Hingga sampailah mereka berdua di pintu besar yang mungkin adalah boss dari akademi ini.
"Yang mulia pangeran, sudah lama tidak bertemu denganmu,"
"Aku rasa sudah enam belas tahun sejak aku mengunjungi anda,"
"Saya tau ini lancang tapi saya memanggil anda ke akademi untuk meminta tolong kepada anda," ucap seorang laki-laki paruh baya dengan tatapan gundah ke arah Ciel. Dan Ciel berpikir mungkin seumuran dengan kakeknya.
Penjelasan demi penjelasan dia dengarkan sejak awal datang ke tempat ini membuatnya semakin bimbang dengan identitas dirinya. Dia bertanya-tanya apakah dirinya seorang pangeran? Apakah benar orang tuannya itu adalah orang tua kandungnya? kemudian bagiamana dengan saudaranya?
"Aku tidak mengerti apa yang terjadi dan siapa anda tuan,"
"Tapi tolong kembalikan aku ke tempat dimana aku berasal, karena orang tuaku pasti khawatir dan juga aku tidak ingin melihat luka yang belum kering kembali terjadi," ucap Ciel dengan memberanikan dirinya mendongak ke atas menatap orang tua itu
"Aku ingin saja melakukannya tetapi itu sangat tidak mungkin karena takdir anda adalah berada di sini, seperti saudara perempuanmu namun dia malah melakukan hal yang menghancurkan akademi ini,"
"Oleh karena itu anda adalah harapan terakhir kami," ucap orang tua itu sampai bertekuk lutut di hadapan sang remaja berumur 16 tahun itu. Sebuah kejutan datang di saat bersamaan ketika orang tua itu berlutut memohon kepada Ciel.
"KEPALA AKADEMI GAWAT!!"
"SEORANG SISWI TELAH TERKENA MAGISCHE EXPLOSION, KARENA BANYAK SEKALI AMARAH DAN DENDAM YANG DIA PENDAM MEMBUAT SIKLUS MANA TERHAMBAT," teriak seorang guru akademi dengan panik dan gemetaran karena Magische Explosion adalah ledakan mana dari seseorang yang bisa membuat orang tersebut membabi buta menyerang, tidak peduli teman atau bukan. Karena hal itu terjadi ketika seseorang telah menyembunyikan isi hati gelapnya atau seseorang yang telah melihat kehidupan kelam di masa lalu maka itu akan mempengaruhi kehidupannya di masa kini.
"Baiklah, aku akan membantu, tapi aku hanya bisa membantu semampuku karena aku tidak memiliki sihir," ucap Ciel yang tidak tega dengan orang yang lebih tua daripada dirinya apalagi berlutut memohon kepada dirinya.
Ditengah taman akademi, cuaca yang awalnya cerah menjadi cuaca yang gelap gulita di
"EVAKUASI SEMUA SISWA!"
"SEMUA STUDENTENRAT DIHARAPKAN BISA MEMBIMBING DAN MENGIRING PARA SISWA-SISWI KE TEMPAT YANG AMAN!"
"KE ARAH SINI!"
Ketakutan serta jeritan para siswa-siswi yang panik dan mengarahkan untuk mengamankan para siswa-siswi akademi bercampur menjadi satu hanya disebabkan Magische Explosion yang akan menggila.
Disaat perjalanan Ciel melihat berbagai reruntuhan bangunan berserakan di sekitar jalan siswi yang mengalami Magische Explosion secara tiba-tiba. Resiko nyawanya menghilang sangat besar dibandingkan dengan kemampuan yang dimilikinya namun, entah bagaimana Ciel tergerak untuk menolong walaupun dia takut. Ketakutan yang tidak akan pernah bisa lagi melihat cahaya.
"Kalian tidak pernah merasakan sakit yang aku rasakan memangnya, kalian tau penderitaan apa yang aku jalani?"
"Tentu saja, orang seperti kalian tidak akan pernah peduli,"
"MATILAH KALIAN," teriak siswi yang mengalami Magische Explosion menyerang dengan duri-duri tanaman yang ada di sekitarnya ke arah Ciel dan kepala akademi.
"Schild..."
Dengan cepat di hadangnya dengan perisai yang mampu melindungi kedua orang itu dari duri-duri tanaman, akan tetapi perisai itu retak dalam waktu singkat dikarenakan sihir yang begitu kuat. tumbuhan-tumbuhan yang berduri itu menepis tubuh kepala akademi dengan mudah menyisakan Ciel yang berada di taman luas itu, yang hanya bisa dia lakukan adalah mengambil kayu ranting yang tidak jauh darinya kemudian, berjalan lurus ke arah siswi yang mengalami Magische Explosion namun dirinya terpental ke arah gazebo yang tidak jauh dari lokasinya.
"Akh..."
