NovelToon NovelToon

Cinta Terlarang

Bab 1 ( Cinta Terlarang )

"Saya terima Nikah dan Kawinnya Aisyah Bin Almarhum Bapak Imron dengan mas kawin seperangkat alat Shalat beserta emas seberat tiga puluh gram dibayar Tunai," ucap lantang seorang Pemuda yang bernama Raihan.

Hari ini Raihan dan Aisyah telah melakukan ijab kabul Pernikahan secara siri yang hanya disaksikan oleh tiga orang saja dan diselenggarakan di sebuah Mesjid yang berada di sebelah rumah seorang Ustadz yang menjadi Penghulu Pernikahan mereka.

Mereka berdua sengaja mencari tempat yang jauh dari daerah tempat tinggal mereka selama ini supaya tidak ada seorang pun yang mengenali mereka, hal ini dikarenakan semua orang di daerah tersebut tahu bahwa Raihan dan Aisyah adalah saudara kandung sehingga tentu akan menimbulkan larangan dan efek negatif pada mereka terkait pernikahan ini. Padahal kenyataannya, baik Raihan maupun Aisyah masih belum mengetahui kalau sebenarnya Raihan hanyalah anak angkat.

Aisyah sudah bersikeras menolak ajakan Raihan untuk menikah, tapi Raihan ngotot ingin tetap menikahinya dengan alasan jika Raihan tidak mau kehilangan Aisyah kalau sampai Aisyah dinikahi oleh lelaki lain.

Sebelum acara Pernikahan dilangsungkan, Aisyah dan Raihan sempat berdebat dengan pendapat mereka masing-masing.

"Kak, Sebaiknya pernikahannya kita batalkan saja ya, karena kita berdua adalah Kakak beradik, dan Pernikahan kita tidak akan syah secara hukum maupun Agama," ucap Aisyah dengan menangis.

"De, Kakak mohon sama Aisyah, Aisyah nurut saja sama Kakak, Kakak gak mau jika Aisyah sampai menikah dengan lelaki lain selain Kakak," ujar Raihan yang masih bersikeras dengan pendiriannya.

Bukannya Aisyah tidak mencintai Raihan, tapi Aisyah takut karena yang Aisyah tau kalau dia dan Raihan adalah saudara kandung.

"Bagaimana nanti kata orang apabila mengetahui jika kita berdua menikah, pasti kita akan menjadi bahan cemoohan semua orang, dan mungkin kita akan di usir dari kampung ini Kak."

"Kenapa kita harus peduli dengan perkataan oranglain? kita berdua juga tidak meminta makan kepada mereka. Selama tujuh belas tahun ini Kakak yang sudah berjuang menghidupi kamu Aisyah, jadi untuk apa kamu mendengarkan perkataan oranglain," ujar Raihan dengan memeluk tubuh Adik yang sangat dicintainya.

"Tapi semua ini salah Kak."

"Cinta tak pernah salah Aisyah, meskipun cinta terlarang sekali pun," ujar Raihan.

Raihan akhirnya memutuskan untuk menikahi Aisyah secepatnya, karena banyak lelaki yang datang untuk melamar Aisyah, sehingga Raihan merasa cemburu.

"Hari ini juga Kakak akan menikahi kamu Aisyah."

"Tapi Penghulu mana yang akan menikahkan kita Kak, semua orang di sini tau jika kita berdua adalah Saudara kandung."

"Kalau begitu kita akan mencari tempat yang jauh, supaya tidak ada yang mengenali kita berdua sebagai saudara."

Akhirnya Raihan dan Aisyah pergi ke tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka untuk melakukan ijab kabul Pernikahan meskipun hanya secara siri.

Mereka berdua terus bertanya kepada setiap orang yang dijumpainya saat di perjalanan, untuk menanyakan keberadaan Ustad yang bersedia menikahkan secara siri.

"Bu, maaf kalau di sini siapa ya Ustad yang bisa menjadi Penghulu?" tanya Raihan ketika mereka berdua istirahat di sebuah warung.

"Kalau di sini yang biasa menjadi Penghulu namanya Ustad Somad. rumahnya berada di sebelah Mesjid yang berada di ujung jalan sini. Memangnya kalian berdua mau menikah ya?"

