NovelToon NovelToon

Damar & Aluna

DA part 1

Damar Alvino Narendra, seorang pria muda yang tampan dan mapan. Ia merupakan anak bungsu dari salah satu pengusaha terkaya yang ada di Indonesia.

Walaupun Damar adalah keturunan dari orang tua kaya raya.Akan tetapi Damar lebih suka berusaha sendiri, hidup mandiri dengan mendirikan perusahaannya sendiri.

Tidak ada yang mengetahui identitas Damar yang merupakan keturunan dari keluarga Narendra. Hanya sang sahabat Galang dan istrinya saja yang mengetahui asal-usul Damar. Bahkan Damar tidak pernah memberitahu identitasnya kepada sang kekasih.

Karina adalah kekasih yang sangat dicintai oleh Damar. Mereka saling mengenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah. Akan tetapi, Karina memilih menjadi seorang model sehingga ia tidak lagi meneruskan kuliahnya. Walaupun begitu, hubungan keduanya terus berlanjut bahkan hubungan mereka sudah berlangsung selama 3 tahun.

Damar selalu berusaha untuk melamar Karina. Namun, Karina senantiasa menolak dengan alasan karir. Damar tak kuasa untuk memaksa Karina. Karena setiap Damar mendesak untuk menikahi Karina, wanita itu selalu meminta perpisahan dan tentu saja Damar tak menginginkannya.

Kedua orang tua Damar sudah meminta Damar untuk segera menikah. Mereka meminta Damar membawa calon istri pilihannya untuk dikenalkan kepada mereka. Namun Damar yang tak pernah bisa membawa wanita pilihannya ke hadapan mereka membuat mereka berpikir jika Damar hanya berpura-pura memiliki kekasih dan hanya mengulur waktu saja. Oleh sebab itu, mereka sudah mendapatkan calon istri untuk Damar, yang merupakan anak dari tekan bisnis sang ayah.

Damar baru saja tiba di apartemennya setelah menemui Galang. Ia menghubungi nomer sang kekasih, namun ponselnya sedang tidak aktif. Berulang kali Damar mencoba menghubungi Karina, namun sepertinya ponsel milik kekasihnya itu tidak aktif sama sekali.

Kamu kemana, Karin ?

Damar begitu resah. Ia melihat ke arah jam dinding dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Kembali Damar menghubungi nomer Karina, namun hasilnya tetap sama.

Mungkin dia kecapean, jadi udah tidur sekarang. Biar saja, besok aku akan datang ke apartemennya.

Batin Damar mencoba berpikir positif.

Akhirnya Damar pun membaringkan tubuhnya serta mencoba memejamkan mata kendati sebenarnya ia masih gelisah memikirkan sang kekasih yang tak bisa dihubunginya.

Pagi datang menyapa, Damar bahkan sudah rapi dan siap untuk menemui sang kekasih hati. Kendati ia masih belum bisa menghubungi Karina, tetapi ia sangat bersemangat untuk menemui sang kekasih.

Jalanan sudah mulai padat, tetapi Damar tak peduli. Meskipun apartemen milik Karina berlawanan arah dengan kantor dan apartemennya tetapi semua dilakoninya demi sang pujaan hati.

Damar tiba di apartemen Karina. Ia menekan bel pintu, namun tak terdengar sahutan dari dalam. Kembali Damar menekan bel, namun tak jua pintu terbuka. Ia menghubungi ponsel Karina, sayangnya ponselnya masih belum aktif juga.

Damar membuang nafasnya kasar.

Kamu kemana, Rin... ?

Tak patah semangat, Damar kembali menghubungi Karina dan kali ini terdengar nada sambung. Damar bersorak bahagia saat terdengar suara yang begitu dirindukannya mengangkat panggilan telponnya.

" Kamu dimana sayang ? Aku di depan apartemen kamu nih " ucap Damar.

" Apa ? Kamu di depan apartemen aku ? " tanya Karina kaget.

" Iya, bukain pintunya dong ! " pinta Damar.