Ciel yang terbanting ke arah gazebo merasakan kesal dan marah kalau dirinya tidak berguna. Digigitnya bibir itu, diambilnya ranting kayu dengan kepala tertunduknya.
"Aku memang merasa tidak mengetahui rasa sakit apa yang kamu rasakan, akan tetapi hanya membantai seperti ini..."
"MEMANGNYA MASALAH YANG KAMU MILIKI BISA DENGAN MUDAH SELESAI?"
"JIKA SEMUDAH ITU, KAMU LEBIH BURUK DARI ORANG-ORANG YANG MEMBUAT DIRIMU MENDERITA!!"
Teriakan yang lantang dan menggema di sekitar itu di jawab dengan serangan bertubi-tubi oleh sang lawan. Sampai keadaan Ciel tidak bisa menggerakkan kaki, lengan dan tubuhnya.
"KAMU TIDAK PERNAH MERASAKAN DI CEMOOH DARI ORANG, DARIMANA KAMU TAU ITU?"
Teriakan lawannya itu membuat Ciel terdiam meringis kesakitan. Seberusaha mungkin Ciel tetap bangkit dengan tekad takut kehilangan. Tetapi Mampukah dia melawan siswi yang mengalami Magische Explosion?
Ciel The Guide Of Destiny
Melihat usaha yang dilakukan oleh Ciel, siswi itu semakin membabi-buta menyerang ke arah Ciel dengan sulur-sulur tanaman berduri dan beracun.
Dengan cepat seorang laki-laki berdiri di hadapan Ciel melindungi dirinya.
"Otrava Moarte,"
Siapa sangka laki-laki yang berlari ke arah Ciel dan melindungi Ciel secara mendadak adalah laki-laki yang berwajah emosian kepada Ciel pagi tadi.
"Carlis, bukankah kamu terlalu cepat berlari ke sini," ucap seorang laki-laki yang berjalan-jalan santai ke arah laki-laki itu
"Dibandingkan banyak bicara, bukankah kamu lebih baik membantuku Wells?" ucap Carlis dengan dingin
"Padahal tadi pagi kamu sangat kasar sekarang tiba-tiba sedikit melembut,"
"Aku tidak bisa menebak jalan pikiranmu," ucap Wells dengan senyuman tipis kemudian menjentikkan jarinya membuat waktu terhenti beberapa saat dengan cepat dia memindahkan Ciel yang terbaring supaya aman. Namun setelah Ciel menyadari dirinya akan di pindahkan dia memutuskan untuk memberontak dari waktu yang dihentikan.
Wells yang tersentak dengan Ciel yang bisa keluar dari kemampuannya mendadak melepaskan Ciel dari panggul Wells.
"BODOH!"
"KENAPA KAMU MEMBERONTAK SAAT DI PINDAHKAN? KAMU INGIN MATI?" teriak Carlisle dengan muka merah padam karena telah di puncak kesabarannya kepada orang yang tidak jauh darinya
"Ak..u in...gin men...ye...lama...tkan sis...wi it..u," ucap Ciel dengan terbata-bata dan bermodal nekat
"ORAN-"
Teriak Carlisle yang tiba-tiba terhenti karena melihat cahaya yang terang dari sebuah kunci yang berada di saku celananya. Kunci berwarna emas dan memiliki lambang bunga Kamelia dan sebuah pena terukir di kunci itu, lambang yang merupakan arti penting sekaligus kebanggan bagi seorang pembimbing takdir.
Lonceng berbunyi disertai angin bertiup menandakan bahwa sang pembimbing takdir telah terpilih untuk membimbing takdir mereka. Luka-luka dalam atau luar di tubuh Ciel dalam sekejap sembuh dan kunci itu berubah menjadi sebuah tongkat yang berlambangkan jam pasir, roda gigi jam, timbangan. Pakaian dan warna matanya berubah dari pakaian akademi menjadi pakaian yang layaknya seperti seorang peyihir serta warna mata yang awalnya hitam berubah menjadi kuning keemasan.
Tanpa diduga sebuah tulisan tercetak di pikiran Ciel langsung membuat dirinya melihat sesuatu.
Bangunan di belakang akademi yang sepi...
"Orang seperti dirimu yang tidak memiliki bakat sihir sama sekali, kenapa berada di sini?" ucap seorang perempuan A sambil menarik rambut gadis itu
"Menurutmu hebat apa hanya mengendalikan tanaman merambat itu? Anak kecil saja juga bisa," ucap seorang perempuan C dengan menyirami air ke arah gadis yang di depannya
Pembullyan yang dilakukan gadis-gadis itu terus menerus berulang, sampai selanjutnya Ciel kembali ke tempatnya yang sekarang.