"Iya Bu, kami mau menikah secara siri terlebih dahulu," jawab Raihan.

"Tapi kok wajah kalian mirip, saya tadi mengira jika kalian berdua adalah Adik Kakak," ujar Ibu pemilik warung.

Aisyah sudah terlihat ketakutan, sedangkan Raihan menjawabnya dengan santai.

"Mungkin karena kita berjodoh Bu, makanya kita berdua mirip. Bukannya kata orang kalau jodoh itu wajahnya banyak yang mirip ya," ujar Raihan.

"Iya bener Nak, Ibu juga sama Suami mirip banget lho, makanya kalau kita jalan berdua banyak yang mengira jika kita adalah saudara."

Aisyah yang mendengar ucapan Ibu pemilik warung tersebut akhirnya merasa lega, karena dia takut jika sampai ada yang mengetahui identitas mereka yang sebenarnya.

Setelah membayar makanannya, Raihan dan Aisyah melanjutkan kembali perjalanan mereka berdua menuju rumah Ustad Somad.

"Assalamu'alaikum," ucap Raihan dan Aisyah ketika sampai di depan rumah Ustad Somad.

"Wa'alaikumsalam," jawab seorang perempuan paruh baya dengan membuka pintu.

"Bu maaf, Apa benar ini rumah Ustadz Somad?" tanya Raihan.

"Iya benar, silahkan masuk, Bapak kebetulan baru pulang dari sawah," ujar Istri Ustadz Somad yang bernama Irma.

Bu Irma akhirnya memanggil Ustad Somad yang baru selesai mandi.

Setelah bertemu dengan Raihan dan Aisyah, Ustad Somad pun menanyakan maksud dari kedatangan mereka berdua.

"Maaf kenapa Ananda berdua mencari Bapak?"

"Perkenalkan Pak, nama saya Raihan dan ini calon Istri saya Aisyah. Begini Pak, maksud kedatangan kami kemari, kami ingin meminta tolong kepada Bapak semoga berkenan untuk menikahkan kami berdua," ujar Raihan.

"Apa Nak Aisyah masih mempunyai Ayah atau Wali yang nanti bisa menjadi Wali Nikahnya?" tanya Ustad Somad.

"Kami berdua hidup sebatang kara Pak, jadi kami memutuskan untuk menikah secara siri terlebih dahulu supaya tidak terjadi fitnah," tutur Raihan.

"Baiklah kalau seperti itu ceritanya, insyaallah Bapak bersedia menikahkan kalian berdua, kalau begitu sekarang kita ke Mesjid untuk melakukan acara ijab kabul setelah melakukan Shalat Dzuhur terlebih dahulu, nanti kita bisa meminta tolong kepada tetangga yang datang Shalat Dzuhur ke Mesjid untuk menjadi saksi Pernikahan kalian," ajak Ustad Somad.

Setelah melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah, akhirnya Raihan melakukan ijab kabul Pernikahan dengan Ustad Somad yang menjadi Penghulu dan dua orang tetangga Ustad Somad yang menjadi saksi Pernikahan mereka.

"Alhamdulillah, sekarang Nak Raihan dan Nak Aisyah sudah sah menjadi Suami-Istri secara Agama. Selamat ya, semoga Pernikahan kalian berdua langgeng," ucap Ustad Somad yang di Amini oleh semuanya.

"Terimakasih banyak ya Pak, ini saya ada sedikit rezeki, semoga saja Bapak sekalian berkenan menerimanya," ujar Raihan dengan memberikan amplop kepada Pak Somad dan kedua tetangganya.

Apa Pernikahan kami Sah secara Agama? sedangkan kami berdua masih satu darah? batin Aisyah kini bertanya-tanya.

"Pak, kalau begitu kami permisi dulu untuk melanjutkan perjalanan supaya tidak kemalaman. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada semuanya," ujar Raihan. Kemudian Raihan dan Aisyah pun berpamitan untuk pulang kembali ke rumah mereka.

