"Apa aku akan mati?" gumam wanita muda umur 23 tahun, ia terbaring lemah dibawah pohon badannya kurus kurang gizi. Makan tidak karuan dan sekarang ia tengah sakit parah, akibat racun yang berada dalam tubuhnya dan semakin menggerogoti organ internal tubuh nya.
"Mamah..." ucapnya lirih beserta isak tangis yang tidak dapat ia tahan lagi, sakit hati yang dia rasakan begitu dalam hingga peluang untuk memaafkan terbilang nihil sekali.
Wanita muda itu menutup matanya untuk yang kesekian kalinya, berharap malaikat pencabut nyawa dengan cepat mengambil diri nya. Agar rasa sakit yang ia tahan cepat berlalu dan segera terlupakan.
Nama wanita muda itu adalah Mikka Anderlson umurnya (23) tahun, ibu kandung Malisha Anderlson telah meninggal dunia saat usia Mikka 20 tahun. Dan sebelum semua ini terjadi ia adalah seorang wanita bahagia yang hidup bersama keluarga nya. Namun kehidupan bahagia yang ia rasakan begitu singkat, lalu ayahnya Charlos Anderlson (49) tahun menikah dengan ibu tirinya Alea Skichers (45) tahun setelah satu tahun ibunya Mikka meninggal dunia.
Kehidupan Mikka berubah drastis, bahkan kekasihnya Welson Humers (26) tahun telah berselingkuh dengan kakak tiri nya Faradilla Skichers (24) tahun ketika menjelang tiga hari pernikahan Mikka dan Welson. Lalu sekarang Mikka telah dibuang oleh keluarga nya sendiri serta diracuni oleh ibu tiri dan kakak tirinya, Mikka kini hanya menunggu kematian saja yang akan menjemput dirinya...
Dua tahun lamanya Mikka menanggung penyiksaan oleh ibu tiri dan kakak tirinya, Mikka yang begitu polos dan naif tidak pernah menyadari bahwa dirinya akan diracuni dan dibuang. Sedangkan ayahnya Mikka tidak tahu akan nasib malang anak nya itu, karna sering bepergian keluar kota untuk bisnis.
'Tringgggggggggggggg'
Suara sunging terdengar keras ditelinga Mikka, sebuah cahaya putih tiba-tiba menyilaukan matanya hingga kemudian ia tidak sadarkan diri lagi.
...****************...
"Apa aku sudah berada di syurga?" gumam Mikka dalam hati ketika ia melihat sebuah ruangan yang indah dan barangnya yang tertata dengan rapi,
"Ini seperti kamar ku tiga tahun yang lalu.." gumam Mikka lagi
"Apa aku bermimpi??" pertanyaan-pertanyaan itu muncul begitu saja dibenak Mikka tapi hal yang membuat Mikka semakin tercengang, yaitu tepat saat itu juga seseorang pria paruh baya membuka pintu kamar nya.
"Happy best day to you..."
"Happy best day to youu..."
Lagu itu terus menggema di kamar Mikka dan Mikka kembali terkejut ketika seorang pria yang sangat familiar juga ikut serta dalam kejutan itu.
"Happy best day Mikka sayang!" ucap pria tersebut dengan tangan memegang bunga mawar serta kotak kado berwarna pink.
"Mikka ayo tiup lilinnya!" ucap lembut pria paruh baya yang sangat Mikka sayangi tapi juga sangat Mikka benci nantinya.
"Papah??" sahut Mikka masih bingung dengan keadaan yang menimpa dirinya, Mikka memegang kepala nya dan mengingat-ingat setiap detail kejadian sebelum dia dibuang dan diracuni di kampung kumuh.
"Ada apa sayang?" tanya pria paruh baya itu yang tentunya dia adalah ayah nya Mikka Charlos Anderlson, dan pria satunya lagi tentu saja itu tunangan Mikka Welson Humers
"Siapa yang ulang tahun?" tanya Mikka bingung dan membuat kedua pria itu tertawa renyah, ya itu tepat sebelum ibu tirinya memasuki kehidupan Mikka.
"Sayang kamu lupa yaa? Ini ulang tahun kamu yang ke 20!" sahut Charlos
"Iya Mikka kamu lupa lagi yaa" ucap Welson juga seraya memberikan bunga mawar dan kotak kado kepada Mikka.