" Aih, maaf ya sayang... Tapi aku gak tidur di apartemen. Semalam aku tidur di rumah Sasha barengan sama Melisa " sahut Karina.

" Kenapa kamu gak bilang sih sama aku. Semalaman aku hubungi kamu, tapi ponsel kamu gak aktif " timpal Damar

" Iya, memang gak aktif soalnya kemarin habis daya batrenya. Ini juga baru aku charg batrenya makanya bisa aktif " tukas Karina.

" Ya udah, kalau gitu aku jemput kamu ke rumah Sasha. Coba kamu share alamatnya ! " seru Damar.

" Eh, gak usah jemput " tolak Karina.

" Memangnya kenapa ? " heran Damar.

" Hari ini, aku ada photo shoot di luar kota barengan Sasha. Jadi rencananya kita mau pergi bareng, karena itu juga makanya aku nginep di rumah Sasha... " jelas Karina.

" Oh, gitu... " sahut Damar sedikit kecewa.

" Sorry ya, Mar ! " ucap Karina.

" Eh, udah dulu ya ! Aku mau siap-siap nih. Bye... " Karina memutuskan panggilan.

Damar mendengus. Entah mengapa, rasanya ada yang berbeda dengan sang kekasih. Seketika ucapan Galang terngiang-ngiang. Apa mungkin benar apa yang dikatakan oleh Galang, jika Karina memang tidak menginginkan hubungan serius dengannya.

Tidak...! Aku tahu dia mencintaiku. Karina hanya sedang banyak pekerjaan saja. Aku tidak boleh berpikiran buruk !

Tekad Damar sudah bulat. Ia tak ingin berpikiran buruk mengenai Karina. Hingga kemudian Damar melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen Karina.

Sementara itu, Karina yang baru saja menutup panggilan langsung dikejutkan dengan tangan kekar yang melingkari perut rampingnya.

" Telpon dari siapa, sayang... " ucap pria itu sambil mengecupi tengkuk Karina.

Karina menggelinjang kemudian membalik badannya hingga berhadapan dengan pria itu. Karina mengalungkan tangannya pada leher pria itu.

" Kenapa ? Mas cemburu ? " tanya Karina menggoda sambil mengecup bibir pria tersebut.

" Tentu saja, sayang... Karena mulai tadi malam kamu hanyalah milikku " jawabnya membalas ciuman dari Karina.

Mereka saling mencumbu satu sama lain hingga akhirnya mereka kembali menikmati kebersamaan mereka di atas ranjang.

Pria yang bersama dengan Karina adalah pria yang semalam baru saja berkenalan dengan Karina. Halim Pramudya, seorang pria berusia 46 tahun yang merupakan pemilik perusahaan Pram Entertainment.

Halim Pramudya merupakan seorang duda dengan satu orang anak. Ia sudah menduda selama 10 tahun lamanya dikarenakan sang istri yang meninggal dunia. Selama ini, ia tidak pernah berpikir untuk menikah kembali. Namun saat melihat Karina semalam, ia seperti kembali jatuh cinta dan hasratnya justru bangkit.

Bak gayung bersambut, Karina justru membalas perlakuannya. Sepertinya gadis itu, sudah sangat berpengalaman dalam melayani pria-pria kaya penyuka daun muda. Dan Halim sangat menikmati servis yang diberikan oleh Karina.

Selepas kegiatan panas mereka, Halim mentransfer sejumlah uang ke rekening pribadi Karina.

" Apa ini cukup, sayang ? " tanya Halim sambil memperlihatkan deretan angka pada ponselnya untuk ia transfer.

Mata Karina membelalak saat melihat jumlah uang yang akan diberikan oleh Halim.

" 50 juta ? " tanya Karina kaget.

" Hem... Apa masih kurang ? " tanya Halim bingung.

Karina menggeleng,

" Apa itu tidak terlalu banyak ? " tanya Karina sok polos padahal dalm hatinya bersorak.

Halim tersenyum.

" Untukmu ini tidak masalah. Bahkan aku akan memberikan apapun padamu asal kau mau menjadi istriku ! " ucap Halim sambil membawa Karina ke dalam pelukannya.