Sepanjang perjalanan, Raihan terus tersenyum bahagia, lain hal nya dengan Aisyah yang masih merasakan bimbang dengan status Pernikahan mereka.

"Sayang, kenapa kamu diam saja?" tanya Raihan dengan melingkarkan tangan Aisyah ke pinggangnya, karena saat ini mereka berdua berada di atas motor dengan Raihan yang mengendarainya.

"Aisyah takut Kak, Apakah status Pernikahan Sedarah ini sah atau tidak," jawab Aisyah dengan menitikkan airmata, sehingga Raihan yang mendengar ucapan Aisyah pun langsung menghentikan motornya.

"Aisyah harus yakin kepada Kakak, kalau selamanya Kakak akan selalu mencintai Aisyah dan tidak akan pernah meninggalkan Aisyah, tidak seperti Ibu Kandung kita yang telah tega berselingkuh dan kabur dengan selingkuhannya sehingga membuat Ayah kita meninggal dunia dan membuat kita berdua hidup sebatang kara," ujar Raihan dengan memeluk erat tubuh Aisyah.

Bab 2 ( Raihan dan Aisyah yang malang )

Raihan masih teringat dengan Ibu mereka yang saat itu dengan teganya pergi meninggalkan Raihan dan Aisyah yang masih kecil.

Flash back 17 tahun yang lalu :

Waktu itu Raihan masih berusia 7 tahun, tapi dia harus berjuang untuk menghidupi Adik kandungnya yang bernama Aisyah yang saat itu baru berusia 1 tahun.

Raihan dan Aisyah hidup sebatang kara karena mereka berdua baru saja kehilangan Ayahnya yang telah meninggal dunia karena serangan jantung. Mirisnya penyebab Ayah mereka meninggal karena mengetahui jika selama ini Istri yang dicintainya telah berselingkuh dengan tetangganya sendiri dan sang Istri memilih untuk kabur dengan selingkuhannya.

Raihan yang sudah mengerti dengan perkataan orang-orang yang membicarakan tentang keburukan Ibunya merasa marah sehingga tumbuh rasa benci pada hati Raihan.

Aisyah dari pagi terus saja menangis karena dia masih menyusu, sehingga dia terus saja mencari keberadaan Ibunya.

Raihan akhirnya mencuci beras yang tinggal sedikit lagi kemudian mengambil air cuciannya untuk dimasak dan dijadikan sebagai pengganti susu untuk Aisyah, karena biasanya Ayah mereka selalu melakukan hal itu apabila sedang tidak mempunyai uang untuk membeli susu, karena selama ini Ibunya selalu keluyuran dan jarang berada di rumah.

"Ade jangan nangis ya, sekarang Kak Raihan yang akan menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk Aisyah," ujar Raihan dengan menggendong tubuh kecil Aisyah yang masih saja menangis.

Raihan memutuskan untuk memecahkan celengannya supaya bisa membeli susu dan bubur bayi untuk Aisyah, karena keluarga Almarhum Ayah mereka merasa kesal terhadap Ibu kandung Raihan dan Aisyah yang sudah menyebabkan Ayah mereka berdua meninggal dunia, sehingga akhirnya mereka hanya membawa Jenazah Imron ( Ayah Raihan dan Aisyah ) untuk di kebumikan tanpa memperdulikan nasib kedua Anak yang tidak berdosa tersebut.

Raihan memutuskan untuk segera membeli Susu untuk Aisyah yang masih saja menangis, dan dengan susah payah Raihan mengaitkan kain jarik pada punggungnya supaya Aisyah tidak terjatuh dari gendongannya.

"Permisi Bu, saya mau beli susu, bubur bayi, sama beras," ujar Raihan dengan memberikan uang logam recehan yang belum sempat dia hitung karena Aisyah terus saja menangis.

"Lho, Aisyah nya kenapa Raihan, kok nangis terus?" tanya Bu Inah, pemilik warung sekaligus tetangga Raihan.

"Aisyah sepertinya kehausan Bu, karena semenjak kepergian Ibu kemarin, Aisyah belum menyusu," jawab Raihan.