"Jika aku tidak salah ingat, kado yang diberikan Welson ini adalah jam tangan seharga 5 juta" pikir Mikka lagi dan lamunan nya itu seketika terhenti ketika menatap seorang wanita yang sangat Mikka rindukan.
"Maaf mamah terlambat.." teriak wanita itu yaa! Tentu saja wanita itu adalah mama Mikka yang berprofersi sebagai fashion desainer ternama dikota B, 'Malisha Anderlson'
"Ma-mma..." lirih Mikka yang spontan melompat dari tempat tidur lalu memeluk erat wanita itu
"E-ehh"
"Sayang ada apa??" tanya mamah merasa heran dengan sikap putri tunggal nya itu, Mikka tidak menjawab hanya isak tangis dari gadis itu saja yang terdengar.
Mikka melihat wajah ayu wanita yang telah melahirkannya itu,
"Mikka kamu kenapa?" tanya papah yang juga ikut heran, lalu Mikka menatap ketiga orang yang telah berada dalam kamarnya itu.
"Mamah meninggal, Papah sibuk berbisnis dan Welson selingkuh" gumam Mikka dalam hati sambil mengepal kuat kedua tangannya
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi!" gumam Mikka lagi kembali meneteskan air matanya.
Lalu Mamah mengangkat wajah putrinya itu yang terlihat sibuk dengan fikirannya sendiri,
"Sayang kamu kenapa sedih?" tanya Mamah lagi, Mikka mengusap air mata nya dan berusaha menahan rasa sakit dan perih di hatinya yang masih membekas.
"Maa" ucap Mikka seraya mengatur nafas
"Mikka cuma terharu.." sahut Mikka singkat lalu kembali meneteskan air matanya.
Barulah Papah, Mamah dan Welson merasa tenang karna sikap Mikka yang aneh dan membuat mereka merasa khawatir.
"Mikka ini kado untuk mu.." ucap Welson kembali memecahkan keheningan itu dan Mikka langsung menyambutnya.
"Makasih.." ucap Mikka agak acuh tidak seperti biasanya membuat Welson kembali heran, dahulu jika Mikka diberikan hadiah dia terlihat senang dan sangat antusias bahkan terkadang membuat Welson sakit kepala dengan sikap kekanakan Mikka.
Welson hanya mengangguk ringan dan menatap papah nya Mikka yang hanya tersenyum tipis saja ke arahnya,
"Ayo kita makan-makan!" ajak mamah yang telah membawa banyak makanan di kantong belanja, mereka berempat langsung menuju ruang makan keluarga.
Tampak Mikka yang hanya memakai stelan baju tidur berwarna ungu putih berenda duduk diam tanpa bicara diruang makan,
"Mikka kenapa?" pikir Welson yang sedari tadi memperhatikan sikap berbeda tunangannya itu.
"Mikka kamu mau makan apa?" tanya Mamah lembut, Mikka tersenyum tipis untuk yang pertama kali nya setelah dia terbangun tadi.
"Sup ayam sama sosis sapi" ucap Mikka spontan karna dia sudah lama tidak memakan menu favorit itu. Mamah tertawa kecil,
"Hmmm sejak kapan kamu suka makanan seperti itu?" tanya Mamah bergurau membuat Mikka kembali berfikir.
"Ya, sejak kapan aku menyukai makanan sederhana itu yang pada akhirnya tidak pernah aku dapatkan lagi setelah nasib buruk yang aku alami..." gumam Mikka dalam hati sambil menatap sosis sapi yang telah berada tepat dihadapannya.
Sosis sapi yang mirip hot crow itu adalah menu yang kini Mikka sukai, sosis besar yang hanya bertabur saos pedas dan mayones membuat Mikka meneguk air liur nya.
Mikka memakan dengan rakus sosis itu hingga membuat papah, Mamah dan Welson tercengang tidak percaya anak mereka yang biasanya bersikap lembut dan sopan saat makan malah terlihat seperti orang yang telah kelaparan selama beberapa hari.
"Sayang pelan-pelan makannya" tegur mamah lembut tapi Mikka tidak mengubris ucapan mamah itu karna sibuk dengan hidangan makan malam yang telah tersaji untuk nya.
...Next......
Keesokan paginya tidak seperti biasa Mikka yang selalu terlambat bangun dan selalu diomeli mamah setiap pagi, kini sudah lebih dulu bangun bahkan sebelum papah dan mamah nya bangun Mikka sudah selesai berolah raga dan kini dia memasak sendirian didapur.