" Hah istri ? " tanya Karina tak percaya.

" Ya, apa kau tidak ingin menjadi istriku ? Karina, aku tidak pernah melakukan ini selain dengan istriku. Tapi kamu membuatku kembali bergairah dan aku ingin kita melakukannya dalam hubungan resmi " jawab Halim.

" Apa mas yakin ? Maksudku, apa Mas benar-benar yakin untuk menjadikanku istri Mas Halim ? " tanya Karina lagi.

" Ya, jika kamu bersedia. Aku akan segera menjadikanmu istriku. Dan aku juga akan mengenalkanmu pada putriku satu-satunya. Bagaimana sayang ? " tanya Halim meminta kejelasan.

Karina berpikir keras, ia tak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Masa bodoh dengan hubungan antara dirinya dengan Damar. Yang penting adalah masa depan cerah untuknya. Toh belum tentu hidupnya akan lebih baik jika bersama dengan Damar. Apalagi Damar belum tentu bersedia menerimanya jika Damar mengetahui apa yang selama ini dilakukannya.

" Jadi kamu mau menjadi istriku ? " tanya Halim lagi sambil mengangkat dagu Karina membuat tatapan mereka saling bertemu.

" Baiklah, aku bersedia menjadi istrimu "

DA part 2

Aluna bergerak menuju sebuah restoran setelah sang ayah memintanya datang untuk membicarakan hal penting.

Sudah satu bulan ini, ia tinggal di apartemen. Ia sengaja meninggalkan rumah sebagai bentuk protes karena sang ayah yang tiba-tiba memintanya untuk menikah dengan anak sahabatnya.

Mungkin papa sudah berubah pikiran

Batin Aluna sambil tersenyum sendiri.

Aluna berpikir jika sang ayah menyesali keputusannya dan akan memintanya untuk kembali pulang ke rumah setelah perdebatan mereka yang disebabkan perjodohan Aluna.

Aluna Jasmin Pramudya, seorang gadis muda berusia 21 tahun. Ia baru saja lulus dan akan segera menggelar wisuda. Aluna pikir, sang ayah akan memberikan hadiah atas keberhasilannya mendapatkan gelar sarjana dengan nilai yang baik. Sang ayah memang memberikan hadiah yang tak pernah diduganya sama sekali, yaitu rencana perjodohannya.

Oleh karena itu, Aluna memilih untuk tinggal di apartemen sebagai bentuk protes kepada sang ayah agar membatalkan rencana perjodohannya.

Aluna berjalan tergesa saat memasuki restoran hingga akhirnya ia secara tak sengaja menabrak dua orang wanita yang tengah berjalan ke luar restoran.

" Eh, Maaf ya Bu ! Maaf... ! " ucap Aluna merasa tak enak hati.

" Lain kali kalau jalan hati-hati ya, nak ! " seru seorang wanita cantik yang sudah berumur tak mempermasalahkan.

" Iya, sekali lagi saya minta maaf Bu... Mba... Saya permisi ! " pamitnya kepada kedua wanita yang sepertinya ibu dan anak itu. Aluna memasuki area restoran.

Aluna melangkahkan kakinya menuju sang ayah yang sudah melambaikan tangannya saat melihat Aluna tiba. Namun saat Aluna mendekat, ia terkejut karena ternyata ada seorang wanita muda duduk di samping sang ayah.

Tak ingin berpikiran buruk, Aluna duduk bersama dengan mereka. Sang ayah langsung mengenalkan Karina kepada Aluna dan langsung menyatakan bahwa Karina adalah calon istrinya.

Mata Aluna membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Entah ini kenyataan apa lagi. Setelah memutuskan untuk menjodohkannya, kini memutuskan untuk menikah kembali.

Kecewa, kesal dan marah. Itulah yang dilakukan oleh Aluna. Hingga Aluna menyiramkan minuman yang ada di depannya ke wajah Karina.

" Aluna ! Apa-apaan kamu ? " gertak sang ayah saat Aluna baru saja menyiramkan minuman ke wajah Karina.