"Ibu macam apa sih si Neti sampai tega meninggalkan Anak kandungnya sendiri, apalagi Aisyah masih menyusu. Kasihan sekali nasib kalian, masih kecil harus hidup tanpa kasih sayang Ibu dan Ayah. Raihan sebaiknya simpan saja uangnya untuk kebutuhan kalian sehari-hari, ini Ibu kasih beras sama telor buat kamu masak, sama susu dan bubur bayi juga buat Aisyah," ujar Bu Inah dengan memberikan kantong keresek yang berisi bahan makanan kepada Raihan serta mengembalikan kembali uang logam milik Raihan.

"Terimakasih banyak ya Bu atas semua kebaikan Ibu, tapi saya ke sini buat belanja bukan untuk mengemis, karena Bapak bilang tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah," ujar Raihan.

"Kamu Anak yang baik Raihan, Ibu sama sekali tidak menganggap kamu sebagai seorang pengemis, tapi Ibu berniat untuk bersedekah, bukannya kita juga tidak boleh menolak rejeki," ujar Bu Inah memberi pengertian terhadap Raihan.

Raihan kecil nampak berpikir kemudian dia mengangguk dan tersenyum.

"Kalau begitu Raihan pamit dulu mau memasak Bu, kasihan Aisyah pasti sudah lapar juga. Sekali lagi terimakasih banyak atas kebaikan Ibu, semoga Allah SWT membalasnya," ujar Raihan yang di Amini oleh Bu Inah. Raihan pun pamit pulang kepada Bu Inah kemudian mengucapkan Salam.

Dengan menahan pundaknya yang terasa pegal karena harus menggendong Aisyah yang lumayan berat untuk Anak seusia Raihan dan juga menjinjing kantong keresek pemberian Bu Inah, Raihan melangkahkan kaki menuju rumahnya.

"Seandainya Bapak masih ada, Raihan tidak akan susah seperti ini Pak," gumam Raihan dengan meneteskan airmata.

Selama hidupnya Pak Imron merupakan sosok Suami yang baik dan bertanggungjawab, tapi Neti yang selalu merasa kurang dengan pemberian Pak Imron yang hanya seorang pedagang Bakso keliling, selalu saja menuntut banyak untuk membayar kosmetik dan juga barang-barang kreditannya. Sampai akhirnya Neti bertemu kembali dengan mantan pacarnya sekaligus tetangga Neti yang sudah menjadi pengusaha sukses di Kota, dan Neti akhirnya berselingkuh kemudian kabur bersama Pria tersebut.

Aisyah kecil yang melihat airmata di pipi Raihan langsung saja mengelapnya menggunakan tangan mungilnya, seakan Aisyah tau jika Kakaknya sedang sedih.

"Terimakasih ya Aisyah, Kakak janji tidak akan membuat Aisyah kelaparan, sekarang Aisyah duduk dulu ya, Kakak mau membuatkan susu buat Aisyah," ujar Raihan dengan menurunkan Aisyah dari gendongannya.

Setelah Raihan memberikan susu kepada Aisyah, Aisyah langsung tertidur sehingga Raihan bergegas untuk memasak nasi dan telur pemberian Bu Atun.

Untung saja Raihan selalu melihat Bapaknya yang setiap hari memasak nasi dan lauk untuk mereka, karena kerjaan Ibu nya hanya berdandan saja setiap harinya, jadi meskipun usia Raihan masih kecil, tapi dia sudah bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.

Satu jam kemudian nasi pun telah matang, dan Raihan sudah selesai menggoreng satu buah telur dadar untuk dia serta menyeduh bubur bayi untuk Aisyah.

"Alhamdulillah, akhirnya hari ini kami bisa makan. Terimakasih Ya Allah atas nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan," ucap Raihan dengan makan sambil menyuapi Aisyah.

Malam ini Raihan lewati dengan begadang, dikarenakan Aisyah yang terus saja terbangun karena ingin menyusu, sampai-sampai Raihan tertidur dengan menggendong Aisyah dalam pangkuannya.

Adzan Subuh telah terdengar berkumandang, Raihan pun terbangun dan menidurkan Aisyah di atas kasur. Sejak kecil, Raihan sudah di didik untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim oleh Ayahnya sehingga Raihan selalu taat dalam menjalankan Ibadah.