Pukul 6 pagi, mamah yang terkejut ketika hidangan sudah tertata rapi di meja makan.
"Selamat pagi mahh" sapa Mikka seraya menuangkan air putih untuk mamah nya, membuat mamah terpaku menatap anak gadis nya yang langsung memberikan segelas air minum.
"Mikka kamu..." belum selesai mamah berbicara tiba-tiba papah keluar dari kamar
"Selamat pagi semua.." ucap papah sambil menguap namun seketika terdiam ketika melihat Mikka yang sedang memegang alat memasak.
"Mikka apa yang kamu lakukan dengan alat itu?" tanya papah kebingungan
"Memasak.." sahut Mikka singkat
"E-ehh" ucap papah pelan tidak menyangka jika anak gadis nya itu yang telah memasak semua hidangan dimeja makan.
"Ayo kita sarapan bersama..." ajak Mikka dengan ekspresi datar
"Apa kamu sedang tidak sehat?" tanya mamah saat melihat ekspresi wajah Mikka yang tidak seperti biasa.
'Gadis itu polos, lugu, manja dan bersikap kekanak-kanakan tidak seperti sekarang yang banyak diam dengan ekspresi datarnya.
"Tidak mah.." sahut Mikka singkat
"Kamu nanti kuliah nya diantar sama mamah atau papah?" tanya mamah lagi, Mikka terdiam dia baru ingat jika dirinya masih berstatus mahasiswa.
"Tanggal berapa ini mah?" tanya Mikka agak panik
"17 April sayang..." sahut papah sambil menyantap masakan yang Mikka buat
"Astaga aku hampir melupakan sesuatu" gumam Mikka dalam hati
"Mamah meninggal dibulan Juni, itu artinya dua bulan lagi..." Mikka kembali membatin dengan sedikit rasa cemas
"Sebelum itu terjadi aku harus menyelidiki kematian mamah..." pikir Mikka lagi
"Mikka.." tegur mamah yang terus menatap heran anak gadis nya itu, Mikka secara spontan menatap kedua orang tua nya yang terlihat terus memperhatikan dirinya.
"I-iya.." sahut Mikka agak gelagapan
"Kenapa melamun ayo makan lalu ke kampus.." tegur mamah dan Mikka hanya menganggukkan kepalanya saja.
Setelah mereka selesai sarapan, Mikka pergi kekampus diantar oleh mamah nya sendiri. Saat dijalan mamah terus merasa agak lain karna sikap Mikka yang menurutnya cukup berbeda,
"Kamu punya masalah?" tanya Mamah yang tidak tahan dengan sikap cuek anak nya itu
"Enggak mah.." sahut Mikka singkat
"Tidak seperti biasanya kamu banyak diam?" tanya mamah lagi lalu Mikka sedikit tersenyum tipis,
"Lalu mamah mau aku lompat-lompat dalam mobil? Atau menciumi mamah yang lagi nyetir?" tanya Mikka bergurau membuat mamah tertawa kecil dan sedikit salah tingkah.
"Bukan begitu maksud mamah.." belum selesai mamah berbicara Mikka langsung mencium mamah nya itu lalu memeluk nya dan bersandar dibahu sang ibu.
"Mikka masih gak percaya mah..." ucap Mikka pelan
"Mikka saat ini berumur 20 tahun..." ucapnya lagi membuat mamah tertawa kecil
"Mikka sudah makin dewasa" sahut mamah
"Iya..." ucap Mikka singkat
"Mikka belum bisa menerima kenyataan dengan masa depan yang Mikka hadapi.." sambung Mikka seraya mengingat lagi momen-momen menyakitkan hidupnya yang pernah terjadi ketika usia nya sudah 23 tahun.
"Sayang...biarkan masa depan datang sendiri, apapun yang akan terjadi nanti itu semua sudah takdir" sahut mamah mencoba memasuki apa isi pikiran putrinya yang tiba-tiba menjadi sedikit pendiam.
Mikka terdiam, masih dalam posisi menyenderkan kepala nya dibahu sang ibu dan itu membuat dirinya merasa sangat nyaman.
"Jadi kamu terus saja diam itu karna mikirin masa depan yahh?" tebak mamah membuat Mikka tersenyum kecil
"Hemmm" sahut Mikka pelan, tidak lama setelah itu mereka pun sampai di gerbang kampus tempat Mikka kuliah.