" Papa yang apa-apaan ! Kemarin Papa mau jodohin Luna, sekarang Papa mau nikahin perempuan matre ini " timpal Aluna sambil menunjuk Karina.

" Aluna, minta maaf pada Karina ! " seru Papanya.

" Enggak, Luna gak mau ! " sahut Aluna.

" Aluna ! Papa tidak pernah mengajari kamu untuk berlaku tidak sopan " ucap Pak Halim.

Aluna berdecih, lalu bangkit dari duduknya. Ternyata ekspektasinya selama ini salah. Ia pikir sang ayah akan membatalkan perjodohannya. Namun alih-alih memadamkan api, sang ayah justru menyiramkan bensin sehingga apinya semakin membesar.

" Maaf... Sampai kapan pun, Luna gak akan setuju dia jadi istri Papa. Dan jangan pernah paksa Luna untuk dijodohkan dengan siapapun. Atau Papa tidak akan pernah bertemu dengan Luna lagi " ancam Aluna lalu meninggalkan mereka.

" Luna... Aluna ! " panggil sang ayah, namun Aluna terus berlalu tak mempedulikan Pak Halim yang terus memanggilnya.

" Maaf sayang... Tapi aku harus mengejar Aluna dulu ! " ucap Pak Halim kepada Karina.

" Ya, Mas... Sebaiknya kamu jelaskan baik-baik kepada Aluna " sahut Karina.

" Terima kasih, sayang... Nanti aku hubungi ya ! " seru Pak Halim lalu mengecup pipi Karina sebelum pergi mengejar Aluna.

Dasar gadis sialan ! Tunggu saja sampai aku jadi istri Papa kamu...

Batin Karina sambil mengeringkan wajahnya dengan tissu. Sungguh Karina merasa sangat malu saat ini.

Aluna berlari, sampai ke depan lobi. Kebetulan ada mobil yang terbuka pintunya sehingga Aluna segera masuk ke dalam mobil tersebut.

" Lho kamu ? " tanya si empunya mobil saat melihat Aluna masuk ke dalam mobil.

Ternyata pemilik mobil itu adalah kedua wanita yang tadi bertemu dengannya di restoran. Adinda dan Indira yang merupakan ibu dan anak. Aluna memohon agar mereka membantunya bersembunyi. Ia juga menceritakan kepada mereka alasannya bersembunyi di mobil mereka.

Aluna sedikit lega karena ternyata kedua wanita itu sangat baik. Mereka juga mengatakan jika perjodohan itu tidak seburuk yang dibayangkan oleh Aluna.

Mobil yang dikendarai supir keluarga Adinda berhenti mendadak dikarenakan ada mobil yang menghalangi laju kendaraan yang ditumpangi mereka. Hal ini membuat Indira yang tengah hamil besar mengalami kontraksi akibat guncangan.

Rupanya mobil yang menghalangi laju kendaraan mereka adalah mobil milik Pak Halim. Ia meminta agar Aluna ikut dengannya. Namun Adinda menolak dengan alasan bahwa Aluna merupakan teman dari Indira, putrinya yang harus segera melahirkan. Pak Halim pun mengijinkan Aluna ikut ke rumah sakit dimana ia pun mengikuti mereka ke sana.

Indira segera dibawa ke ruang bersalin. Sementara Aluna meminta maaf kepada Adinda karena menjadi penyebab Indira mengalami kontraksi. Adinda tidak menyalahkan Aluna, justru ia berharap yang terbaik untuk Aluna. Akhirnya Aluna pulang bersama sang ayah.

Tidak ada pembicaraan antara Aluna dan sang ayah. Aluna masih dalam mode diam dan sang ayah pun tak mengeluarkan sepatah kata pun hingga mobil mereka memasuki mansion.

Aluna keluar dari mobil, lalu berlari menuju kamarnya. Pak Halim menyusul Aluna hingga ke kamarnya.

" Luna... Buka pintunya ! Papa ingin bicara " ucap Pak Halim sambil mengetuk pintu kamar Aluna.