"Sebaiknya hari ini aku harus mencari pekerjaan supaya bisa menghasilkan uang untuk kami makan, tapi siapa yang mau mempekerjakan seorang Anak kecil, belum lagi aku harus menjaga Aisyah. Apa aku mulung rongsokan saja ya? lumayan kan aku bisa memulung dengan menggendong Aisyah, Bapak juga bilang kalau kita gak boleh minta-minta sama mencuri, tapi kalau mulung pasti tidak apa-apa," gumam Raihan.

Akhirnya, setelah Raihan memasak nasi goreng sisa nasi kemarin, Raihan bergegas sarapan dan menyuapi Aisyah dengan bubur bayi yang sebelumnya sudah dia seduh, kemudian Raihan juga memandikan Aisyah terlebih dahulu sebelum mereka berdua pergi untuk memulung rongsokan ke tempat pembuangan sampah.

Tahun ini seharusnya Raihan sudah masuk Sekolah Dasar, tapi karena tidak ada yang mengurus semua kebutuhannya dan Aisyah, Raihan pun memilih untuk bekerja dan mengurus Aisyah.

................

Selama lima tahun ini, Raihan membanting tulang untuk memenuhi semua kebutuhan Aisyah meskipun dia harus menjadi buruh bangunan. Semua pekerjaan akan selalu Raihan lakukan apa pun itu yang penting halal dan bisa memenuhi kebutuhan Adiknya yang saat ini akan masuk Sekolah Dasar.

"Kak, sebaiknya Aisyah tidak usah Sekolah saja, kasihan Kakak harus terus berjuang mencari uang untuk Aisyah, jadi sekarang giliran Aisyah bantu Kakak kerja, Aisyah bisa menjadi buruh cuci piring atau mulung rongsokan yang banyak," ujar Aisyah yang saat ini sedang tiduran di pangkuan Raihan.

"De, Aisyah tidak usah memikirkan biaya Sekolah, yang penting Aisyah semangat belajar, jangan seperti Kakak yang tidak bisa baca tulis," tutur Raihan dengan mengelus rambut Aisyah.

"Kalau begitu Aisyah akan belajar dengan rajin di Sekolah, supaya nanti bisa mengajari Kakak baca sama nulis. oh iya Kak, apa bener Ibu masih hidup? kenapa Ibu tega ninggalin kita?" tanya Aisyah.

"Aisyah tidak usah menanyakan perempuan itu lagi, karena bagi Kakak dia sudah mati semenjak meninggalkan kita berdua."

Bab 3 ( Debaran aneh dalam dada )

Raihan selalu menjaga Aisyah dengan segenap jiwa dan raganya, bahkan ketika Aisyah sakit, Raihan tidak pernah memejamkan matanya sedikit pun demi menjaga Aisyah.

"Aisyah, maaf ya Kakak tidak bisa membawa Aisyah untuk berobat ke Dokter," ucap Raihan dengan mengompres kening Aisyah yang demam.

"Tidak apa-apa Kak, yang penting Kakak selalu berada di samping Aisyah, Aisyah pasti akan baik-baik saja," jawab Aisyah dengan memeluk tubuh Kakak yang sangat dia sayangi.

Hari demi hari selalu mereka lewati bersama dengan saling menyayangi, sampai akhirnya rasa sayang itu berubah ketika Aisyah berusia 17 tahun.

Hari ini Raihan berencana akan memberikan kejutan Ulang tahun untuk Aisyah, tapi ketika Raihan pulang ke rumahnya membawa kue Ulang tahun, Raihan melihat Reno yang sedang duduk di ruang tamu rumah mereka dengan membawa kue Ulang tahun juga dan sebuah kado untuk Aisyah.

Raihan merasa kecewa karena kue pemberian Reno yang notabene nya adalah orang kaya terlihat bagus dan besar, sedangkan kue yang dibawa oleh Raihan begitu kecil dan tidak sebanding dengan kue dari Reno.

"Kak Raihan sudah pulang ya, daritadi Aisyah nunggu Kakak untuk meniup lilin dan memotong kue pemberian dari Mas Reno," ujar Aisyah.