Mikka menatap tempat itu, sudah lama dia tidak berkunjung ke sana setelah wisuda. Terkadang ada sedikit rasa rindu yang menggelitik saat mengingat momen kuliah, tempat Mikka bertemu dengan teman lamanya dan saudara tiri dimasa depannya.
Mikka bersalaman dengan mamah nya dan memeluk tubuh itu yang terasa sangat hangat,
"Hati-hati yaa! Baik-baik belajar dan jangan terlalu berpacaran dengan Welson!" peringat mamah karna tahu hubungan Mikka dengan Welson yang sudah mulai serius.
Mikka hanya mengangguk kan kepalanya dan tersenyum serta melambai kan tangannya kepada sang ibu.
"Dahh mamah, hati-hati!" ucap Mikka, mobil putih itupun perlahan menjauh dari pandangan Mikka yang masih menatapnya hingga hilang dari pandangan.
Kemudian Mikka berjalan memasuki gerbang kampus, disana dia melihat bangunan yang masih belum di renovasi tepat seperti tiga tahun lalu. Tapi kini Mikka memang berada dikehidupan masa lalu nya yang tiga tahun lalu itu,
"Aku akan mengubah segalanya..." ucap Mikka pelan
"Dan pertama-tama, aku harus menyelidiki apa penyebab kematian mamah.." pikir Mikka sambil mencoba mengingat-ingat kejadian yang membuat ibunya kehilangan nyawa itu.
"Orang yang menjadi ibu tiri ku nanti adalah teman kerja mamah, itu artinya aku harus menyelidiki di tempat kerja mamah. Bagaimana hubungannya dengan Alea Skichers itu?? Apakah dia penyebab mamah kecelakaan atau memang murni kecelakaan tunggal semata..." pikir Mikka tiba-tiba seorang wanita membuat Mikka terkejut.
"Dorrr!" teriak wanita itu seraya memukul ringan pundak Mikka
'Sretttttt'
Tangan wanita itu langsung Mikka tangkap dan hampir saja tubuh wanita itu terpelenting oleh Mikka, jika Mikka tidak melihat siapa yang telah membuat nya terkejut.
"Akhhh sakit!! Sakittt!!" teriak wanita itu dan Mikka langsung melepaskan tangan nya dari wanita tersebut.
"Fany!" ucap Mikka tegas
"Aduhhhh sejak kapan kau menjadi sekuat ini?" tanya wanita itu yang ternyata temannya Mikka sendiri
"Lagian kenapa kamu membuat ku kaget.." ucap Mikka datar
"Heyy heyy heyy, sejak kapan sikap arogan ada didalam dirimu!" ucap Fany merasa heran dengan sikap Mikka yang berbeda
"Enggak kok.." sahut Mikka singkat
"Ckk! Huhh kamu ini!" ucap Fany lagi seraya ingin memukul pelan kepala Mikka seperti kebiasaannya, tapi Mikka dengan cepat kembali menangkis tangan Fany
"Jangan sentuh kepala ku!" ucap Mikka datar membuat Fany meneguk kasar salivanya
"Kenapa gadis ini? Apa dia dirasuki hantu? Tidak biasanya dia menjadi sangat dingin.." pikir Fany yang merasa sikap Mikka agak berbeda.
Mikka yang terlihat acuh tak acuh itu terus berjalan menuju ruangan belajar mereka,
"Miikka tunggu..." teriak Fany agak kesal lalu dia menyeimbangkan langkah Mikka yang baginya terlalu cepat berjalan.
"Mikka kamu kenapa?" pertanyaan itu menghampiri benak sang ibu yang merasa tidak seperti biasanya, Mikka terlihat jauh tidak selembut dahulu. Tatapannya yang dingin dan sikap cuek itu seperti bukan dirinya.....
...Next......
Mikka yang sedari tadi hanya diam tanpa berbicara sepatah katapun kepada teman dekat nya Fany, tidak seperti biasanya gadis itu terlihat sangat cuek.
"Mikka kamu ada masalah?" tanya Fany mencoba memulai pembicaraan,
"Tidak..." sahut Mikka singkat
"Kamu tidak enak badan ya?" tanya Fany lagi membuat Mikka tidak fokus dengan isi pikirannya sendiri.
"Sudahlah Fany kau membuat aku tidak nyaman!" gerutu Mikka agak kasar membuat Fany sedikit terkejut
"Mikka??" lirih Fany yang berhati lembut tidak biasanya gadis itu membentak dirinya.