Aluna bangkit dari tempat tidurnya, lalu membuka kunci pintu kamarnya. Ia kembali menuju ranjangnya dan merebahkan dirinya.

Pak Halim mendekati Aluna yang berbaring dengan keadaan memiringkan badannya. Pak Halim mengelus rambut Aluna penuh kasih sayang.

" Maafkan Papa, Luna... Papa tahu kamu pasti marah, kesal, kecewa sama Papa. Tapi dengar dulu penjelasan Papa. Semua yang Papa lakukan untuk kebaikan kamu, Nak ! " ucap Pak Halim.

" Kebaikan Luna atau kebaikan Papa ? " sahut Aluna tanpa menghadap sang ayah.

" Luna... Percayalah, perjodohan kamu dan anak Om Bima itu untuk kebahagiaan kamu. Papa yakin anak bungsu Om Bima itu bisa membahagiakan kamu " jawab sang ayah.

" Membahagiakan ? Kenapa Papa yakin Luna bisa bahagia, sementara Luna sendiri gak tahu yang mana orangnya. Apakah Luna bisa menerima, mencintainya atau apa dia juga bisa menerima dan mencintai Luna. Papa Egois ! " sahut Aluna menatap sang ayah dengan tatapan tak bisa diartikan.

" Luna... Papa hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, Nak " ucap Pak Halim menatap Luna.

" Yang terbaik untuk Luna ? Memangnya apa yang terbaik untuk Luna ? Suami ? Ibu tiri ? " cibir Aluna.

" Luna... Papa hanya ingin melihat kamu bahagia. Dan Papa juga ingin bahagia dengan wanita pilihan Papa " sahut Pak Halim.

" Pa... Luna gak pernah larang Papa untuk menikah lagi. Tapi... Perempuan itu... Apa benar dia tulus mencintai Papa ? Atau dia mencintai harta Papa ? " serang Aluna.

" Aluna ! " bentak Pak Halim membuat Aluna terdiam.

Aluna menatap sang ayah yang baru kali ini membentaknya hanya karena seorang wanita. Aluna tersenyum miris,

" Belum jadi istri Papa aja, dia udah bisa buat Papa bentak Luna... Apalagi udah nikah sama Papa... Bisa-bisa dia buat Papa bunuh Luna " sahut Aluna berapi-api.

Pak Halim mengepalkan tangannya, namun ia berusaha menahan emosinya. Bagaimanapun ia masih waras untuk tidak bersikap kasar kepada putri semata wayangnya itu. Ia sadar jika ia sudah terlalu memanjakan Aluna selama ini.

" Luna... Papa mohon, Nak ! Papa hanya ingin kamu bahagia. Papa juga ingin bahagia dengan cara Papa sendiri. Jadi tolong, terima keinginan Papa ini. Papa tidak akan meminta hal lain lagi " ucap Pak Halim melembutkan suaranya lalu berusaha menyentuh kepala Aluna, namun Aluna menghindar.

" Papa mohon pikirkan lagi permintaan Papa " pinta Pak Halim lalu meninggalkan Aluna sendirian.

Air mata Aluna jatuh,

Kenapa ? Kenapa harus Luna yang ikutin maunya Papa...

DA part 3

Aluna setengah berlari menuju lobi rumah sakit setelah ia menengok Indira dan bayinya yang baru saja lahir kemarin. Ia sudah memesan taksi on line yang akan mengantarnya ke stasiun kereta api.

Aluna pergi dari rumah dan akan pergi ke Surabaya, ke rumah sang nenek. Dan setelahnya, ia akan healing ke Bali untuk merefresh pikiran dan perasaannya.

Aluna berjalan tergesa karena mendapat notifikasi jika supir taksi online sudah berada di depan lobi. Ia tak memperhatikan langkahnya sehingga menabrak seorang pria dan membuat bingkisan yang dibaws pria tersebut terjatuh.

" Hey... Kalau jalan lihat-lihat dong ! " gerutunya karena membuat kado yang dibawanya terjatuh.