"Wahai cahaya emas yang mengikuti waktu, masa lalu atau masa depan yang berjalan, baik atau buruk takdirnya pandulah benang yang berantakan diantara benang merah yang kusut kembali ke jalur cahaya keemasan. Saya Ciel Idris Aryasatya Kawindra, Penuntun takdir ke-791, berdoa agar cahaya emas kembali membimbing takdir kepada gadis ini," ucap Ciel sambil mengacungkan tongkat ke arah sulur duri yang beracun, siswi yang merasakan kalau Ciel seperti orang yang berbeda langsung menyerang Ciel. Akan tetapi Ciel yang telah menyelesaikan mantra itu tiba-tiba berada berada di sebuah ruangan yang begitu luar biasa.
Ruangan itu tepat seperti perpustakaan pada umumnya namun yang membuatnya berbeda adalah perpustakaan itu dengan roda-roda gigi berputar dan bukan hanya perpustakaan juga buku-buku di dalam perpustakaan tersebut juga memilikinya namun buku yang ada ada di jam terletak benang-benang merah serta jam pasir. Semua itu melambangkan takdir seseorang yang sedang berjalan. Ledakan mana itu sendiri adalah bagian dari benang-benang tersangkut di sela-sela roda gigi.
Dari sekian banyak buku, ada satu buku yang berwarna gelap dan benang-benang merah tersangkut di buku itu.
"Buku ini mungkinkah milik siswi itu? Aura kebencian dan kesedihan mendalam begitu terasa dari buku ini,"
"Tapi bagaimana caranya menghilangkannya?" ucap Ciel yang mengotak-atik buku itu kemudian terlintaslah di pikirannya sebuah perkataan.
"Fegefeuer,"
Benang-benang yang tercekat di antara roda-roda kembali berputar.
"Ctarr...."
Buku itu terlepas dari genggaman Ciel dan roda-roda yang kembali berputar berhenti dan buku tersebut diselimuti duri-duri tanaman ciri khas dari siswi tersebut.
"Kamu pikir hanya karena kamu berhasil membuka perpustakaan takdir dan mendapatkan buku itu bisa mengembalikanku?"
"Harus kamu ketahui, aku lebih baik diterima kegelapan dibandingkan harus kembali menjadi orang yang lemah dan terus kembali diberikan penderitaan," ucap siswi itu sambil mengarahkan sulur-sulur itu ke arah Ciel. Dengan secepat kilat di hindarinya sulur-sulur berduri itu sampai ada yang menggores dirinya karena dia berhenti untuk mengambil nafas, tidak lama dari itu racun dari duri-duri itu menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh Ciel, sihir penyembuh juga tidak bisa menyembuhkannya karena racun itu merupakan racun yang bisa menjadi obat oleh karena itu sihir itu tidak bisa mendeteksi racun apa yang menjadi masalahnya. Keduanya adalah lawan yang seimbang karena Ciel terkena racun sedangkan buku takdir siswi itu sedikit demi sedikit aura kegelapan yang pekat berkurang walaupun siswi itu tidak menyadarinya.
"Kamu mungkin bisa mengendalikan ledakan mana yang berasal dari kegelapan yang besar ini,"
"Tapi apakah kamu sungguh yakin puas dengan hal-hal yang menyakitkan seperti itu? Apakah kamu yakin bisa bahagia karena kuat dengan kebencian?"
"Cepat atau lambat dirimu akan mati, apa kamu puas dengan hal seperti itu sedangkan orang yang membully dirimu bisa berumur panjang dan bahagia?"
"Jika menurutmu itu adalah kepuasan maka aku bisa membuat dirimu terkurung di sini selamanya," ucap Ciel dengan seringainya
'Aku tidak yakin ini akan membuat diriku berhasil mengalahkannya tapi aku setidaknya bisa mengulur waktu,' ucap Ciel di dalam hatinya dengan tatapan percaya diri
"Kamu pikir aku bisa dengan semudah itu dikalahkan atau di kurung di sini?"
"Aku akan membuat dirimu hancur dulu," ucap Siswi sambil menyerang ke arah Ciel dengan cepat namun karena serangan itu Ciel merasa sangat beruntung sebab dia bisa membuka buku takdir milik siswi itu. Sehingga dia bilang memurnikan kegelapan yang pekat itu.
"TIDAK... TIDAK AKU TIDAK INGIN KEMBALI MENJADI LEMAH,"
"AKHHH..." teriak siswi itu sambil menyerahkan serangan yang lebih kuat dari sebelumnya namun semuanya telah berakhir, Ciel telah menyelesaikan semuanya pada saat serangan itu disiapkan dan membuat siswi itu kehilangan kekuatan kemudian pingsan begitu juga dengan Ciel yang terkena racun mematikan. Beberapa hari kemudian sejak kejadian itu. Dia terkejut karena terbangun di kasur yang bukan miliknya serta kamar yang dipenuhi orang-orang...
'Ini sebenarnya ada apa?'
Ciel The Guide Of Destiny
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!