"Kamu marah?" tanya Fany lagi, membuat Mikka menghela nafas kasar.
"Tidak, aku hanya ingin sendiri dulu.." sahut Mikka datar lalu Fany perlahan menjauh dari gadis itu agar dia tidak terganggu lagi akan kehadiran Fany.
Fany berjalan sendiri ke kantin kampus, namum tanpa sengaja bertemu dengan wanita sombong di kampus mereka.
"Eitsss mau kemana kamu?" tanya wanita itu angkuh
"Huhhh, jangan ganggu aku!" sahut Fany ketus lalu melanjutkan langkah nya menuju kantin.
"Huhh gadis itu!!" gerutu wanita yang tadi menghalangi Fany
"Sudahlah Fara jangan biarkan dia mengganggu mood mu" ucap temannya yang wajahnya terlihat jutek.
"Ayo Cerry kita pergi!" ajak Faradilla Skichers yang telah mengganggu Fany tadi
Dua wanita itu adalah bintang model majalah kampus itulah kenapa mereka selalu bersikap sombong dan arogan, mereka memang satu kampus dengan Mikka hanya saja berbeda jurusan.
Jika Mikka mengambil jurusan IT maka kedua wanita itu tadi mengambil jurusan kecantikan atau make over.
Ditempat kerja Malisha Anderlson atau mamah nya Mikka yang sedang berdiskusi dengan beberapa orang tentang dunia fashion,
"Bagaimana menurut mu nyonya Malisha?" tanya seorang fatner kerja seraya menyodorkan selembar kertas berisi model yang akan mereka rilis bulan ini.
"Tema kita bulan ini adalah liburan, aku rasa style nya masih kurang. Kamu bisa tambahkan bagian bawah nya berupa rumpi dan sedikit kancing dibagian tengah agar terlihat lebih elegan.." terang Malisha kepada wanita itu yang tidak lain adalah Alea Skicher.
"Baik nyonya..." sahut Alea seorang janda beranak satu, tapi walaupun begitu dia masih terlihat awet muda tanpa kerutan diwajah.
Sambil berjalan Alea menuju meja tempat dia merancang fashion,
"Hahh wanita itu sok berkarisma, style ku selalu banyak kekuarangan di matanya!" gerutu Alea kesal namun tidak ia nampak kan di depan mata Malisha.
Tidak lama kemudian Malisha merancang sebuah gaun untuk putrinya,
"Hemm ku harap Mikka menyukai hadiah ulang tahun yang terlambat ku berikan kepadanya.." gumam Malisha dalam hati.
Lalu Malisha menyiapkan peralatan pembuat busana dan menyibukkan diri dengan imajinasi nya sendiri.
Beralih ke kampus Mikka, kini gadis muda itu berada didalam perpustakaan sambil mengotak atik komputer nya.
Mikka menjelajahi internet milik Alea Skicher dan salah satu akun yang menurut Alea penting langsung di retas oleh Mikka,
"Dikehidupan ku yang dulu, aku pernah melihat Alea menggunakan akun mendsos ini untuk menghubungi seseorang yang mungkin saja bersangkutan dengan kematian ibu ku nanti..." gumam Mikka dalam hati, tanpa sadar karna terlalu fokus ada seseorang yang menghampiri Mikka.
"Mikka?" panggil pria itu membuat Mikka terdiam seketika, sosok pria tinggi muncul tepat di hadapannnya dan memberikan senyuman khas yang dahulu selalu meluluhkan hati Mikka.
Tapi sekarang berbeda, Mikka merasa muak dengan senyuman pengkhianat karna orang itu adalah tunangannya Welson Humers.
"Sayang aku mencari kamu kemana-mana.." ucap Welson lembut sambil mengusap pelan kepala Mikka, tapi Mikka tidak mengubris ucapan Welson itu.
"Kamu kenapa??" tanya Welson dan pertanyaan itu selalu membuat Mikka ingin naik darah,
"Kamu kenapa?? Hahh pertanyaan bodoh itu selalu mereka ucapkan berulang kali membuat aku ingin menelan mereka hidup-hidup!" gerutu Mikka pelan
"Sayang?? Kamu kok gitu?" tanya Welson lagi karna merasa di cueki oleh Mikka
"Cukup! Tidak bisakah kalian memberikan aku waktu sendiri?! Kalian membuat aku sakit kepala jika terus dekat dengan ku!" ucap Mikka tegas karna kesal
"Mikka? Kamu kok ngomong gitu?" tanya Wilson tidak percaya
"Kalau kamu punya masalah, ayo cerita sama aku jangan marah-marah gitu..." ucap Wilson lagi
"Masalah aku itu ada pada mu! Ada pada kalian!" ketus Mikka sambil menutup kasar leptop nya dan membawa tas nya pergi dari perpustakaan itu.