Merasa bersalah, Aluna mengambilkan kado yang terjatuh itu dan mengembalikannya kepada sang pemilik.

" Maaf, saya lagi buru-buru ! " ucap Aluna.

" Cih, buru-buru ? Alesan aja ! " sahutnya kesal sambil mengambil kadonya yang diberikan oleh Aluna.

" Heh, udah bagus gue minta maaf, terus ambilin barang Lo. Dasar cowok rese ! " sewot Aluna sambil memandangi pria yang memakai kaca mata hitam itu.

" Makanya, kalau jalan tuh kaca matanya dibuka supaya kelihatan ! " oceh Aluna sambil memutar bola matanya lalu berjalan menjauh dari pria itu dan segera menuju taksi online pesanannya.

Pria itu kini membuka kaca mata hitamnya lalu memasukkannya ke dalam saku kemejanya.

" Dasar cewek aneh !! " gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aluna segera masuk ke dalam taksi online, menuju stasiun kereta api.

Sekitar 8 jam waktu yang diperlukan oleh Aluna agar sampai di kota Surabaya. Kota kelahiran sang ibu, dimana masih tinggal sang nenek satu-satunya keluarga dari sang ibu yang masih ada.

Aluna kini telah berdiri di depan sebuah rumah tempat tinggal sang ibu dulu. Matanya berkeliling, melihat halaman rumah yang masih terjaga dengan asri. Bahkan ayunan tempat ia sering bermain dengan sang ibu dulu, masih tetap berdiri di tempatnya.

Air mata Aluna meleleh, betapa ia merindukan dekapan erat sang ibu yang begitu nyaman dan selalu memberikan ketenangan bagi dirinya.

Pintu rumah terbuka, memperlihatkan wajah seorang wanita lanjut usia yang begitu kesepian. Matanya seketika terbuka lebar saat melihat keberadaan Aluna disana.

" Aluna... " ucapnya seolah tak percaya dengan indra penglihatannya sendiri.

" Ya, Alloh... Ini kamu kan Luna ? " tanyanya sambil memeluk Aluna. Air mata merembes dari kedua pelupuk mata wanita lansia itu.

" Iya, eyang... Ini Luna " jawab Aluna membalas pelukan sang nenek.

Sesaat keduanya larut dalam isak tangis haru, karena keduanya sudah lama tak bersua. Eyang Widi membawa Aluna masuk ke dalam rumah. Rumah besar itu terasa sepi karena hanya dihuni oleh Eyang Widi ditemani oleh 3 orang asisten rumah tangga dan 1 orang tukang kebun merangkap supir pribadi.

" Kenapa ndak bilang kalau mau kesini hem ? Kan Eyang bisa suruh Pak Ahmad jemput ke stasiun " ucap Eyang Widi.

" Ini mendadak kok Eyang. Sebelum ke Bali, Luna mampir dulu ke rumah Eyang. Luna kangeeen banget sama Eyang " sahut Aluna sambil memeluk dan bergelayut manja pada lengan sang nenek.

" Kangen tapi jarang datang kesini ! " oceh Eyang Widi.

Aluna hanya nyengir mendengar ucapan sang nenek.

" Yo wes... Luna sekarang istirahat dulu di kamar. Pasti cape toh, di perjalanan. Nanti Eyang buatin makanan kesukaan Luna " seru Eyang Widi.

" Emangnya Eyang inget makanan kesukaan Luna ? " selidik Aluna.

" Lah inget, wong makanan kesukaan kamu itu sama dengan makanan kesukaan almarhumah ibumu kok. Rawon, sate klopo sama wedang kan ? " timpal Eyang Widi.

" Siip. Memang Eyang paling tahu yang Luna suka. Luna ke kamar dulu ya Eyang " pamit Aluna mencium pipi sang nenek kemudian menuju ke kamar yang selalu ditempatinya tiap kali datang berkunjung.