"Kalian lakukan saja semua itu berdua, Kakak masih ada urusan," ujar Raihan dengan kembali melangkahkan kaki untuk keluar dari rumahnya setelah sebelumnya menyimpan kantong keresek yang berisi kue di atas lemari.

"Kak tunggu," panggil Aisyah, namun Raihan tidak menggubrisnya dan memutuskan untuk berlari menjauh dari Aisyah.

"Sepertinya Raihan cemburu melihat Mas ada di sini," ujar Reno.

"Apa maksud Mas Reno berbicara seperti itu?" tanya Aisyah yang memang tidak mengerti maksud perkataan Reno.

"Kamu jangan terlalu polos Aisyah, sebagai seorang laki-laki dewasa aku tau betul tatapan mata Raihan, dia itu bukan hanya sekedar menyayangi kamu sebagai Adiknya, tapi dia mencintai kamu Aisyah. Harusnya kamu sadar karena setiap ada lelaki yang mendekati kamu, Raihan selalu melarangnya kan?" jelas Reno.

"Jaga ucapan Mas Reno, Mas Reno jangan bicara sembarangan, karena Kak Raihan adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki di dunia ini, bagiku Kak Raihan adalah Ibu sekaligus Ayah yang telah membesarkanku dengan segenap jiwa dan raganya, dan dia telah rela mengorbankan hidupnya demi aku, jadi aku tidak akan membiarkan siapa pun menuduh Kak Raihan yang tidak-tidak."

"Aku cinta sama kamu Aisyah, dan aku berniat untuk melamar kamu."

"Tapi aku tidak akan menerima lelaki mana pun jika Kak Raihan tidak merestuinya," jawab Aisyah dengan tegas.

"Baiklah kalau seperti itu aku akan memaksamu untuk menerimaku, karena setelah yang aku lakukan kepadamu, mau tidak mau Raihan akan merestui kita," ujar Reno dengan mendekatkan tubuhnya kepada Aisyah.

"Mas Reno mau apa?" tanya Aisyah dengan badan yang sudah gemetar ketakutan.

"Aku akan membawamu untuk merasakan surga dunia Aisyah, aku ingin memilikimu," ujar Reno kemudian memeluk tubuh Aisyah.

Aisyah berusaha untuk melepaskan pelukan Reno, dengan memukuli badan Reno, tapi tenaga Aisyah tidak sebanding dengan Reno, sehingga dengan mudah Reno menjatuhkan tubuh Aisyah di atas kasur.

"Tolong jangan sentuh aku Mas, aku mohon," ujar Aisyah dengan ketakutan dan menangis.

"Percuma kamu menghabiskan tenaga dengan menangis, karena Raihan tidak ada di sini, jadi tidak akan ada orang yang menolong kamu," ujar Reno dengan membuka pakaian yang dia kenakan.

Kak Raihan tolong Aisyah, batin Aisyah.

Saat ini Reno berusaha untuk menodai Aisyah, bahkan Reno sudah merobek baju yang dikenakan oleh Aisyah, tapi tiba-tiba..

Brak

Terdengar suara pintu yang ditendang, dan ternyata Raihan datang, lalu dengan membabi buta Raihan memukuli Reno hingga babak belur.

"Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh orang yang aku sayangi, sekarang kamu pergi dari rumah ini kalau kamu masih ingin hidup !!" teriak Raihan.

"Awas saja kamu Raihan, aku akan membalas semua perbuatan kamu !!" teriak Reno dengan lari kocar-kacir dari rumah Aisyah.

Raihan yang melihat Aisyah ketakutan pun langsung memeluk tubuhnya.

"Aisyah jangan takut, sekarang sudah ada Kakak yang akan selalu melindungi Aisyah, maafin Kakak ya karena tadi Kakak sudah meninggalkan Aisyah sehingga Reno hampir saja berhasil menodai Aisyah."

"Aisyah takut Kak, jangan tinggalin Aisyah lagi, Aisyah tidak tau apa jadinya jika Kakak tidak datang tepat waktu," ujar Aisyah dengan mengeratkan pelukannya terhadap Raihan.