Dengan sorot mata tajam Mikka menatap Welson penuh kebencian, membuat Welson terdiam kaku tidak dapat berbicara lagi karna tatapan Mikka yang begitu dingin.
Welson menatap kepergian Mikka tanpa mencegahnya karna takut jika gadis itu tiba-tiba mengamuk tidak jelas dan memperburuk masalah mereka.
Mikka mengepalkan tangannya dengan erat, menahan gejolak emosi dalam hati nya. Dia yang dulu dicampakan oleh Welson, dia yang di racuni dan dibuang ke perkampungan kumuh yang Mikka sendiri tidak tahu dimana tempat itu. Dia yang di khianati dan dikucilkan oleh semua orang, dan sekarang pembalasan akan dimulai.
Mikka mencari taxi dan pergi ke tempat dimana ibunya bekerja, karna Mikka akan melakukan penyelidikan ditempat itu terlebih dahulu.
Kurang lebih satu jam perjalanan, Mikka sampai disana. Mikka menatap tempat para desainer berkumpul dan langsung memasuki nya,
"Nona Mikka.." sapa satpam ramah dan hanya dibalas oleh Mikka dengan anggukan serta senyum tipis, satpam itu mengenal siapa Mikka jadi dia tidak mempertanyakan kehadiran gadis itu di tenpat kerja ibunya atau pemilik tempat itu sendiri.
Mikka memasuki ruangan itu perlahan, dia menatap setiap sudut yang memang tidak pernah berubah sebelum tempat itu di ambil alih oleh Alea.
"Jika benar Alea yang menjadi penyebab kematian mamah, maka aku harus mencari bukti untuk memenjarakan wanita jahat itu" pikir Mikka seraya terus menatap ruangan yang menjadi tempat kenangan Mikka bersama mamah,
"Hampir 7 tahun mamah mengelola tempat ini hingga berhasil dan sampai di titik puncak kesuksesan, tempat ini malah menjadi milik Alea. Huhh aku tidak akan pernah bisa memaafkan kekejaman wanita itu!" geram Mikka dalam hatinya
"Mikka?" tegur seseorang dari arah belakang Mikka, Mikka secara spontan menoleh dan melihat orang yang memanggilnya.
"Bibi Hanah?" ucap Mikka pelan
"Sayang, kamu kenapa melamun disini? Udah ketemu mamah belum?" tanya bibi Hanah ramah
"Belum bi.." sahut Mikka singkat
"Ayo kita bersama ke ruangan mamah" ajak bibi seraya menggandeng tangan Mikka.
Bibi Hanah adalah orang pertama yang membela Mikka mati-matian ketika ibunya meninggal dan tempat itu di ambil alih oleh Alea. Namun pembelaan Bibi Hanah harus terhenti di tengah jalan, ketika terjadi kasus penggelapan dana yang dikelola oleh Hanah waktu bekerja sama dengan klien sehingga Hanah ikut terseret padahal Hanah tidak benar-benar bersalah waktu itu dan itupun juga termasuk siasat Alea ingin menjatuhkan Hanah lalu pembelaannya terhadap Mikka tidak dapat berlaku lagi.
Mikka terus mengingat kejadian itu hingga emosi kembali menguasai hatinya, dendam itu benar-benar teramat dalam.
"Malisha lihat siapa ini!" teriak Hanah kepada ibunya Mikka, Ashana menoleh dan tepat di depan pintu ada dua orang yang tengah berdiri menatapnya.
"Mikka? Kamu kenapa kesini sayang?" tanya Mamah agak terkejut dengan kehadiran putrinya itu
"Mikka hanya ingin menjenguk mamah, apakah tidak boleh?" tanya Mikka datar membuat mamah agak kikuk
"Bu-bukan begitu sayang, mamah pikir kau akan langsung pulang kerumah" ucap Mamah seraya menggeser kotak kain kebawah meja agar tidak ketahuan Mikka, tapi tatapan Mikka lebih tajam dan dia langsung mengerti ada yang sedang disebunyikan oleh ibunya.
...Next......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!