Aluna merebahkan dirinya di atas kasur, setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti pakaian. Pandangan matanya menatap kosong ke atas langit-langit kamar. Ia tak pernah mengira hidupnya akan berjalan seperti ini. Ia harus menghadapi dua permasalahan yang begitu pelik. Perjodohannya juga pernikahan sang ayah yang tak pernah terpikir sama sekali olehnya.

Pintu kamar Aluna terbuka dan sang nenek sudah berada di hadapannya saat Aluna menyadari kehadiran wanita lanjut usia tersebut.

" Lho Eyang ? "

" Kamu mikirin apa toh ? " tanya sang nenek sambil duduk di tepi ranjang menatapi Aluna.

Aluna menggeleng, berusaha menyembunyikan masalah yang mengganggu pikirannya.

" Luna gak apa-apa, Eyang " jawab Aluna sambil bangun dari rebahannya dan memeluk raga sang nenek.

Eyang Widi memeluk dan mengusap-usap punggung Aluna.

" Kalau ada masalah jangan dipendam sendiri ! Apapun yang kamu hadapi sekarang, Eyang tahu semua demi kebaikanmu " ucap Eyang Widi seolah mengetahui masalah yang menimpa Aluna.

" Papa kasih tahu, Eyang ? " tebak Aluna sambil menatap wajah sang nenek yang telah dihiasi kerutan namun masih terlihat begitu ayu.

" Papamu baru saja telpon Eyang. Dia sudah cerita semuanya... Eyang tahu, seharusnya masalah jodoh itu jadi urusanmu sendiri. Tapi kita berpikir positif saja. Papamu itu sangat menyayangi kamu. Dia pasti berusaha memberikan yang terbaik untukmu... Bukankah selama ini Papamu selalu seperti itu ? " ucap Eyang Widi.

Aluna menghela nafasnya lalu melepaskan diri dari pelukan sang nenek.

" Tapi bukan berarti menjodohkan Luna itu jalan terbaik untuk Aluna. Papa hanya mencari jalan saja agar Luna meninggalkan rumah dan Papa bisa menikah kembali " kilah Aluna.

" Luna... Coba Luna pikir, selama ini Papa sudah memberikan apapun, melakukan apapun untuk Luna. Menjadi ayah juga menjadi ibu untuk Aluna. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan Papa untuk Aluna. Semuanya untuk Aluna... Sekarang, sudah saatnya Papa meraih kebahagiaannya sendiri. Meskipun begitu, tapi Papa tidak pernah lupa dengan Aluna. Papa sudah menyiapkan jodoh terbaik untuk Aluna... Eyang percaya, semua itu dilakukan Papa untuk kebahagiaan Aluna. Luna juga harus percaya pada Papa. Luna mau Papa bahagia kan ? " tanya sang nenek setelah penjelasan panjang lebar.

" Memangnya Papa gak bahagia selama ini ya Eyang ? Apa karena urusin Luna, Papa gak bahagia ?" Aluna balik bertanya dengan lirih

" Ngomong apa sih kamu ini... Denger Luna... Tidak ada yang bisa memberikan kebahagiaan selama ini selain Luna. Setelah mamamu meninggal, satu-satunya kebahagiaan Papa yang tersisa adalah Aluna. Luna... Kamu akan mendapatkan jalan hidupmu sendiri. Menikah, punya anak, punya keluarga sendiri. Sementara Papamu pasti kesepian karena tidak ada lagi yang menemaninya... "

" Seperti Eyang ? Eyang pasti kesepian juga kan ? Mama sudah tidak ada, Luna juga jauh dari Eyang. Maafin Luna ya, Eyang... Luna akan membuat Eyang bahagia. Apapun maunya Eyang, selama Luna bisa, Luna akan penuhi " sela Aluna lalu kembali memeluk tubuh sang nenek.

Eyang Widi membelai rambut Aluna,

" Ada satu keinginan Eyang, Luna... " ucap Eyang Widi. Aluna mendongakkan kepala menatap sang nenek.

" Apa itu, Eyang ? "

" Sebelum Eyang meninggalkan dunia ini... Eyang ingin melihat kamu menikah dan bahagia bersama pasanganmu "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!