Kenapa hatiku berdebar-debar pada saat Aisyah memelukku, perasaan apa ini? batin Raihan kini bertanya-tanya.

"Kakak kenapa? Aisyah merasakan jantung Kakak berdetak lebih kencang," ujar Aisyah yang terlihat cemas, lalu secara perlahan melepaskan pelukannya dari Raihan.

"Kakak tidak kenapa-napa De, mungkin Kakak hanya kecapean saja. Sebaiknya sekarang Aisyah tidur ya."

"Aisyah mau tidur kalau Kakak temenin Aisyah," ujar Aisyah, sehingga Raihan membaringkan tubuhnya di samping Aisyah, karena Aisyah terus saja memeluk tubuh Raihan.

Setelah Aisyah tertidur, Raihan hendak melepaskan pelukan Aisyah, tapi ketika Raihan melihat bibir Aisyah yang sangat menggoda, Raihan tiba-tiba mendekatkan bibirnya dan menempelkannya di bibir Aisyah yang sudah tidur terlelap.

"Astagfirullah, apa yang sudah aku lakukan terhadap Adik kandungku sendiri? aku adalah Kakak yang bejat, bisa-bisanya aku mempunyai perasaan cinta pada Aisyah," gumam Raihan yang sangat menyesali perbuatannya.

Keesokan paginya Aisyah terbangun, mencari sosok Raihan yang sudah tidak ada di sampingnya.

"Kak Raihan dimana?" teriak Aisyah, karena dia takut Raihan meninggalkannya lagi.

"Kakak di dapur Aisyah," jawab Raihan sehingga membuat Aisyah bernapas lega.

Raihan membawa dua piring nasi goreng untuk Aisyah dan dirinya sebelum mereka berdua berangkat kerja.

Saat ini Raihan bekerja di sebuah bengkel yang berada di samping Restoran tempat kerja Aisyah, dan Raihan memang serba bisa dalam urusan pekerjaan, dia juga tidak pernah pilih-pilih karena yang penting pekerjaan itu halal.

Awalnya Raihan tidak mengijinkan Aisyah untuk bekerja, dan Raihan menyuruh Aisyah supaya melanjutkan sekolahnya saja ke jenjang SMA, tapi Aisyah tidak mau jika terus-terusan menjadi beban Raihan, dan Aisyah bersikeras ingin bekerja.

Dengan berat hati Raihan membiarkan Aisyah bekerja dengan syarat dia harus bekerja di Restoran samping bengkel tempat kerja Raihan, supaya Raihan bisa selalu menjaga dan mengawasi Aisyah.

"Terimakasih banyak ya Kak atas semuanya," ujar Aisyah dengan memeluk tubuh Raihan, sehingga jantung Raihan kembali berdetak lebih kencang.

"Sudah kewajiban seorang Kakak untuk melindungi Adiknya, dan Kakak tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Aisyah."

"Tapi Kakak bukan hanya melindungi Aisyah, karena Aisyah bisa hidup sampai saat ini semuanya berkat Kakak yang sudah menjadi sosok Ibu sekaligus Ayah untuk Aisyah."

"Hanya Aisyah satu-satunya keluarga yang Kakak punya di Dunia ini, jadi apa pun akan Kakak lakukan untuk Aisyah, walau pun Kakak harus mengorbankan nyawa Kakak sendiri. Ya sudah sekarang kita sebaiknya sarapan dulu, Kakak udah bikinin nasi goreng buat Aisyah, tapi sebaiknya Aisyah jangan kerja dulu, istirahat saja ya di rumah kalau Aisyah masih gak enak badan."

"Enggak Kak, Aisyah takut kalau sendirian di rumah, nanti ada orang yang berniat jahat lagi kepada Aisyah, tapi kalau di tempat kerja Aisyah kan bisa selalu dekat sama Kakak," ujar Aisyah dengan tersenyum manis sehingga membuat hati Raihan berbunga-bunga.

"Oh ya Kak, ini kantong keresek apa?" tanya Aisyah pada saat melihat sebuah kantong keresek di atas lemari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!